C. Pernyataan Bahwa Adanya Pemisah Laut Dalam Surat Ar-Rahman:
19-20, Surat An-Naml: 61, Surat Al-Furqan: 53 yang Mempunyai Sifat Geologi dalam Al-Qur’an dan Sains
Sesungguhnya sang pencipta yang sangat maha Bijaksana membiarkan dua lautan yang tawar dan yang segar serta air lautan yang asin lagi pahit,
kemudian mengalir keduanya bertemu tanpa terjadi pencampuran dan pembauran diantara keduanya. Bahkan, keduanya ada pemisah dalam surat ar-Rahman: 19-
20, surat an-Naml: 61 dan surat al-Furqan: 53. Analisanya sebagai berikut:
1. Analisa Surat Ar-Rahman ayat 19-20
Teks Ayat dan Terjemah
☺
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.”
1. Munasabah Ayat
Setelah pada ayat yang lalu Allah Swt menyebutkan tentang karunia-Nya yang memelihara dan mengendalikan kedua tempat terbit dan terbenamnya
matahari dan bulan. Maka pada ayat ini Allah Swt menyebutkan salah satu karunia-Nya dan kekuasaan-Nya terhadap lautan di dunia ini.
83
83
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya Jakarta: Departemen Agama RI, 2008, juz. 27, h. 600
2. Kajian dari Segi Tafsir
Banyaknya perbedaan yang yang mendalam disini dari para Mufassir diantaranya yang berpendapat bahwa
La Yabgiyan maksudnya adalah masing-masing tidak menghendaki. Dengan
demikian maksud ayat dari 19-20, ialah bahwa adanya dua laut yang keduanya terpisah dibatasi oleh tanah yang genting, tetapi tanah yang genting itu tidak
dikehendaki tidak diperlukan maka pada akhirnya, tanah genting itu di buang maka bertemulah kedua lautan itu, bertemulah kedua lautan seperti telah
dicontohkan yaitu Terusan Suez dan terusan Panama.
84
Allah Swt berfiman: “Dia mengalirkan dengan bebas dua lautan secara berdampingan, yang yang satu tawar lezat dan yang lain sangat asin lagi pahit
lalu keduanya bertemu pada permukaannya, antara keduanya yakni kedua lautan itu ada pembatas yang diciptakan Allah sehingga keduanya tidak saling
melampaui yakni bercampur atau melampaui batas yang ditetapkan Allah dan tidak juga membinasakan manusia. Maka nikmat Tuhan kamu berdua manakah
yang kamu berdua ingkari?” Kata
Maraja pada mulanya berarti melepas.
85
Kata ini antara lain digunakan untuk menggambarkan binatang yang dilepas untuk mencari
sendiri makanannya. Melepas laut dalam arti membiarkannya mengalir secara bebas. Dari sini dipahami juga dalam arti pulang pergi atau bolak balik. Kata ini
dapat juga dipahami dalam arti bercampur secara tidak teratur sehingga menimbulkan keterombang-ambingan dan kegelisahan.
84
Departemen Agama RI, Al-Quran Bayan Al-Quran dan Terjemahannya Disertai Tanda-Tanda Tajwid dengan Tafsir Singkat, Jakarta: Al-Quran Terkemuka, 2009, h. 532
85
Asad M. Alkalali, Kamus Indonesia Arab Jakarta: Bulan Bintang, 1987, h. 321
Kata al-bahrain disepakati oleh para
ulama dalam arti laut dan sungai sesuai dengan firman-Nya dalam surat al-Furqan ayat 53 yang menyifati kedua laut itu dengan yang ini tawar lagi segar dan yang
lain lagi asin lagi pahit.
86
Para ulama berbeda pendapat tentang dua laut yang dimaksud di sini. Menurut Thahir ibn ‘Asyur yang dimaksud dengan
ﺮ ا
al-bahrain adalah perhatikan gambar 4-1
Di sinilah, sungai Eufrat di Irak dan teluk Persia di pantai Basrah serta daerah di sekitar Kerajaan Bahrain dewasa ini. menurutnya adalah dua laut yang
dikenal oleh masyarakat Arab ketika itu, yakni laut merah dilokasi seperti Jeddah dan Yunbu’ di Saudi Arabia dan Laut Oman yakni sekitar Hadramaut, Aden, juga
beberapa kota lainnya di Yaman. Thabathaba’i memahami kedua laut dimaksud adalah lautan yang
memenuhi sekitar 34 tiga perempat bumi ini serta sungai yang ditampungi oleh tanah dan yang memancarkan mata air dan sungai yang besar yang kemudian
mengalir ke lautan. Pemisah atau
Barzakh yang dimaksud menurutnya adalah penampungan air yang terdapat di bumi ini dan saluran-saluran bumi yang
menghalangi air laut bercampur dengan air sungai sehingga tidak mengakibatkannya menjadi asin.
Bahkan hingga kini air laut memasok untuk sungai-sungai air tawar melalui hujan yang terjadi melalui penguapan air laut ke udara.
86
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran Jakarta: Lentera Hati, 2002. Vol. VI, h. 508
Ulama juga berbeda pendapat tentang maksud kata barzakh pada ayat ini, walaupun mereka sepakat menyatakan bahwa dari segi
bahasa kata barzakh berarti pemisah.
Sementara ulama seperti Sayyid Quthub menyatakan bahwa penghalang yang dijadikan Allah Swt itu adalah posisi aliran yang biasanya lebih tinggi dari
permukaan laut. Karena air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya, kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti
ini, air laut walaupun banyak tidak mengasinkan air sungai yang merupakan sumber air minum manusia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air sungai
kadarnya sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya itu namun tidak dapat mengubah rasa asin air laut.
87
Sementara para pakar yang tekun dalam bidang kemukjizatan al-Quran menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilmiah al-Quran. Mereka tidak
memahami pemisah itu dalam pengertian penciptaan posisi sungai lebih tinggi dari lautan. Tetapi lebih luas dari itu, pendapat mereka dikemukakan setelah
kemajuan-kemajuan yang dicapai manusia dalam bidang ilmu kelautan.
2. Analisa Surat An-Naml ayat 61
1. Teks Ayat dan Terjemah
87
Sayyid Quthb, Fi Dhilal al Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2000, juz 1, h. 182
☺
“Siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-
gunung untuk mengkokohkannya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? bahkan sebenarnya
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui.”
2. Munasabah Ayat
Pada ayat yang lalu, Allah Swt melontarkan beberapa pertanyaan yang menggugah perhatian mereka orang-orang yang menyembah berhala terhadap
keberadaan-Nya, dengan memperhatikan hal penting yang ada di sekitar mereka. Pertanyaan itu berkisar pada siapakah yang menciptakan langit, bumi dan segala
isinya yang terdapat didalamnya. Maka pada ayat ini Allah Swt mengemukakan pertanyaan kedua dalam rangka mengungkapkan kesesatan penyembah berhala
dengan membicarakan secarab khusus apa yang ada di bumi yang mereka jadikan tempat tinggal.
88
3. Kajian dari Segi Tafsir
Ayat di atas melanjutkan perbandingan sebelumnya dengan menyatakan: “Apakah berhala-berhala yang kamu sembah, lebih baik atau
apakah siapa yakni apakah Dia yaitu Allah yang menjadikan bumi mantap yakni memiliki kemantapan sehingga tidak goncang dan
apa yang berada di permukaannya pun tidak bergoncang dan yang menjadikan di celah-celahnya antara gunung-gunung yang
tertancap di bumi itu sungai-sungai, dan yang menjadikan untuknya yakni untuk bumi itu gunung-gunung yang kokoh sehingga bumi
tidak goncang dan menjadikan pula antara dua laut yakni antara sungai dan laut pemisah sehingga air laut dan sungai tidak
88
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 20, h. 228
bercampur? Apakan sembahan-sembahan kamu lebih baik dari Allah? Pasti tidak. Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain?
Sungguh tidak ada bahkan yang sebenarnya kebanyakan dari mereka yang menyembah selain Allah atau mempersekutukan-Nya
kendati mereka memanfaatkan ciptaan-Nya kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
Kata Qararan terambil dari kata
ﺮﻗ qarra yang beranti mantap, tenang, tidak guncang. Atau secara etimologisnya yaitu qararan
semakna dengan kata maskan yang berarti tempat tinggal. Dalam konteks ayat di atas Allah menegaskan bahwa diri-Nya yang telah menjadikan Bumi sebagai
qararan tempat tinggal yang nyaman bagi manusia termasuk bagi orang-orang yang mengingkari keberadaan-Nya. Di sini Allah mengajak manusia bersyukur,
sekaligus berpikir tentang keajaiban ciptaan-Nya. Betapa tidak menakjubkan setiap saat bumi bergerak bagaikan berenang di angkasa, namun demikian
penghuninya yang berada di permukaannya tidak merasakan gerak itu bahkan tidak terjatuh dan tergelincir.
Ulama-ulamapun berbeda pendapat tentang hakikat pemisah antara dua laut yang dimaksud ayat ini. Ada yang berpendapat bahwa Allah memisahkannya
dengan menjadikan sungai pada umumnya berada pada posisi yang tinggi dari laut, sehingga walau air laut lebih banyak ia tidak dapat mencapai air sungai,
sebaliknya walau air sungai tinggi namun karena air laut lebih banyak, maka keasinannya tidak terpengaruh oleh air sungai yang mengalir ke laut itu.
89
3. Analisa Surat Al-Furqan ayat 53
1. Teks Ayat dan Terjemah
89
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. 10, h. 252
⌧ ⌧
⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir berdampingan; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
2. Munasabah
Setelah pada ayat-ayat yang lalu menjelaskan tentang penganekaragaman ayat-ayat Al-Quran dan penyebarannya ke wilayah yang berbeda-beda, dan
sebelumnya mennguraikan tentang fungsi matahari untuk manusia, hikmah dijadikannya siang dan malam, penggiringan angin dan penyebaran awan, serta
percampuran air dengan tanah untuk menumbuhkan tumbuhan, kini ayat di atas menguraikan tentang pemisahan sekian ragam air yang merupakan bentuk yang
paling mudah bercampur.
90
3. Kajian dari Segi Tafsir
Ayat di atas menyatakan: Dan di samping Allah Swt menggiring angin serta membawa berita gembira tentang turunnya hujan, Dia juga yang
mengalirkan kedua laut yakni laut dan sungai yang ini yakni air sungai tawar lagi lezat rasanya dan air laut sangat asin lagi pahit.
Walaupun keduanya mengalir berdampingan lagi saling bertemu, namun keduanya tidak saling mengalahkan dan itu dapat terjadi karena Dia yang Maha
90
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 19, h. 28
Kuasa itu telah menjadikan antara keduanya pemisah dan hijran mahjuran.
Kata maraja pada mulanya berarti melepas. Kata ini antara
lain digunakan untuk menggambarkan binatang yang dilepas untuk mencari sendiri makanannya. Melepas laut dalam arti membiarkannya mengalir secara
bebas. Dari sini ia dipahami juga dalam arti pulang pergi dan bolak balik. Kata ini dapat juga dipahami dalam arti bercampur secara tidak teratur sehingga
menimbulkan keterombang-ambingan dan kegelisahan. Kata maraja pada surat al- Furqan ini sama halnya dalam surat al-Rahman ayat 19-20.
Dalam penggunaan kata ⌧
hadza yang merupakan isyarat dekat kepada kedua laut itu mengesankan bahwa kendati terjadi kedekatan laut
dan sungai satu sama lain, namun satu yang tidak bercampur dengan yang lain, Al-Biqa’i yang mendapatkan kesan ini, seandainya anda menggali di pantai laut
yang asin walau pada jarak uang sangat dekat dengannya, anda akan menemukan air yang sangat tawar yang berada di laut.
91
Kata furat terambil dari kata
ﺮ
ت farata yang berarti menundukkan atau mengalahkan. Bila kata tersebut menyifati air, maka ia
diartikan air yang sangat tawar, sehingga kehausan peminumnya ditundukkan dan dikalahkan oleh segar dan tawarnya air.
Kata adzb jika menyifati air, maka ia adalah yang sangat segar
dan terasa nyaman diminum. Ayat di atas tidak menggabung kata adzb dan furat dengan menggunakan kata penghubung dan. Demikian juga ketika melukiskan air
laut yang bersifat ⌧
milhun ujaj.
91
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI, h. 498-499
Kata ⌧ milh berarti asin, sedang
ujaj ada yang memahaminya dalam arti panas atau pahit atau sangat asin. Makna-makna itu
yang mana pun yang pilih melukiskan betapa air tidak nyaman diminum berbeda dengan air yang disebut sebelumnya.
92
Istilah hijran mahjuran
mengandung isyarat bahwa ada suatu yang terdapat di kedua laut itu yang menjadi penghalang sehingga keduanya tidak saling bertemu. Istilah ini diartikan oleh para
penulis Tafsir al-Muntakhab dalam arti “Pembatas yang tersembunyi yang tidak dapat kita lihat”. Ayat ini menurut para pengarang tafsir itu menguraikan salah
satu nikmat Allah kepada hamba-hamba-Nya yaitu keadaan air asin yang merembes atau mengalir dari lautan ke batu-batuan di dekat pantai, namun ia
tidak bercampur dengan air tawar yang merembes atau mengalir ke laut dari daratan.
93
Sementara Sayyid Quthub menyatakan bahwa Penghalang yang dijadikan Allah Swt itu adalah posisi aliran yang biasanya lebih tinggi dari permukaan laut.
Karena air sungai yang tawar itulah yang mengalir ke laut bukan sebaliknya, kecuali amat sangat jarang dan dengan pengaturan yang sangat teliti ini, air laut
walaupun banyak tidak mengasinkan air sungai yang merupakan sunmber air minum manusia binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedang air sungai kadarnya
sedikit, maka walaupun ia mengalir ke laut yang banyak airnya namun tidak dapat mengubah rasa asin air laut.
94
92
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya, juz. 19, h. 28
93
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI, h. 499
94
Sayyid Quthb, Fi Zhilalil Qur’an Beirut: Darusy, 1412 H, juz XVIII, h. 307
Beliaupun juga menjelaskan bahwa Allah Swt telah menetapkan hukum- hukum yang mengatur alam ini, sehingga air laut tidak mengalahkan air sungai,
tidak juga daratan walaupun dalam keadaan pasang naik dan turun yang terjadi akibat pengaruh daya tarik bulan terhadap air di permukaan bumi dan pada saat
air membumbung tinggi. Sementara pakar yang berkecimpung dalam bidang kemukjizatan al-
Quran, menjadikan ayat ini sebagai salah satu mukjizat ilamiah al-Quran. Mereka tidak memahami penghalang itu dalam pengertian penciptaan posisi sungai lebih
tinggi dari lautan. Tetapi lebih dari itu, pendapat mereka dikemukakan setelah kemajuan-kemajuan yang di capai manusia dalam bidang ilmu kelautan. Pendapat
itu bermula dari penemuan yang tercapai melalui perjalanan ilmiah sebuah kapal berkebangsaan Inggris, pada tahun 1873M1283H para ilmuwan peneliti Inggris,
dalam ekspedisi laut bernama Challenger, menemukan adanya perbedaan di antara sampel-sampel air laut yang diambil dari berbagai lautan. Dari situ manusia
mengatahui bahwa air laut berbeda-beda kondisinya satu dengan yang lainnya dalam kadar garam, temperature, berat jenis dan bahkan biota lautnya. Pentingnya
ilmu pengetahuan tentang laut dengan penggunaan alat-alat canggih di angkasa guna penelitian dan pemotretan jarak jauh ke dasar laut. Sebelum mengemukakan
lebih banyak tentang penemuan ilmiah itu, perlu diingat bahwa ketika al-Quran turun, pengertian tentang laut masih amat terbatas, namun demikian seperti
terbaca pada ayat yang ditafsirkan ini, al-Quran telah menginformasikan bahwa Allah Swt melakukan apa yang istilahkan-Nya dengan maraja al-bahrain dan
bahwa antara laut dan sungai ada barzakh dan hijran majuran.
Dari bunyi ayat di atas diketahui pula bahwa ada air yang adzbun furat. ‘adzb berarti tawar dan furat berarti sangat segar. Seperti yang penulis kemukakan
di atas ayat ini tidak menyatakan adzbun wa furat tawar dan segar tetapi menggabungkan keduanya tanpa penghubung “dan” sehingga dari situ dapat
dipahami bahwa air dimaksud benar-benar sangat tawar lagi segar. Ini berarti bahwa air yang tidak terlalu asin atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam
pembicaraan ayat ini. Setiap orang dapat melihat ada air sungai yang terjun ke laut dan bila
diamati terbukti bahwa air sungai itu sedikit demi sedikit berubah warna dan rasanya sejauh percampurannya dengan air laut. Dari kenyataan di atas dapat
dipahami bahwa ada jenis air sungai dan air laut.
4. Analisa Menurut Al-Quran dan Sains tentang Dua Laut, Batasan
Laut, serta Pertemuannya
Ada suatu fenomena yang menarik ketika al-Quran berbicara tentang Laut khususnya surat-surat yang sedang penulis analisa, ayat-ayat dalam surat-surat
yang penulis analisa ini. Semua esensi dari ayat-ayat tersebut mempunyai persamaan yaitu membahas mengenai “batasan laut”, “dua laut” dan
“pertemuannya”. Pada bab inilah penulis akan menjelaskan tentang ungkapan “dua laut”,
“pertemuannya”, dan “batas antara kedua laut” menurut tafsiran al-Quran dan ilmu pengetahuan yang khusus membahas tentang laut ilmu kelautan.
Kata maraja dalam kamus-kamus bahasa arab mempunyai dua
arti, yaitu pertama berarti bercampur dan kedua berarti kepergian dan kepulangan,
keterombang-ambingan, dan kegelisahan.
95
Demikian Ibn Faris dalam bukunya, Mu’jam Maqayis al-Lughah, dan Al-Raghib Al-isfahani dalam Mufradat fi Gharib
Al-Quran. Sedangkan kata hijr dalam kamus-kamus bahasa diartikan sebagai larangan, halangan atau penyempitan. Sementara kata mahjura berarti sesuatu
yang terhalang. Jika demikian hijran
mahjura adalah suatu halangan yang menjadikan apa yang terdapat di sana makhluk hidup terhalang untuk dapat keluar dan hidup di dalan lokasi yang
sempit terhalang itu dibanding dengan luasnya samudra.
96
Dapat dipahami dari penjelasan ini bahwa dalam kata
جﺮ
maraja ada unsur yang dinamis pada tempat bertemunya dua laut atau al-Bahraini. Mungkin
saja kedatangan satu laut dan kepergian laut lainnya, dalam posisi yang bersebelahan dibatasi secara vertikal atau bertumpang tindih dibatasi secara
horizontal, melibatkan suatu pergerakan, sesuatu yang dinamis. Namun, “tempat pertemuan itu berupa suatu kawasan “perbatasan” yang menghalangi kedua laut
tadi dari menjadi “satu’ laut yang tanpa karakteristik fisika dan kimia yang khas. Karakter masing-masing laut tetap terpertahankan.
97
Akibat adanya hijran mahjura
ini, menjadikan laut yang satu mempunyai karakter yang berbeda yaitu dalam suhu, kadar keasinan salinitas, berat jenis, dan tekanan, dengan laut yang
berdampingan tadi di atasdi bawah atau di sampingnya. Oleh karena itu, makhluk hidup berupa ikan, ganggang, terumbu karang, sebagainya yang ada di dua
95
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran. Vol. VI, h. 498-499
96
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999, h. 177
97
Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004, h. 118
kawasan laut itu juga mempunyai karakter yang berbeda pula, ikan yang hidup di lauta sebelah dalam yang bersuhu rendah dan bertekanan tinggi terbatasi habitat
hidupnya di situ dan tidak akan melampaui batas ke kawasan laut dangkal yang bersuhu hangat dan bertekanan rendah.
Kebanyakan para penafsir menyatakan dinding pembatas barzakh dua laut
yang menghalangi dan tidak dilampaui oleh masing-masing
hijran mahjura ini memisahkan dua laut atau kumpulan air yang posisinya berdampingan, misalnya
penafsiran terusanSuez sebagai yang membatasi Laut Merah dengan Lautan Mediterania Laut Tengah, seperti dalam catatan kakipenafsiran dalam surat al-
Rahman: 20, Allah Swt berfirman:
☺
“Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing.” Pada kitab al-Quran dan Terjemahannya oleh Departemen Agama
Republik Indonesia 1999. Misalnya dipahami sebagai dinding batas antara air sungai Amazon yang masuk ke laut Atlantik pada bagian muaranya, seperti di
jelaskan oleh Dr. Quraish Shihab.
98
Sebagaimana beliau menafsirkan dalam ayat ini bahwa:
“Ini berarti adanya pemisah yang diciptakan Allah Swt pada lokasi-lokasi tempat bertemunya laut dan sungai.”
Disini meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, ada ayat lain yang sama
pemahamannya dengan berbatasan secara berdampingan yang banyak diterima ini
98
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999, h. 175
dipengaruhi sedikit banyak oleh pemahaman yaitu dari Surah al-Kahfi: 60, sebagaimana Allah Swt berfirman:
⌧ ⌧
☺
“Dan ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya: Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan
berjalan sampai bertahun-tahun.
Di sinilah Pertemuan “dua laut” dalam konteks perjalanan Nabi Musa as yang berada di kawasan Gunung Sinai dan Mesir diperkirakan sebagai tempat
pertemuan Teluk Aqabah denagn laut merah, atau pertemuan antara Teluk Aqabah di timur atau Teluk Suez di barat semenanjung Sinai, atau antara Teluk
Suez dengan “danau laut” di selatan terusan Suez, atau juga pertemuan antara Sungai Nil dengan Laut Mediterania, Wallahu a’lam.
Untuk melihat ke arah lautan, seandainya ada pertemuan air laut dari dua lokasi yang berbeda, yang satu dari laut lain sedangkan satunya lagi dari laut yang
lain lagi. Kedua air laut tersebut bertemu di suatu tempat. Seandainya masing- masing dari dua air laut tersebut memiliki salinitas kadar garam yang berbeda
atau temperature yang berbeda, apakah keduanya akan bercampur ketika bertemu di satu tempat sehingga keadaan awal dari masing-masing salinitas maupun
temperature berubah menjadi satu keadaan salinitas dan temperature yang baru? Akan tetapi kesemuanya dalam pengertian batas dua laut berupa batas
vertikal, memisahkan dua tubuh air yang berdampingan. perhatikan pemahaman 4-2
Gambar pemahaman 4-2 : Ilustrasi batas Dua laut yang dapat diartikan
sebagai batas vertikal gambar kiri atau sebagai batas horizontal gambar kanan. Pengertian batas dua laut sebenarnya bisa membujur secara horizontal membatasi
laut yang berdampingan antara laut bagian atas dan laut bagian bawah. Batas ini bias berarti membatasi laut bagian atas yang mempunya suhu hangat dan laut
bagian bawah yang mempunyai suhu rendah, Atau laut bagian atas yang mempunyain salinitas rendah dengan laut bagian bawah yang mempunyai
salinitas tinggi. Lapisan laut bagian atas yang arusnya bergerak kearah barat dengan lapisan bagian bawah yang arusnya mengalir ke timur atau kondisi apa
saja yang membatasi antara laut bagian atas dan laut bagian bawah yang mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda satu sama lainnya.
Bertemunya “dua laut” atau oleh
Dr. Quraish Shihab menafsirkan sebagai bertemuanya “laut” dan “sungai” seperti di ungkapkan di atas dan dalam menjelaskan adzbun furat, yang tawar lagi segar,
sebagaiman Allah berfirman dalam surat al-Furqan ayat 53:
⌧ ⌧
⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir berdampingan; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.”
Jadi menurut beliau dalam ayat ini, bukan kedua-duanya berupa laut, tetapi yang satu laut dan yang satu lagi sungai. Dari bunyi di atas, surat al-Furqan ayat
53, sudah di ketahui bahwa adanya sungai yang adzbun
furat, Adzb berarti tawar dan
furat berarti amat segar. Jika diperhatikan bahwa ayat diatas tidak menyatakan adzbun wa furat tawar dan
segar tetapi menghubungkan keduanya tanpa kata penghubung dan sehingga airnya benar-benar sangat tawar lagi segar. Ini berarti bahwa air yang tidak terlalu
asin, atau tidak terlalu tawar, tidak termasuk dalam pembicaraan ayat ini.
99
Sungai yang berair tawar ataupun tawar lagi segar, penulis rasa kondisi yang lumrah. Jika dicermati dari air laut ternyata adanya air tawar maka inilah
suatu fenomena terjadi yang sangat luar biasa. Ternyata, salintas atau kadar keasinan air laut memang berkisar antara 33-
37 ppt, namun pada tempat tertentu terjadi kadar yang ekstrim, misalnya ekstrim tinggi di laut Merah yang hingga mencapai salinitas melebihi 40 ppt, belum lagi
salinitas yang sangat tinggi di Laut Mati di Yordania. Laut yang tawar dengan salinitas antara 20-30 ppt terdapat di Lautan Artik di kutub utara, salinitas
serendah ini mendekati salinitas dari air tawar, terutama sepanjang pesisiran sebelah utara pada laut Baltik antara Swedia dan Finlandia perhatikan gambar 4-
3,
99
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Bandung: Mizan, 1999, h. 177-178
Gambar 4-3 : Peta Laut Baltik antara batasan Swedia dan Finlandia, di sini laut
yang tawar dengan salinitas antara 20-30 ppt terdapat di Lautan Artik di kutub utara, salinitas serendah ini mendekati salinitas dari air tawar, terutama sepanjang
pesisiran sebelah utara pada laut Baltik antara Swedia dan Finlandia.
Salinitas yang rendah ini di mungkinkan karena evaporasi atau penguapan di dekat kutub utara sangatlah rendah karena suhu yang rendah, curah hujan yang
tinggi, dan influks aliran air tawar dari lempengan es yang mencair. Air segar mungkin maksudnya tidak terlampaui dingin dan tidak terlalu
hangat, mungkin seperti air mineral sejuk yang di ambil dari kulkas. Dalam ayat ini tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang manfaat dari adzbun furat ataupun
inilhun ujaj asin lagi pahit maupun keberadaan barzakh atau batasan. Seperti halnya dalam surat al-Naml: 61, meski secara spesifik tidak
menunjuk adanya karunia, ayat-ayat tersebut memberikan ekslamasi akan keberadaannya di muka bumi ini dan ayat ini merupakan pernyataan sekaligus
menunjukan keagungan Allah melalui ciptaan-Nya di alam semesta ini. Perthatikan ayat dalam surat al-Naml yang dengan tegas menuliskan kata
ﺮ
Bahraini, yang maknanya ‘dua laut’ yang dipisahkan oleh suatu hajiran.
Bukankah ini bisa bermakna bahwa dua laut yang terpisah ini bisa berdampingan satu di samping lainya, ataupun bertindihan satu di atas lainnya.
Pada surat al-Furqan: 53 dan al-Naml: 61 sekali lagi disebutkan kata
ﺮ
Bahraini, Kata ini ‘berdampingan’ penafsiran dalam surat al-Furqan: 53 yakni, bukankah dapat pula bermakna ‘bertumpang tindih, kalau kita
memahaminya dalam pengertian ‘ruang’ spatial dan bukannya pengertian ‘bidang’ planar. Di dalam ayat ini semakin dijelaskan bahwa kedua laut tersebut
terpisahkan dengan adanya dinding barzakh dan batas hijran. Artinya, kedua laut tersebut tetap mempunyai dan mempertahankan karakter atau sifat-sifat fisika
suhu, tekanan, dll dan kimianya senyawa, salinitas, dll sendiri-sendiri, sehingga antara kedua macam lautan tersebut akan mempunyai jenis ikan dan
tumbuhan yang berlainan.
100
Pemahaman bahwa batas itu secara horizontal, dengan memisahkan laut bagian atas dan laut bagian bawah.
Jarang sekali dijumpai pada hal-hal penemuan manusia mengenai fenomena seperti pemahaman dalam diagram diatas juga banyak dan menarik, terutama bila
dikaitkan dengan adanya karunia yang di janjikan Allah karena adanya dinding pembatas antara dua laut tersebut, hal ini juga termaktub dalam surat Ar-Rahman:
22,
☺
“Dari keduanya keluar mutiara dan marjan”.
100
Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 di www.alhabib.inforeview.alhtml
, pukul 11.03 WIB
Dinding yang membatasi tersebut memisahkan dua lautan yang mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda. Muhammad Ibrahim al-Sumaih adalah
seorang guru besar pada fakultas Sains jurusan Ilmu Kelautan Universitas Qatar pada penelitiannya di teluk Persia dan Teluk Oman 1984-1988, seperti di kutip
oleh Dr. Quraish Shihab dalam buku yang sama, menemukan batas yang melintang horizontal ini yaitu pada kawasan di antara dua teluk tersebut terdapat
pemisahan antara air laut bagian atas yang berasal dari Oman dan air laut bagian bawah yang berasal dari teluk Persia. Hal ini seperti yang banyak dikemukakan
oleh para pakar kelautan tentang adanya batas-batas antara laut bagian atas dan bagian bawah, misalnya di Selat Gibraltar antara laut Mediterania dengan laut
Atlantik perhatikan gambar 4-4 atau di Selat Boporus antara Laut Hitam dan Laut Marmara atau disebut juga Laut Aegean perhatikan gambar 4-5.
Penelitian modern di masa sekarang telah menemukan adanya gejala yaitu bahwa ada batas di antara dua air laut yang bertemu di satu tempat, sehingga
masing-masing air laut tersebut tetap memiliki mempertahankan temperature, salinitas kadar garam maupun densitas kekentalan yang berbeda. Dengan
makna yang setara yaitu keadaan air laut yang satu dengan lainnya tidak saling mempengaruhi, walaupun keduanya bertemu di satu tempat, karena adanya batas
di antara pertemuan dari dua air laut tersebut.
101
Penegasan Al Quran dan pembuktian ilmiah ini dapat ditemukan yaitu pada peristiwa air laut dari Mediteranian yang masuk ke wilayah perairan laut Atlantik
sampai ke kedalaman sekitar 1000 m dari permukaan laut. Ternyata derajat
101
“Modern Science has discovered that in the places where two different seas meet, there is a barrier between them. This barrier divides the two seas so that each sea has its own
temperature, salinity and density” Davis, Principles of Oceanography, Page: 92 dan Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, Wacana Ilmiah Press,
2004, h. 59
kehangatan suhu sekitar 11,5 ° maupun kadar garam sekitar di atas 36,5 dari air
laut Mediteranian yang telah berada di kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun salinitas kadar garam dari air laut Atlantik yang
mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 m yang mengelilingi air laut yang tadinya berasal dari Mediteranian juga memiliki suhu
dan salinitas kadar garam sendiri berbeda, yaitu bersuhu sekitar 10 ° dan dengan
salinitas sebesar di bawah 36,0, berbeda dengan air laut Mediteranian yang dikelilinginya. Padahal kedua air
laut tersebut air laut Mediterranean dan air laut Atlantik bertemu di satu tempat di kedalaman sektiar 1000 m, tetapi keadaan masing-masing kedua air laut
tersebut tidak saling mempengaruhi. Ini terjadi karena ada batas yang memisahkan di antara pertemuan dua air laut tersebut.
102
102
“Modern Science has discovered that in estuaries, where fresh sweet and salt water meet, the situation is somewhat different from what is found in places where two seas meet. It has
been discovered that what distinguishes fresh water from salt water in estuaries is a “pycnocline zone with a marked density discontinuity separating the two layers.” Gross, Oceanography, page:
242
Kadar garam yang tinggi selalu berada di kolam air laut sebelah dalam tempat-tempat yang suhunya dingin dan berlintang tinggi seperti kutub.
Sebaliknya di kawasan khatulistiwa, salinitas tinggi berada di permukaan dan salinitas akan semakin rendah seiring dengan semakin dalam kolam air. Kondisi
ini menunjukan kita bahwa air laut tidaklah seragam dari atas kebawah, sama halnya tidak sama antara air laut yang hangat dan air laut yang dingin. Setidaknya
secara umum ada dua laut yang dibatasi oleh ‘dinding yang berupa sifat fisika dan kimia yang berbeda.
103
Gambar 4-4 : Selat Giblatar yang menjadi batasan pada laut mediterania dan
Laut Atlantik. derajat kehangatan suhu sekitar 11,5 ° maupun kadar garam
sekitar di atas 36,5 dari air laut Mediteranian yang telah berada di kedalaman air laut Atlantik, tetap tidak terpengaruh oleh suhu maupun salinitas kadar garam
dari air laut Atlantik yang mengelilinginya. Dimana air laut Atlantik di kedalaman sekitar 1000 m yang mengelilingi air laut yang tadinya berasal dari Mediteranian
juga memiliki suhu dan salinitas kadar garam sendiri berbeda, yaitu bersuhu
103
Ahmad As Showwy, Mukjizat al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, h. 32
sekitar 10 ° dan dengan salinitas sebesar di bawah 36,0, berbeda dengan air laut
Mediteranian yang dikelilinginya.
104
Gambar 4.5 : Peta Selat Boporus batasan antara laut hitam dan Laut Marmara
dimana menemukan batas yang melintang horizontal ini yaitu pada kawasan di antara dua teluk tersebut terdapat pemisahan antara air laut bagian atas yang
berasal dari laut hitam dan laut marmara. Di selat inilah banyak dikemukakan oleh para pakar kelautan tentang adanya batas-batas antara laut bagian atas dan bagian
bawah.
105
Dahulu orang mengira bahwa air laut permukaannya mengalir ke arah barat maka demikian pula dengan aliran arus dibawahnya. Tetapi data penelitian yang
diperoleh dan apa yang telah dialami oleh para penyelam ternyata menunjukan hal yang berbeda. Aliran arus yang mengalir di permukaan laut membawa air laut
hangat dari kawasan tropis di bawah garis katulistiwa menjauh menuju dua kutub diantaranya kutub utara dan kutub selatan.
104
Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 di www.wikipedia.com, pukul 11.03 WIB
105
Artikel ini diakses pada tanggal 20 oktober 2010 di petadunia.wordpress, pukul 11.03 WIB
Penggeraknya adalah faktor iklim suhu, tekanan udara, dan angin lokasi laut terhadap benua, dan efek Coriolis.
106
Pergerakan arus permukaan laut ini hanya melibatkan sekitar 10 dari keseluruhannya volume air laut.
107
Namun pergerakan volume aliran arus air yang lebih besar di bagian kolam air yang
dalam lebih ditentukan oleh perbedaan densitas air laut, suhu, dan perbedaan salinitasnya. Gerakan aliran arus bawah ini dikenali dengan suatu pola sirkulasi
thermohaline.
108
Air dingin, atau air asin, bergerak naik turun, berputar-putar dan mungkin berbeda sama sekali dengan aliran yang ada di permukaan, mengikutilah
yang pasti kedalaman laut.
Batas Pertemuan Dua Laut Kumpulan Air Tempat Pertemuan
Dua Laut Laut Sungai
Laut di sebelahnya Terusan, Kanal, Batas
paparan Shelf Margin Delta, Muara
Laut yang sama di bagian yang lebih dalam
Lapisan-Lapisan yang mempunyai sifat kimia
dan fisika yang berbeda Ngarai Bawah Laut
Submarine Canyon
106
Efek Coriolis adalah defleksi yang jelas dari benda yang bergerak bila mereka dilihat dari kerangka acuan yang berputar dimana bumi adalah stasioner, di dalam ilmu kelautan efek
Coriolis ini sangat berpengaruh dalam dinamika skala laut maupun dalam atmosfer. Efek Coriolis ini ditemukan oleh seorang ilmuwan dari Perancis yang bernama Gaspard Gustave Coriolis
dengan rumus yang terkenalnya adalah . Artikel ini di akses pada tanggal 01
Agustus 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB
107
Davis, Richard A., Principles of Oceanography, Addison: Wesley Publishing, Hlm. 92-93
108
Sirkulasi Thermohaline adalah berasal dari kata sifat thermo yang mengacu kepada temperature dan haline mengacu pada yang bersifat garam, jadi disini yang menjadi titik fokus
adalah kembali lagi kepada densitas air laut. Artikel ini di akses pada tanggal 03 Agustus 2010 dari www.wikipedia.com, pukul 13.00 WIB
Tepat di bawah garis khatulistiwa di lutan pasifik, Atlantik, dan juga Lautan Hindia, terdapat arus laut yang bergerak melawan arah arus permukaannya. Arus
Pasific Equatorial Undercuren, yang juga dikenal dengan sebutan Crowmwell Current,
109
bergerak ke arah timur tidak digambarkan dalam peta-peta arus dipermukaan laut. Arus ini berada ditengah-tengah arus pacific South Equatorial
Current, yang mengalir ke barat. Bagian atas dari arus Cromwell ini berada pada kedalaman laut antara 46-91 m. Air laut yang bergerak di dalam sebuah kolom
imajiner yang tidak tercampur dengan air laut sekitarnya. Ketebalan arus ini hanya 150 m dan lebar rentangnya hanya 402 km.
110
Tidak seperti umumnya arus laut yang sering berpindah lokasi, arus Cromwell ini selalu berada tepat di bawah garis
khatulistiwa. Perhatikan bahwa antara dua aliran arus laut yang ke barat dan ke timur ini, terdapat suatu batas yang tidak saling terlampaui. Antara kolom arus
kolom arus Cromwell yang bergerak ke timur ini dengan lapisan air laut di atas yang bergerak ke barat dan di bawahnya terdapat suatu dinding pemisah yang
tidak di lampaui oleh masing-masing air laut.
111
Adanya batas dua lautan ini ternyata tidak hanya di situ saja, pada perairan di Selat Giblatar ternyata terdapat aliran arus laut yang berlawanan arahnya. Arus
permukaan mengalir masuk ke laut Mediterania sedangkan aliran arus dalamnya keluar menuju laut Atlantik. Adanya perbedaan arah aliran ini ternyata
dipengaruhi oleh perbedaan salinitas atau kadar keasinan air laut. Air laut di selat Giblatar yang memiliki salinitas tinggi, berat jenisnya lebih besar daripada air laut
109
Crowmwell Curent disebut juga Pasifik Khatulistiwa terpendam atau hanya Equatorial terpendam adalah timur-mengalir arus bawah permukaan yang memperpanjang panjang
khatulistiwa di Samudra Pasifik, ditemukan pada tahun 1952 oleh Townsend Cromwell , seorang peneliti dengan Laboratorium Honolulu dalam meneliti sungai Mississippi. Artikel ini di akses
pada tanggal 17 Agustus dari www.wikipedia.com
, pukul 10.00 WIB.
110
Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 118
111
Gross, Oseanografi, h. 242
di dekat permukaan yang salinitasnya rendah, Oleh sebab itu berada di bawah perhatiakan gambar 4-6.
Gambar 4-6: Air Laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat
Jibraltar dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena adanya yang membatasi antara kedua lautan
tersebut, suhu dan derajat celcius.
Sumber : Kuenen, Marine Geology, h. 43
Ilmu pengetahuan modern telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat di mana dua lautan yang berlainan bertemu ada batas di antara keduanya. Batas ini
membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki suhu, kadar garam dan kepekatan tersendiri. Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat,
berkadar garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik. Ketika laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya bergerak
beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman 1000 meter dengan tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih
pekat.
112
Pada kedalaman ini, air laut Mediterania berada dalam keadaan stabil. Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang surut yang kuat, seolah-olah ada
batas yang menghalangi pencampuran air dari ke dua lautan ini. Jadi, Arus yang
112
Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 dari seremonia.wordpress.com, pukul 10.00 WIB
masuk ke laut tengah atau laut Mediterania mempunyai salinitas yang rendah atau dengan kata lain tidak seasin air laut yang mengalir di bawahnya. Dengan adanya
dua aliran yang berbeda arah mengalirnya padahal terjadi pada lokasi yang sama, selat Gibraltar, tentu di situ terdapat batas antara dua aliran air laut pada
kedalaman tertentu. Inilah satu contoh bagaimana bisa terjadinya dua laut dengan batas yang tidak saling melampaui.
113
Di Ujung Afrika Selatanpun, dalam kawasan laut di paparan agulhas orang- orang dapat menyaksikan bagaimana dua macam laut yang berbeda warna dan
suhu. Yang berasal dari dua lautan yaitu laut Hindia dan Laut Atlantik Selatan lihat gambar 4-7
Gambar 4-7 : Ilustrasi adanya batasan laut Hindia dan Laut Atlantik
Selatan, di dalam gambar ini adanya perbedaan warna pada masing- masing laut.
113
Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, h. 121
Sumber : http:commons.wikimedia.orgwikiFile:Amazonas
Di sini sangat terlihat jelas bertemu namun tidak tercampur dan meninggalkan pemandangan berupa batas dua macam air laut yang sangat
berbeda. Air laut atlantik berwarna biru muda daripada air laut di hindia berwarna biru tua.
Air laut Atlantik Selatan yang terbawa arus dari arah paparan benua Antartika ini tentu lebih dingin suhunya serta lebih tawar dari pada air laut hindia yang
mengalir dari arah khatulistiwa dan melewati pesisiran timur Afrika yang tentu tidak segar karena melewati muara sungai dan pesisiran.
Dari permukaan hingga ke dalam dasar laut, suhu air mengikuti penurunan yang cukup teratur hingga pada kedalaman tertentu mengalami penurunan drastis
sehingga ketika kita mendekati dasar laut suhunya sangat dingin mendekati titik beku. Perubahan suhu ini sangat dipengaruhi oleh energi matahari yang jatuh ke
permukaan bumi. Pada distribusi kadar keasinan air laut, ternyata mengikuti suatu pola yang sedikit lebih kompleks, karena hal ini bergantung kepada arus laut dan
lokasi dimana terdapat pasokan air dari sungai juga. Kadar yang lebih tawar ternyata terdapat di dasar laut dalam dan juga di deket pesisiran. Fenomena
tentang lapisan suhu dan kadar keasinan air laut ini menunjukan adanya batas- batas yang teratur dan tidak saling melampaui baik dari segi suhu maupun kadar
keasinan. Kedua parameter ini tentu saja akan mempengaruhi habitat bagi hidupnya makhluk hidup yang ada di samudra.
114
Pada tahun 2001 seseorang peneliti bernama Steven R. Ramp dan Ching- Sang Chiu seorang ahli geologi, mengamati kondisi di lautan sebelah timur
114
Harun Yahya, Al-Qur’an Mengungkap Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Modern, Wacana Ilmiah Press, 2004, h. 59
Jepang, mencatat suatu keadaan yang mereka anggap sangat dramatik, yaitu pada tempat bertemunya dua macam arus laut: East Korean Warm Current EKWC
yang hangat dan mengalir ke utara dengan North Korean Cold Current NKCC yang dingin dan mengalir ke selatan. NKCC mempunyai temperatur kurang dari
4ºC, sedangkan FKWC bersuhu lebih besar dari 16ºC. Pada perbatasan dua macam laut ini mengakibatkan terjadinya salah satu pertemuan yang paling kuat.
NKCC pada lokasi itu menghujam masuk ke bawah EKWC di selatan titik pertemuan. Akibatnya pada bagian ini terjadi thermocline atau perbedaan
temperatur yang mencolok pada kedalaman yang sangat dangkal, yaitu suhu permukaan air laut yang lebih besar dari 20ºC dan suhu yang kurang dari 4ºC pada
kedalaman hanya 40 m. Padahal thermocline umumnya terjadi di laut dalam pada kedalaman sekitar 20ºC dan sangat dangkal seperti ini, sangat ideal di buat
pembangkit listrik tenaga konversi panas laut atau OTEC yang juga menghasilkan air tawar dari sistem desalinitasi OTEC ini.
115
Batas dua laut yang bertemu namun tidak saling bercampur ini begitu nyata di dekat permukaan laut. Adanya batas yang tidak terlampaui ini oleh Allah Swt
yang telah di firmankan pula dalam ketiga ayat-Nya yang tersebut diatas dan karena adanya batas ini telah terbukti pula membawa keuntungan pada banyak
umat manusia. lihat gambar 4-8
115
Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004, h. 118
Gambar 4-8
: Ilustrasi gambar ini menyatakan adanya batasan di dalam laut
116
Laut yang mempunyai perbedaan salinitas atau kadar keasinan akan tidak bercampur baur dengan adanya ‘dinding’ dan ‘batas’ antara keduanya,
sebagaimana hasil pengamatan yang di uraikan tadi dan apa yang tertulis di dalam al-Quran. Pada beberapa tempat lain, kadar keasinan air bahkan mencapai
minimal hingga air terasa segar untuk diminum, hal ini terbentuk karena beberapa hal, antara lain misalnya saat adanya sungai di bawah tanah, yang biasanya
mengalir pada kawasan pegunungan kapur dan karst, yang bermuara atau membentuk semacam sumur attesis di dalam dasar laut sebagaimana di beberapa
tempat di pesisir selatan Pulau Jawa. Di kawasan negara Skandinavia juga
116
This diagram illustrates the three main types of estuarine mixing. Tides, wind, wave motions, and river runoff all contribute to create various water conditions within estuaries. Salt
wedge estuaries, such as the Mississippi Delta, exist where the river current exceeds the tidal current. Equal river and tidal currents, such as, those in the Chesapeake Bay, create a partially
mixed estuary. Where the tidal range exceeds the freshwater inflow, as in the Bay of Fundy, mixing is more complete and a vertically homogenous estuary is created. artikel dan gambar ini
di akses pada tanggal 11 Agustus 2010 di Persatuan Pelajar Malaysia Yaman PERMAYA, akses dari www.google.com
ditemukan laut yang nyaris tawar airnya, yaitu disebabkan es yang mencair dari suangai beku glacier atau juga dari gunung-gunung es iceberg.
117
Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografi dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar
yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampurtidak melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya.
118
Terlepas dari itu semua, bahwa ini menandakan betapa besarnya kekuasaan Allah Swt. Terasa yang dilihat lautan sedemikian luasnya, tetapi airnya terasa asin
lagi pahit, Allah Swt menciptakan juga sungai dengan air yang tawar lagi segar. Agar keduanya air tersebut tidak bercampur sehingga kesemuanya menjadi asin,
diciptakannya sungai dalam posisi yang lebih tinggi dari lautan, akan tetapi ia tidak dapat mengubah keasinannya. Sebaliknya air laut tidak dapat juga
mengasinkan sungai, karena pada dasarnya semua air selalu mencari tempat yang rendah, sedangkan sungai berada di tempat yang tinggi darinya, itulah
barzah Pemisah atau para ahli saintifik menyebutnya dengan permeabilitas air dan pada dasarnya semua para ahli menyatakan bahwa adanya
pengaruh dari kadar sifat fisika dan kimia yang berbeda. Seperti halnya karya ini menjelaskan adanya pemisah pada laut karena adanya batasan yang memisahkan.
BAB V
117
Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004, h. 118-119
118
Artikel ini diakses pada tanggal 11 Agustus 2010 dari seremonia.wordpress.com, pukul 10.00 WIB
PENUTUP
A. Kesimpulan