Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL
SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pembelajaran pada pendidikan jasmani, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin siswa.
Gambar 4. 9. Plot Interaksi Model Pembelajaran dan Jenis Kelamin Keterangan :
Model 1 = Model Koperatif Model 2 = model Konvensional
Gender 1 = Laki-Laki Gender 2 = Perempuan
B. Pembahasan Hasil
1. Apakah terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap keterampilan sosial ?
Berdasarkan pada hasil uji analisis yang dilakukan diketahui nilai Sig. model 0,006 0,05., maka H
ditolak sehingga H
1
diterima, artinya model pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap keterampilan sosial siswa.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan merupakan salah satu media untuk membentuk siswa menjadi individu yang siap untuk hidup
bersosialisasi dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan formal membentuk siswa tidak hanya cerdas secara akal tetapi cerdas secara emosi dan hati dan
berkembang secara menyeluruh Suherman, 2009, hlm. 3. Dalam upaya
Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL
SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
membentuk pribadi berkarakter tersebut, lingkungan pendidikan formal atau sekolah dikondisikan seperti tatanan kehidupan dalam masyarakat dimana saling
menghormati dan saling menghargai menjadi nilai yang harus terus tercermin dan dikembangkan sehingga siswa akan bisa berkembang tidak hanya menjadi
individu yang berkarakter akan tetapi menjadi anggota dari masyarakat yang mampu memberikan peranan dan sumbangsih terhadap kehidupan masyarakat
pada umumnya. Pendidikan yang ada di sekolah pada dasarnya berfungsi sebagai
alat tranformasi nilai.
Dengan tujuan dan fungsi sekolah atau pendidikan formal yang telah dijelaskan tersebut, sudah seyogyanya pendidikan menjadi sebuah fase penting
dalam perkembangan anak karena merupakan proses pembentukan individu secara holistik dan dari proses tersebut diharapkan akan menghasilkan individu-
individu yang berkualitas, yang bertanggungjawab, menghormati, menghargai dirinya sendiri dan menyadari bahwa dirinya merupakan bagian dari masyarakat
sehingga nilai-nilai sosial masyarakat bisa terjaga dengan sikap saling menghargai dan menghormati sesama.
Pendidikan jasmani sebagai bagian dari pendidikan menyeluruh memiliki potensi untuk bisa memberikan kontribusi yang maksimal dalam perkembangan
anak. Bailey 2006, hlm. 397 mengungkapkan bahwa hasil dari pendidikan jasmani dapat dipahami dalam 5 domain perkembangan anak yakni : 1 fisik, 2
gaya hidup, 3 afektif, 4 sosial, 5 kognitif. Pendidikan jasmani merupakan waktu pembelajaran yang menyenangkan setelah para siswa berkutat dengan
pelajaran teori di dalam kelas. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani banyak model pembelajaran yang
biasa digunakan salah satunya adalah model cooperative learning. Cooperative learning
merupakan model pembelajaran yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, yang mendorong siswa untuk tidak hanya fokus terhadap dirinya
sendiri tetapi juga membantu temannya dalam proses pembelajaran Dyson 2005 dalam Casey dkk, 2009, hlm. 409. Siswa dibagi ke dalam kelompok kecil yang
terstruktur heterogen berdasarkan pada tingkat keterampilan, ras, sosial ekonomi dan jenis kelamin. Dalam model pembelajaran ini siswa harus bekerja sama dalam
Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL
SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kelompok untuk bisa melaksanakan tugas dan mencapai tujuan bersama Wang, 2012, hlm. 109. Dengan demikian akan terjalin komunikasi interpersonal
termasuk ke dalamnya adalah kemauan untuk mendengarkan orang lain, bertanggung jawab terhadap tugas, belajar untuk memberi dan menerima umpan
balik, dan kemampuan untuk saling menolong satu sama lain antara anggota kelompok Polvi Telama, 2000, hlm. 106. Siswa diberi kesempatan untuk bisa
mengatasi permasalahan yang dihadapinya dengan cara dialog dan diskusi kelompok.
TGT merupakan salah satu model cooperative learning yang telah dikembangkan oleh Slavin. Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu
model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktifitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai
tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement Sinaga, 2012. Aktivitas belajar yang di dalamnya berisikan permainan yang dirancang dalam
pembelajaran kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks dan menyenangkan. Di samping menyenangkan, hal itu juga menumbuhkan rasa
tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. TGT merupakan model cooperative learning yang menekankan pada pembelajaran
dalam kelompok-kelompok. Oleh karena dalam TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan dalam pembelajaran,
sehingga sebagian besar guru lebih memilih TGT karena faktor menyenangkan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya Slavin, 2005, hlm. 14.
Dalam cooperative learning tipe TGT, kompetisi terjadi tidak hanya anggota dalam satu kelompok akan tetapi terjadi secara eksternal antar tim.
Slavin, 2005, hlm. 166; Suherman, 2009, hlm. 29. Dalam TGT, setiap anggota kelompok memiliki kesempatan untuk bisa sukses. Setiap komponen dalam
pembelajaran tipe TGT saling terkait dan bersinergi dalam proses pembentukan interaksi di antara siswa. Slavin 2005, hlm. 166 menjelaskan komponen-
komponen TGT, antara lain : presentasi di kelas, tim, game, turnamen dan rekognisi tim.
Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL
SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Presentasi di kelas . Menurut Slavin, presentasi di kelas akan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menyadari bahwa mereka harus memperhatikan materi yang akan dipelajari dalam pertemuan itu karena dengan demikian mereka
akan sangat membantu mereka dalam proses pembelajaran selanjutnya.
Tim . Pembelajaran dalam TGT terjadi dalam kelompok yang terdiri dari
latar belakang yang berbeda heterogen. Mereka harus belajara dalam kelompok. Siswa harus bisa membangun kondisi lingkungan belajar yang kondusif guna
mencapai tujuan pembelajaran.
Game
. Model TGT memberikan kesempatan kepada anak untuk bisa mengembangkan beberapa keterampilan dan sifat positif melalui permainan
game. Sifat menyenangkan dari permainan menjadi kelebihan karena anak merasa senang dan ketika mereka sudah merasa senang, maka mereka akan
terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Melalui permainan pula, anak akan belajar bagaimana berusaha maksimal untuk menang, menerima kekalahan,
sportif, bertanggung jawab dan menumbuhkan rasa kepercayaan diri mereka.
Turnamen . Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung.
Kompetisi yang seimbang akan memungkinkan para siswa untuk berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.
Siswa akan termotivasi untuk berusaha semaksimal mungkin, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk timnya. Mereka akan belajar bersama dan bekerja sama
untuk kemenangan timnya sehingga komunikasi, saling menghormati dan menghargai akan terjalin secara intens.
Rekognisi tim . Komponen terakhir dari TGT adalah rekognisi tim.
Tahapan ini merupakan pemberian penghargaan terhadap kelompok pemenang. Rekognisi tim merupakan bukti dari hasil kerjasama tim.
Model cooperative learning TGT memberikan kesempatan yang sama kepada anak untuk bisa berpartisipasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani.
Memberikan mereka kesempatan untuk berkomunikasi dengan anggota kelompoknya agar menjadi kelompok yang menang dalam kompetisi. Dengan
adanya interaksi dan komunikasi yang intens dengan anggota kelompoknya, maka keterampilan sosial siswa meningkat. Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan
Risma, 2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KETERAMPILAN SOSIAL
SISWA DALAM PENDIDIKAN JASMANI
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tersebut dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning tipe TGT memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan
interpesonalnya dengan cara interaksi dengan teman dalam kelompok belajarnya. Selain itu, model TGT memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari
solusi untuk menghadapi setiap masalah yang dihadapinya. Siswa menyadari akan peranan dan kontribusinya terhadap kemajuan kelompok sehingga mereka akan
bekerja sama, saling menghormati dan menghargai peranan dan keberadaan orang lain. Dengan demikian, model TGT memberikan pengaruh terhadap keterampilan
sosial anak.
2. Apakah terdapat pengaruh jenis kelamin terhadap keterampilan sosial siswa ?