Tinjauan Pustaka 1. Lari 100 Meter

commit to user 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Lari 100 Meter

Menurut Aip Syarifuddin 1992: 41 lari adalah gerakan perpindahan tempat dengan maju ke depan yang dilakukan lebih cepat dari berjalan. Berjalan, salah satu kakinya selalu kontak dengan tanah, sedangkan lari ada saatnya kedua kaki lepas dari tanah, sehingga ada saatnya badan melayang di udara. Lari jarak pendek sering disebut sebagai lari cepat atau sprint. Menurut A. Hamidsyah Noer 2000: 49 Sprint adalah suatu aktivitas atau gerakan lari yang dilakukan dari start sampai finish dengan kecepatan penuh. Dengan demikian lari 100 meter adalah gerakan lari secepat-cepatnya dalam waktu sesingkat - singkatnya dengan kecepatan penuh. Josef Nossec N PHQJHPXNDNDQ EDKZD ³.RPSRQHQ GDVDU untuk lari sprint meliputi akselerasi Acceleration, kecepatan absolute Absolute Speed, dan daya tahan kecepatan Speed Endurance ´ Dengan demikian, untuk dapat mencapai hasil yang maksimal, seorang sprinter harus mempunyai kecepatan dan kecepatan akselerasi yang baik, kemampuan berlari yang baik, dan mampu mempertahankan kecepatan maksimal.

a. Teknik Lari 100 Meter

Dalam semua perlombaan lari jarak pendek, masing - masing peserta harus lari pada lintasan terpisah. Lintasan ini lebarnya minimal 1,22 meter, yang dibatasi dengan garis putih selebar 5 cm, peserta yang mendorong, mendesak, menubruk, dan memotong atau menghalangi pelari lain, sehingga mengganggu lajunya lari, dapat dinyatakan diskualifikasi. Untuk mencapai prestasi maksimal pada lari 100 meter perlu diperhatikan teknik ² teknik khusus lari cepat yang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu commit to user 8 1 Start Start adalah awalan atau permulaan seorang pelari akan melakukan lari. Kemampuan start yang baik sangat diperlukan karena start merupakan kecepatan awal yang mempengerahui kecepatan selanjutnya. Keterlambatan melakukan start sangat merugikan pelari, hal ini disebabkan pelari tersebut akan tertinggal dengan pelari lainnya. Start dalam lari jarak pendek harus menggunakan start jongkok, yaitu start yang dilakukan dengan permulaan sikap jongkok di belakang garis start. Aba - aba untuk start ini dilakukan dalam tiga tahap yaitu, Bersedia, Siap, dan Ya atau menggunakan pistol. Bila atlit mendengar aba - aba Bersedia, harus mempersiapkan diri menuju start blok yang berada di belakang garis start. Mulai membungkukkan badannya dengan kedua kaki bertumpu pada balok start dan lutut kaki diletakan di tanah. Pada saat yang sama, tangan diletakan segera di belakang garis start, kira - kira selebar bahu, dengan ujung jari menyentuh tanah, badan dibuat seimbang, dan kepala relaks. Pada aba - aba Siap, lutut diangkat dari tanah sedemikian rupa sehingga kedua kaki sama - sama sedikit bengkok Kaki depan 90 dan kaki belakang membentuk 130 dan kedua kaki tersebut menekan pada balok start. Pinggul menjadi naik sedemikian rupa, sehingga lebih tinggi dari bahu yang letaknya berada diatas tangan. Lengan dipertahankan lurus dengan berat badan dibebankan merata pada semua titik tumpu dan pandangan mata tetap rendah. Pada aba - aba Ya atau pada saat pistol berbunyi, si atlit dengan gerak reflek bertolak dari balok start, pada saat yang sama mengangkat kedua tangannya dari tanah, yang mengakibatkan ketidak seimbangan badan sebagai tahap awal dari gerakan start. Kaki belakang dalam keadaan bengkok bergerak maju, kaki yang lain diluruskan dengan kuat untuk memberi daya dorong ke depan, kedua lengan memberi imbangan gerak terhadap kedua kaki dan membantu menimbulkan daya selama gerakan lari. Selama langkah pertama, tubuh bergerak ke depan dengan langkah pendek, cepat dan rendah, dengan gerak kaki yang lincah di tanah, tetapi tidak dengan sengaja dipendekan. Sedikit demi sedikit commit to user 9 tubuh akan tegak, sedang langkah kaki menjadi lebih panjang sampai posisi yang wajar tercapai. Posisi balok start, berbeda - beda sesuai dan tergantung pada anatomi atlit. Sudut kemiringan balok sebaiknya sesuai dengan arah dorongan langkah yang pertama, permukaannya tidak terlalu curam seperti pada balok yang di belakang. Gambar 1 : Teknik Start Jongkok Hamidsyah Noer : 2000 : 51 Gambar 2 : Teknik Start Pada Tahap Pelaksanaan Hamidsyah Noer : 2000 : 53 commit to user 10 2 Teknik Lari Setelah melakukan start dengan langkah ² langkah peralihan yang meningkat semakin panjang dan condong badan yang berangsur berkurang, maka selanjutnya dilakukan lari secepat mungkin sampai garis finish. Lari adalah lompatan yang berturut ² turut, di dalamnya terdapat fase dimana ke dua kaki tidak menginjak atau menumpu pada tanah. Jadi lari ini berbeda dengan berjalan. Gerak lari secara keseluruhan dimulai dari kaki mulai menyentuh tanah lagi. Teknik lari terdiri atas tiga tahap, yaitu : a Tahap melangkah Mata kaki dan lutut yang melangkah diluruskan pada saat titik berat badan bergerak di depan kaki yang menumpu dan mendorong pinggul ke depan. Pada saat bersamaan kaki yang lain, yang disebut sebagai kaki bebas, ditekuk, dan bergerak kearah depan dan ke atas memberikan kekuatan ganda. Perpanjangan melangkah bersamaan dengan mengangkat paha kaki bebas. Kaki langkah meninggalkan tanah dengan mengangkat tumit dan menekan tanah dengan ujung jari. Kedua tangan mengayun mengimbangi gerak kedua kaki. Kekuatan terbesar dari langkah ini, bersamaan dengan dorongan akhir ketika siku berada jauh di belakang dan lutut kaki yang berlawanan mencapai ketinggian tertinggi di depan. Lengan berayun sedikit menyilang dada dan membentuk sudut 90 . Kekuatan gerakan tangan dan kaki langsung mengimbangi kecepatan lari dan gerak posisi tubuh hampir tegak, tanpa membungkuk ke depan atau ke belakang. b Tahap pemulihan kembali Sesaat setelah melangkah, hubungan dengan tanah putus dan titik berat badan mengikuti arah parabola. Pada tahap ini kecepatan menghilang. Kaki yang melangkah bergerak ke belakang dan kaki yang lain ke depan membuat tarikan aktif ketika menyentuh tanah. Selama kaki belakang melakukan gerakan ke atas berulang - ulang, lengan berayun dengan langkah berlawanan. Keseluruhan gerakan ini, dapat disebut gerak relaks pada saat melayang atau tahap pemulihan. c Tahap sprint Setelah melakukan gerakan start dengan langkah - langkah peralihan yang meningkat makin lebar dan condong badan berangsur - angsur berkurang, commit to user 11 maka kemudian dilanjutkan dengan melakukan gerakan sprint. Pada tahap ini, kaki bertolak kuat - kuat sampai terkadang lurus, lutut diangkat tinggi - tinggi setinggi panggul, tungkai bawah mengayun ke depan untuk mencapai langkah lebar. Usahakan agar badan tetap relaks, badan condong ke depan dengan sudut 25 sampai 30 . Lengan bergantung di camping tubuh secara wajar, siku ditekuk kira - kira 90 , tangan menggenggam kendor, ayunan lengan ke muka dan ke belakang harus secara wajar. Punggung lurus dan segaris dengan kepala, pandangan lurus ke depan. Pelari harus menggerakan kaki dengan frekuensi yang setinggi - tingginya dan langkah selebar mungkin. Gerakan sprint itu walaupun dilakukan dengan seluruh tenaga, tetapi gerakan harus tetap relaks. Lari cepat menggunakan ujung - ujung kaki untuk menapak. Tumit hanya sedikit saja menyentuh tanah pada pemulaan tolakan kaki, dan berat badan harus selalu berada sedikit di depan kaki pads waktu menapak. Gambar 3 : Teknik Gerakan Lari Sprint Hamidsyah Noer : 2000 : 53 3 Teknik Melewati Garis Finish Seorang pelari dianggap sudah finish ditentukan dengan bagian - bagian tubuhnya dalam mencapai bidang vertikal dari sisi terdekat garis finish sesuai yang telah ditentukan dalam peraturan. Yang dimaksud dengan bagian tubuh adalah kepala, leher, lengan, dan kaki. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan pelari pada waktu melewati garis finish, yaitu : a Lari terus tanpa mengubah sikap lari. b Dada dicondongkan ke depan, tangan kedua - duanya diayunkan ke commit to user 12 bawah belakang. c Dada diputar dengan diayunkan tangan ke depan - atas sehingga bahu sebelah maju ke depan. Menurut A. Hamidsyah Noer 2000 ³0HQMHODQJ JDULV ILQLVK SHUOX diperhatikan percepatan dan lebar langkah tetapi harus tetap rileks, pusatkan pikiran untuk mencapai finish, jangan melakukan gerakan secara bernafsu sehingga menimbulkan ketegangan, jangan menengok lawan, jangan melompat, dan jangan memperlambat langkah Lari sebelum nencapa LJDULVILQLVK´ Ada beberapa hal yang harus dihindari dalam lari jarak pendek, antara lain: 1. Dorongan ke depan tidak cukup dan kurang tinggi mengangkat lutut. 2. Menjejakkan kaki keras ± keras di tanah dan mendaratkannya dengan tumit. 3. Tubuh condong sekali ke depan atau lengkung kebelakang. 4. Memutar kepala dan nenggerakkan baku secara berlebihan. 5. Lengan diayun ke atas dan ayunannya terlalu jauh menyilang dada. 6. Meluruskan kaki yang akan dilangkahkan kurang sempurna. 7. Berlari zig ± zag dengan gerakan ke kiri dan ke kanan. 8. Pada aba ± DED ³VLDS´ NHSDOD GLDQJNDW GDJX WHUODOX WLQJJL DWDX terlalu rendah. Langkah kurang sempurna dan mencondongkan badan ke depan secara tiba- tiba. Gambar 4 : Teknik ± Teknik Memasuki Garis Finish Hamidsyah Noer : 2000 : 60 commit to user 13

b. Kecepatan Lari

Dalam banyak cabang olahraga, kecepatan merupakan komponen fisik yang sangat penting. Kecepatan menjadi faktor penentu dalam lari jarak pendek. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa pelaksanaan lari jarak pendek idealnya pelari akan berlari dengan kecepatan maksimal dari start sampai finish. Menurut Harsono 1988:216, Kecepatan adalah kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang sejenis secara berturut - turut dalam waktu sesingkat - singkatnya, atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu sesingkat - singkatnya. Menurut Bompa 1982:249, Kecepatan dibagi menjadi tiga, yaitu kecepatan reaksi, kecepatan gerakan siklis Berulang - ulang, dan kecepatan gerakan asiklis Kecepatan aksi. Menurut Josef Nosseck 1982:277, menyatakan bahwa, Terdapat empat macam kecepatan, yaitu : a. Kecepatan sprint, kemampuan organisme untuk bergerak ke depan dengan kekuatan dan kecepatan maksimal. Kekuatan sprint ditentukan oleh otot dan persendian kaki. b. Kecepatan reaksi, kemampuan organisme untuk menjawab suatu rangsangan secepat mungkin. Kecepatan reaksi ditentukan oleh iritabilitas susunan syaraf, daya orientasi situasi, dan ketajaman panca indera. c. Kecepatan gerak, kemampuan organisme untuk bergerak secepat mungkin dalam gerak yang utuh. Kecepatan gerakan ditentukan oleh kecepatan otot, daya ledak, daya koordinasi gerakan, kelincahan, dan keseimbangan. d. Daya tahan kecepatan, daya kemampuan seseorang pelari mempertahankan kecepatan maksimal. Bila daya tahan kecepatan menurun, maka kecepatan maksimalnya akan menurun. Dari ketiga pendapat di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sama-sama dapat meningkatkan kecepatan reaksi otot yang ditandai dengan pertukaran antara kontraksi dan relaksasi untuk menuju frekuensi maksimal dalam berlari. Dengan demikian kecepatan merupakan salah satu komponen kondisi fisik yang sangat berpengaruh terhadap penampilan atlet kecepatan sangat diperlukan dalam berbagai cabang olahraga, khususnya dalam atletik nomor lari cepat. commit to user 14

c. Sistem Energi Untuk Lari 100 Meter

Suatu program latihan harus disusun untuk mengkembangkan kemampuan fisiologis tertentu yang diperlukan untuk penampilan ketrampilan olahraga. Tujuan latihan harus didasarkan pada suatu pemahaman sistem energi manusia dan kebutuhan energi tertentu dalam aktivitas olahraga. Pemahaman sistem energi sangat penting karena digunakan untuk pedoman dalam memberikan program latihan kepada atlit. Kesalahan pemberian program latihan dapat menyebabkan prestasi yang dicapai kurang optimal. Menurut Fox 1984:22, Sumber energi yang diperlukan dengan mudah dan tepat dapat dianalisis berdasarkan atas waktu yang diperlukan untuk kegiatan olahraga yang dilakukan, yaitu : Tabel 1. Empat Bidang Rangkaian Kesatuan Energi Bidang Waktu Penampilan Sistem Energi Utama yang Terlibat Contoh Jenis Aktivitas 1. 2. 3. 4. Kurang dari 30 detik 30 detik ± 1,5 menit 1,5 menit ± 3 menit Lebih dari 3 menit ATP-PC ATP-PC dan Asam Laktat Asam laktat dan Oksigen Oksigen - Lari 100 meter, tolak peluru, pukulan dalam tenis dan golf. - Lari cepat 200-400 meter, renang 100 meter. - Lari 800 meter, nomor senam, tinju 1 ronde 3 menit, gulat periode 2 menit. - Sepak bola, lari marathon, joging. Adapun karakteristik umum dari sistem energi tersebut di atas menurut Fox 1984: 22 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : commit to user 15 Tabel 2. Karakteristik Umum Sistem Energi Sistem ATP-PC Sistem Asam Laktat Sistem Oksigen - Anaerobik tanpa oksigen - Sangat cepat - Anaerobik - Cepat - Aerobik oksigen - Lambat - Bahan bakar kimia PC - Produksi ATP sangat terbatas - Bahan bakar makanan: glikogen - Produksi ATP terbatas - Bahan bakar makanan glikogen dan protein - Produksi ATP tidak terbatas - Penyimpanan atau penimbunan di otot terbatas - Menggunakan aktivitas lari cepat atau berbagai power yang tinggi, lama aktivitas pendek. - Dengan memproduksi asam laktat menyebabkan kelelahan otot - Menggunakan aktivitas dengan lama durasi antara 1-3 menit - Dengan produksi, tidak melelahkan - Menggunakan daya tahan atau aktivitas atau durasi panjang Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sistem energi yang dibutuhkan dalam lari 100 meter adalah sistem ATP-PC karena dalam melakukan lari tanpa menggunakan oksigen anaerob dan jumlah ATP yang diproduksi terbatas hal ini tentunya menyebabkan otot akan lebih cepat lelah. Menurut Fox 1984: 22-23 ´3HUEHGDDQ XWDPa antara penyediaan energi anaerobik dan aerobik adalah jika dilakukan pembentukan jumlah glikogen yang sama, maka dengan cara aerobik lebih banyak 13 kali ATP yang dikembangkan dari pada dengan proses anaerobik. Ini berarti cara penyediaan energi aerobik lebih ekonomis dan tentu saja otot dapat EHNHUMDOHELKODPD´ commit to user 16

4. Latihan a.

Pengertian Latihan Untuk menjelaskan apa sebenarnya latihan itu, akan dikemukakan beberapa definisi latihan 0HQXUXW +DUVRQR ´ODWLKDQ DGDODK SURVHV yang sistematis dari latihan atau bekerja, yang dilakukan secara berulang-ulang, GHQJDQ NLDQ KDUL NLDQ PHQDPEDK MXPODK ODWLKDQ DWDX SHNHUMDDQQ\D´ 0HQXUXW 6XKDUQR +3 ³DWLKDQ DGDODK VXDWX SURVHV SHQ\HPSXUQDDQ DWOHW VHFDUD sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental secara teratur, terarah, meningkat, bertahap dan berulang- XODQJ ZDNWXQ\D´ DUL EDWDVDQ \DQJ GLNHPXNDNDQ GLDWDV GDSDW dirumuskan bahwa latihan olahraga adalah suatu aktivitas olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang, secara kontinyu dengan peningkatan beban latihan secara periodik dan berkelanjutan dan dilakukan berdasar jadwal, pola dan sistem serta metodik tertentu untuk mencapai tujuan yaitu meningkatkan prestasi olahraga. Penambahan beban harus secara teratur dan terus menerus dikontrol. Dengan cara ini, atlit tersebut mendapatkan informasi obyektif tentang kemajuannya, dan pelatih mempunyai umpan balik tentang efisiensi langkah - langkah latihan. Josef Nosseck 1982:3, mengemukakan pengaturan latihan dilaksanakan dalam lima langkah, yaitu : 1 Penentuan diagnosis tentang tingkat kondisi awal dan aktual, dengan menggunakan berbagai jenis tes. 2 Persiapan program latihan, yang mempertimbangkan titik ± titik kelemahan dan kekuatan atau kelebihan. 3 Pelaksanaan program latihan untuk periode tertentu yang telah direncanakan. 4 Pengecekan peningkatan kondisi fisik tersebut dengan metode observasi, penilaian dan tes ± tes kondisi yang khusus atau kompetisi. 5 Perbandingan standar kondisi awal dengan kondisi sekarang, evaluasi dan penyimpulan. Dengan memperhatikan pengaturan langkah di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan yang dilakukan secara bertahap yang kian hari kian meningkat jumlah pembebanannya akan memberikan efektifitas kemampuan fisik commit to user 17 untuk tujuan yang ingin dicapai. Dengan latihan yang teratur dan kontinyu, akan terjadi adaptasi yang baik oleh tubuh terhadap situasi latihan yang dilakukan, maka kemampuan tubuh akan meningkat sesuai dengan rangsangan yang diterima.

b. Tujuan Latihan

Tujuan latihan dapat dicapai secara optimal jika berpedoman pada prinsip latihan yang benar. Prinsp-prinsip latihan tersebut harus dipahami dan dilaksanakan dengan baik dalam latihan. Latihan tanpa berpedoman pada prinsip- prinsip latihan yang tidak benar, tujuan latihan tidak akan tercapai. Menurut Fox 1984:47-51 ³NHEHUKDVLODQ GDODP SHQDPSLODQ RODKUDJD WLGDN KDQ\D GLWHQWXNDQ oleh pencapaian pada domain fisik saja, melainkan juga ditentukan oleh pencapaian pada domain psikomotor, domain kognitif dan efekti I´ .HHPSDW domain tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain. Dalam pencapaian tujuan latihan harus diperhatikan beberapa prinsip dasar latihan khusus. Tujuan umum latihan adalah untuk membantu atlet meningkatkan ketrampilan dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin. Untuk dapat mencapai tujuan utama dari latihan, yaitu taraf ketrampilan atau prestasi dari para atlit, maka tujuan umum dari latihan harus dicapai. Maksud tujuan umum latihan menurut Bompa 1990:4 adalah : 1 Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multilateral. 2 Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni. 3 Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya. 4 Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan. 5 Untuk mengelola kualitas kemauan. 6 Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim secara optimal. 7 Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlit. 8 Untuk pencegahan cedera. 9 Untuk meningkatkan pengetahuan teori. Dari pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa latihan dapat akan memberikan manfaat yang baik dalam mencapai prestasi yang ingin diraih commit to user 18 asalkan latihan tersebut dilakukan dengan benar dan baik. Dari pelaksanaan latihan akan mudah efeknya ini terlihat dari struktur akademis dan fisiologisnya. Kunci dari latihan itu sebenarnya terletak pada program latihan yang disusun sehingga apabila program tersebut disusun secara baik dan benar maka akan memberikan peningkatan prestasi dalam berolahraga. .

c. Aspek - Aspek Latihan

Menurut Harsono 1998:100, Untuk mencapai tujuan latihan, ada empat aspek latihan yang perlu diperhatikan oleh pelatih, yaitu latihan fisik, latihan teknik, latihan taktik, dan latihan mental. Keempat aspek latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian maksimal hasil latihan, karena merupakan hal yang mendasar bagi atlit maupun tim dalam pertandingan atau perlombaan. Keempat latihan diuraikan sebagai berikut 1 Latihan Fisik Pembinaan fisik merupakan pembinaan awal dan sebagai dasar pokok dalam latihan olahraga untuk mencapai suatu prestasi. Oleh karena itu kondisi fisik harus dilakukan dan dimiliki oleh setiap atlit sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya. Latihan fisik prinsipnya adalah memberikan latihan secara teratur, sistematik, dan berkesinambungan sehingga meningkatkan kemampuan di dalam melakukan kerja. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga sangat penting dan pertama - tama harus dilakukan secara intensif, karena dengan terbentuknya dan dimilikinya kondisi fisik akan sangat memudahkan untuk pembinaan selanjutnya. Baik usaha untuk pembinaan teknik, taktik, maupun untuk meningkatkan ketrampilan dan penampilan lainnya. Beberapa komponen fisik yang perlu diperhatikan dan dikembangkan adalah kekuatan, ketahanan, kecepatan, kelentukan, daya tahan, ketepatan, dan keseimbangan. 2 Latihan Teknik Latihan teknik adalah latihan yang khusus dimaksudkan untuk membentuk commit to user 19 dan mengembangkan kebiasaan - kebiasaan motorik dan neuromuscular menuju gerakan otomatis. Kesempurnaan teknik dasar setiap cabang olahraga akan menentukan sempurnanya keseluruhan gerakan. Oleh karena itu, teknik dasar yang diperlukan setiap cabang olahraga harus dikuasai dan dilatih secara baik. Untuk mendukung tercapainya kecakapan teknik antara lain adalah analisis gerakan, mekanika, kinesiologi, dan biomekanika. Hasil analisis yang tepat dipakai sebagai patokan pembinaan, sehingga hanya gerakan - gerakan yang tepat dan benar serta berfungsi saja yang dipilih untuk latihan kecakapan teknik untuk menghasilkan prestasi tinggi. Melalui analisa dan penilaian yang seksama dapat diketahui elemen - elemen yang penting, yang berfungsi dengan baik dalam usaha pembentukan kecakapan teknik. 3 Latihan Taktik Latihan taktik dapat diartikan sebagai latihan untuk menumbuhkan perkembangan daya tafsir pada atlit, pola - pola permainan, strategi, atau siasat yang digunakan untuk memperoleh kemenangan. Menurut H. M. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin 1996:118 bahwa, ³Taktik adalah kecakapan rohaniah atau kecakapan berpikir dalam melakukan kegiatan olahraga untuk mencapai kemenangan ´. Teknik - teknik yang telah dikuasai dengan baik, harus terus dilatih dan dikembangkan. Selain itu harus dianalisis kelebihan dan kekurangan dari teknik -teknik tersebut sehingga dapat dikembangkan taktik - taktik untuk mengalahkan lawan. 4 Latihan Mental Perkembangan mental atlit tidak kalah penting dari perkembangan ketiga faktor tersebut di atas. Meski bagaimanapun sempurnanya perkembangan fisik, teknik, dan taktik seorang atlit, prestasi puncak tidak mungkin dapat tercapai apabila mental tidak berkembang. Sebab setiap pertandingan bukan hanya merupakan pertandingan atau perlombaan fisik, akan tetapi juga pertandingan atau perlombaan mental, bahkan 70 adalah komponen mental dan hanya 30 komponen lainnya. Latihan mental lebih menekankan pada perkembangan kedewasaan atlit commit to user 20 serta perkembangan emosional implusif, misalnya semangat bertanding, sikap pantang menyerah, percaya diri, sportifitas, kematangan juara, dan keseimbangan emosi meskipun berada dalam situasi stress dan tertekan.

d. Prinsip - Prinsip Latihan

Pada prinsipnya pengaruh yang ditimbulkan dari latihan akan bersifat khusus sesuai dengan latihan yang dilakukan atau karakteristik gerakan keterampilan yang dipelajari atau unsur kondisi fisik dan sistem energi yang digunakan selama latihan. Latihan yang ditujukan pada unsur kondisi fisik tertentu atau teknik dasar tertentu hanya akan memberikan pengaruh yang besar terhadap komponen kondisi fisik atau teknik dasar yang dipelajari. Menurut 6XKDUQR +3 ³DWLKDQ KDUXV PHPLOLNL FLUL GDQ EHQWXN \DQJ NKDV GDQ sesuai dengan cabang olahraga yang ditangani. Hal tersebut sesuai dengan sifat dan tuntutan tiap-tiap cabang olahraga yang selalu berbeda- EHGD´ Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, latihan yang dilakukan harus bersifat khusus disesuaikan dengan tuntutan cabang olahraga yang dipelajari. Kekhususan tersebut disesuaikan dengan pola gerakan keterampilan cabang olahraga yang dipelajari. Dalam mencapai tujuan latihan haruslah menggunakan prinsip ± prinsip latihan tertentu. Dengan mengetahui prinsip ± prinsip latihan tersebut diharapkan prestasi seorang atlit akan cepat meningkat. Menurut Bompa 1990:29, ³Seluruh program latihan menerapkan beberapa prinsip latihan yaitu prinsip beban ± lebih, prinsip perkembangan multilateral, prinsip identitas latihan, prinsip kualitas latihan, prinsip berpikir positif, prinsip variasi dalam latihan, prinsip individualisasi, penerapan sasaran, dan prinsip perbaikan kesalahan ´. Prinsip ±prinsip latihan tersebut diuraikan sebagai berikut : 1 Prinsip Beban Lebih Prinsip beban lebih adalah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan oleh atlit. Atlit harus selalu berusaha berlatih dengan beban yang lebih berat dari pada yang commit to user 21 dilakukan saat itu, artinya berlatih dengan beban yang berada di atas ambang rangsang. Kalau beban terlalu ringan walaupun latihan sampai lelah berulang - ulang dengan waktu yang lama, peningkatan prestasi tidak akan mungkin tercapai. Latihan beban lebih ini bisa diterapkan terhadap semua unsur latihan, yaitu terhadap latihan teknik, taktik, fisik, maupun mental. Meskipun beban latihan itu harus berat, beban tersebut harus masih berada dalam batas - batas kemampuan atlit untuk mengatasinya. Kalau bebannya terlalu berat, maka perkembanganpun tidak akan mungkin tercapai, karena tubuh tidak akan memberi reaksi terhadap beban latihan yang terlalu berat tersebut. Hal itu juga bisa mengakibatkan cedera. 2 Prinsip Perkembangan Multilateral Prinsip perkembangan menyeluruh atau multilateral sebaiknya diterapkan pada atlit - atlit muda. Pada permulaan belajar mereka harus dilibatkan dalam beragam kegiatan agar mereka memiliki dasar ² dasar yang lebih kokoh untuk menunjang ketrampilan spesialisasinya kelak. Oleh karena itu, berdasarkan teori tersebut pelatih sebaiknya jangan terlalu cepat membatasi atlit pada program latihan yang menjurus pada perkembangan spesialisasi yang terlalu sempit pada masa usia dini. Prinsip perkembangan multilateral didasarkan pada fakta bahwa selalu ada saling ketergantungan antara semua organ dan sistem tubuh manusia, antara komponen ± komponen biomotorik, dan komponen ± komponen psikologis. 3 Prinsip Intensitas Latihan Perubahan fisiologis dan psikologis yang positif hanyalah mungkin apabila atlit dilatih atau berlatih melalui program latihan yang intensif, dimana pelatih secara progresif menambahkan beban kerja, jumlah pengulangan gerakan, serta kadar intensitas dari repetisi tersebut. Untuk memperoleh kemajuan atau perkembangan yang mernuaskan, frekuensi latihan sebaiknya perminggu tidak kurang dari 3 kali. Kurang dari itu memang akan juga ada perkembangan, akan tetapi tidak cukup untuk menghasilkan prestasi yang optimal. Atlit ± atlit yang secara alamih kuat sekalipun, dan yang sudah bisa menyesuaikan diri dengan beban latihan yang berat, tetap harus berlatih intensif. Terlebih bagi atlit yang jarang berpotensi, commit to user 22 mereka harus berlatih lebih intensif. Menurut Katch dan McArdle 1993 dikutip M. Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifuddin 1996:35, Dalam menentukan kadar intensitas latihan adalah sebagai berikut : a Mula ± mula dihitung dengan denyut nadi maksimal DNM dengan rumus Denyut Nadi Maksimal DNM =220 ± umur b Kemudian ditentukan takaran intensitas latihannya, yaitu 80 - 90 dari DNM Untuk olahraga kesehatan cukup antara 70 - 35 dari DNM. Jadi seorang atlit berumur 20 tahun dikatakan berlatih intensif kalau nadinya berdenyut antara 80 - 90 x 220 ± 20 =160 ± 180 d. n per menit. Ini menandakan bahwa berlatih dalam training zonenya Ambang rangsang c Lamanya berlatih dalam ambang rangsang juga menentukan intensif tidaknya latihan. 1 Untuk atlit : 45 ± 120 menit 2 Untuk olahraga kesehatan : 20 ± PHQLW´ Gambar 5 : Denyut Nadi Maksimal dan Daerah Ambang Rangsang Latihan Yusuf Hadisasmita dan Aip Syaifuddin : 1996 : 136 commit to user 23 4 Prinsip Kualitas Latihan Berlatih secara intensif saja belum cukup apabila latihan itu tidak berbobot, bermutu, dan berkualitas. Orang bisa saja berlatih keras sampai habis nafasnya dan tenaga, tetapi apabila latihan tidak efektif maka hasil yang diperoleh tidak bisa maksimal. Maksud dari latihan yang berkualitas adalah : a Apabila latihan dan drill - drill yang diberikan memang benar - benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlit. b Apabila koreksi - koreksi yang tepat dan kontruktif sering diberikan. c Apabila pengawasan dilakukan oleh pelatih sampai ke detail gerakan dan setiap kesalahan segera diperbaiki. d Apabila prinsip - prinsip overload diterapkan, baik dalam aspek fisik maupun mental. Kekeliruan banyak pelatih atau atlit biasanya mereka lebih menekankan pada lamanya latihan bukan pada mutu dan penambahan beban latihannya. Latihan sebaiknya berlangsung singkat tetapi berisi dan padat dengan kegiatan yang bermanfaat. Jika latihan berlangsung lama dan melelahkan, maka atlit akan memandang setiap latihan sebagai siksaan dan malas berlatih esok harinya. 5 Prinsip Berpikir Positif Banyak atlit yang tidak berani melakukan latihan yang berat yang melebihi ambang rangsangnya. Padahal tubuh manusia biasanya mampu untuk memikul beban yang berat dari pada yang diperkirakan. Pada atlit biasanya terletak pada kata hatinya. Kalau kata hatinya negatif maka hasilnya juga negatif, tetapi kalau kata hatinya positif, maka hasilnya akan positif karena atlit akan merasa mampu untuk mencapai hasil yang maksimal. Kalau mau berprestasi, atlit harus berani berusaha untuk mau merasa sakit dalam latihan. Pelatih harus mengerti kata hati para atlit, dan mempengaruhi kata hati atlit agar selalu berpikir positif dan optimis. 6 Variasi Dalam Latihan Latihan yang dilakukan biasanya menuntut banyak waktu, pikiran, dan tenaga. Karena itu, bukan tidak mungkin kalau latihan intensif dan terus menerus kadang menimbulkan rasa bosan pada atlit. Kalau rasa bosan sudah ada pada atlit, commit to user 24 maka gairah dan motivasinya untuk berlatih juga menurun. Hal ini akan menyebabkan turunnya prestasi. Karena itu perlu direncanakannya suatu usaha untuk mencegah timbulnya kebosanan berlatih dengan variasi ² variasi latihan yang menyenangkan tetapi tetap melibatkan unsur fisik yang dibutuhkan atlit. 7 Prinsip Individualisasi Anak adalah suatu pribadi yang unik, artinya mempunyai karakter yang berbeda satu sama lain. Begitu juga pada atlit, tidak ada dua atlit yang secara fisiologis dan psikologis sama persis. Demikian pula setiap atlit berbeda dalam kemampuan, potensi, semangat, dan karakteristik. Oleh karena setiap individu berbeda dari segi fisik maupun mental, maka setiap individu akan memberikan reaksi yang berbeda ² beds terhadap suatu beban latihannya yang diberikan oleh pelatih. Ada yang merasa terlalu berat bebannya, ada yang merasa terlalu ringan, dan ada Pula yang merasa bebannya sudah cukup. Oleh karena itu, latihan akan selalu menjadi persoalan pribadi bagi atlit dan tidak bisa disamakan porsi latihannya antara atlit satu dengan yang lain agar mendapatkan prestasi yang paling baik bagi setiap individu. 8 Penerapan Sasaran Kadang suatu tim atau atlit tidak berlatih dengan sungguh ² sungguh, atau kurang motivasi untuk berlatih. Hal ini disebabkan karena tidak ada tujuan atau sasaran yang jelas untuk apa tim itu berlatih. Menurut H. M Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin 1996:139 menyatakan bahwa, Beberapa alasan penetapan sasaran sangat penting bagi atlit adalah : a Sasaran merupakan sumber motivasi dan sumber kegiatan untuk turut serta dapat membangkitkan kegairahan untuk berlatih. b Berlatih dengan tujuan tertentu dapat menambah konsentrasi, usaha, motivasi, dan semangat berlatih. c Atlit dapat mengatur rencana kegiatannya, siasat, serta usaha - usaha untuk mencapai sasaran tersebut. d Atlit secara mental terikat dan merasa wajib untuk mencapai sasaran tersebut. commit to user 25 e Mendidik sifat positif. f Merupakan umpan balik bagi atlit maupun pelatih. g Kalau sasaran berhasil dicapai, atlit akan memperoleh suatu kebanggaan tersendiri sehingga sukses tersebut akan mendorongnya untuk mencapai VDVDUDQ\DQJOHELKWLQJJL´ 9 Prinsip Perbaikan Kesalahan Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak, maka pada waktu memperbaiki kesalahan tersebut, pelatih harus menekankan pada penyebab terjadinya kesalahan. Pelatih harus selalu berusaha untuk selalu cermat mencari dan menemukan sebab - sebab timbulnya kesalahan. Karena prinsip perbaikan kesalahan adalah latihlah sebab - sebab terjadinya kesalahan bukan gejalanya.

e. Komponen-Komponen Latihan

Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh dan jumlah pengulangan volume, beban dan kecepatannya intensitas, serat frekuensi penampilan densitas. Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai tujuan penampilannya yang telah direncanakn. Cabang olahraga yang banyak menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka kompleksitas merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi Suhendro 1999:3-17 komponen-komponen penting yang harus diperhatikan dalam suatu ODWLKDQ PHOLSXWL ³ YROXPH ODWLKDQ LQWHQVLWDV ODWLKDQ density atau kekerapan latihan dan, 4 kompleksitas latihan ³ Keempat komponen latihan tersebut sangatlah penting untuk pencapaian maksimal hasil latihan. Keempat komponen latihan diuraikan sebagai berikut : commit to user 26 1 Volume Latihan Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri atau set, dan panjang jarak yang ditempuh. Sebagian komponen utama dalam latihan, volume latihan merupakan prasyarat utama yang vital untuk teknik, taktik dan khususnya prestasi penampilan fisik prima. Volume latihan kadang-kadang disebut sebagaimana lama latihan, terdiri dari 3 bagian integral : a waktu atau lama latihan, b jarak atau daya angkat setiap unit per waktu, c jumlah ulangan latihan atau penampilan elemen teknik yang diberikan setiap waktu sehingga volume latihan merupakan penerapan jumlah total dari aktivitas penampilan selama mengikuti latihan. Volume juga mengacu kepada keseluruhan penampilan kerja selama melakukan latihan khusus. 2 Intensitas Latihan Dua komponen penting yang harus ada berkaitan dengan intensitas latihan adalah volume latihan dan density. Menurut Harsono 1988 banyak pelatih yang gagal untuk memberikan latihan yang berat kepada atletnya dan juga banyak atlet yang enggan melakukan latihan berat yang melebihi ambang rangsangnya. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena a kekuatan bahwa latihan yang berat akan menimbulkan atau mengakibatkan kondisi fisiologis yang abnormal, b kurangnya motivasi, c karena tidak tahu prinsip-prinsip latihan yang sebenarnya. Atau ada kemungkinan pelatih kurang berani bertindak tegas sesuai dengan program yang telah disusun kepada atletnya. Tingkat intensitas latihan dapat diukur berdasarkan tipe latihan. Menurut Harsono 1988 mengemukakan, pengukuran intensitas latihan untuk olahraga prestasi dan olahraga kesehatan dilakukan secara berbeda, perbedaan tersebut disebabkan karena kondisi dan tujuan antara atlet yang terlatih dan orang yang ingin menjaga kesehatannya berbeda. 3 Density atau Kekerapan Latihan Frekuensi yang ditampilkan atlet pada setiap seri latihan dari stimulus per unit waktu disebut sebagai density latihan. Sehingga istilah density mengacu commit to user 27 kepada hubungan antara waktu kerja dan istirahat yang digunakan atlet selama mengikuti tahap-tahap latihan. Menurut Sukardiyanto 1995 dikutip Andi Suhendro 1999 density merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan. Densitas berhubungan dengan waktu recovery, makin lama waktu recovery yang dibutuhkan dalam setiap latihan, maka densitasnya makin kecil. Sebaliknya makin cepat waktu recovery yang dibutuhkan maka makin tinggi densitasnya. 4 Kompleksitas Latihan Kompleksitas latihan dapat dilihat dari dua hal: a kompleksitas komponen-komponen penting yang menunjang pencapaian prestasi atlet, dan b kompleksitas gerakan ketrampilan yang harus dikuasai seorang atlet. Kompleksitas keterampilan ini salah satunya ditentukan oleh tingkat pengalaman atlet dalam menjalani suatu latihan. Koordinasi merupakan komponen penting untuk dapat meningkatkan intensitas latihan. Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut saling berkaitan satu dengan lainya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai.

3. Latihan Acceleration Sprint a. Pelaksanaan Latihan Acceleration Sprint

Metode acceleration sprint merupakan suatu bentuk latihan yang dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya. Untuk mencapai kecepatan maksimum seorang pelari harus mampu mengembangkan kecepatan startnya secepat mungkin. Akselerasi mempertahankan kecepatan maksimum dan deselerasi perlambatan untuk setiap pelari berbeda-beda. Menurut Fox 1984:208 EDKZD ³NVHOHUDVL DGDODK SHUWDPEDKDQ VHFDUD JUDGXDO GDODP kecepatan lari, mulai dari pelan-pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya dalam jarak 50- \DUG´3HODUL-pelari yang berkualitas akan mencapai kecepatan yang commit to user 28 maksimum lebih cepat mempertahankan kecepatan maksimum pada jarak yang lebih panjang dan kecepatan maksimum menurun lebih lambat dari pada rata-rata pelari cepat yang lain atau pelari cepat yang tidak terkondisi atau tidak terlatih. Dalam kecepatan maksimum ini terjadi proses akselerasi pik up pik up ecceleration yaitu jarak yang diperlukan pelari sesudah tahap akselerasi start untuk mencapai kecepatan maksimal. Latihan acceleration sprint sebenarnya cocok diberikan pada atlet pemula karena ada penyesuaian lari dari jogging, langkah panjang sampai ke lari cepat disamping menghindari terjadinya cidera, latihan juga merupakan cara yang paling baik untuk meningkatkan kecepatan. Pada periode latihan acceleration sprint pelaksanaannya dapat dikontrol dengan waktu atau jarak. Dianjurkan agar atlet sedikit demi sedikit meningkatkan percepatannya sampai mencapai kecepatan penuh. Kecepatan harus dipertahankan selama 5 sampai 15 detik atau kalau jarak yang dikontrol kira-kira 50 sampai 100 meter. Kemudian berangsur- angsur mengurangi kecepatannya sampai menjadi langkah yang ringan. Pada periode pemulihan harus dilakukan dengan cukup, namun dapat dilakukan dengan pemulihan aktif jalan. Seperti yang dianjurkan, bahwa pada periode pemulihan harus terdiri dari jalan sepanjang 50 sampai 110 meter. Metode acceleration sprint dilakukan secara berurutan. Membutuhkan peningkatan sedikit demi sedikit dari lari pelan jogging ke langkah panjang striding dan akhirnya lari cepat sprint. Dengan demikian cara ini akan mengurangi kemungkinan cedera otot. Acceleration sprint sangat diperlukan untuk peningkatkan sprint dan untuk olahraga yang memerlukan kecepatan mendadak seperti sepak bola, hoki, bola basket dan lain-lain.

b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Acceleration Sprint

Metode acceleration sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaannya dimulai dari pelan, semakin cepat, dan lari secepatnya yang pelaksaannya diselinggi dengan istirahat diantara waktu latihan. Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat memberikan kesempatan kesempatan untuk mengadakan pemulihan diantara perulangan gerakan. commit to user 29 Ditinjau dari pelaksanaan latihan acceleration sprint dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan dengan metode acceleration sprint antara lain : 1. Waktu latihan lebih efisien, karena latihan acceleration sprint dilakukan secara berkelanjutan dalam satu set. 2. Penguasaan teknik lebih cepat tercapai, karena dalam latihan acceleration sprint terdapat session latihan dengan intensitas rendah yang mungkin untuk memperbaik teknik yang salah. Sesuai pendapat Frank S.Pyke1 EDKZD³SHQLQJNDWDQWHNQLN terjadi pada kecepatan rendah dengan memperbaiki kesalahan yang memerlukan SHUKDWLDQ´ Disamping kelebihan diatas latihan acceleration sprint juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan acceleration sprint diantarannya: Kurangnya frekuensi latihan kecepatan dengan intensitas maksimal karena dalam pelaksanaan hanya sekitar sepertiga dari jarak yang ditempuh yang merupakan kecepatan denagn intensitas maksimal. Latihan acceleration sprint jika dilakukan secara berulang ulang dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter. Perkembangan kondisi fisik latihan acceleration sprint juga berpengaruh terhadap sistem energi. Menurut Mulyono B1998:4 adalah ATP-PC bila 98 dan LA-O 2 sebesar 2, hal ini menandakan bahwa system energi yang baik pada lari 100 meter adalah ATP-PC LA atau DQDHURE´ .

4. Latihan Repetition Sprint a. Pelaksanaan Latihan Repetition Sprint

Repetition Sprint merupakan program latihan yang dilakukan dengan intensitas atau kecepatan penuh yang diselingi waktu istirahat pada setiap sesi latihannya. Menurut Mulyono B 1998:8 EDKZD³Repetition Sprint adalah suatu aktifitas yang dilakukan berulang-ulang dan setiap kali diselingi dengan aktifitas yang lebih ringa Q´HQWXNODWLKDQGDODPrepetition sprint dapat berupa lari cepat atau ringan dengan bentuk latihan lari cepat, yang dilakukan dengan lari kecepatan maksimal, kemudian istirahat, lari lagi, istirahat lagi dan seterusnya. commit to user 30 Istirahat tersebut dilakukan dengan jogging atau jalan-jalan saja. Seperti dikatakan Harsono 1988 ´MRJJLQJ VHFDUD ULOHNV DGDODK FDUD \DQJ SDOLQJ EDLN XQWXN SHPXOLKDQ DWDX UHFRYHU\ \DQJ FHSDW GDQ HIHNWLI´ Jogging ini akan memasase darah kita lebih cepat ke jantung daripada istirahat yang pasif atau passive rest. Yang dimaksud dengan istirahat pasif adalah misalnya duduk-duduk atau tiduran di lapangan. Passive rest setelah setiap repetisi adalah rest yang paling kurang efektif. Metode latihan repetition sprint biasanya digunakan untuk mengembangkan sistem ATP-PC. Menurut Sharkey 1986 dikutip Andi Suhendro dkk 2004: 27 menyatakan bahwa metode latihan lari cepat melibatkan periode maksimal dan periode istirahat. Hal ini dimaksudkan agar dapat meningkatkan tingkat ATP-PC. Pelaksanaan repetition sprint dilakukan dengan berulang-ulang pada kecepatan maksimal, dan periode pemulihan dilakukan secara sempurna, agar pelaksanaan periode latihan berikutnya dapat dilakukan dengan baik, dan bukan pada kondisi yang lelah. Pelari harus berlari pada kecepatan maksimal, waktu yang diperlukan untuk lari percepatan pada kecepatan maksimal sepanjang 60 meter kira-kira 6,7 detik. Sedangkan pada periode pemulihan harus dilakukan dengan istirahat sempurna. Untuk mengetahui seorang pelari sudah mencapai istirahat sempurna, dapat dilihat dari denyut nadi istirahat, kira-kira 70-80 kali per menit. Menurut Smith 1983 dikutip Andi Suhendro 2004: 27 latihan repetition sprint adalah lari cepat berulang-ulang menempuh jarak 50-60 meter dengan kecepatan maksimal diselingi dengan istirahat sempurna diantara ulangan yang dilakukan. Latihan repetition sprint bertujuan untuk mengembangkan kecepatan, kekuatan otot dan daya tahan anaerobik.

b. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Repetition Sprint

Metode repetition sprint merupakan bentuk latihan yang pelaksanaanya dari awal hingga akhir lari dengan menggunakan intensitas atau kekuatan maksimal yang pelaksanaanya diselingi istirahat disetiap sesi latihannya commit to user 31 Ditinjau dari pelaksanaan repetition sprint dapat diidentifikasikan kelebihan dan kelemahan. Kelebihan lari dengan metode repetition sprint antara lain : 1. Frekuensi latihan kecepatan lebih efektif, karena jarak yang ditempuh harus dengan intensitas maksimal. 2. Terdapat pemulihan sempurna, karena pemulihan diperlukan setelah melakukan kerja dengan intensitas maksimal beban latihan. Disamping kelebihan diatas, metode repetition sprint juga memiliki kelemahan yaitu: 1. Penguasaan teknik sulit tercapai, karena gerakan yang dilakukan secara terus menerus dengan intensitas maksimal akan menyebabkan kelelahan sehingga akan berpengaruh pada kesempurnaan gerak. 2. Pengontrolan dan perbaikan gerakan sulit dilakukan karena selalu cepat. Repetition sprint yang dilakukan secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan kondisi fisik sesuai dengan tipe kerja dan sistemenergi yang dikembangkan. Tipe kerja repetition sprint adalah kerja anaerobic yaitu latihan yang dilakukan denagn jangka waktu yang singkat dan memerlukan kerja maksimal, yang bertujuan mengembangkan kondisi fisik, kecepatan dengan sistem energi menurut Fox 1984:20 mengembangkan sistem energi ATP-PC dan LA sebesar 10-80, LA dan O 2 sebesar 10-80 dan oksigen sebesar 10-80. Dengan demikian peningkatan kecepatan lari ini maka pelari dalam melakukan kerja dapat meningkat pula. Jadi repetition sprint dapat meningkatkan kecepatan lari 100 meter.

B. Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PARACHUTE RUNNING DENGAN LATIHAN LIGHT SLED TERHADAP HASIL LARI SPRINT 100 METER ATLET PUTRA PENGCAB PASI KOTA TANJUNGBALAI TAHUN 2016.

6 26 30

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN ACCELARATION SPRINT DENGAN IN AND OUT 100 METER TERHADAP HASIL KECEPATAN LARI 100 METER PUTRA EKSTRAKURIKULER SMA NEGERI 2 KISARAN TAHUN 2014 / 2015.

0 2 12

HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

0 2 15

PENDAHULUAN HUBUNGAN KEKUATAN DAN FLEKSIBILITAS OTOT HAMSTRING TERHADAP KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

1 4 11

HUBUNGAN ANTARA WAKTU REAKSI, POWER TUNGKAI, DAN DAYA TAHAN KECEPATAN DENGAN KECEPATAN LARI SPRINT 100 METER.

2 8 93

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN UP HILL SPRINT DAN DOWN HILL SPRINT TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI LARI 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG TUNGKAI DAN TINGGI BADAN (Studi Eksperimen pada siswa putra ekstrakurikuler SMP N 1 Cepu).

0 0 5

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN REPETITIN SPRINT TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER PADA SISWA PUTRA KELAS XI SMA N 1 TAWANGSARI TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 10

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN LARI CEPAT DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI (Eksperimen Perbedaan Pengaruh Latihan Hollow Sprint Dan Sprint Training Pada Siswa Putri Kelas V Sekolah Dasar Se-Dabin V Kecamatan Mojolaban Tahun Ajaran 2010/2011)

0 0 15

HUBUNGAN PANJANG LANGKAH LARI 25 METER DAN FREKUENSI LANGKAH PER DETIK LARI 20 METER TERHADAP KEMAMPUAN LARI SPRINT 100 METER SISWA SMK KRISTEN 2 KLATEN.

0 1 199

PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN LARI 100 METER

1 1 75