commit to user
Mangkunegaran. Mangkunegara V menikahkan adiknya Pangeran Harya Dayaningrat dan  Kanjeng  Ratu  Paku  Buwana.  Adik  Mangkunegara  V  yang  diangkat  menjadi
Pangeran ialah R.M Subiyakta dengan sebutan Kanjeng Pangeran Harya Dayasaputra, dan R.M. Suprapta dengan sebutan Kanjeng Pangeran Harya Dayakiswara.
Sistem  ketataprajaan  pada  masa  pemerintahan  Mangkunegara  V  masih mengikuti sistem yang lama yang dilakukan oleh Mangkunegara IV. Tiap hari Senin
dan  Kamis  masih  diadakan  pasowanan,  yaitu  para  nara  praja  menghadap Mangkunegara  V.  Dalam  acara  ini  para  Rangga  dan  pejabat  yang  lebih  tinggi
mengenakan kuluk dan baju sikepan pendek. Selain hari pasowanan para Nara Praja mengenakan baju beskap dengan ikat kepala “undheng-udhengan”. Jika dinas kantor,
Mangkunegara  V  mengenakan  jas.  Pada  upacara  peringatan  hari  kelahiran Mangkunegara V, para Demang mengenakan kain kampuh dan baju sikepan.
Penghasilan Praja Mangkunegaran pada awal pemerintahan Mangkunegara V masih cukup baik. Akan tetapi penghasilan yang baik itu kurang dimanfaatkan secara
sungguh-sungguh,  karena  terbawa  usia  Mangkunegara  V  yang  masih  muda. Mangkunegara V banyak menuruti kehendak pribadinya, antara lain bermain judi dan
berburu binatang.
13
C. Hasil Karya Budaya Mangkunegara V
Selama memegang pemerintahan di istana Mangkunegaran, Mangkunegara V mempunyai  peran  besar  dalam  pengembangan  kebudayaan,  khususnya  bidang
kesenian.  Kemajuan  pemerintahan  Mangkunegara  V  itu  tidak  lepas  dari  dua  faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern di sini ialah unsur genetik yang meliputi
13
Suwaji Bastomi, Op.Cit, hlm; 69-70
commit to user
konsep,  wawasan,  sikap.  Sedangkan  faktor  ekstern  berupa  sosio-kutural  yang melingkupinya.
Konsep,  wawasan,  sikap  dan  tindakan  Mangkunegara  V  sangat  dipengaruhi oleh  visi  mendiang  ayahnya,  Mangkunegara  IV.  Mangkunegara  IV  sangat  dikenal
sebagai  ahli  di  bidang  ekonomi,  bidang  sastra,  dan  bidang  seni.  Sejak  kecil, Mangkunegara V telah menampakan bakatnya di bidang kesenian. Ia belajar seni tari
di  dalam  istana  yang  dibimbing  langsung  oleh  para  guru  tari  istana  Mangkunegaran yang  cukup  ternama  di  masa  itu,  seperti:  Nyi  Bei  Mintoraras  dan  RMA
Tondhokusumo.
14
Berdasarkan garis keluarga dan lingkungan yang mendukung, tidak aneh  bila  Mangkunegara  V  akhirnya  menjadi  seorang  budayawan  yang  sangat
dikagumi para penguasa lain pada periode itu. Pada  masa  pemerintahan  Mangkunegara  V  banyak  waktu  dan  biaya  yang
dikeluarkan  untuk  seni  pertunjukan  serta  membuat  koleksi  benda-benda  kuna  Jawa, seperti: ukir-ukiran, alat musik, topeng, dan benda-benda kesenian. Mangkunegara V
melakukan  pembaharuan  dalam  pementasan  wayang  orang.  Pembaharuan  baru  itu tampak pada busana  yang dikenakan para pemain, pemain wayang orang dan lakon-
lakon yang dimainkan, Tidak kurang 15 lakon carangan wayang orang berkembang di istana Mangkunegaran pada masa pemerintahan Mangkunegara V.
15
Jenis-jenis  seni  pertunjukan  yang  berkembang  di  waktu  itu  ialah  seni  tari meliputi tari bedaya, tari srimpi, tari tayub, tari wiring, sendratari langendriyan, serta
drama  tradisi  jawa  meliputi  wayang  purwa,  wayang  klithik,  wayang  gedog,  wayang
14
Hersapandi,  Wayang  Wong  Sriwedari  “Dari  Seni  Istana  Menjadi  Seni  Komersil”, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia,1999, hlm; 26-27
15
Suwaji Bastomi, Op.cit, hlm; 69-70
commit to user
golek,  dan  wayang  orang.  Semua  latihan  dan  pagelaran  kesenian  dipusatkan  di pendapa Agung Mangkunegaran yang bersebelahan dengan perangkat gamelan. Guru
kesenian  istana  Mangkunegaran  waktu  itu  ialah  RMA  Tondhokusumo  dan  Nyai Mintoraras.  Mereka  mempunyai  andil  besar  dalam  perkembangan  seni  tari  di  istana
Mangkunegaran.
16
Pada  periode  pemerintahan  Mangkunegara  V  seni-seni  pertunjukan  di  istana Mangkunegaran  yang  semula  dianggap  sebagai  tradisi  yang  sakral  dapat  disaksikan
oleh  masyarakat  umum.  Hal  ini  berbeda  dengan  di  istana-istana  lainya,  seperti keraton Yogyakarta, di Keraton Yogyakarta seni merupakan monopoli istana.
17
Seni- seni  pertunjukan  di  keraton  Yogyakarta  cenderung  berkembang  kearah  klasik
mengikuti patokan standar, sedangkan di istana Mangkunegaran lebih mengarah ke romantis  terbuka.  Akibat  dari  konteks  sosio-kultural  di  Mangkunegaran  itu
mempunyai  pengaruh  yang  jauh  pada  perkembangan  seni-seni  pertunjukan selanjutnya, yakni pada periode selanjutnya seni pertunjukan keluar tembok istana.
18
Karena karya-karya besarnya dalam bidang budaya dan seni Mangkunegara V diakui  sebagai  seorang  budayawan  yang  hebat,  oleh  banyak  penguasa  Jawa  pada
masa  itu.  Pada  masa  pemerintahan  Mangkunegara  V  kebudayaan  istana Mangkunegaran mengalami perkembangan dan puncak kejayaannya, hal itu terbukti
dengan  karya-karya  besarnya  yang  diakui  dan  digunakan  hingga  saat  ini. Mangkunegara  V  wajar  apabila  menjadi  seorang  budayawan  karena  mewarisi  sifat
16
Buku  Beksan  Mangkunegaran:  Isi  Beksan  41  Warni  Anggitanipun  Para  Seniman  ing Jamanipun Kangjeng Gusti Mangkunegara V
, Surakarta: Rekso Pustoko, no; 917
17
Sayid, Babad Sala, Surakarta: Rekso Pustoko, hlm; 116-119. B. 291
18
Hersapandi, Op.cit, hlm; 30
commit to user
dan  karakter  dari  ayahnya  Mangkunegara  IV  yang  dikenal  sebagai  seorang budayawan  Jawa  yang  hebat  pada  zamannya.  Pada  masa  pemerintahan
Mangkunegara V perkembangan budaya semakin meningkat terutama wayang orang. Mangkunegara  V  yang  dikenal  sebagai  penggemar  seni  keraton,  membuat  kesenian
istana  menjadi  lebih  hidup  dan  kehidupan  istana  menjadi  lebih  semarak. Mangkunegara  V  sebagai  seorang  budayawan  juga  dapat  dilihat  dari  hobinya  dalam
bidang  kesenian,  yakni  Mangkunegara  V  suka  sekali  mengadakan  seni  pertunjukan wayang  orang.  Mangkunegara  V  sangat  suka  pada  wayang,  baik  wayang  orang,
wayang kulit purwa, wayang gedhog maupun wayang klithik.
19
Mangkunegara V membangkitkan kembali nilai budaya jiwa ksatria dan adat sopan  santun  yang  halus  dalam  wayang.  Kehadiran  wayang  orang  dalam  sistem
budaya  keraton  mempunyai  sistem  nilai  dalam  pranata  ksatria  Jawa  yang  telah  kena pengaruh  Hindu  dan  Islam.  Menurut  Stutterheim,  bahwa  wayang  merupakan  suatu
khazanah budaya yang penuh dengan nilai-nilai kesopanan dan bentuk hidup.
20
Sebagai ekspresi budaya Jawa, wayang memiliki cita rasa hidup tentang watak dan  sikap  hidup  yang  memberi  ilham  kepada  kehidupan  pribadi  dan  ini  patut
diteladani.  Di  sini  mengandung  cita-cita  yang  indah  dan  halus  dari  ksatria  yang  tak gentar serta tanpa cela, cita-cita kesetiaan kepada raja, kesederhanaan dan ketabahan
hati,  serta  mampu  menahan  diri  yang  sempurna.  Oleh  karena  itu  konsep  paham ksatria dalam kebudayaan Jawa bukan sebuah unsur kebudayaan yang berdiri sendiri.
19
Suwaji Bastomi, Op.cit, hlm; 71
20
D.  H  Burger,  Sejarah  Ekonomis  Indonesia  dari  segi  Sosiologis  Sampai  Akhir  Abad XIX, Terjemahan Parjudi Atmosudirdjo
, Jakarta: Pradnya Paramita. 1983, hlm; 44
commit to user
BAB III CIRI WAYANG ORANG