Kerangka Berfikir KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu belajar bermain bolavoli dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik dibanding hasil belajar bermain bolavoli dengan pendekatan konvensional. 12 Luhut Horas Monang Sinaga 2013 “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Team Games Tournament Terhadap Hasil Belajar Dribbling Pada Permainan Bola Basket Siswa Kelas IX SMP Negeri 7 Sibolga Tahun Ajaran 2012 2013”.  Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Team Games Tournament  Hasil Belajar Dribbling Pada Permainan Bola Basket Penelitian ini menggunakan populasi siswa SMP kelas IX yang berjumlah 106. Teknik sampling menggunakan random cluster sampling. Dari hasil analisis perhitungan data dengan menggunakan uji t, diketahui hasil bahwa pada kelompok eksperimen, terdapat pengaruh signifikan dari model pembelajaran TGT terhadap hasil belajar dribbling bola basket.

C. Kerangka Berfikir

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan merupakan salah satu media untuk membentuk siswa menjadi individu yang siap untuk bidup bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan formal membentuk siswa tidak hanya cerdas secara akal tetapi cerdas secara emosi dan hati dan berkembang secara menyeluruh Suherman, 2009, hlm. 3. Dalam upaya membentuk pribadi berkarakter tersebut, lingkungan pendidikan formal atau sekolah dikondisikan seperti tatanan kehidupan dalam masyarakat dimana saling menghormati dan saling menghargai menjadi nilai yang harus terus tercermin dan dikembangkan sehingga siswa akan bisa berkembang tidak hanya menjadi individu yang berkarakter akan tetapi menjadi anggota dari masyarakat yang mampu memberikan peranan dan sumbangsih terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya. Pendidikan yang ada di sekolah pada dasarnya berfungsi sebagai alat tranformasi nilai. Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dengan tujuan dan fungsi sekolah atau pendidikan formal yang telah dijelaskan tersebut, sudah seyogyanya pendidikan menjadi sebuah fase penting dalam perkembangan anak karena merupakan proses pembentukan individu secara holistik dan dari proses tersebut diharapkan akan menghasilkan individu- individu yang berkualitas, yang bertanggungjawab, menghormati, menghargai dirinya sendiri dan menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat sehingga nilai-nilai sosial masyarakat bisa terjaga dengan sikap saling menghargai dan menghormati sesama. Pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan menyeluruh memiliki potensi untuk bisa memberikan kontribusi yang maksimal dalam perkembangan anak. Bailey 2006, hlm. 397 mengungkapkan bahwa hasil dari pendidikan jasmani dapat dipahami dalam 5 domain perkembangan anak yakni : 1 fisik, 2 gaya hidup, 3 afektif, 4 sosial, 5 kognitif. Pendidikan jasmani merupakan waktu pembelajaran yang menyenangkan setelah para siswa berkutat dengan pelajaran teori di dalam kelas. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani banyak model pembelajaran yang biasa digunakan salah satunya adalah model cooperative learning. Cooperative learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, yang mendorong siswa untuk tidak hanya fokus terhadap dirinya sendiri tetapi juga membantu temannya dalam proses pembelajaran Dyson 2005 dalam Casey dkk, 2009, hlm. 409. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang terstruktur heterogen berdasarkan pada tingkat keterampilan, ras, sosial ekonomi dan jenis kelamin. Dalam model pembelajaran ini siswa harus bekerja sama dalam kelompok untuk bisa melaksanakan tugas dan mencapai tujuan bersama Wang, 2012, hlm. 109. Dengan demikian akan terjalin komunikasi interpersonal termasuk ke dalamnya adalah kemauan untuk mendengarkan orang lain, bertanggung jawab terhadap tugas, belajar untuk memberi dan menerima umpan balik, dan kemampuan untuk saling menolong satu sama lain antara anggota kelompok Polvi Telama, 2000, hlm. 106. Siswa diberi kesempatan untuk bisa mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan cara dialog dan diskusi kelompok. Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu TGT merupakan salah satu metode cooperative learning yang telah dikembangkan oleh Slavin. Pembelajaran kooperatif model TGT Teams Games Tournament adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement Sinaga, 2012. Aktivitas belajar yang di dalamnya berisikan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT Team Games Tournament memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menyenangkan. Di samping itu menyenangkan, hal itu juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. TGT merupakan model cooperative learning yang menekankan pada pembelajaran dalam kelompok- kelompok. Oleh karena dalam TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam pembelajaran, sehingga sebagian besar guru lebih memilih TGT karena faktor menyenangkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya Slavin, 2005, hlm. 14 Tujuan dari pendidikan jasmani bisa tercapai dengan maksimal salah satunya ketika anak menyadari peranan dan pentingnya pendidikan jasmani dengan cara partisipasi secara aktif dalam kelas pendidikan jasmani. Tingkat partisipasi siswa banyak dipengaruhi oleh banyak hal seperti di antaranya adalah tingkat motivasi, kepercayaan diri, pemahaman terhadap manfaat dari aktivitas fisik, kesempatan untuk berpartisipasi, kompetisi, dan teman sekelas Ryan Poirie, 2012. Model cooperative learning memberikan kesempatan yang sama kepada anak untuk bisa berpartisipasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Memberikan mereka untuk berkomunikasi dengan anggota kelompoknya agar menjadi kelompok yang menang dalam kompetisi. Dari penelitian yang dilakukan oleh Avsar Kuter 2007 diketahui bahwa anak perempuan mendapatkan nilai lebih tinggi dalam keterampilan sosial dibandingkan dengan anak laki-laki. Dengan menggunakan Social Skills Inventory SSI anak perempuan memiliki nilai lebih tinggi dalam Social Sensitivity Kepekaan sosial, Emotional Sensitivitykepekaan emosional , Social ExpressivityPengungkapan sosial, Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Emotional ExpressivityPengungkapan emosi , dan Social Control Kontrol sosial. Artinya, anak perempuan mempunyai kelebihan dalam dimensi-dimensi keterampilan sosial tersebut dibandingkan dengan anak laki-laki. Dengan demikian, anak perempuan akan memiliki nilai keterampilan sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Di samping itu juga telah dijelaskan sebelumnya bahwa jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dalam perkembangan keterampilan sosial anak Muzaiyin, 2013. Dari pernyataan-pernyataan tersebut bisa diasumsikan bahwa model selain model pembelajaran, jenis kelamin juga berpengaruh terhadap keterampilan sosial dan terdapat interaksi antara model pembelajaran dan jenis kelamin terhadap keterampilan sosial.

D. Hipotesis Penelitian