Pengertian Profitabilitas Rasio Pengukuran Profitabilitas

membayar kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi. Menurut Warsono 2003:36 “rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham”. Adapun rumus longterm debt to equity ratio LDER: Longterm debt to equity ratio = sendiri modal panjang jangka hutang total x 100

C. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan merupakan ukuran sukses dari keberadaan perusahaan tersebut. Tapi bila ditelaah lebih jauh apakah keuntungan yang diperoleh sudah menggunakan sumber-sumber secara efektif dan efisien maka untuk mengetahuinya perlu diadakan penelitian lebih lanjut terhadap berbagai komponen yang turut serta dalam suatu perusahaan, salah satu tolak ukur yang sering digunakan adalah rasio profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut Warsono 2003:36 “profitabilitas adalah benih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan”. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Menurut Harahap 1998:304 “rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya”. Dari defenisi tersebut dapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan menggunakan aktivanya secara produktif untuk menghasilkan laba.

2. Rasio Pengukuran Profitabilitas

Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dapat diukur dengan menggunakan rasio profitabilitas. Menurut Warsono 2003:37 “rasio profitabilitas mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan”. Adapun jenis-jenis rasio profitabilitas antara lain: a. Gross Profit Margin GPM Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. GPM sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan. Bila harga pokok penjualan meningkat maka GPM akan menurun, begitu sebaliknya sehingga rasio ini mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien. GPM = bersih Penjualan HPP - bersih Penjualan x 100 b. Net Profit Margin NPM Net profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada setiap penjualan yang dilakukan. Karena adanya unsur pendapatan dan biaya nonoperasional maka rasio ini tidak menggambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untuk setiap penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: NPM = Penjualan Bersih Laba x 100 Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. NPM yang rendah menandakan penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. c. Return On Total Asset ROA Return on asset ROA menunjukkan berapa banyak laba bersih yang dapat diperoleh dari seluruh harta yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini merupakan salah satu alat dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Hasil pengembalian total aktiva atau total investasi menunjukkan kinerja manajemen dalam menggunakan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba. Perusahaan mengharapkan adanya hasil pengembalian yang sebanding dengan dana yang digunakan. Hasil pengembalian ini dapat dibandingkan dengan penggunaan alternatif dari dana tersebut. Sebagai salah satu ukuran keefektifan, maka semakin tinggi hasil pengembalian, semakin efektiflah perusahaan tersebut dalam pemberdayaan aktivanya. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: ROA = Aktiva Total Bersih Laba x 100 d. Return On Equity ROE Rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah hasil yang diinvestasikan. Rasio ini mengukur tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham dan merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena akan memberikan tingkat pengembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Rasio ini dihitung dari laba bersih dibagi rata-rata ekuitas, dan rata-rata ekuitas diperoleh dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: ROE = ekuitas rata - rata bersih laba x 100 Meskipun rasio ini mengukur laba dari sudut pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang saham. e. Earning Per Share EPS Rasio ini menggambarkan besarnya pengembalian modal untuk setiap satu lembar saham. Semakin tinggi nilai EPS berarti semakin besar laba yang disediakan bagi pemegang saham, artinya EPS merupakan ukuran tingkat kesejahteraan para pemegang saham. Oleh karena itu, para investor lebih memilih untuk berinvestasi pada perusahaan yang menawarkan saham dengan nilai EPS yang tinggi. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: EPS = Beredar Yang Saham Jumlah Bersih Laba x 100 f. Payout Ratio PR Rasio ini menggambarkan persentase dividen kas yang diterima oleh pemegang saham terhadap laba bersih yang diperoleh perusahaan. Semakin tinggi rasio akan semakin menguntungkan bagi pemegang saham karena semakin besar tingkat pengembalian atas saham yang dimiliki. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: PR= Aktiva Rata - Rata Bersih Penjualan x 100 Pada perusahaan dengan rencana perluasan usaha yang besar akan cenderung memberikan payout ratio yang lebih kecil karena persentase laba yang digunakan untuk cadangan yang lebih besar. g. Retention Ratio RR Retention ratio ditambah payout ratio sama dengan satu. Rasio ini menggambarkan persentase laba bersih yang digunakan untuk penambahan modal perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus: RR = Bersih Laba Berjalan Tahun Ditahan Laba x 100 h. Productivity Ratio PR Rasio ini menggambarkan kemampuan operasional perusahaan dalam menjual dengan menggunakan aktiva yang dimiliki. Rasio produktivitas yang rendah menunjukkan terjadinya ketidakefisienan dalam menggunakan asset yang dimiliki. Ketidakefisienan tersebut menuntut penghentian aset-aset yang menganggur sehingga biaya untuk asset akan bisa dikurangi atau bisa digunakan untuk investasi pada aktiva yang lebih produktif. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus: PR = Bersih Laba Kas Deviden x 100

D. Tinjauan Penelitian Terdahulu