Memeriahkan upacara pengangkatan penghulu Memeriahkan alek nagari
buruk berhamburan’. Artinya, jika ada kabar yang baik dan menggembirakan, masyarakat diundang untuk ikut dirasakannya, tetapi jika ada kemalangan atau
musibah, hendaknya warga saling membantu dan turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Untuk melaksanakan pepatah ini, jika ada
perkawinan dalam suatu keluarga, anggota masyarakat diundang untuk saling berbagi kegembiraan. Tetangga, saudara, dan warga masyarakat yang lain juga diundang
untuk memeriahkan acara perkawinan tersebut. Guna memeriahkan acara perkawinan itu biasanya disediakan pertunjukan pada siang atau malam hari. Khusus untuk
pertunjukan Tupai Janjang, biasanya dilaksanakan pada malam hari, tepatnya sesudah sembayang isya hingga selesai. Pertunjukan ini hanya membutuhkan waktu lebih
kurang dua jam. Untuk mengisi waktu yang masih tertinggal sampai waktu sembayang subuh datang, ditampilkan pertunjukan yang lain, misalnya randai,
saluang, atau bentuk hiburan modern. Di depan juga telah dinyatakan bahwa pertunjukan Tupai Janjang lebih sering
ditampilkan di Palembayan. Hal itu berkaitan dengan dikeluarkannya peraturan daerah setempat yang menyatakan bahwa jika ada anggota masyarakat yang
melaksanakan pesta perkawinan yang dimeriahkan oleh hiburan modern, harus juga menyuguhkan hiburan tradisional, salah satunya adalah Tupai Janjang
Keluarnya kebijaksanaan dari pemuka masyarakat setempat didorong oleh adanya kecenderungan masyarakat dewasa ini meninggalkan kesenian tradisional.
Jika pengikisan budaya itu dibiarkan berlangsung, generasi muda tidak akan mengenali kesenian tradisionalnya. Di samping itu, kebijaksanaan tersebut juga untuk
menyongsong babaliak ka nagari ‘kembali ke nagari’ yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Jika peraturan tersebut dilanggar, penghulu kaum
diberi sanksi dan dipanggil ke kantor wali nagari setempat dan diharuskan membayar denda yang akan digunakan sebagai sumbangan bagi nagari itu.