BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Stroke merupakan penyebab kematian yang utama di banyak negara, termasuk Indonesia. Pola penyebab kematian rumah sakit yang utama dari
Informasi Rumah Sakit Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2004 menyebutkan bahwa stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab
kematian di rumah sakit. Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker pada orang dewasa
National Stroke Association, 2009. Stroke juga merupakan penyebab kecacatan yang utama. Laporan World Stroke Organization
Menurut World Health Organization 1995, stroke didefinisikan sebagai gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala
klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau yang menimbulkan kematian, yang semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran
darah otak. Ada dua tipe faktor resiko dari stroke, faktor resiko yang tidak dapat dikontrol dan faktor resiko yang dapat dikontrol. Faktor resiko yang tidak dapat
dikontrol antara lain: umur, jenis kelamin, ras, riwayat keluarga, displasia fibromuskular, dan Patent Foramen Ovale. Sedangkan faktor resiko yang dapat
dikontrol antara lain: tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, diabetes, perokok, alkohol, dan obesitas.
2009 memperlihatkan bahwa stroke adalah penyebab utama hilangnya hari kerja dan kualitas hidup yang buruk.
Kecacatan akibat stroke tidak hanya berdampak bagi para penyandangnya, namun juga bagi para anggota keluarganya. Beban ekonomi yang ditimbulkan akibat
stroke juga sedemikian beratnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, di Indonesia prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per 1.000 penduduk. Pada
kelompok umur 55-64 tahun, stroke menjadi penyebab kematian tertinggi baik di perkotaan maupun pedesaan di Indonesia. Hal ini terkait erat dengan gaya hidup,
pola makan, dan kebiasaan berolahraga.
Universitas Sumatera Utara
Obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan
Sidartawan, 2006. Obesitas dipengaruhi oleh lingkungan, kebiasaan makan, kurangnya kegiatan fisik, dan kemakmuran. Insidensi obesitas di negara-negara
berkembang makin meningkat, sehingga saat ini banyaknya orang dengan obesitas di dunia hampir sama jumlahnya dengan mereka yang menderita karena
kelaparan. Diduga bahwa peningkatan prevalensi obesitas akan mencapai 50 pada tahun 2025 bagi negara-negara maju Sidartawan, 2006.
Untuk menentukan berat badan lebih dan obesitas pada orang dewasa dengan mengukur lemak tubuh secara langsung sangatlah sulit dan sebagai
pengukur pengganti dipakai Body Mass Index BMI atau Indeks Massa Tubuh IMT. IMT diukur dengan cara berat badan dalam kilogram kg dibagi tinggi
badan dalam meter kuadarat m
2
. Menurut WHO 2000, nilai IMT 25-29,9 kgm
2
dikatakan sebagai pra obese dan nilai IMT ≥30 kgm
2
sebagai obesitas. Dalam melakukan penilaian IMT, perlu diperhatikan akan adanya perbedaan
individu dan etnik. Menurut kriteria Asia Pasifik 2000, dikatakan obesitas jika IMT
≥25 kgm
2
. Obesitas dan excessive weight mempengaruhi sistem sirkulasi. Orang obesitas cenderung memiliki kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, dan
diabetes, yang secara keseluruhan akan meningkatkan resiko terjadinya stroke National Stroke Association, 2009. Dengan menggunakan IMT sebagai variabel,
para peneliti mendapatkan bahwa subjek yang ikut serta dalam The US Physicians Health Study dengan IMT
≥27,8 kgm
2
memiliki resiko yang lebih besar secara bermakna untuk stroke iskemik dan hemoragik Kurth, et al., 2001 dalam Price
dan Wilson, 2005. Menurut National Stroke Association 2009, kejadian stroke dapat dicegah sampai 80. Pencegahan yang paling mungkin dilakukan adalah
terhadap faktor resiko yang dapat dikontrol yang salah satunya adalah obesitas. Dengan mengetahui hubungan antara obesitas dan stroke, maka kejadian stroke
dapat dicegah baik di tingkat primer maupun sekunder.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Rumusan Masalah