Pendidikan Jasmani KAJIAN PUSTAKA 1.

Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Nopembri 2008, hlm. 61 menyebutkan bahwa organisasi pembelajaran dan bentuk-bentuk pengajaran sangat penting dalam pembentukan keterampilan sosial, membantu memperagakan situasi sosial yang berbeda dan menggunakan keterampilan dalam berkomunikasi dan bekerja sama. Selanjutnya Nopembri menjelaskan bahwa program pengembangan keterampilan sosial yang efektif terdiri atas dua unsur penting yakni pendekatan pembelajaran sosialperilaku dan bahasa universal atau seperangkat tahap-tahap yang memfasilitasi belajar perilaku yang baru, yang berdasarkan pada 4 pilar pendidikan yakni: 1 Learning to know, 2 Learning to do, 3 Learning to live together, 4 Learning to be. Pengembangan keterampilan sosial dapat dilihat dari seberapa besar peran seseorang dalam interaksi sosial. Pengembangan keterampilan sosial yang utama adalah melalui belajar, baik secara formal maupun nonformal. Berbagai pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus memberikan kesempatan berkembangnya keterampilan sosial para siswa berdasarkan urutan dan tingkatan perkembangan mereka. Begitu pula dengan situasi sosial masyarakat yang menyediakan berbagai kesempatan pada seseorang untuk berinteraksi dan memperlihatkan keterampilan sosialnya. Banyak penelitian yang membahas mengenai keterampilan sosial. Hal ini dilandasi dengan pemahaman bahwa keterampilan sosial adalah keterampilan hidup life skill dan merupakan esensi dari penampilan sukses baik dalam bidang akdemik maupun dalam kehidupan Eldar dkk, 2009, hlm. 1. Anak dengan keterampilan sosial yang baik akan bisa menghadapi berbagai tantangan dalam hidupnya dan mampu cepat beradaptasi dengan keadaan serta tidak tergantung pada orang-orang sekitarnya Jurevicience dkk, 2012, hlm. 42-52. Oleh karena itu keterampilan sosial merupakan salah satu aspek perkembangan yang penting dan tidak bisa dipisahkan dari perkembangan seorang anak.

4. Pendidikan Jasmani

Literatur mengenal beberapa pengertian atau definisi mengenai pendidikan jasmani. Kesamaan pandangan tentang pendidikan jasmani adalah bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui gerak dalam upayanya Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu mencapai tujuan pendidikan sebagai proses menumbuhkembangkan seluruh aspek siswa. Berikut adalah gambaran mengenai pengertian dari pendidikan jasmani yang dikemukan oleh beberapa ahli : a. Menurut Harsono 1967:2 dalam Budiman 2006, hlm. 27 : Pendidikan djasmani adalah suatu pendidikan yang berhubungan dengan pertumbuhan, perkembangan dan penyesuaian diri dari individu melalui suatu program yang sistematis dari latihan-latihan djasmaniah yang terpilih, disusun dan diselenggarakan sesuai dengan standard-standar sosial dan hygiene serta ditujukan untuk mencapai hasil-hasil yang bersifat khusus specific outcomes. b. Menurut Pangrazi 2007, hlm. 1 “Physical education is a part of the total program that contributed primarily through movement experiences to the total growth and development of all children.” Maksudnya adalah pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan secara umum yang memberi sumbangan terhadap pemberian pengalaman gerak untuk pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh. c. Menurut Wuest Bucher 1999, hlm. 6 “Physical education is not only concerned with the physical outcomes that accrue from participation in activities but also with the development of knowledge and attitude conducive to lifelong learning and lifespan participation.” Maksudnya bahwa pendidikan jasmani tidak hanya difokuskan pada keberhasilan jasmani yang bertambah dari keikutsertaannya dalam aktivitas tetapi juga dalam mengembangkan pengetahuan dan sikap yang mendukung terhadap belajar sepanjang hayat. Berdasarkan pada definisi-definisi yang telah dikemukakan tersebut dapat ditarik kesimpulan yakni pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan menyeluruh yang menggunakan aktivitas fisik sebagai kegiatan pembelajaran siswa untuk meningkatkan kemampuan fisik dan nilai-nilai fungsional yang mencakup kognitif, afektif, dan sosial termasuk di dalamnya pola hidup sehat. Artinya, pendidikan jasmani mempunyai kelebihan dari pendidikan lainnya karena mencakup semua domain perkembangan anak. Pelaksanaan pendidikan jasmani yang teratur dan tepat akan mendukung perkembangan siswa, bukan hanya pertumbuhan dan perkembangan fisiknya Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu semata melainkan dengan keadaan emosi, mental dan hubungan sosial yang lebih baik karena mampu berinteraksi melalui sikap dan perilaku yang direstui masyarakat Budiman, 2006, hlm. 31. Perubahan tersebut akan terbawa ke dalam lingkungan masyarakat tempat tinggal mereka. Namun, peranan pendidikan jasmani dalam mengembangkan potensi siswa secara menyeluruh hanya bisa tercapai jika siswa bisa terlibat secara aktif dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu peranan guru untuk bisa memanfaatkan dan memaksimalkan peranan pendidikan jasmani sangatlah penting. Guru dituntut untuk bisa mengaplikasikan pendidikan jasmani sebagai media untuk mengembangkan anak sebagai suatu kesatuan. Pemahaman yang baik dari guru mengenai berbagai komponen dalam pembelajaran yang saling berkaitan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan maksimal. Metzler 2000 menyatakan beberapa komponen penting dalam pengajaran pendidikan jasmani berbasis model yang harus diketahui oleh guru pendidikan jasmani yakni : a Learning contexts. Hal ini mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi apa dan bagaimana pendidikan jasmani diajarkan dan dipelajari. Metzler menyatakan bahwa terdapat 5 faktor yang termasuk ke dalam learning context yakni lokasi, demografi siswa, administrasi, sumber daya manusia, sarana dan prasanana. b Learners. Guru perlu mengetahui karakteristik dari para siswanya seperti latar belakang sosial ekonomi, pengalaman dan pengetahuan mereka mengenai pendidikan jasmani. Selain itu, guru juga perlu memahami mengenai domain perkembangan siswa seperti perkembangan kognitif, motorik, afektif, dan motivasi belajar dari siswa. c Learning theories. Banyak teori yang berkaitan dengan pembelajaran. Teori- teori tersebut saling berkaitan satu sama lain. Meztler 2000: 32 menyatakan beberapa teori yang berkaitan dengan pembelajaran seperti: operant conditioning, social cognitive learning- including self efficacy, information processing, cognitive learning and process- including constructivist learning, problem solving, motivation dan humanistic theory. Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d Developmental appropriateness. Semua komponen pembelajaran seperti konten pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan instruksi dalam pembelajaran pendidikan jasmani harus sesuai dengan tahapan perkembangan anak agar bisa mencapai tujuan pendidikan jasmani secara fisik, emosi dan manfaat secara akademik untuk mereka. e Learning domains and objectives. Pembelajaran pendidikan jasmani harus mencakup tiga ranah perkembangan anak, yakni perkembangan kognitif, psikomotor dan afektif. f Physical education content. Berisikan mengenai segala sesuatu yang akan diajarkan dan dipelajari seperti cabang olahraga, permainan, kebugaran, dan lain sebagainya. g Task analysis and Content progression. Analisis tugas dilakukan untuk mengidentifikasi komponen-komponen dari keterampilan yang telah dipelajari dan untuk menentukan tujuan atau instruksi pembelajaran selanjutnya. h Assessment. Meztler menjelaskan penilaian memiliki tiga tujuan yakni : 1 To describe how much learning has taken place over a given amount of intructional time, 2 to judge or evaluate the quality of that learning, 3 to make decisions about how to improve learning based on that gathered infomation. i Socialemotional climate. Setiap kelas pendidikan jasmani memiliki suasana sosial dan emosi tertentu yang menentukan bagaimana atmosfir pembelajaran ketika siswa berinteraksi dengan guru dan teman sekelasnya. Suasana yang nyaman, suportif, lingkungan yang terjaga akan membantu siswa dalam meraih tujuan pembelajarannya. j Equity in the gym. Hal ini bisa dikatakan sebagai prinsip kesetaraan artinya setiap siswa dalam lingkungan pembelajaran memiliki hak yang sama dalam mendapatkan akses sosial, perkembangan dan kesempatan untuk belajar tanpa terpengaruh oleh perbedaan jenis kelamin, ras, etnik, kemampuan, status sosial ekonomi dan latar belakang keluarga. Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu k Curriculum models for physical education. Model kurikulum merupakan rencana-rencana yang komprehensif dan koheren untuk mendisain dan mengimplementasikan seluruh program pendidikan jasmani dalam satu sekolah atau wilayah. Karakter pendidikan jasmani adalah kegiatan jasmani yang menimbulkan rasa dan kesadaran untuk menguasai emosi pribadi, mandiri, penyesuaian diri sebagai dasar bagi terbentuknya mental sehat dan kebiasaan hidup sehat di lingkungan masyarakat di mana pun siswa berada, termasuk mendapatkan pengakuan diri sebagai anggota masyarakat yang baik karena kemampuan bersosialisasinya. Karakter penjas dapat dilihat dari muatan bahan ajar yang menjadi rujukan guru melakukan proses pembelajaran yang tercantum dalam setiap kurikulum yang ada, mulai dari KTSP, KBK sampai dengan kurikulum terbaru yakni kurikulum 2013.

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan