commit to user
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kadipaten Mangkunegaran berdiri pada tahun 1757 atas dasar perjanjian Salatiga. Perjanjian itu melahirkan sebuah wilayah baru yaitu Kadipaten
Mangkunegaran, yang masih merupakan bawahan dari Keraton Kasunanan Surakarta. Perjanjian Salatiga diprakarsai antara Raden Mas Said dengan Pakubuwono III,
Hamengkubuwono I dan Belanda.
1
Mangkunegara V 1881-1896 lahir di Mangkunegaran pada hari Senin Legi tanggal 16 April 1855. Putra kedua dari Mangkunegara IV 1853-1881.
Mangkunegara V muda dikenal dengan nama Raden Mas Sunito, Pada bulan Juli 1869 Raden Mas Sunito diangkat menjadi Pangeran Anom dengan gelar KGPA
Prabu Prangwadono, menggantikan kedudukan KGPA Prabu Sudibya kakaknya yang meninggal satu tahun sebelumnya. Raden Mas Sunito diangkat menjadi
Mangkunegara V pada hari senin Legi tanggal 5 Juli 1881.
2
Istana Mangkunegaran sebagai pecahan keraton Surakarta membuat drama tari wayang orang. Lahirnya wayang orang di Istana Mangkunegaran berhubungan
dengan masa Renaissance Kasusastraan Jawa abad ke 18-19 yang ditandai dengan penulisan kembali Kakawin dalam bahasa Kasusastraan Jawa baru. Wayang orang di
istana Mangkunegaran pertama kali muncul pada masa pemerintahan Mangkunegara
1
M. Husodo Pringgokusumo. Isi“Perjanjian Salatiga” G.P Rouffaer, “Vorstenlanden” dalam Adatrecht-bundels Jilid XXXIV. s Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1905,
hlm; 5.
2
Purwadi, Sejarah Raja-Raja Jawa,. Yogyakarta: Media Abadi, 2007, Hlm; 562.
commit to user
I 1757-1796, Wayang orang di istana Mangkunegaran pertama diciptakan oleh Mangkunegara I. Wayang orang Mangkunegaran mengalami kemunduran pada masa
pemerintahan Mangkunegara II dan Mangkunegara III. Baru pada masa pemerintahan Mangkunegara IV 1853-1881, wayang orang Mangkunegaran muncul kembali
bersamaan dengan munculnya Langendriyan dan digunakan sebagai sajian yang sakral di dalam istana. Wayang orang Mangkunegaran mengalami perkembangan dan
berada pada masa kejayaanya pada masa Mangkunegara V 1881-1896.
3
Pertama kali wayang orang Mangkunegaran dipentaskan pada tahun 1760. Pada waktu itu wayang orang hanya dinikmati oleh kerabat Mangkunegaran dan para
punggawa saja. Pakaian yang dikenakan para penari wayang orang pada waktu itu masih sangat sederhana, yakni tidak jauh berbeda dengan pakaian adat
Mangkunegaran yang digunakan sehari-hari.
4
Pada awal kemunculanya pemain wayang orang hanya terbatas pada abdi dalem Mangkunegaran. Pada mulanya semua penari wayang orang Mangkunegaran
adalah laki-laki yang terdiri atas putra-putra bangsawan dan abdi dalem. Wayang orang Mangkunegaran biasanya hanya disajikan pada acara atau upacara khusus
istana. Seperti ulang tahun dan penobatan Mangkunegara, serta perhelatan untuk keluarga Mangkunegaran. Misalnya untuk acara khitanan putara Mangkunegara IV
yang bernama Kanjeng Sudibyo dan Kajeng Suyitno pada 16 April 1868. Pada acara itu diadakan pertunjukan wayang orang dengan lakon Wahyu Mahkutharama.
3
Hersapandi, Wayang Wong Sriwedari “Dari Seni Istana Menjadi Seni Komersil”, Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia, 1999, hlm; 17-27.
4
Suwaji Bastomi, Karya Budaya Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Harya I-VIII, Semarang: IKIP Semarang Press, 1996, hlm; 25.
commit to user
Sehubungan dengan itu maka penontonnya terbatas pada orang-orang yang diundang untuk menghadiri upacara atau hajat Mangkunegaran, seperti para pejabat
pemerintahan Belanda dan Mangkunegaran, para sanak saudara Mangkunegara, dan para abdi dalem yang bertugas.
5
Seni pertunjukan wayang orang pada masing-masing daerah memiliki karakter tersendiri, baik di Surakarta maupun di Yogyakarta. Wayang orang di
Surakarta berasal dari tradisi pertunjukkan seni Istana Mangkunegaraan. Kehadiran seni istana wayang orang di Surakarta tidak lepas dari motif politik dari raja sebagai
penguasa tunggal kerajaan. Wayang orang Mangkunegaran diciptakan oleh Mangkunegara I pada abad XVIII yang tujuannya untuk memberikan dorongan
semangat hidup bagi rakyatnya untuk melawan pemerintahan kolonial Belanda.
6
Mangkunegara V adalah seorang seniman yang membuat kesenian istana hidup, dan kehidupan istana menjadi lebih semarak. Untuk itu sudah barang tentu
memerlukan anggaran yang tidak sedikit. Untuk melestarikan seni wayang orang di keraton ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit, tetapi ketika terjadi krisis ekonomi
yang disebabkan oleh gagalnya panen kopi karena serangan hama dan bangkrutnya pabrik gula karena beredar luasnya gula bit eropa di pasaran mengakibatkan krisis
ekonomi di istana Mangkunegaran, krisis tersebut menjadi faktor merosotnya kegiatan kesenian di istana. Ketika Mangkunegara VI mengantikan tahta
Mangkunegara V pada tahun 1896, keadaan keuangan istana Mangkunegaran pada posisi nol. Wayang orang sudah tidak muncul lagi di istana selama pemerintahan
5
Rustopo, Menjadi Jawa “Orang-Orang Tionghoa Dan Kebudayaan Jawa”, Yogyakarta: Ombak, 2007, hlm; 110.
6
Hersapandi, Op.cit, hlm; 3
commit to user
Mangkunegara VI 1896-1916, selain karena krisis keuangan, juga kegiatan seni wayang orang menjadi kegiatan yang memboroskan. Akibatnya sebagian besar abdi
dalem kesenian langenpraja, termasuk abdidalem wayang orang diberhentikan dan menganggur. Mereka yang diberhentikan itu kemudian membuat kelompok-
kelompok kecil dan mengadakan kaegiatan mbarang di luar tembok keraton, dari satu tempat ke tempat lain untuk sekedar memperoleh nafkah.
7
Wayang orang mula-mula merupakan bagian dari tradisi pertunjukkan di keraton Mangkunegara yang bersifat eksklusif dan sakaral serta hanya dimainkan di
keraton. Karena terjadi krisis ekonomi, seni wayang orang di Mangkunegaran mengalami kemerosotan dan berubah fungsi dari sakral menjadi fungsi hiburan.
Dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis dalam mengkaji mengenai perkembangan wayang orang di Mangkunegaran menggunakan
judul “ Dinamika Wayang Orang Mangkunegaran dari Istana ke Publik 1881- 1895 ”
B. Perumusan Masalah