Pembahasan Hubungan antara Obesitas dengan Stroke pada Pasien Rawat Inap di Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-USU/ RSUP H. Adam Malik Medan.

Pada tabel 5.6. dapat dilihat bahwa dari 11 orang responden penderita stroke yang obesitas, jenis stroke yang terjadi adalah stroke iskemik yaitu 100. Sedangkan stroke hemoragik tidak ditemukan. Tabel 5.6. Distribusi frekuensi jenis stroke pada penderita stroke yang obesitas Jenis Stroke n Stroke iskemik 11 100 Stroke hemoragik Total 11 100

5.2. Pembahasan

Stroke dapat mengenai laki-laki dan perempuan. Menurut Kolominsky- Rabas, et al 1998, didapati penderita stroke lebih banyak pada perempuan dibanding laki-laki yaitu 2,0 berbanding 1,5. Sedangkan penelitian Lamsuddin 2000 mendapatkan proporsi stroke lebih banyak pada laki-laki dari pada perempuan yaitu 1,6 berbanding 1,0. Hal yang sama juga dijumpai pada penelitian Siregar 2002, dimana proporsi penderita stroke lebih banyak pada laki-laki yaitu 63,6. Begitu pula pada penelitian ini, didapati penderita stroke lebih banyak pada laki-laki yaitu sebesar 55, sedangkan pada perempuan 45. Menurut Siregar 2002, resiko stroke meningkat dengan bertambahnya usia. Pada penelitiannya, sebagian besar penderita stroke adalah usia ≥45 tahun yaitu 89,1. Pada penelitiaannya juga didapati urutan resiko kejadian stroke antara kelompok umur, dimana semakin bertambahnya usia, resiko terkena stroke juga semakin meningkat. Kolominsky-Rabas, et al 1998 menemukan penderita stroke sebanyak 51 pada usia ≥75 tahun. Pada penelitian ini, kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada usia ≥60 tahun yaitu 50. Pada usia 45-59 tahun didapati penderita stroke 45, dan pada usia 45 tahun hanya 5. Berdasarkan suku, didapati suku Batak lebih dominan dibanding yang lain yaitu 55. Kondisi yang sama juga ditemukan pada penelitian Siregar 2002, dimana proporsi penderita stroke lebih besar pada suku Tapanuli yaitu 69,1. Hal Universitas Sumatera Utara ini dikarenakan suku Batak merupakan suku yang dominan yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan Indeks Masa Tubuh, yang dihitung berdasarkan rumus berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat m 2 , kelompok terbesar penderita stroke terdapat pada nilai IMT ≥25 kgm 2 obesitas yaitu 55 . Pada nilai IMT 23-24,9 kgm 2 berat badan lebih didapati penderita stroke 35, pada nilai IMT 18,5-22,9 kgm 2 normal sebesar 10, dan pada nilai IMT 18,5 kgm 2 Kategori obesitas ialah dimana nilai IMT ≥25 kgm berat badan kurang tidak dijumpai penderita stroke. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurth, et al 2002, dimana didapati penderita stroke meningkat sesuai dengan peningkatan IMT. 2 Pada penderita stroke yang obesitas, didapati proporsi perempuan lebih banyak dari pada laki-laki yaitu 54,5 berbanding 45,5. Menurut Towfighi 2008, pada usia 35-64 tahun, wanita yang obesitas lebih beresiko terkena stroke dibanding pria 2,9 berbanding 1,1. Hal tersebut dikarenakan wanita lebih banyak memiliki obesitas pada daerah abdomen dibanding pria. Hal yang sama juga didapati oleh Fulsom 1990, dimana wanita yang obesitas pada daerah abdomennya beresiko 2,1 kali untuk terserang penyakit stroke. . Untuk hubungan obesitas dengan stroke pada penelitian ini, berdasarkan hasil analisis uji statistik Chi Square, diperoleh nilai p 0,013, yang berarti terdapat hubungan antara obesitas dan stroke. Hal ini ditandai dengan jumlah responden yang tidak obesitas dan tidak menderita stroke sebesar 42,9, sedangkan jumlah responden yang obesitas dan menderita stroke sebesar 26,2. Hal ini sesuai dengan penelitian Kurth, et al 2002, dimana terdapat hubungan antara obesitas dengan stroke yang signifikan p0,001. Abbott, et al 1994 juga menemukan kejadian stroke berhubungan signifikan dengan obesitas p0,01. Dari penderita stroke yang obesitas, didapati rata-rata umur 56,8 tahun SD 7,6. Kelompok terbesar terdapat pada umur 45-59 tahun yaitu 54,5. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan penelitian Kurth et al 2002, dimana didapati rata-rata umur 53,6 tahun SD 9,1. Penelitian Jood, et al 2004 juga mendapati Universitas Sumatera Utara bahwa meningkatnya IMT pada pertengahan usia yaitu 47-55 tahun berhubungan dengan meningkatnya resiko stroke. Suku terbanyak pada penderita stroke yang obesitas adalah suku Batak yaitu 72,7, sedangkan suku yang lain adalah Jawa 18,2, dan Melayu 9,1. Hal ini dikarenakan suku Batak merupakan suku yang dominan yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada penelitian ini, jenis stroke yang terjadi pada penderita stroke yang obesitas adalah stroke iskemik yaitu 100. Mekanisme bagaimana IMT mempengaruhi faktor resiko yang independen dari stroke seperti hipertensi dan diabetes belum diketahui. Kurth, et al 2002 mengemukakan bahwa meningkatnya faktor protrombin pada obesitas menyebabkan meningkatnya resiko stroke iskemik. Tingginya kadar faktor protrombin seperti Plasminogen Activator Inhibitor-1 PAI-1, fibrinogen, faktor von Willebrand, dan faktor VII ditemukan pada orang obesitas. Lemak di jaringan berperan dalam peningkatan PAI-1 plasma, yang juga berhubungan dengan pembentukan aterotrombosis. Meningkatnya kadar C-reactive protein pada orang obesitas juga berperan dalam meningkatkan resiko stroke iskemik, yang ada hubungannya dengan meningkatnya kadar inflammatory-markers. Pada penelitian Kurth, et al 2002, didapati stroke iskemik yaitu 86 dan juga didapati stroke hemoragik yaitu 14. Penelitian Jood, et al 2004 juga mendapati stroke iskemik 56 dan stroke hemoragik 16. Hasil yang berbeda dimana tidak dijumpai stroke hemoragik pada penelitian ini, mungkin disebabkan oleh besar sampel yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan besar sampel pada penelitian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan