Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan tidak terlepas dari pendidik dan peserta didik. Setiap pendidik diharapkan dapat melaksanakan cura personalis. Cura personalis penting dilaksanakan dalam pendidikan agar peserta didik terbantu dalam mengatasi masalahnya. Oleh Paul Suparno 2004 :2, cura personalis diartikan sebagai perhatian kepada pribadi, atau pendampingan pribadi. Salah satu Universitas di Yogyakarta yang menggunakan cura personalis adalah Universitas Sanata Dharma. Universitas Sanata Dharma menyebutkan cura personalis dalam visi misinya. Salah satu kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan Universitas Sanata Dharma yang menunjukkan cura personalis yaitu INSADHA. Dalam buku Panduan INSADHA Mahasiswa Baru 2010: 73 dijelaskan, Iniasiasi Sanata Dharma adalah kegiatan awal untuk mengantar mahasiswa baru masuk ke dalam dinamika kampus Universitas Sanata Dharma menunjukkan aspek- aspek cura personalis. Tetapi pada kenyataannya masih banyak dosen di Universitas yang tidak melaksanakan cura personalis. Hal ini terjadi karena dosen dituntut untuk melakukan tridharma perguruan tinggi yaitu tugas di bidang pendidikan dan pengajaran, melakukan penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga dosen harus membagi waktu dan hal itu membuat dosen sibuk. Berdasarkan pengalaman peneliti selama kuliah di prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma peneliti menemukan fenomena bahwa di prodi Bimbingan dan Konseling diketahui terdapat beberapa mahasiswa yang merasa kecewa karena tidak dihargai oleh dosen. Hal tersebut terlihat ketika ada salah satu mahasiswa bertanya dan dosen tidak menanggapinya. Selain itu, peneliti juga melihat bahwa terdapat dosen yang tidak berkomunikasi secara baik dengan mahasiswanya. Hal ini terlihat ketika salah seorang teman yang mengungkapkan kekecewaannya karena ia diberitahu dosen secara langsung bahwa ia tidak pantas menjadi Guru Bimbingan dan Konseling karena pakaian yang ia kenakan. Setelah diberitahu hal tersebut mahasiswa ini merasa bahwa dirinya di judge tidak baik sebelum dosen tersebut mengenalnya lebih dalam hanya karena pakaian yang ia kenakan. Setelah kejadian tersebut mahasiswa ini sering tidak masuk mata kuliah yang diajarkan dosen tersebut dan ketika bertemu ia tidak pernah menyapa karena ia merasa kecewa dan sakit hati atas perkataan yang dilontarkan olehnya. Suparno 2004: 3 menjelaskan bahwa terdapat dosen yang tidak mengenal nama mahasiswanya. Dosen hanya memanggil mahasiswa dengan nomor urut absensi pada saat kuliah berlangsung. Hal ini dilakukan agar cepat dan dosen tidak perlu menghafal nama mahasiswanya. Selain itu, dijelaskan juga bahwa terdapat dosen yang tidak mau ditemui di luar jam kuliah karena dosen sibuk dengan urusannya. Hal ini membuat para mahasiswa merasa bahwa ia tidak dimanusiakan karena mereka akan merasa senang, lebih dihargai, dan lebih dikenal jika dosen hafal nama mereka. Namun demikian, dosen juga yang mau memberikan waktu di luar jam kuliah membuat mahasiswa merasa lebih dekat dan bersahabat dengan dosen sehingga mereka tidak canggung untuk mengungkapkan permasalahnnya. Hal tersebut yang membuat peneliti semakin menemukan bahwa cura personalis sangatlah penting untuk dilaksanakan khususnya dalam dunia pendidikan. Ketidakterlaksanaan cura personalis di dunia pendidikan ini membawa dampak yang kurang baik bagi peserta didik. Oleh karena itu, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Keterlaksanaan Pendekatan Cura Personalis dalam Pendidikan Calon Guru Bimbingan dan Konseling di Prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma“ untuk mengetahui seberapa jauh keterlaksanaan dan hambatan cura personalis dalam ruang lingkup prodi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

B. Identifikasi Masalah