pendidikan supaya berkelakuan yang baik. Jika seorang anak berkelakuan yang tidak baik, orang tidak menyukainya, termasuk kedua orang tua. Dalam cerita tersebut juga
tersirat pendidikan bahwa seorang anak harus bersifat baik dan tetap menghormati orang tua walaupun orang tua itu pernah membenci dan membuang anaknya.
Terhadap orang tua, cerita ini dapat diambil hikmahnya supaya berhati-hati dan tabah dalam mendidik anak. Bagaimanapun nakalnya, seorang anak kalau diberi pelajaran
secara terus-menerus dengan penuh ketabahan dan ketulusan pasti akan membawa hasil. Dengan demikian, pertunjukan ini bukan hanya memperdengarkan irama dari
pencerita, tetapi lebih dari itu, pertunjukan ini juga menyampaikan pesan-pesan, nasihat, nilai-nilai pendidikan, sejarah, dan lain-lain, yang dapat berfungsi sebagai
penyambung kelangsungan kebudayaan Minangkabau. Secara eksplisit, fungsional mempunyai dua pengertian yang sering
dirancukan, yaitu penggunaan dan fungsi. Penggunaan mengacu pada situasi dan kegiatan sebuah pertunjukan dilakukan. Fungsi memperhatikan sebab yang
ditimbulkan oleh pemakainya dengan tujuan-tujuan yang lebih jauh. Kegunaan pertunjukan Tupai Janjang lebih mengacu kepada hal-hal yang bersifat praktis, seperti
tujuan pertunjukan Tupai Janjang dilaksanakan oleh masyarakat, khususnya masyarakat Palembayan. Adapun kegunaanya pertunjukan Tupai Janjang adalah
seperti berikut.
1. Memeriahkan pesta perkawinan
Menurut adat yang berlaku di Minangkabau, perkawinan bukan hanya merupakan urusan pribadi atau satu keluarga, tetapi menjadi persoalan dan urusan
kerabat. Mulai dari tahap awal sampai akhir perkawinan, semua anggota kaum diharapkan dapat membantu dan menyukseskannya. Kalau suatu perkawinan tidak
baik pernyelenggaraannya, bukan hanya satu keluarga inti yang merasa malu, melainkan juga semua kaum kerabat akan mendapat malu.
Dalam menyelengarakan perkawinan, pepatah adat Minangkabau mengatakan kaba baiak baimbauan, kaba buruang bahambauan ‘kabar baik dipanggilkan, kaba
buruk berhamburan’. Artinya, jika ada kabar yang baik dan menggembirakan, masyarakat diundang untuk ikut dirasakannya, tetapi jika ada kemalangan atau
musibah, hendaknya warga saling membantu dan turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh anggota masyarakat lainnya. Untuk melaksanakan pepatah ini, jika ada
perkawinan dalam suatu keluarga, anggota masyarakat diundang untuk saling berbagi kegembiraan. Tetangga, saudara, dan warga masyarakat yang lain juga diundang
untuk memeriahkan acara perkawinan tersebut. Guna memeriahkan acara perkawinan itu biasanya disediakan pertunjukan pada siang atau malam hari. Khusus untuk
pertunjukan Tupai Janjang, biasanya dilaksanakan pada malam hari, tepatnya sesudah sembayang isya hingga selesai. Pertunjukan ini hanya membutuhkan waktu lebih
kurang dua jam. Untuk mengisi waktu yang masih tertinggal sampai waktu sembayang subuh datang, ditampilkan pertunjukan yang lain, misalnya randai,
saluang, atau bentuk hiburan modern. Di depan juga telah dinyatakan bahwa pertunjukan Tupai Janjang lebih sering
ditampilkan di Palembayan. Hal itu berkaitan dengan dikeluarkannya peraturan daerah setempat yang menyatakan bahwa jika ada anggota masyarakat yang
melaksanakan pesta perkawinan yang dimeriahkan oleh hiburan modern, harus juga menyuguhkan hiburan tradisional, salah satunya adalah Tupai Janjang
Keluarnya kebijaksanaan dari pemuka masyarakat setempat didorong oleh adanya kecenderungan masyarakat dewasa ini meninggalkan kesenian tradisional.
Jika pengikisan budaya itu dibiarkan berlangsung, generasi muda tidak akan mengenali kesenian tradisionalnya. Di samping itu, kebijaksanaan tersebut juga untuk
menyongsong babaliak ka nagari ‘kembali ke nagari’ yang telah dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Sumatera Barat. Jika peraturan tersebut dilanggar, penghulu kaum
diberi sanksi dan dipanggil ke kantor wali nagari setempat dan diharuskan membayar denda yang akan digunakan sebagai sumbangan bagi nagari itu.
2. Memeriahkan upacara pengangkatan penghulu