ditentukan oleh agen 0,115 x lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai kredit.
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa peluang petani yang mendapatkan kredit maka sebesar 10,3 harga TBS dari petani tersebut
ditentukan oleh agen. Sedangkan apabila petani yang tidak menggunakan kredit maka sebesar 89,7 petani ikut serta dalam menentukan harga.
Dari hasil uji logit diketahui bahwa posisi tawar petani dipengaruhi oleh kredit sedangkan jenis bibit dan produksi TBS tidak mempengaruhi posisi tawar.
Hal ini sesuai dengan hasil di lapangan yang menyatakan petani memiliki kerjasama dengan agen dengan cara petani meminjam uang kepada agen dan hasil
TBS langsung dijual kepada agen dengan harga dari agen tersebut. Petani tersebut tidak bisa menjual TBS ke agen lain sebelum hutangnya lunas terlebih dahulu. Ini
membuat posisi tawar petani kelapa sawit menjadi lemah.
5.4 Permasalahan dan penyelesaian dalam meningkatkan posisi tawar
petani kelapa sawit
Setelah melakukan penelitian di daerah Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Serdang Bedagai terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani
kelapa sawit. Adapun masalah-masalah yang dihadapi oleh petani kelapa sawit di daerah tersebut adalah
1. Kurangnya informasi akurat mengenai harga TBS.
Agen pengumpul tampaknya memang serba tahu dikarenakan para agen menguasai informasi mengenai harga pasar TBS. Agen pengumpul pun
menguasai bisnis komoditas itu dengan bekal informasi harga yang mereka punya. Mereka menggunakannya untuk menentukan naik-turun harga di
Universitas Sumatera Utara
tingkat petani. Aksi –aksi spekulasi dilakukan oleh agen pengumpul maupun pengusaha untuk sawit seperti dengan membeli harga yang rendah dari petani.
Mereka memanfaatkan isu krisis finansial seperti banjir buah serta PEMILU seperti pada saat tersebut pemerintah tidak menetapkan harga TBS tetapi
menggunakan harga TBS yang lama dan rendahnya permintaan dunia untuk menekan harga komoditas itu, supaya bisa membelinya dengan harga
semurah-murahnya dari petani. Solusi : Meningkatkan pengetahuan informasi mengenai perkembangan
pasar harga TBS. Dengan menguasai informasi serta memperdalam pengetahuan menganai
perkembangan pasar TBS, para petani dapat menekan para agen pengumpul dalam penentuan harga TBS yang ditawarkan agen. Oleh karena itu, peran
pemerintah disini sangat diperlukan dalam penyediaan informasi mengenai perkembangan pasar TBS dengan cara pembentukan suatu lembaga yang
dikhususkan buat petani kecil kelapa sawit. Hal ini dilakukan agar petani dapat mengetahui harga TBS yang berlaku di pasar dan dapat mengumpulkan
petani kelapa sawit dalam suatu wadah. 2.
Masalah penggunaan jenis bibit Bibit yang baik adalah bibit yang memiliki nilai rendemen yang tinggi.
Sementara petani rata-rata menggunakan bibit jenis marihat Lampiran 5. Namun demikian, perlu dicatat banyak bibit marihat yang digunakan petani
bukanlah merupakan bibit yang telah disertifikasi oleh Marihat. Kebanyakan petani hanya mengambil bijinya dari perkebunan negara dan membibitkannya
sendiri sebesar 58,3 dari petani sampel di Kabupaten Labuhan Batu dan
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan kata lain, kualitas bibit tersebut tidak dapat dikatakan sama dengan kualitas yang dikeluarkan oleh pembibitan
marihat baik secara kualitas maupun kuantitas. Akibatnya, rendemen TBS yang diproduksi petani akan rendah. Rendemen yang rendah berarti harga
TBS menjadi rendah. Solusi : Penggunakan bibit yang bersertifikat.
Bibit yang bersertifikat akan dapat meningkatkan kualitas rendemen TBS. Dengan meningkatnya rendemen maka harga yang diterima petani pun akan
menjadi tinggi. Dengan petani menggunakan bibit yang bersertifikat serta peran pemerintah dalam pembentukan lembaga akan membantu petani untuk
menjual langsung TBS ke PKS daripada ke agen dan membuat harga menjadi tinggi.
3. Masalah penggunaan kredit Kebutuhan ekonomi yang mendesak
Sewaktu menjelang hari-hari besar raya lalu, banyak petani yang membutuhkan dana untuk berhari raya. Mereka terdesak, lalu menjual hasil
perkebunannya kepada agen pengumpul supaya bisa mendapatkan uang tunai secepatnya. Bahkan ada petani yang nekad meminjam uang terlebih dulu
meski perkebunan sawit miliknya belum siap panen. Momentum inilah yang sering dimanfaatkan para agen pengumpul untuk menekan harga TBS.
Bahkan seusai hari raya pun mereka masih membuat petani tak kuasa dengan harga rendah yang mereka tetapkan sebab membutuhkan dana untuk
mengembalikan pinjaman yang terlanjur diterima. Walaupun ketika saat itu harga di agen lain ada yang tinggi dibandingkan harga yang diterimanya oleh
Universitas Sumatera Utara
agen tersebut akan tetapi akibat adanya hutang maka petani itu harus tetap menjualnya ke agen tersebut.
Solusi : Bantuan modalpinjaman dari pemerintah. Pada umunya, petani mengembangkan kebunnya dengan modal pinjaman.
Hal ini dilakukan karena tidak semua petani memiliki modal yang cukup dalam mengelola kebunnya. Untuk itu petani memerlukan kredit. Bila
pemerintah menyediakan kredit pinjaman dengan syarat yang tidak terlalu memberatkan petani. Pembentukan lembaga disini juga akan berguna
terhadap petani. Dengan adanya iuran bulanan dari setiap petani atau simpanan uang petani maka petani dapat meminjam atau menggunakan uang
tersebut. Hal ini akan menghindarkan petani dari pinjaman agen-agen yang selama ini memberatkan petani dengan bunga yang tinggi.
4. Masalah kualitas panen
Di samping varietas bibit, kualitas panen juga dapat menentukan kualitas minyak yang akan diperoleh. Keadaan dilapangan menunjukkan hal
demikian, seperti misalnya banyak TBS produksi petani yang dipanen sebelum waktunya. Jikapun terlalu terlalu lama, juga akan mengakibatkan hal
yang sama. Di samping itu, kualitas panen juga ditentukan oleh kegiatan melangsir yang baik. Tetapi karena banyak kebun yang letaknya jauh dari
jalan utama, mengakibatkan buah menjadi cepat rusak. Kondisi jalan yang buruk mengakibatkan harga TBS pada satu tempat jauh lebih rendah
dibanding dengan harga dimana sarana jalan lebih baik. Kondisi seperti ini besamaan pula dengan tingkat produktivitas yang
rendah, sehingga mengakibatkan daya saing industri sawit lemah. Apalagi pupuk yang menjadi komponen penting semakin langka pula, kalaupun ada
Universitas Sumatera Utara
harganya sangat mahal di pasaran. Petani juga menghadapi resiko kenaikan harga input produksi. Jika resiko itu terjadi, maka perusahaan inti bersikap
bahwa persoalan tersebut harus ditanggung oleh petani sendiri. Solusi : Perbaikan sarana dan prasarana oleh pemerintah
Perbaikan harus dilakukan pada kondisi jalan yang buruk, agar tidak merusak kadar rendemen TBS pada saat pengangkutan. Solusi lain bisa
diberikan dengan memperbesar pasokan pupuk subsidi sekaligus mengawasi distribusinya sebab selama ini petani sering kehilangannya di pasar akibat
aksi spekulan dan menyerap langsung hasil perkebunan itu di kala pasar sedang jenuh, sebagaimana beras yang ditampung oleh Bulog. Selain itu
dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai cara pemupukan yang efisien dan cara panen yang baik sehingga tidak merusak kualitas dari TBS tersebut.
Semua solusi permasalahn yang dihadapi oleh petani kelapa sawit adalah harus dibangunnya suatu lembaga oleh pemerintah yang dapat
memberikan segala informasi mengenai harga TBS dan masalah panen. Pembentukan kelembagaan ini akan membantu petani kelapa sawit untuk
memiliki posisi tawar yang kuat.
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan