Harga Emas Landasan Teoritis

investor, tentu investor akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut Sunariyah dalam Witjaksono, 2010.

2.1.7. Harga Emas

Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah harga emas berdasarkan standar pasar emas London en.wikipedia.org. Sistem ini dinamakan London Gold Fixing. London Gold Fixing adalah prosedur dimana harga emas ditentukan dua kali sehari setiap hari kerja di pasar London oleh lima anggota Pasar London Gold Fixing Ltd www.goldfixing.com. Kelima anggota tersebut adalah : 1. Bank of Nova Scottia 2. Barclays Capital 3. Deutsche Bank Universita Sumatera Utara 4. HSBC 5. Societe Generale Proses penentuan harga adalah melalui lelang diantara kelima member tersebut. Pada setiap awal tiap periode perdagangan, Presiden London Gold Fixing Ltd akan mengumumkan suatu harga tertentu.Kemudian kelima anggota tersebut akan mengabarkan harga tersebut kepada dealer. Dealer inilah yang berhubungan langsung dengan para pembeli sebenarnya dari emas yang diperdagangkan tersebut. Posisi akhir harga yang ditawarkan oleh setiap dealer kepada anggota Gold London Fixing merupakan posisi bersih dari hasil akumulasi permintaan dan penawaran klien mereka. Dari sinilah harga emas akan terbentuk. Apabila permintaan lebih banyak dari penawaran, secara otomatis harga akan naik, demikian pula sebaliknya. Penentuan harga yang pasti menunggu hingga tercapainya titik keseimbangan. Ketika harga sudah pasti, maka Presiden akan mengakhiri rapat dan mengatakan “There are no flags, and were fixed”. Proses penentuan harga emas dilakukan dua kali sehari, yaitu pada pukul 10.30 harga emas Gold A.M dan pukul 15.00 harga emas Gold P.M. Harga emas ditentukan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, Poundsterling Inggris, dan Euro. Pada umumnya Gold P.M dianggap sebagai harga penutupan pada hari perdagangan dan sering digunakan sebagai patokan nilai kontrak emas di seluruh dunia www.goldfixing.com . Emas merupakan salah satu bentuk investasi yang cenderung bebas resiko Sunariyah, 2006. Emas banyak dipilih sebagai salah satu bentuk investasi karena nilainya cenderung stabil dan naik. Sangat jarang sekali harga emas turun. Dan lagi, emas adalah alat yang dapat digunakan untuk menangkal inflasi yang kerap Universita Sumatera Utara terjadi setiap tahunnya. Ketika akan berinvestasi, investor akan memilih investasi yang memiliki tingkat imbal balik tinggi dengan resiko tertentu atau tingkat imbal balik tertentu dengan resiko yang rendah. Investasi di pasar saham tentunya lebih berisiko daripada berinvestasi di emas, karena tingkat pengembaliannya yang secara umum relatif lebih tinggi dari emas www.investopedia.com. Kenaikan harga emas akan mendorong investor untuk memilih berinvestasi di emas daripada di pasar modal. Sebab dengan resiko yang relatif lebih rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya Roberts dalam Witjaksono, 2010. Ketika banyak investor yang mengalihkan portofolionya investasi kedalam bentuk emas batangan, hal ini akan mengakibatkan turunnya indeks harga saham di negara yang bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor. 2.2.Review Penelitian Terdahulu Berbagai penelitian telah dilakukan dalam menganalisis pengaruh inflasi, nilai tukar rupiah dan suku bunga terhadap pasar modal Indonesia. Beberapa penelitian terdahulu yaitu : Raharjo 2010 dalam studi mengenai Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia. Variabel yang diteliti adalah pengaruh inflasi, nilai kurs rupiah dan tingkat suku bunga terhadap harga saham di Bursa Efek Indonesia BEI. Penelitian ini Universita Sumatera Utara menggunakan data tahun 2007 sampai dengan tahun 2008. Analisis data dilakukan dengan uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan model regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan secara simultan inflasi, nilai kurs rupiah dan tingkat suku bunga selama periode tahun 2007-2009 berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan nilai kurs rupiah dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan. Witjaksono 2010 dalam studi mengenai Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009. Variabel yang diteliti adalah pengaruh variabel Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi berganda yang dilakukan dengan SPSS 16. Salah satu syarat untuk melakukan uji analisis berganda perlu dilakukan uji asumsi klasik. Hal ini diperlukan agar persamaan regresi yang dihasilkan bersifat BLUE Best, Linear, Unbiased, Estimator. Selain itu untuk menilai goodness of fit suatu model dilakukan uji koefisien determinasi, uji F, dan uji t. Penelitian ini menggunakan data bulanan dari tahun 2000-2009 untuk tiap variabel penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variable Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 96.1. Ini berarti 96.1 Universita Sumatera Utara pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan ketujuh variabel independen tersebut. Pratikno 2009 dalam studi mengenai Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Sahan Gabungan IHSG di Bursa Efek Indonesia BEI. Variabel yang diteliti adalah pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi, SBI, Indeks Dow Jones terehadap Pergerakan IHSG. Data yang dipakai adalah data sekunder yaitu data SBI, Kurs, Inflasi, Indeks Dow Jones dan IHSG bulan Januari 2004 sampai dengan Februari 2009 62 observasi. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model ekonometrika dengan metode Ordinary Least Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak simultan variabel-variabel eksplanatori yang digunakan sangat signifikan pada α = 5 terhadap IHSG. Dari koefisien masing-masing variabel, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh variabel kurs, SBI dan inflasi sangat signifikan mempengaruhi IHSG. Thobarry 2009 dalam studi mengenai Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 2000-2008. Variabel yang diteliti adalah pengaruh indikator ekonomi makro, tingkat inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan terhadap indeks harga saham sektor property selama periode tahun 2000-2008. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan regresi linier berganda. Data diperoleh dari Monthly Statictic, Indonesia Stock Exchange, Indikator ekonomi dari Badan Pusat Statistik, Laporan bulanan Bank Indonesia dan Indonesian Capital Market Directory. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan data Universita Sumatera Utara dikumpulkan dengan teknik mencatat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial. Tabel 2.1. Review Penelitian Terdahulu NamaTahun Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Digunakan Hasil yang Diperoleh Raharjo 2010 Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham di Bursa Efek Indonesia Inflasi X 1 Nilai Kus Rupiah X 2 , Tingkat Suku Bunga X 3 terhadap Harga Saham Y Hasil penelitian menunjukkan secara simultan inflasi, nilai kurs rupiah dan tingkat suku bunga selama periode tahun 2007-2009 berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial hanya inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham, sedangkan nilai kurs rupiah dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan. Witjaksono 2010 Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG studi kasus pada IHSG di BEI selama periode 2000-2009 Tingkat Suku Bunga SBI X 1 , Harga Minyak Dunia X 2 , Harga Emas Dunia X 3 , Kurs Rupiah X 4 , Indeks Nikkei 225 X 5 , dan Indeks Dow Jones X 6 variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variable Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Selain itu diperoleh bahwa nilai adjusted R square adalah 96.1. Ini berarti 96.1 pergerakan IHSG dapat diprediksi dari pergerakan ketujuh variabel independen tersebut. terhadap IHSG Y Pratikno 2009 Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, SBI dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Sahan Gabungan IHSG di Bursa Efek Indonesia BEI Nilai Tukar Rupiah X1, Inflasi X2, SBI X3, Indeks Dow Jones X4 dan Pergerakan IHSG Y Secara serempak simultan variabel-variabel eksplanatori yang digunakan sangat signifikan pada α = 5 terhadap IHSG. Dari koefisien masing-masing variabel, maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pengaruh variebl kurs, SBI dan inflasi sangat signifikan mempengaruhi IHSG Thobarry 2009 Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Nilai Tukar X1, Suku Bunga X2, Laju Inflasi X3 dan Pertumbuhan GDP X4Terhadap Indeks Harga Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel nilai tukar memiliki pengaruh positif signifikan dan variabel inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti, sedangkan variabel suku bunga dan pertumbuhan GDP hanya Universita Sumatera Utara Periode Pengamatan Tahun 2000-2008 Saham Sektor Properti Y signifikan bila diuji secara bersamaan dan tidak berpengaruh signifikan bila diuji secara parsial

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1. Kerangka Konseptual