Tabel 4.7 Hasil Pengujian Dengan Bahan Bakar Solar + Biodiesel Kemiri Sunan 20
BEBAN PUTARAN
TORSINm WAKTUs
mmH20 Te
3.5 Kg 1800
5.7 137.92
7.5 150
2000 6.7
122.53 8.5
150 2200
6.7 118.81
9 160
2400 6.8
108 10
170 2600
6.8 106.47
10.5 170
2800 7
93.24 13
180 4.5 Kg
1800 9.4
143.59 7
150 2000
9.6 131.04
8 155
2200 9.8
122.17 9
160 2400
10.1 110.88
10 165
2600 9.8
104.89 10.5
170 2800
10.1 85.32
13 190
4.4 Pengujian Performansi Motor Bakar Diesel
Data yang diperoleh dari pembacaan langsung alat uji mesin diesel 4 langakah 1 silinder TD
– 111 melalui alat pembaca TD – 115 selanjutnya akan diproses dan dikalkulasi untuk mendapatkan besar performansi dari mesin diesel tersebut.
4.4.1 Daya
Besarnya daya dari masing-masing pengujian dan tiap variasi beban dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
dimana: Pb = Daya keluaran Watt
n = Putaran Mesin T = Torsi Nm
Universitas Sumatera Utara
Untuk pengujian dengan bahan bakar solar: Beban
: 3.5 Kg Putaran mesin : 1800 rpm
= 1.75212 kW Dengan perhitungan yang sama dapat diketahui besarnya daya yang dihasilkan dari
masing-masing pengujian baik dalam semua variasi persentase biodiesel, dan kondisi pembebanan dan putaran mesin seperti ditunjukkan dalam tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 Data Perhitungan Untuk Daya
BEBAN PUTARAN
MESIN DAYA kW
SOLAR BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20 3.5 KG
1800 1.75212
1.11156 0.471
0.88548 0.395694
2000 2.198
1.27693333 0.607066667 1.109466667 0.516793333 2200
2.53293333 1.49673333 1.10528 1.31252
0.568472667 2400
2.81344 1.73328
1.35648 1.6328
0.629408 2600
3.12953333 1.93214667 1.578373333 1.850506667 0.681858667 2800
3.42888 2.13938667 1.904933333 1.992853333 0.755906667
4.5 KG 1800
2.1666 1.6014
1.3188 1.63908
0.652548 2000
2.47013333 1.83166667 1.5072 1.863066667 0.74048
2200 2.80925333 2.12996667 1.727
2.0724 0.831497333
2400 3.11488
2.3864 1.884
2.31104 0.934856
2600 3.42888
2.63969333 2.12264 2.558053333 0.982678667
2800 3.78056
2.93066667 2.491066667 2.754826667 1.090665333
Pada pembebanan 3.5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel 20, putaran mesin 1800 rpm sebesar 0.395694 kW sedangkan
daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 3.42888 kW.
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 4.5 kg daya terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar biodiesel 20 pada putaran mesin 1800 rpm sebesar 0.652548kW
sedangkan daya tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar pada putaran mesin 2800 rpm sebesar 3.78056kW.
Daya terendah terjadi ketika menggunakan bahan bakar biodiesel 20 pada beban 3.5 kg dengan putaran mesin 1800 rpm yaitu 0.395694 kW dan daya terbesar terjadi
ketika menggunakan bahan bakar solar pada beban 4.5 kg dengan putaran mesin 2800 rpm yaitu 3.78056kW.
Daya terbesar terjadi pada penggunaan solar rpm karena nilai kalor yang paling besar yang terdapat pada solar yaitu sebesar
42642.47040
kJkg
o
C Penurunan daya terjadi pada penggunaan katalitik konverter karena adanya tekanan
udara balik ke dalam ruang bakar. Udara balik yang masuk akhirnya mengganggu proses pembakaran di dalam ruang bakar.
Perbandingan besarnya daya untuk masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 dibawah ini:
Gambar 4.1 Grafik Daya vs Putaran mesin untuk beban 3.5 kg
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 D
ay a
k W
RPM
DAYA PADA BEBAN 3.5 kg
SOLAR MURNI BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Grafik Daya vs Putaran untuk beban 4.5 kg Dari grafik dapat dilihat bahwa daya tertinggi terjadi pada penggunaan solar
sedangkan daya terendah terjadi pada penggunaan solar + biodiesel kemiri sunan 20
4.4.2. Laju Aliran Bahan Bakar mf
Laju aliran bahan bakar didapat adalah banyaknya bahan bakar yang habis terpakai selama satu jam pemakaian
dimana: sgf
= spesifik gravitasi biodiesel = 0.8624 Vf
= Volume bahan bakar yang diuji 8 ml t
f
= waktu yang dibutuhkan untuk menghabiskan bahan bakar detik Dengan menggunakan harga sgf, dan t
f
yang didapat dari percobaan, maka didapatlah laju aliran bahan bakar menggunakan solar:
Beban : 10 kg
Putaran mesin : 1800 rpm
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5 4
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 D
A YA
k W
RPM
DAYA PADA BEBAN 4.5 kg
SOLAR MURNI BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
= 0.281026 kgjam Dengan cara yang sama untuk setiap pengujian pada putaran mesin dan beban yang
bervariasi dan pada setiap variasi persentase biodiesel maka hasil perhitungan mf untuk kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 4.9 di bawah ini:
Tabel 4.9 Laju Aliran Bahan Bakar
BEBAN PUTARAN
MESIN
mf kgjam
Solar BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20 3.5 KG
1800 0.28102648
0.2562377 0.17784312
0.18048921 0.18008353
2000 0.32089302
0.27338602 0.21228308
0.20202635 0.20270236
2200 0.36525176
0.34496 0.25065213
0.20859259 0.20904907
2400 0.39361521
0.36216273 0.27203855
0.25950392 0.22997333
2600 0.43232585
0.38820131 0.29452295
0.26346791 0.23327811
2800 0.49714011
0.41319448 0.32466824
0.27230698 0.26637838
4.5 KG 1800
0.2827541 0.25542081
0.1965584 0.19118713
0.17297249 2000
0.31924319 0.29141288
0.22497391 0.21455701
0.18953846 2200
0.36795733 0.32449856
0.25077868 0.24264478
0.20329966 2400
0.41168772 0.37292973
0.26216086 0.26623561
0.224 2600
0.45051914 0.413952
0.30512432 0.30497446
0.23679207 2800
0.50615692 0.46862491
0.35912551 0.3160341
0.29110549
Pada pembebanan 3.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan biodiesel 10 pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0.17784312 kgjam sedangkan mf
tertinggi pada saat menggunakan solar pada putaran mesin 2800 yaitu sebesar 0.49714011 kgjam
Pada pembebanan 4.5 kg, mf terendah terjadi pada saat menggunakan biodiesel 20 pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0.17297249 kg jam. sedangkan mf
tertinggi pada saat menggunakan solar pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 0.50615692 kgjam
Perbandingan masing-masing nilai mf pada setiap pembebanan dengan variasi bahan bakar dan variasi putaran mesin dapat dilihat pada gambar grafik 4.3 dan 4.4 di bawah
ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik mf vs putaran mesin untuk beban 3.5 kg
Gambar 4.4 Grafik mf vs putaran mesin untuk beban 4.5 kg Dapat dilihat dari trend grafik diatas laju aliran bahan bakar tinggi pada penggunaan
solar murni sedangkan laju aliran bahan bakar terendah terjadi pada penggunaan solar + biodiesel kemiri sunan 20
4.4.3 Rasio udara bahan bakar AFR
Rasio udara bahan bakar AFR dari masing-masing jenis pengujian dihitung berdasarkan rumus berikut:
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
mf
rpm
mf Pada Beban 3.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5 0.6
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
mf
rpm
mf Untuk Beban 4.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
dimana: AFR = air fuel ratio
ma = laju aliran massa udara. Besarnya laju aliran udara ma diperoleh dengan membandingkan besarnya tekanan
udara masuk yang telah diperoleh melalui pembacaan air flow manometer terhadap kurva viscous flow mete calibration seperti pada gambar 4.5 berikut
Gambar 4.5 Viscous Flow Meter Pada pengujian ini dianggap tekanan udara sebesar 100 kPa dan temperatur udara
27
o
C. Kurva kalibrasi dikondisikan untuk pengujian pada tekanan 101.3 kPa dan temperatur 20
o
C. maka besarnya laju aliran udara yang diperoleh harus dikalikan dengan faktor pengali berikut:
Universitas Sumatera Utara
Cf = 0.946531125 Untuk pengujian dengan menggunakan solar, beban 3.5 kg dan putaran mesin 1800
rpm tekanan udara masuk didapati 13 mmH
2
O, dengan melakukan interpolasi pada kurva viscous flow meter didapat besar ma 14kgjam, dan kemudian dikalikan dengan factor
koreksi sehingga didapat massa udara yang sebenarnya: ma = 14 x 0.946531125
= 13.75254 kgjam Dengan cara yang sama maka didapat nilai ma untuk masing-masing pengujian, maka
dapat dihitung besarnya AFR. Untuk pengujian dengan menggunakan solar pada putaran 1800 rpm dan beban 3.5 kg
maka didapatkan besar AFR:
AFR = 48.94 Hasil perhitunganAFR untuk masing-masing pengujian pada tiap variasi beban, putaran
mesin dan persentase biodiesel dapat dilihat pada tabel 4.10 dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10 Air Fuel Ratio
BEBAN PUTARAN
MESIN AFR
Solar BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20 3.5 KG
1800 48.9368142
51.6067571 54.8194973
49.8204062 44.0582107
2000 49.4504859
54.1740508 58.6829694
49.7456555 44.360834
2200 46.3411961
49.0671488 62.6651682
50.7154983 45.5442808
2400 48.377142
52.5785166 65.7026825
48.9189251 46.000452
2600 46.4924013
54.502017 69.8817996
50.1905395 47.6162179
2800 42.5589367
53.7655838 70.0662879
50.5038111 51.6278406
4.5 KG 1800
48.6378112 53.8426772
49.5998663 47.0326936
42.8115133 2000
49.706044 54.453035
57.7801545 44.3751027
44.6511054 2200
47.4379661 53.7911397
64.7933254 45.7781165
46.8322935 2400
46.2534545 49.6421544
70.244234 43.7085221
47.2271307 2600
46.963054 47.2782423
67.4537945 41.6252979
46.9095998 2800
43.8908202 45.1485918
63.3435878 41.8423093
47.2424642
Pada pembebanan 3.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan solar pada putaran mesin 2800 rpm yaitu 42.5589367, sedangkan AFR tertinggi terjadi pada
penggunaan biodiesel 10 putaran mesin 2800 rpm yaitu 70.0662879 Pada pembebanan 4.5 kg AFR terendah terjadi pada saat menggunakan biodiesel 15
pada putaran mesin 2600 rpm yaitu 41.6252979, sedangkan AFR tertinggi terjadi pada penggunaan biodiesel 10 putaran mesin 2400 rpm yaitu 70.244234
Laju aliran bahan bakar berbanding terbalik dengan nilai AFR. Pada subbab 4.4.3, laju aliran bahan bakar tertinggi pada penggunaan solar, maka dapat dilihat bahwa
nilai AFR terendah terjadi pada penggunaan solar. Perbandingan harga AFR masing-masing pengujian pada setiap variasi beban dan
putaran dapat dilihat pada gambar 4.6 dan 4.7 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.6 Grafik AFR vs putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
Gambar 4.7 Grafik AFR vs putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg Dari grafik terlihat bahwa biodiesel 10 tidak mengikuti trend grafik yang ada. ini
disebabkan juga oleh nilai laju aliran bahan bakar pada penggunaan biodiesel 10 yang rendah, sehingga mengakibatkan nilai AFR yang tinggi
10 20
30 40
50 60
70 80
1600 1800
2000 2200
2400 2600
2800 3000
A FR
rpm
AFR pada Beban 3.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
10 20
30 40
50 60
70 80
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 A
FR
rpm
AFR pada Pembebanan 4.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
4.4.4 Effisiensi Volumetris
Effisiensi volumetric untuk motor bakar 4 langkah dihitung dengan persamaan berikut:
dimana: ma = laju aliran udara kgjam
ρa = Kerapatan udara kgm
3
Vs = volume langkah torak m
3
= 0.00023 berdasarkan spesifikasi mesin Diasumsikan udara sebagai gas ideal sehingga massa jenis udara dapat diperoleh
dengan persamaaan berikut: ρa =
Dimana: R = Konstanta gas untuk udara = 287 Jkg K Dengan memasukkan harga tekanan dan temperature udara yaitu sebesar100 kPa dan
suhu 27
o
C, maka diperoleh massa jenis udara sebesar: ρa =
= 1.161440186 kgm
3
Dengan diperolehnya massa jenis udara, maka dapat dihitung besarnya effisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dengan variasi persentase biodiesel, putaran
mesin dan beban. Untuk pengujian menggunakan solar beban 3.5 kg pada putaran mesin 1800 rpm
maka didapatkan nilai effesiensi volumetrik:
Universitas Sumatera Utara
= 93.75866997 Harga effisiensi volumetrik untuk masing-masing pengujian dapat dihitung dengan
melakukan perhitungan yang sama dengan perhitungan di atas dengan variasi beban, putaran mesin, dan biodiesel dengan beberapa variasi seperti ditunjukkan pada tabel:
Grafik 4.11 Effesiensi Volumetris
PUTARAN MESIN
Effisiensi Volumetrik
Solar BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20
1800 93.75867
90.1525673 66.4661664
63.3973062 55.9878257
2000
97.364773 90.8737878
76.4360914 63.7702316
57.1075823
2200 94.414325
94.414325 87.6144921
61.024145 54.9698653
2400 97.364773
97.3647727 91.3909789
67.1265596 55.9878257
2600
94.86824 99.8613053
97.1428587 64.5447688
54.2651234
2800 92.728355
97.3647727 99.6992497
62.3318053 62.3864344
1800 93.75867
93.75867 66.4661664
63.3973062 52.255304
2000
97.364773 97.3647727
79.7593997 60.4139036
53.7483127
2200 97.364773
97.3647727 90.6356815
64.0753523 54.9698653
2400 97.364773
94.6601956 94.1604025
61.5326796 55.9878257
2600
99.861305 92.3717074
97.1428587 61.962978
54.2651234
2800 97.364773
92.7283549 99.6992497
59.9344282 62.3864344
Effisiensi volumetrik terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 20 pada pembebanan 4.5 kg dengan putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 52.255304
sedangkan effisiensi volumetrik tertinggi terjadi pada penggunaaan solar pada pembebanan 4.5 kg pada putaran mesin 2600 rpm yaitu sebesar 99.861305
Effisiensi volumetrik dipengaruhi oleh laju konsumsi udara, dan besar putaran mesin. Selain itu nilai kalor bahan bakar juga mempengaruhi besar effesiensi volumetrik.
Semakin tinggi nilai kalor bahan bakar maka konsumsi udara akan semakin rendah dan sebaliknya semakin rendah nilai kalor bahan bakar maka semakin tinggi nilai
konsumsi udara, yang dapat dilihat pada penurunan effisiensi volumetrik pada biodiesel kemiri sunan 20
Perbandingan effisiensi volumetrik dari masing-masing pengujian pada tiap variasi putaran dapat dilihat pada gambar grafik 4.8 dan 4.9 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.8 Grafik effisiensi volumetrik vs putaran mesin pada beban 3.5 kg
Gambar 4.9 Grafik effisiensi volumetrik vs putaran mesin pada beban 4.5 kg Dari grafik terlihat bahwa nilai effisiensi volumeterik biodiesel 10 cenderung keluar
dari trend grafik yang ada, hal ini disebabkan laju konsumsi udara yang cenderung besar pada saat penggunaan biodiesel 10, di mana laju konsumsi udara berbanding
lurus dengan besarnya effisiensi volumetrik.
20 40
60 80
100 120
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 E
ff e
si e
n si
v o
lu m
e tr
is
rpm
Effesiensi volumetrik pada Beban 3.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
20 40
60 80
100 120
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 E
ff e
si e
n si
Vo lu
m e
tr is
rpm
Effesiensi Volumetrik pada Beban 4.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
4.4.5 Daya Aktual
Daya aktual didapat dengan mengalikan Daya hasil pembacaan dengan effiesiensi mekanikal dan effesiensi volumetrik, sehingga didapat:
Pa = η
v
x η
m
dimana: besar η
m
adalah 0.75 – 0.95 untuk mesin diesel dan yang diambil untuk
perhitungan ini adalah 0.75 Untuk beban 3.5 kg putaran mesin 1800 dengan bahan bakar solar maka didapat daya
aktual: Pa = 1.75212 x 0.93758 x 0.75
= 0.64850496 kW Dengan menggunakan cara yang sama untuk setiap variasi putaran mesin, beban dan
bahan bakar maka didapat hasil seperti pada tabel 4.12 dibawah ini: Tabel 4.12 Grafik Daya Aktual
BEBAN PUTARAN
MESIN
Daya Aktual
Solar BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20 3.5 KG
1800 0.64850496
0.28816603 0.05638513
0.193019108 0.0361884
2000 0.92815041
0.3592863 0.09024332
0.272308822 0.05593705
2200 1.05006092
0.40644323 0.29040785
0.353214 0.06317226
2400 1.23972883
0.53539885 0.42039626
0.483325468 0.07169872
2600 1.36078719
0.63659365 0.55881802
0.587946563 0.0804019
2800 1.38854427
0.71493704 0.75782833
0.637125265 0.09948517
4.5 KG 1800
0.98555625 0.62401738
0.39996876 0.624360876
0.09563328 2000
1.17826348 0.74306683
0.54771 0.684974177
0.11559124 2200
1.32223183 0.90235322
0.73308184 0.794859627
0.13897623 2400
1.45290759 0.95822777
0.86700466 0.865122958
0.16239244 2600
1.6500989 1.03071315
0.97554189 0.931775375
0.16451575 2800
1.74080592 1.1265797
1.17158965 1.00868184
0.18951936
Pada pembebanan 3.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan solar putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 1.38854427 kW sedangkan daya terendah terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
penggunaan bahan bakar biodiesel 20 pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0.0361884 kW
Pada pembebanan 4.5 kg daya aktual terbesar terjadi pada penggunaan solar pada putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 1.74080592 kW sedangkan daya aktual terkecil
terjadi pada penggunaan biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 0.09563328 kW
Besarnya daya ditentukan oleh besarnya nilai kalor bahan bakar dan besarnya putaran. Semakin tinggi nilai kalor maka nilai daya yang dapat dibangkitkan akan semakin
tinggi begitu pula sebaliknya, demikian pula dengan putaran semakin tinggi putaran mesin maka nilai daya akan semakin besar.
Melalui grafik hubungan antara daya aktual dan putaran mesin pada gambar 4.10 dan 4.11 di bawah ini.
Gambar 4.10 Grafik Daya aktual vs putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 D
ay a Akt
u al
kW
rpm
Daya Aktual beban 3.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.11 Grafik Daya aktual vs putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg Dari grafik dapat dilihat bahwa solar murni memiliki nilai daya aktual yang terbesar
dari semuavariasi bahan bakar yang ada, ini desebabkan nilai kalor solar yang paling tinggi dari semua variasi yang ada.
4.4.6 Effisiensi Termal Aktual
Effisiensi termal aktual adalah perbandingan antara daya aktual dengan laju panas rata-rata yang dihasilkan bahan bakar, yang dapat dihitung dengan persamaan berikut:
dimana: η
a
= effisiensi termal aktual LHV = nilai kalor pembakaran kJkg
Dengan nilai LHV untuk masing-masing sesuai dengan variasi persentase biodiesel yang didapat melalui percobaan bom kalori meter.
Maka dengan memasukkan nilai-nilai ke persamaan untuk beban 3.5 kg putaran mesin 1800 rpm menggunakan solar didapatkan nilai effisiensi termal:
0.2 0.4
0.6 0.8
1 1.2
1.4 1.6
1.8 2
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 D
ay a Akt
u al
kW
rpm
Daya Aktual beban 4.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
= 19.48167109 Dengan menggunakan cara yang sama maka didapatkan besar effisiensi termal aktual
untuk variasi putaran mesin, pembebanan, dan bahan bakar seperti pada tabel 4.13 di bawah: Tabel 4.13 Effisiensi termal aktual
BEBAN PUTARAN
MESIN
Effisiensi termal aktual
Solar BIODIESEL
5 BIODIESEL
10 BIODIESEL
15 BIODIESEL
20 3.5 KG
1800 19.4816711
9.93986242 2.87491759
9.99334837 1.99188773
2000 24.4184578
11.6156889 3.85476231
12.5955069 2.73533343
2200 24.2707008
10.413861 10.5059387
15.8234431 2.99535063
2400 26.5897937
13.0663503 14.0128447
17.4043466 3.09032004
2600 26.5729123
14.493922 17.2047825
20.8531704 3.4163461
2800 23.5798516
15.293043 21.1655208
21.8639191 3.70193572
4.5 KG 1800
29.4260962 21.5933993
18.4515298 30.5168001
5.48026455 2000
31.1588142 22.5371888
22.075799 29.8327608
6.04501103 2200
30.3368364 24.5778796
26.5069512 30.6112768
6.77599957 2400
29.7940969 22.7102736
29.988276 30.3650261
7.18600151 2600
30.9212382 22.0073855
28.9912548 28.5502373
6.88667914 2800
29.0352333 21.2479567
29.581977 29.8251214
6.45316404
Pada pembebanan 3.5 kg effisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan solar putaran mesin 2600 rpm sebesar 26.5729123 sedangkan effisiensi termal
aktual terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 1.99188773
Pada pembebanan 4.5 kg effisiensi termal aktual tertinggi terjadi pada penggunaan solar putaran mesin 2600 rpm yaitu sebesar 30.9212382 sedangkan effisiensi termal
aktual terendah mesin terjadi pada penggunaan biodiesel 20 putaran 1800 rpm yaitu sebesar 5.48026455
Effisiensi cenderung tinggi pada penggunaan bahan bakar solar pada putaran mesin yang tinggi, hal tersebut dikarenakan nilai kalor bahan bakar yang tinggi dari solar
dibandingkan biodiesel, sedangkan effesiensi terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 20 karena memiliki nilai kalor terkecil dari semuanya.
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan nilai effesiensi termal aktual untuk setiap variasi pembebanan, bahan bakar dan putaran dapat dilihat pada gambar 4.12 dan 4.13 di bawah ini.
Gambar 4.12 Effisiensi termal aktual vs putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
Gambar 4.13 Effisiensi Termal Aktual vs Putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg
4.4.7 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik SFC
Konsumsi bahan bakar spesifik dari masing-masing pengujian pada tiap-tiap variasi beban, putaran dan bahan bakar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
5 10
15 20
25 30
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 E
ff e
si e
n si
Ter m
al B
rake ak
tu al
rpm
Effisiensi Termal Aktual Beban 3.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
5 10
15 20
25 30
35
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 E
ff e
si e
n si
Ter m
al B
rake Akt
u al
rpm
Effisiensi Termal Aktual Pembebanan 4.5 kg
Solar BIODIESEL 5
BIODIESEL 10 BIODIESEL 15
BIODIESEL 20
Universitas Sumatera Utara
Dengan diperolehnya besar laju aliran bahan bakar pada subbab 4.4.2 maka untuk pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar dengan beban 3.5 kg pada putaran mesin
1800 rpm didapat nilai SFC:
Sfc = 244.3486 grkWh
Dengan menggunakan cara yang sama untuk variasi beban, bahan bakar, dan putaran mesin maka didapatkan hasil perhitungan SFC seperti pada tabel 4.14 di bawah ini:
Tabel 4.14 Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Beban Putaran
Mesin SFC grkWh
Solar Biodiesel
5 Biodiesel
10 Biodiesel
15 Biodiesel
20
3.5 kg 1800
244.384644 365.286796
811.55414 459.307608
1161.24239
2000
214.206523 336.566905
653.555503 407.922569
981.183159
2200
218.188889 348.72925
369.76441 372.043061
955.687574
2400
205.274179 306.573869
313.484227 338.234964
932.295481
2600
208.023662 287.423075
274.410346 315.121464
900.659806
2800
223.365412 283.377477
244.213737 313.166787
806.942501
4.5 kg 1800
198.847755 243.022779
320.342093 262.838909
724.663118
2000
189.627513 233.433086
267.350721 272.319903
680.332382
2200
192.179325 223.532192
228.876404 261.040764
635.4086
2400
193.921828 235.840468
211.115738 267.457519
611.380604
2600
187.960105 242.526667
211.39347 274.867602
634.361456
2800
196.439649 246.347606
206.57177 273.442025
611.182168
Pada pemebebanan 3.5 kg SFC tertinggi terjadi pada penggunaan biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 1161.24239 grkWh dan SFC terendah terjadi
pada penggunaan bahan bakar solar putaran mesin 2400 rpm yaitu sebesar 205.274179 grkWh
Pada pembebanan 4.5 kg SFC tertinggi terjadi pada penggunaan biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 724.663118 grkWh dan SFC terendah terjadi
pada penggunaan bahan bakar solar pada putaran mesin 2600 yaitu sebesar 187.960105 grkWh
Universitas Sumatera Utara
SFC terbesar terjadi pada biodiesel 20 putaran terendah karena pada putaran ini memiliki nilai mf terendah. Selain itu hal ini dipengaruhi oleh nilai kalor bahan bakar
yang paling kecil dibanding semua bahan bakar yang tersedia. Nilai kalor yang rendah mengakibatkan konsumsi bahan bakar yang terjadi setiap jamnya semakin tinggi
persatuan daya yang dibangkitkannya. Perbandingan harga SFC untuk masing-masing pengujian bahan bakar dapat dilihat
pada gambar 4.14 dan 4.15 di bawah ini.
Gambar 4.14 SFC vs Putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
Gambar 4.15 SFC vs Putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg
200 400
600 800
1000 1200
1400
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 SFC
rpm
SFC Pembebanan 3.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
200 400
600 800
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 S
FC
rpm
SFC pembebanan 4.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
Universitas Sumatera Utara
4.4.8 Heat Loss
Heat loss dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini Heat Loss = ma + mf x Te
–Ta Dimana:
Te = Suhu exhaust
o
C Ta
= Suhu ambient suhu udara luar asumsi 27
o
C Untuk beban 3.5 kg, putaran 1800 rpm bahan bakar solar maka heat loss dapat
dihitung: Heat Loss = 13.75254 + 0.281026 x 200
–27 = 2385.70638 W
Selanjutnya dengan perhitungan yang sama untuk pembebanan, variasi nilai LHV sesuai dengan persentase biodiesel, dan putaran yang bervariasi maka didapat heat losses
seperti pada tabel 4.15 di bawah ini. Tabel 4.15 Heat Losses
Beban Putaran
Heat Loss W
Solar Biodiesel
5 Biodiesel
10 Biodiesel
15 Biodiesel
20
3.5 kg 1800
2385.70638 2089.37432
1091.98251 1219.94714
998.051703
2000
3075.9497 2488.82934
1520.36213 1363.51065
1130.95401
2200
3631.20564 3108.80946
3670.29637 1542.60819
1294.09514
2400
4275.83075 3686.78695
2540.39818 1917.21518
1545.66564
2600
4619.74335 4309.19117
3131.44746 1996.08555
1621.77719
2800
4980.62577 4865.1999
3691.6746 2145.80166
2144.89458
4.5 kg
1800
2526.35302 2101.19419
1143.77033 1221.36996
932.11695
2000
3075.63623 2585.55661
1586.88016 1294.82769
1107.53796
2200
3742.85202 3111.43806
2309.93882 1623.11663
1293.33047
2400
4279.8067 3682.76317
2614.84296 1761.64409
1490.79706
2600
4969.90295 3996.97499
3133.03767 1923.94482
1622.27969
2800
5453.23181 4649.67158
4043.79912 2003.86534
2289.11429
Universitas Sumatera Utara
Pada pembebanan 3.5 kg Heat Loss tertinggi terjadi pada penggunaan solar putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 4980.62577 W, sedangkan Heat Losses tertinggi terjadi
pada penggunaan biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 998.051703 W Pada pembebanan 4.5 kg Heat Loss tertinggi terjadi pada penggunaan solar pada
putaran mesin 2800 yaitu sebesar 5453.23181 W sedangkan Heat loss terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 20 pada putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar
932.11695 W Heat Loss yang tinggi pada solar murni diakibatkan suhu exhaust yang dikeluarkan
pada penggunaan solar relatif lebih tinggi, hal ini terjadi karena nilai kalor bahan bakar solar murni yang paling tinggi dari semua bahan bakar yang tersedia, selain itu
heat loss tertinggi juga terjadi pada putaran yang tinggi karena adanya kecenderungan peningkatan suhu exhaust pada putaran yang lebih tinggi
Nilai dari heat loss dapat dilihat pada gambar grafik 4.16 dan 4.17 di bawah ini.
Gambar 4.16 Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
1000 2000
3000 4000
5000 6000
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
He at
Lo ss
W
rpm
Heat Loss W Pembebanan 3.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.17 Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg
4.4.9 Persentase Heat Loss
Panas yang masuk ke mesin diberikan oleh persamaan di bawah ini Q = mf x LHV
Maka besarnya persentase panas yang terbuang dari mesin dapat dihitung dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
–
Dengan memasukkan nilai Te dan LHV untuk solar pada putaran 1800 rpm, pembebanan 3.5 kg maka didapat Heat Loss sebagai berikut:
–
= 19.48167109 Dengan menggunakan perhitungan yang sama pada variasi nilai LHV untuk setiap
persetase biodiesel, dan putaran maka didapat nilai persentase heat loss seperti ditunjukkan pada tabel 4.16 di bawah ini.
1000 2000
3000 4000
5000 6000
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 H
e at
Loss W
rpm
Heat Loss W Pembebanan 4.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.16 Persentase Heat Loss
Beban Putaran
Mesin
Heat Loss
Solar Biodiesel
5 Biodiesel
10 Biodiesel
15 Biodiesel
20
3.5 kg 1800
20.8424069 20.0194133
15.4658583 17.5448329
15.2597026
2000
23.5340717 22.3509986
18.0396077 17.5190265
15.362191
2200
24.4082498 22.1260293
36.8829074 19.1962419
17.0445281
2400
26.6702292 24.993231
23.5215944 19.1772533
18.5056817
2600
26.2352232 27.2531608
26.7806686 19.6657668
19.1418639
2800
24.5970613 28.9084162
28.6403971 20.4545656
22.170424
4.5 kg 1800
21.9362934 20.1970539
14.6569171 16.5824252
14.8374881
2000
23.653284 21.7832874
17.7667254 15.6649396
16.0889716
2200
24.9737242 23.5410863
23.2009247 17.3635384
17.5161987
2400
25.5231552 24.2451515
25.1230972 17.1755832
18.3247276
2600
27.0839986 23.7060701
25.863316 16.3752751
18.8636443
2800
26.4512926 24.3598736
28.3621235 16.458644
21.6513063
Pada pembebanan 3.5 kg persentase heat loss tertinggi terjadi pada penggunaan biodiesel 10 putaran mesin 2200 yaitu sebesar 36.8829074 sedangkan persentase
Heat Loss terendah terjadi pada pemakaian Biodiesel 20 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 15.2597026
Pada pembebanan 4.5 kg persentase heat loss tertinggi terjadi pada penggunaan biodiesel 10 putaran mesin 2800 rpm yaitu sebesar 28.3621235 sedangkan
Persentase Heat Loss terendah terjadi pada penggunaan biodiesel 10 putaran mesin 1800 rpm yaitu sebesar 14.6569171
Heat Loss tertinggi terjadi pada biodiesel 10 karena konsumsi bahan bakar yang cenderung rendah pada putaran 2200 yaitu sebesar 0.250652 kgjam pada beban 3.5
kg sedangkan untuk beban 4.5 kg yaitu sebesar 0.359126 kgjam. Heat Loss terendah terjadi pada biodiesel 20 putaran 1800 rpm dikarenakan nilai kalor bahan bakar
yang rendah dibandingkan bahan bakar yang lain menghasilkan energi keluaran dan panas yang dihasilkan juga lebih kecil dari panas rata-rata yang dihasilkan olaeh
bahan bakar yang lain. Hasil dari persentase heat loss untuk masing-masing bahan bakar, pembebanan dapat
dilihat pada gambar grafik 4.18 dan 4.19 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.18 Persentase Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 3.5 kg
Gambar 4.19 Persentase Heat Loss vs Putaran mesin pada pembebanan 4.5 kg
4.4.10 Emisi Gas Buang
Emisi gas buang yang diukur adalah opacity, HC, dan CO yang diukur dengan menggunakan smoke meter dan gas analyzer.
Hasil pengukuran gas buang sebelum dan sesudah menggunakan Katalitik Konverter dapat dilihat pada tabel 4.17; 4.18; dan 4.19 di bawah ini:
5 10
15 20
25 30
35 40
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 H
e at
Loss
rpm
Persentase Heat Loss Pembebanan 3.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
5 10
15 20
25 30
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 H
e at
Loss
rpm
Persentase Heat Loss Pembebanan 4.5 kg
Solar Biodiesel 5
Biodiesel 10 Biodiesel 15
Biodiesel 20
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.17 Opacity
OPACITY Non Katalitik Beban 3.5 kg
Non Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Average
No Bahan Bakar
Value 1
Value 2
Value 3
Average
1 Solar
22.6 21.6
41.4 28.53333 1 Solar
21 20.2
32.7 24.63333
2 Biodiesel
5 12.6
19.1 32.5
21.4 2 Biodiesel
5 12.8
14.7 24.9 17.46667
3 Biodiesel
10 15.7
17.3 28.9 20.63333
3 Biodiesel 10
33.8 20
34.5 29.43333
4 Biodiesel
15 15.8
17.3 31.1
21.4 4 Biodiesel
15 18.7
18.4 24.5 20.53333
5 Biodiesel
20 20.8
20.8 18.4
20 5 Biodiesel
20 19.3
22 26.6 22.63333
OPACITY Katalitik Beban 3.5 kg
Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Average
No Bahan Bakar
Value 1
Value 2
Value 3
Average
1 Solar 25
21 23.2 23.06667
1 Solar 19.8
21.4 24.6 21.93333
2 Biodiesel
5 16.7
30.8 32.6
26.7 2 Biodiesel
5 29.9
30.8 37.6
32.7667
3 Biodiesel
10 37.5
38.7 46.6 40.93333
3 Biodiesel 10
39.4 31.2
29.8 33.4667
4 Biodiesel
15 19.9
30.9 55.1
35.3 4 Biodiesel
15 49.6
36.4 40.5
42.1667
5 Biodiesel
20 18.4
24.4 50.9 31.23333
5 Biodiesel 20
30.8 41.4
53.8 42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.18 CO
CO Non-Katalitik Beban 3.5 kg
Non-Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Mean
No Bahan Bakar
Value 1
Value 2
Value 3
Mean
1 Solar 0.07
0.06 0.05
0.06 1 Solar
0.06 0.05
0.05 0.05333
2 Biodiesel
5 0.07
0.05 0.06
0.06 2 Biodiesel
5 0.07
0.06 0.05
0.06
3 Biodiesel
10 0.06
0.05 0.04
0.05 3 Biodiesel
10 0.07
0.06 0.04
0.05667
4 Biodiesel
15 0.08
0.06 0.05
0.06333 4 Biodiesel
15 0.07
0.06 0.05
0.06
5 Biodiesel
20 0.07
0.06 0.05
0.06 5 Biodiesel
20 0.08
0.06 0.05
0.06333
CO Katalitik Beban 3.5 kg
Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Mean
No Bahan Bakar
Value 1
Value 2
Value 3
Mean
1 Solar
0.05 0.04
0.04 0.04333
1 Solar 0.06
0.04 0.04
0.04667
2 Biodiesel
5 0.05
0.03 0.03
0.03667 2 Biodiesel
5 0.04
0.04 0.03
0.03667
3 Biodiesel
10 0.03
0.03 0.02
0.02667 3 Biodiesel
10 0.04
0.02 0.03
0.03
4 Biodiesel
15 0.04
0.03 0.03 0.033333
4 Biodiesel 15
0.05 0.04
0.03 0.04
5 Biodiesel
20 0.05
0.03 0.03
0.03667 5 Biodiesel
20 0.06
0.03 0.02
0.03667
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.19 HC
HC Non-Katalitik Beban 3.5 kg
Non-Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Mean
ppm No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Meanppm
1 Solar 42
43 32
39 1 Solar
32 27
21 26.6667
2 Biodiesel
5 54
34 32
40 2 Biodiesel
5 36
30 33
33
3 Biodiesel
10 30
25 23
26 3 Biodiesel
10 33
25 22
26.6667
4 Biodiesel
15 53
31 28
30.3333 4 Biodiesel
15 35
32 21
29.3333
5 Biodiesel
20 32
31 23
28.6667 5 Biodiesel
20 44
35 30
36.3333
HC Katalitik Beban 3.5 kg
Katalitik Beban 4.5 kg No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Mean
ppm No Bahan
Bakar Value
1 Value
2 Value
3 Meanppm
1 Solar
19 23
18 20
1 Solar 29
23 21
24.3333
2 Biodiesel
5 26
21 20
22.3333 2 Biodiesel
5 27
21 23
23.6667
3 Biodiesel
10 34
24 33
30.3333 3 Biodiesel
10 26
16 16
19.3333
4 Biodiesel
15 25
23 32
26.6667 4 Biodiesel
15 27
25 26
26
5 Biodiesel
20 20
19 34
24.3333 5 Biodiesel
20 30
26 30
28.6667
Nilai Opacity terbesar terjadi pada penggunaan katalitik converter pada pembebanan 4.5 kg biodiesel 15 yaitu sebesar 42.1667 sedangkan Opacity terendah terjadi
pada pembebanan 4.5 kg biodiesel 5 tampa menggunakan katalitik konveter yaitu sebesar 17.4667
Nilai CO terebesar terjadi pada saat tidak menggunakan katalitik converter yaitu pada pembebanan 3.5 kg biodiesel 15 dan beban 4.5 kg biodiesel 20 yaitu sebesar
0.063333 sedangkan Nilai CO terendah terjadi pada saat penggunaan katalitik converter bahan bakar biodiesel 10 yaitu sebesar 0.026667
Nilai HC terbesar terjadi pada saat tidak menggunakan katalitik converter pada pembebanan 3.5 kg bahan bakar biodiesel 5 yaitu sebesar 40 ppm sedangkan nilai
HC terendah terjadi pada penggunaan katalitik converter pada pembebanan 4.5 biodiesel 10 yaitu sebesar 19.333 ppm
Universitas Sumatera Utara
Nilai Opacity yang cenderung meningkat pada saat menggunakan katalitik converter karena adanya reaksi oxidization catalyst. Proses ini mengurangi hidrokarbon yang
tidak terbakar di ruang bakar dan CO dengan membakarnya oxidizing melalui katalis platinum dan palladium. Katalis ini membantu reaksi CO dan HC dengan
oksigen yang ada di dalam gas buang. Reaksinya sebagai berikut;
2
CO + O
2
= 2CO
2
. Selain mengubah CO menjadi CO
2
proses ini mengubah HC dan CO ke dalam bentuk uap air sehingga meningkatkan nilai opacity kekabutan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Maximum daya Pada Bahan Bakar Solar beban 4.5 kg watt diperoleh pada putaran 2800 rpm, yaitu sebesar 3.78056 kW Watt Sedangkan Daya minimum pada bahan
bakar Solar + Biodiesel Kemiri Sunan 20 beban 3.5 kg diperoleh pada putaran 1800 rpm, yaitu sebesar 0.39569 kW. Daya yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh
kecepatan putaran mesin dan pembebanan daya, semakin tinggi putaran dan pembebanan daya maka semakin tinggi pula daya yang akan dihasilkan, Selain itu
daya juga dipengaruhi oleh nilai kalor bahan bakar, semakin tinggi nilai kalor bahan bakar maka daya yang terbangkitkan akan semakin besar.
2. Semakin besar daya atau beban yang dipakai semakin besar Torsi yang dihasilkan. Torsi Minimum pada bahan bakar Solar+ biodiesel biji kemiri sunan 10 beban 3.5
kg diperoleh pada putaran 1800 rpm, yaitu sebesar 2.5 N.m. Sedangkan torsi Maksimum diperoleh pada bahan bakar Solar beban 4.5 kg putaran 2800 rpm, yaitu
sebesar 12.9 N.m. Nilai torsi mesin bergantung pada besar kecil daya dan putaran mesin. Semakin besar daya dan putaran mesin maka torsi semakin besar demikian
sebaliknya 3. Semakin besar nilai laju aliran bahan bakar, semakin besar pula konsumsi bahan
Bakar. SFC minimum pada bahan bakar Solar beban 4.5 kg putaran 2600 rpm yaitu sebesar 187.960105 gkW.jam. Sedangkan SFC Maksimum pada bahan bakar Solar +
Biodiesel biji kemiri sunan 20 beban 3.5 kg putaran 1800 rpm yaitu sebesar 1161.24239 gkW.jam. Besar SFC sangat dipengaruhi oleh besar kecil nilai laju
aliran bahan bakar. Semakin besar nilai laju aliran bahan bakar, semakin besar pula konsumsi bahan bakar spesifiknya, demikian sebaliknya
4. Nilai AFR minimun pada campuran bahan bakar solar + Biodiesel biji kemiri sunan 15 dengan beban 4.5 kg dan putaran 2600 rpm yakni sebesar 41.6252979. Nilai
AFR maximum pada bahan bakar solar + biodiesel kemiri sunan 10 dengan beban 4.5 kg dan putaran 2400 rpm yakni sebesar 70.244234. Semakin tinggi putaran dan
beban mesin, maka semakin kecil ratio perbandingan udara bahan bakar. Ini disebabkan karena pada putaran dan beban maksimal mesin mengalami “overlap”
dimana pada saat ini terjadi proses pembakaran yang sangat cepat dimana diperlukan
Universitas Sumatera Utara
bahan bakar dengan jumlah besar, sehingga diperlukan udara yang besar pula untuk mengimbangi bahan bakar tersebut
6. Nilai Efisiensi Thermal minimun pada campuran bahan bakar solar + biodiesel biji kemiri sunan 20 dengan beban 3.5 kg dan putaran 1800 rpm yakni sebesar
1.99188773. Nilai Efisiensi Thermal maximum pada bahan bakar solar dengan beban 4.5 kg dan putaran 2600 rpm yakni sebesar 30.9212382
7. Nilai Heat Loss terendah pada penggunaan biodiesel biji kemiri sunan 20 pembebanan 4.5 kg putaran 1800 rpm yakni sebesar 932.11695 W. Heat Loss terbesar
terjadi pada penggunaan solar murni beban 4.5 kg putaran 2800 rpm yakni sebesar 5453.23181 W
8. Opacity terbesar pada penggunaan bahan bakar biodiesel biji kemiri sunan 15 dengan penambahan katalitik converter pada exhaust manifold yakni sebesar
42.1667. Kadar HC Hidro Carbon mengalami penurunan saat menggunakan katalitik converter, begitu pula dengan kadar CO mengalami penurunan saat
ditambahkan katalitik converter di exhaust manifold. 9. Nilai Opacity meningkat saat digunakannya katalitik converter karena adanya reaksi
oxidation catalyst, yang mengubah HC dan CO ke dalam bentuk uap air dan kabut.
5.2 Saran