Bab kelima Merupakan akhir dari pembahasan dalam penulisan skripsi ini berisi kesimpulan dari pembahasan dan penelitian yang telah diuraikan dalam
skripsi ini.
BAB II PANDANGAN AL-QUR’AN TENTANG LAUT
A. Laut Dalam Al-Qur’an
1. Lafaz-lafaz yang digunakan
Mengelola sumber-sumber alam akan sangat tergantung kepada pengetahuan dan pengertian tentang lautan itu sendiri. Sayangnya lautan
merupakan suatu bahan penelitian yang kurang diperhatikan bila di bandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan di daratan hal ini mengakibatkan kita
kurang mengetahui tentang ilmu kelautan. Dr. Thariq al-Swaidan juga menemukan bahwa jumlah ayat yang
mengandung kata laut saja dalam al-Quran berjumlah 32 ayat, sedangkan jumlah ayat yang mengandung kata darat berjumlah 13 ayat, yang mana jumlah keduanya
adalah 45. Jadi jumlah ayat yang membicarakan laut berarti sebanyak: 3245100= 71,11 sedangkan ayat dengan kata darat sebanyak:
1345100=28,88. Ilmu pengetahuan sains kebumian dengan hasil pengukuran menggunakan satelit telah dengan akurat mencatat bahwa permukaan
bumi ini sebanyak 71,11 nya tertutup oleh air laut, dan sisanya sebanyak 28,88 berupa daratan.
17
Di dalam al-Qur’an lafaz-lafaz yang berartikan laut, disebutkan dalam dua bentuk, yaitu: Bahr al-Bahr dan al-Yamm, seperti yang dijelaskan sebagai
berikut:
A.
ﺮ ا ﺮ
bahr al-Bahr Kata bahr dalam buku Ensiklopedi al-Quran Dunia Islam Modern berarti
laut, lautan dan samudra. Disebut laut karena pada umumnya laut itu dalam dan luas.
18
Secara tinjauan kebahasaan terma bahr merupakan kata bahasa Arab yang yang dalam bahasa Arab yang berarti laut.
19
Oleh karena itu, kata bahr ini yang akan didasarkan oleh penulis sebagai objek kajian dalam pembahasan disini,
dengan alasan bahwa terma bahr dan semua bentuk kata jadiannya menunjuk pada makna laut.
Dengan ukuran dilihat dari sains modern, ayat-ayat tersebut yang dikandung bernilai misteri. Dari segi jumlah ayatnya tentang saja, apabila
dibanding antara kata bahra, bahri, bahru, atau lautan, dengan jumlah ayat yang menyebut kata barri, barru, atau daratan, merupakan perbandingan yang kurang
lebih bersesuaian dengan perbandingan luas lautan dan daratan yang sesungguhnya. Laut disebut dalam 32 ayat sedangkan darat disebut dalam 13
17
Tariq al-Swaidan, Astonishing Fact About Quran, Artikel ini di akses pada tanggal 09 Juni 2010 dari www.lautanquran.com
18
Chamim Prawira, dkk, Ensiklopedi Al-Quran Dunia Islam Modern Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2002 cet. 1, h. 246
19
Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir kamus Arab – Indonesia Yogyakarta: UPBIK Pondok Pesantern Al-Munawwir, 1984, h. 64
ayat.
20
Penyebutan dalam pengertian laut namun dengan penulisan yang berbeda seperti bahraini dan bahran atau dua laut, ada 5 ayat.
21
Sedangkan dalam bentuk plural seperti abhur dan bihar terdapat dalam satu dan 2 ayat yang lain.
22
Jadi, kalau semua yang bermakna laut dengan berbagai cara menuliskan termasuk
penafsirannya, maka itu semua terdapat dalam 42 ayat. Dalam Lisanul Arab, al-Bahr adalah kumpulan air yang banyak, entah air
itu asin atau tawar, dinamakan seperti itu karena keluasannya, akan tetapi mayoritas air yang dimaksud itu air yang asin, dan setiap sungai yang besar
dinamakan al-Bahru. Azhari mengatakan setiap sungai yang airnya tidak putus- putus, seperti Sungai Nil atau yang mnyerupai dari sekian banyak sungai yang
tawar dan besar dinamakan bahrun. Sedangkan laut yang luas besar seperti samudera yang melebihi sungai-sungai itu maka airnya tidak lain akan terasa
asin.
23
Al-Bahru aslinya adalah setiap tempat yang luas, di mana di dalamnya terdapat air yang banyak dan sangat luas, dan setiap sesuatu yang sangat luas
disebut juga sebagai bahr.
24
Wahbah az-Zuhaili menyatakan kata al-Bahru beliau mengartikan sebagai bagian dari yang berair berasal dari bumi.
25
Sedangkan menurut at-Thabari
20
Kata “laut” terdapat dalam 13 ayat al-Quran dalam bentuk penulisan barri 12 ayat, yaitu al-Maidah 5: 96; QS al-An’am 6: 59, 63, dan 97; QS Yunus 10: 22; QS al-Isra 17: 67,
68, dan 70; QS al-Naml 27: 63; QS al-Ankabut 29: 65; QS al-Rum 30: 41; QS Luqman 31: 32, dan Barru ada 1 ayat, yaitu QS at-Thur 52: 28. Ali Audah, Konkordansi Qur’an, Litera
Antar Nusa, 1991 h. 37
21
Sedangkan dari kata dua laut atau bahraini dan bahran terdapat dalam 5 lima ayat, yaitu QS al-Kahfi 18: 60; QS al-Furqan 25: 53; QS al-Naml 27: 61; QS Fathir 35: 12; QS
al-Rahman 55: 19. Lihat selengkapnya Ali Audah, Konkordansi Qur’an, h. 35
22
Kata laut dalam bentuk plural abhur menurut penjelasan Dr. Abdurrahman Haqqi ada 1 satu buah yaitu terdapat dalam QS Luqmân 31: 27 dan bihâr terdapat dalam QS al-Takwir 81:
6 dan QS al- Infîthâr 82: 3. Agus S. Djamil, Al-Qur’an dan Lautan, Bandung: Arasy Mizan Pustaka, 2004, h. 66
23
Ahmad Munawir, Lisanul Arab, Beirut: Darul Fikri, 1990, Juz, IV, h. 46
24
Al-Asfahani, Mufrodat al-Alfadz al-Qurraniyyah, Beirut: Darul Fikri, 1987, h. 34
mengatakan, setiap pedesaan yang di aliri oleh air disebut sebagai lautan. Menurut beliau laut terbagi menjadi dua bagian, yaitu laut yang asin dan laut yang tawar.
26
B.
ا
al-yamm yamm Menurut ahli bahasa kata al-Yamm yamm berasal dari y-m-m berasal dari
bahasa Suryani yang diarabkan untuk menyebut wilayah air asin laut dan sungai besar yang artinya tawar.
27
Terdapat banyak pendapat tentang makna al-Yamm dalam pemakaian di dalam surat al-Qur’an. Sebagian menyatakan sinonim dari al-Bahr, yang lain
menganggap gelombang laut. Bentuknya tunggal dan tidak pernah di dualkan tasniyah maupun di jamakkan.
kata al-Yamm terdapat pada tujuh tempat masing-masing Surah al-Araf [7]: 136, T
āhā20: 39, 78, 97, al-Qasas28: 7, 40, dan al-Żāriyāt51: 40. Pada ayat terakhir ini al-Yamm disebutkan sebagai berikut:
“Maka Kami siksa Dia dan tentaranya lalu Kami lemparkan mereka ke dalam laut, sedang Dia melakukan pekerjaan yang tercela.”
2. Macam-macam Penggunaan Lafaz tersebut
25
Wahbah Zuhaili, Tafsir al-Munir, Beirut: Darul Fikri, 1991, juz 21, h. 97
26
At-Thabari, Jami’ul Bayan Fi Ta’wili al-Qur’an, Beirut: Darul Fikri, 1988, juz 11, h. 49
27
Manzur, Ibnu Muhammad. Lis ān al-Arab. Beirut: Dār Sādir, juz 1, h. 61
Lafaz yang berarti laut, terulang sebanyak 38 kali di dalam al-Quran, secara garis
Besar dapat dikategorikan menjadi enam kategori: 1.
Ayat yang menyebutkan laut sebagai tanda kemahakuasaan Allah Laut yang sebagai tanda kemahakuasaan Allah yang menjadikan
manusia berakal sehat akan menyakinkan dirinya bahwa ekistensi laut dan aneka kehidupan yang ada di dalamnya pasti diciptakan oleh Yang Mahakuasa.
Di dalam al-Qur’an dengan tegas disebutkan bahwa pencipta langit dan bumi termasuk laut di dalamnya adalah Allah Swt. Yaitu dalam surat:
Surat Ibrahim: 32
☺ ☺
☯ ☺
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai
buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia
telah menundukkan pula bagimu sungai-sungai.” Surat Luqman: 31
☺
⌧
“Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan nikmat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebahagian
dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar- benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak
bersyukur. Surat al-Baqarah: 24
☺
☺ ⌧
☺
⌧ ☺
☺
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna
bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati kering-nya dan Dia sebarkan di bumi
itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh terdapat tanda-tanda keesaan dan kebesaran Allah
bagi kaum yang memikirkan.”
2. Ayat yang menunjukan laut sebagai saksi sejarah, dan tempat terjadi
kemukjizatan.
Ada dua ayat yang menggambarkan, bahwa adanya pembuatan kapal besar atau bahtera yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Nuh as, seperti:
Surat Hud: 37
☺
“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim itu;
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
Surat al-Mu’minun: 27
☺
“Lalu Kami wahyukan kepadanya: Buatlah bahtera di bawah penilikan dan petunjuk Kami, Maka apabila perintah Kami telah datang dan tanur telah
memancarkan air, Maka masukkanlah ke dalam bahtera itu sepasang dari tiap- tiap jenis, dan juga keluargamu, kecuali orang yang telah lebih dahulu
ditetapkan akan ditimpa azab di antara mereka. dan janganlah kamu bicarakan dengan aku tentang orang-orang yang zalim, karena Sesungguhnya mereka itu
akan ditenggelamkan.”
Ada empat ayat yang menceritakan kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir, yaitu dalam surat al-Kahfi: 60, 61, 63, dan 79. Ada pula yang menceritakan kisah
Nabi Musa as dan fir’aun yaitu surat al-Baqarah: 50, surat al-A’raf: 136, 138, dan 163, surat Yunus: 90 dan 92, surat Thâ Hâ: 77, 78, dan 97, surat al-Syu’ara: 63,
surat al-Qashash: 40, surat al-Dukhan: 24, dan surat al-Dzariat: 40.
3. Ayat yang menyatakan tamsil mengenai betapa banyaknya ilmu
Allah. Karena luasnya yang seolah-olah tidak bertepi, laut ataupun air laut sering
dijadikan tamsil tentang suatu yang sangat luas. Ada satu ayat yang menjelaskan tamsil mengenai banyaknya ilmu dari Allah untuk menunjukkan sesuatu yang
sangat luas, seperti:
Surat al-Kahfi: 109
⌧ ☺
⌧ ☺
⌧ ☺
“Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat- kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.
Surat Luqman: 27
☺ ⌧
☺ ☺
⌧
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut menjadi tinta, ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah keringnya, niscaya
tidak akan habis-habisnya dituliskan kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
4. Ayat al-Qur’an yang menggambarkan konsep geologi laut
Ayat-ayat al-Qur’an yang termasuk ke dalam kategori ini, sebagaimana yang telah diklasifikasikan oleh Agus S. Djamil digolongkan seperti:
1. Gambaran adanya pertemuan dua laut yang sangat berperan penting bagi
manusia, seperti: surat al-Rahman 19-20
☺
“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing”.
2.
Gambaran adanya pemisah laut, seperti surat al-Naml: 61
☺
“Atau siapakah yang telah menjadikan bumi sebagai tempat berdiam, dan yang menjadikan sungai-sungai di celah-celahnya, dan yang menjadikan gunung-
gunung untuk mengkokohkannya dan menjadikan suatu pemisah antara dua laut? Apakah disamping Allah ada Tuhan yang lain? bahkan sebenarnya
kebanyakan dari mereka tidak mengetahui”.
3. Gambaran adanya sifat dan rasa laut yang berbeda, seperti surat, al-Furqan: 53
⌧ ⌧
⌧ ☺
“Dan Dialah yang membiarkan dua laut yang mengalir berdampingan; yang ini tawar lagi segar dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara
keduanya dinding dan batas yang menghalangi.
Sesungguhnya sang pencipta yang sangat bijaksana membiarkan dua lautan yang tawar dan yang segar serta air lautan yang asin lagi pahit, kemudian
mengalir keduanya bertemu tanpa terjadi pencampuran dan pembauran diantara keduanya. Bahkan, keduanya ada pemisah, Pembahasan bagian ini akan dirinci
pada Bab IV.
A. Pendapat Para Mufassir tentang Laut