commit to user
menyebabkan tertutupnya nilai seni sebagai fungsi sakral. Karena wanita sering mengalami tidak suci haid, untuk wayang orang karaton Yogyakarta merupakan
pantangan. Sedangkan hal itu untuk istana Mangkunegaran telah diabaikan, dengan mengingat fungsi hiburan yang dipentingkan. Jadi dengan tampilnya penari wanita
dalam wayang orang di istana Mangkunegaran, salah satu penyebabnya ialah bahwa pentas wayang orang di istana Mangkunegaran tidak lagi difungsikan untuk fungsi
sakral tetapi untuk sajian hiburan. Di samping itu sajian wayang orang cenderung digunakan sebagai saluran komunikasi sosial antara Mangkunegara V dengan
masyarakat, terutama di wilayah Surakarta.
B. Wayang orang di luar Istana Mangkunegaran
Wayang orang di Surakarta mula-mula merupakan bagian dari tradisi pertunjukkan di keraton Mangkunegara yang bersifat eksklusif dan sakaral serta
hanya dimainkan di keraton, karena beberapa faktor terjadi perubahan : 1. Faktor Ekonomi
Krisis ekonomi yang terjadi di Istana Mangkunegaran sangat berpengaruh dengan kelangsungan kegiatan seni pertunjukan di istana terutama wayang orang.
Krisis ekonomi Mangkunegaran disebabkan oleh Gagalnya panen kopi karena serangan hama dan bangkrutnya pabrik gula karena beredar luasnya gula bit eropa di
pasaran. Untuk melestarikan seni wayang orang di keraton membutuhkan biaya yang tidak sedikit, karena krisis keuangan istana Mangkunegaran tidak mampu lagi
membiayai kelangsungan wayang orang di istana. Sejak waktu itu wayang orang di tiadakan dan sebagian besar abdi dalem kesenian langenpraja, termasuk abdidalem
commit to user
wayang orang diberhentikan. Mereka yang diberhentikan itu kemudian membuat kelompok-kelompok kecil dan mengadakan kegiatan mbarang di luar tembok
keraton.
4
Penghapusan pemanggungan wayang orang sebagai agenda rutin di istana Mangkunegaran ini ternyata tidak membuat keberadaan wayang orang hilang. Hal ini
dikarenakan, para aktor panggung wayang orang itu, entah lebih disebabkan oleh alasan ekonomi ataukah karena memang adanya motivasi estetis, justru
mengembangkan kemampuan mereka di wilayah publik. Sejak itu, wayang orang berkembang sebagai seni panggung rakyat, tentu saja dengan beberapa sentuhan
perubahan dari format awalnya sebagai seni elit. Merosotnya seni wayang orang di Mangkunegaran sebagai akibat dari krisis
ekonomi di keraton ini menarik minat seorang pengusaha batik Tionghoa Surakarta yang bernama Gan Kam. Gan Kam berhasil merayu Mangkunegara V untuk
memboyong wayang orang Mangkunegaran keluar tembok istana agar dapat dinikmati oleh orang kebanyakan dan penduduk kota.
Gan Kam melanjutkan seni tradisi wayang orang tersebut diluar keraton. Dan atas peranannya, seni wayang orang dari keraton itu bergeser menjadi bagian seni tradisi
pertunjukkan masyarakat yang tidak sakral lagi desakralisasi atau menjadi pertunjukkan hiburan yang bersifat komersil dan populis dalam bentuk wayang
panggung komersil. Pada tahun 1895 Gan Kam membentuk rombongan wayang orang komersil
yang sumbernya dari wayang orang istana Mangkunegaran. Sebagian besar pemainnya direkrut dari mantan abdi dalem penari wayang orang Mangkunegaran
4
R. M. Sayid, Ringkasan Sejarah Wayang, Jakarta: Pradnya Paramita, 1981, hlm; 58
commit to user
yang diberhentikan. Apa yang dilakukan Gan Kam ini merupakan bagian integral dari kondisi perubahan sosial yang terjadi di Indonesia pada tahun 1870 sebagai akibat
dari diberlakukannya peraturan bernuansa liberal oleh pemerintah Belanda, yang membebaskan siapa saja untuk melakukan usaha. Seni adalah produk sosial.
Sehubungan dengan itu, terjadinya perubahan sosial di sebuah Negara akan menghadirkan gaya seni khas, sesuai dengan bentuk masyarakat yang ada pada saat
itu. Gan Kam merupakan kreator yang mampu menjawab tantangan zaman di tengah perubahan sosial itu, yaitu menghadirkan gaya seni yang cocok untuk selera estetis
masyarakat urban kota Surakarta sekaligus sebagai usaha komersil. 2. Faktor Politik
Keluarnya wayang orang Mangkunegaran dari dalam istana, karena ada keterlibatan pihak Kasunanan Surakarta yang bekerja sama dengan Cina
menyelenggarakan pentas panggung wayang orang. Ini dikarenakan pada awal mulanya pihak Kasunanan melakukan hal semacam itu lebih disebabkan kenaifan
kenaifan politis pihak Kasunanan Surakarta, yang sengaja terlibat mengeluarkan wayang orang dari dalam istana keluar istana dengan maksud ingin menyindir
merendahkan Kadipaten Mangkunegaran, bahwa identitas seni Kadipaten Mangkunegaran adalah bukan seni yang elit, tetapi sejajar dengan tiyang mbarang.
Meskipun demikian, dinyatakan bahwa wayang orang panggung pada akhir abad 19 dianggap ‘murahan’ dengan sebutan ‘tiyang barang’ karena tega menjual dan
melanggar nilai-nilai keramat dari istana untuk tujuan komersial. Pandangan negatif tersebut mulai menipis setelah wayang orang istana ikut mulai terjun ke dunia bisnis
commit to user
sebagaimana dilakukan oleh pihak Keraton Kasunanan Surakarta, yang mendirikan grup wayang orang panggung profesional di Taman Sriwedari pada awal abad 20.
5
C. Tempat Pementasan