Konversi Agama Mantan Katolik : Studi Kasus Rena Handono Dan Insan L.S Mokoginta

(1)

i

KATA PENGANTAR

Bismillahirah maanirrahiim Assalamu’Alaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pengasih yang telah melimpahkan taufik dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabatnya, yang telah membawa umat dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang seperti sekarang ini.

Segala upaya penulis lakukan dalam penyelesaian skripsi ini agar menjadi seperti ini, karena bagi penulis merupakan sesuatu yang berat dan melelahkan. Walau begitu akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Konversi Agama Mantan Katolik” (Studi Kasus Irena Handono dan Insan latief Syaukani Mokoginta), sebagai tugas akhir akademis pada Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Semua itu berkat bantuan, dorongan dan bimbingan banyak pihak, karena ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan ucapan terimakasih serta penghargaan yang mendalam khususnya kepada:

1. DR. M. Amin Nurdin, MA Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(2)

ii

2. Dra. Hj. Ida Rasyidah, MA dan Bapak Maulana M.ag. Selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Sri Mulyati, MA selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan kesabaran serta kesediaan beliau meluangkan waktu untuk memberikan arahan, konsultasi dan juga bimbingannya sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan Pimpinan serta Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan.

5. Hj. Irena Handono dan Mba Rizka yang telah membantu penulis serta mau meluangkan waktunya untuk menjawab beberapa pertanyaan yang penulis ajukan berhubungan dengan skripsi ini.

6. H. Insan Latief Syaukani Mokoginta yang juga telah mengizinkan penulis untuk mengadakan wawancara langsung dan megikuti beberapa acara yang beliau hadiri demi terpenuhinya penulisan skripsi ini.

7. Irena Center dan Yayasan Birrul Walidain yang mereka pimpin karena telah membantu menyediakan buku-buku dan data-data yang penulis butuhkan. 8. Penulis haturkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya teruntuk Ibu dan

Bapak tercinta, merekalah yang menghantarkan penulis sehingga sampai pada suatu tahapan perjalanan hidup ini, semangat pengorbanan mereka tidak pernah putus. Hangat kasih sayang dan do’a mereka tidak pernah berhenti selalu penulis rasakan sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.


(3)

iii

9. Keluarga besar penulis, Kakak-kakak dan Adikku tersayang yang selalu memberikan semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Juga buat keponakan-keponakan aku (Fitroh dan Afkar) yang memberikan warna juga hiburan bagi penulis.

10.Yakoeci yang dengan sabar membantu penulis baik moril maupun materil, serta memberikan motivasi dan dukungannya selama pembuatan skripsi ini, semoga apa yang ia harapkan dapat terwujud.

11.Sahabat-sahabatku: Omah, Theywe, PathaRizka, Farah, Neng RienaNaAuf, Uci, Dyah(Nyak), Ciecie, SoRaya, Dhely, Likha, Bank Iwenk, Fahmy, Adji, Bendot, AduL, Ojie, Rahman, Ayatullah, Gunawan, Ardian, Obie, Boim, Yuda. Serta rekan-rekan mahasiswa khususnya Jurusan Perbandingan Agama yang telah memberikan inspirasi dan semangatnya buat penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang perlu disempurnakan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi sebuah proses kesempurnaan.

Wa’alaikumussalam Wr. WB.

Jakarta, Februari 2009


(4)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Metode Penulisan ... 5

D. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KONVERSI AGAMA A. Pengertian Konversi Agama dan Proses Terjadinya ... 8

B. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama ... 14

C. Konversi : Menurut Islam dan Kristen ... 18

BAB III BIOGRAFI SINGKAT, Hj. IRENA HANDONO DAN H. INSAN L.S MOKOGINTA A. Hj. Irena Handono ... 24

1. Profil Singkat dan Karier ... 24

2. Karya-karya Ilmiah ... 29

B. H. Insan Latief Syaukani Mokoginta ... 33

1. Profil Singkat dan Karier ... 33

2. Karya-karya Ilmiah ... 41 BAB IV KONVERSI AGAMA Hj. IRENA HANDONO


(5)

v

A. Pemikiran Hj. Irena Handono tentang :

1. Pengalaman Sebelum Konversi Agama ... 46 2. Faktor Yang Menyebabkan Konversi Agama ... 51 3. Hambatan Serta Tantangan Menjelang, Sampai, dan

Setelah Konversi Agama ... 55 B. Pendapat H. Insan L.S Mokoginta mengenai:

1. Pengalaman Sebelum Konversi Agama ... 57 2. Faktor Yang Menyebabkan Konversi Agama ... 60 3. Hambatan Serta Tantangan Menjelang, Sampai, dan

Setelah Konversi Agama ... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 64 B. Saran-saran ... 65 DAFTAR PUSTAKA ... 66


(6)

vi BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak kasus yang terjadi dalam kehidupan manusia dewasa ini, terutama yang menyangkut agama dan keberagamaan seseorang. Dan perbincangan agama nampaknya tidak akan pernah berhenti sepanjang kehidupan manusia masih berjalan, sejak dimulainya peradaban manusia hingga saat ini.1

Dapat kita katakan bahwa keyakinan seseorang mungkin berkembang dan bertambah kuat, dan mungkin juga berkurang atau lemah.2 Tergantung bagaimana manusianya, karena banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, mulai dari pendidikan sampai lingkungan sekitarnya.

Di Indonesia sebelum tahun 1965, orang kurang memperhatikan hal keberagaman agama dan kepercayaan dengan serius, begitu juga dengan isu konversi. Orang mudah saja berganti keyakinan dan lingkungan tidak mempersoalkan keputusan individu tersebut. Beragama bukan sebagai identitas, melainkan sebagai keyakinan semata. Banyak keluarga menganut multireligius, ayah-ibu muslim sedangkan anak-anak penganut Kristen / Katolik

Berbicara tentang konversi agama, tidak sedikit orang yang mengalaminya hal ini, beberapa penyebabnya sebagai berikut: Terlalu minimnya pengetahuan yang dimilikinya tentang agama, merasa tidak puas akan kebenaran yang selama ini mereka terima. Dan ada juga karena pengetahuannya yang semakin bertambah, maka semakin ingin menyoroti agama dan ajaran-ajarannya dengan cara–cara

1

Zakiah, Pengalaman Konversi Agama Lia Aminuddin, (Sebuah Studi Analitis). (skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta,2004), h.1

2


(7)

vii

ilmiah, sampai mereka menemukan kebenaran yang selama ini mereka cari, yang mungkin tidak mereka dapatkan dari agama sebelumnya.

Perasaan yang demikian itu menimbulkan pertentangan dalam batin, sehingga untuk mengatasi kesulitan tersebut harus dicari jalan keluarnya. Umumnya apabila gejala tersebut sudah dialami oleh seseorang atau kelompok, maka dirinya menjadi lemah dan pasrah ataupun timbul semacam peledakan perasaan untuk menghindarkan diri dari pertentangan batin itu. Pertentangan batin akan terjadi dengan sendirinya bila yang bersangkutan telah mampu memilih pandangan hidup yang baru yang merupakan petaruh bagi masa depannya, untuk kehidupan selanjutnya.3

Di Indonesia ada undang-undang yang mengatur kebebasan beragama seseorang yaitu pada pasal 28 ayat 1 dan 29 ayat 1 dan 2,4 mungkin itu salah satu alasan mengapa orang melakukan konversi agama. Karena konversi agama adalah hak asasi manusia, maka tidak ada hukuman yang melarang dan pemerintah pun tidak mempunyai hak dan alasan untuk menyalahkan pelaku konversi agama.

Memang proses yang dilalui oleh orang yang mengalami konversi agama berbeda antara satu dengan yang lainnya, dan sebab yang mendorong terjadinya bermacam pula tingkatannya. Ada yang terjadi dalam sekejap mata (mendadak) dan ada pula yang berangsur-angsur (bertahap), namun dapat dikatakan bahwa tiap-tiap konversi agama itu melalui proses jiwa.5

3

Ramayulis, “Psikologi Agama” , (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). h. 73

4

Pasal 28 ayat 1: Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap sesuai dengan hati nuraninya. Pasal 29 ayat 1: Negara berdasarkan atas

ketuhanan Yang Maha Esa. Pasal 2: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu. UUD Negara RI Tahun 1945, Badan Pekerja Pusat Majlis Tao Indonesia, 2006. h, 25-27.

5


(8)

viii

Jiwa memang sangat mempengaruhi seseorang melakukan konversi agama, karena boleh jadi apa yang selama ini mereka dapat tidak cukup atau bahkan mengganggu jiwanya, dalam hal ini jiwa keberagamaannya. Sebab gejala seperti itu tidak dapat dipandang remeh, karena dapat mempengaruhi kehidupan mereka sehari-hari.

Itu juga yang ternyata dialami oleh Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta yang mantan Katolik. Irena Handono melakukan konversi agama saat dirinya menjadi seorang Katolik yang taat dan setelah beliau menjadi biarawati. Beliau merasa bahwa banyak kesalahan yang beliau terima selama mendapat pendidikan di biara. Menurutnya para pendidik disana memberikan pemahaman yang salah tentang agama lain selain agamanya, terlebih dengan agama Islam.

Sedangkan Insan Latief Syaukani Mokoginta memilih memeluk agama Islam karena kecintaannya terhadap Yesus (Nabi Isa), karena menurutnya alasannya untuk lebih mencintai dan menjadi pengikut Yesus yang setia harus memeluk Islam.

Dapat dikatakan masa transisi atau perubahan yang besar, tentu memerlukan pengorbanan, karena setiap perbaikan atau kemajuan perlu pengorbanan.6 Sama halnya dengan keputusan besar yang diambil Irena Handono dan Insan Mokoginta untuk berpindah agama dari Kristen ke agama Islam. Banyak hal yang mereka korbankan untuk itu, termasuk dikucilkan, karena agama baru yang dipilihnya tak dapat diterima oleh lingkungannya masing-masing.

6

Amin Abdullah, dkk. “Mencari Islam, Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan” (Yogya: PT, Tiara Wacana, 2000), h. 83.


(9)

ix

Dari pengalaman mereka banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran dan pengalaman hidup kita kepada hal yang lebih baik, antara lain bahwa kita tidak boleh merasa puas dengan apa yang sudah kita dapat sekarang, dan selalu mencari sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan kita dengan tidak berpaling pada agama dan kebenaran.

Meskipun konversi secara umum terkesan terjadi pada usia remaja, tetapi ada juga konversi dalam perjalanan sejarah keberagamaan yang tidak terjadi pada usia remaja saja, banyak tokoh-tokoh agama besar yang mengalami konversi pada usia dewasa/lanjut. Kebanyakan mereka mengalami konversi agama dengan berbagai peristiwa, metafisika, mistik atau apapun. Pengalaman itu hanya dapat dirasakan oleh yang mengalaminya sendiri. Arah keberagamaannya adalah dari keberagamaan yang biasa menuju keberagamaan yang lebih mendalam.7

Oleh karena itu sejalan dengan uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui secara jelas tentang kehidupan yang pernah dijalani dan dialami oleh mereka terutama tentang pengalaman keberagamaan mereka saat dan setelah mengalami konversi agama. Oleh karena itu penulis memilih judul skripsi tentang “KONVERSI AGAMA MANTAN KATOLIK (STUDI KASUS IRENA HANDONO DAN INSAN LATIEF SYAUKANI MOKOGINTA)”. Dengan harapan semoga bisa menambah wawasan dan melengkapi koleksi perpustakaan.

7

Zakiah, Pengalaman Konversi Agama Lia Aminuddin, (Sebuah Studi Analitis). (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta,2004), h. 9


(10)

x B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Banyak sekali problematika yang terjadi disekitar kita, tidak sedikit juga yang berhubungan dengan keberagamaan seseorang. Dengan semakin berkembangnya zaman dan pengaruh ilmu pengetahuan, semakin banyak pula fenomena-fenomena yang terjadi. Salah satunya yaitu konversi agama yang banyak dialami oleh seseorang, konversi agama ini terjadi bukan pada saat sekarang ini saja, dulu juga sudah banyak kasus yang berbicara tentang konversi agama.

Untuk menghindari kemungkinan terlalu luasnya pokok pembahasan, dalam penulisan ini penulis membatasi pokok masalah. Disini penulis akan fokus pada pengalaman konversi agama Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta yang mantan Katolik. Setelah mengalami banyak peristiwa, dan melalui pertimbangan serta perenungan sampai akhirnya mereka memutuskan untuk memeluk agama Islam.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan beberapa latar belakang di atas, dengan ini penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, yaitu Bagaimana Perbedaan Konversi Agama Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta

C. Metode Penelitian

Metode merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan dalam penelitian. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode studi


(11)

xi

kasus dengan pendekatan kualitatif. Selain itu, untuk memudahkan penelitian ini, penulis juga menggunakan pendekatan psikologi.

Adapun data yang penulis peroleh adalah dari data di lapangan dan kepustakaan. Dalam penelitian lapangan penulis mendapatkan data melalui wawancara langsung dengan Ibu Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta. Sedangkan data kepustakaan, penulis peroleh dari beberapa buku primer yang mereka tulis juga buku-buku yang membicarakan tentang penelitian ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan buku "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta" yang diterbitkan CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007.

D. Sistematika penulisan

Untuk memudahkan penulisan serta mendapatkan karangan yang baik, maka penulis menyajikan dalam bentuk tulisan dan disusun secara teratur dan sistematis, antara satu bab dengan bab lainnya saling berkaitan. Sistematika pembahasan ini terdiri dari lima bab dan pada tiap-tiap bab diperinci dalam beberapa bab, dengan urutan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan meliputi : Latar Belakang Masalah, Pembahasan dan Perumusan Masalah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan

BAB II : Pada bab ini Berisi tentang Difinisi dari Konversi Agama, yang meliputi : Pengertian dan Proses Terjadinya Konversi


(12)

xii

Agama, Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama. Dan Konversi Menurut Pandangan Beberapa Agama.

BAB III : Pada bab ini membahas biografi singkat tentang Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta yang terdiri dari : Profil Singkat dan Karier Mereka, dan tentang Karya-karya Ilmiah yang pernah mereka hasilkan sendiri.

BAB IV : Menjelaskan tentang Konversi Agama Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta . Diantaranya tentang Keberagamaan Sebelum Konversi, Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi, dan terakhir Hambatan Serta Tantangan Menjelang Sampai Setelah Konversi Agama.


(13)

xiii

BAB II

KONVERSI AGAMA

A. Pengertian dan Proses Terjadinya Konversi Agama

Pengertian Konversi agama menurut etimologi Konversi berasal dari kata latin “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, berubah (agama). Selanjutnya kata tersebut dipakai dalam kata Inggris “Conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain (change from one state, or from one religion, to another).8

Jadi berdasarkan arti dari kata-kata tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konversi agama berarti bertobat, berubah agama, atau berbalik pendirian terhadap ajaran agama semula.

Sedangkan pengertian konversi agama menurut terminolog. Pengertian ini akan dikemukakan oleh Max Heirich, menurutnya bahwa konversi adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.9

Masih mengenai pengertian konversi, menurut Prof. Zakiah Darajat bahwa kata konversi (conversion) berarti: “berlawanan arah”. Yang dengan sendirinya konversi agama berarti terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.10

8

Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2002). h, 66.

9

Ibid. h, 67.

10


(14)

xiv

Walter Houston Clark dalam bukunya “The Psychology of Religion” memberikan definisi konversi agama adalah sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama.11

Konversi itu sendiri perubahan atau perpindahan yang terjadi secara berproses atau mendadak, dan perubahan arah itu terjadi kepada agama lain. Yang disebabkan oleh faktor psikologi atau hidayah Allah.

Menurut Jalaluddin dalam bukunya, konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan.12 Selain itu konversi agama yang diuraikan dalam beberapa pengertian yang telah dipaparkan memuat beberapa ciri diantaranya:

1. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.

2. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianut sendiri.

3. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.

4. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebutkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.13

Dalam membicarakan proses terjadinya konversi agama, sebenarnya sukar untuk menentukan satu garis proses yang akhirnya membawa kepada keadaan

11

Heny Narendrany Hidayati, Andri Yudiantoro. Psikologi Agama (Jakarta:UIN Jakarta Press. 2007). h. 138

12

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 246

13

Asnah. Motivasi Konversi Agama Pada Muallaf. (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004). h, 31.


(15)

xv

keyakinan yang berlawanan dengan keyakinan yang lama karena proses ini berbeda antara satu orang dengan lainnya. Sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.14 Ditambah dengan suasana lingkungan dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yang menjadi puncak dari perubahan keyakinan itu.

Berlainan pula sebab yang mendorongnya dan bermacam pula tingkatannya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam. Ada yang terjadi sekejap mata dan ada pula yang terjadi secara berangsur-angsur.

Banyak sekali contoh-contoh dalam hidup ini mengenai peristiwa-peristiwa konversi agama yang terjadi pada orang-orang biasa, dan para alim ulama juga para ahli agama lainnya yang ternyata pendidikan agama yang selama ini mereka dapatkan tidak cukup menguatkan iman mereka untuk mempertahankan diri dari agama asalnya. Sehingga masih banyak yang dapat kita perhatikan dan analisis seputar konversi agama itu sendiri.

Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar. Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan bangunan baru yang lain sama sekali dari bangunan sebelumnya.15

Sama halnya dengan seseorang atau kelompok yang mengalami konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianut agama sebelumnya, maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula ditinggalkannya

14

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet, ke-16, h, 160.

15


(16)

xvi

segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lamanya itu seperti: harapan, rasa bahagia, keselamatan dan kemantapan. Tetapi perasaan tersebut lama-kelamaan berubah menjadi berlawanan arah. Dengan demikian timbullah gejala-gejala baru berupa: perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala seperti ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk: merenung, timbulnya tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan dan bermacam-macam perasaan yang ditimbulkan oleh kebimbangan.

Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup yang baru itu maka ia bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan dari peraturan yang ada dalam pandangan hidupnya yang baru tersebut. Serta ikut berpartisipasi secara penuh, dan semakin kuatnya keyakinannya terhadap kebenaran.

Konversi agama itu sendiri terjadi melalui beberapa tahap, yaitu perubahan bertahap dan perubahan drastis. Secara bertahap terjadi sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran. Sedangkan konversi agama yang terjadi secara mendadak tanpa melalui proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.16

Walaupun begitu kedua proses tersebut sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Karena gejala konversinya terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang, sehingga ia dapat menerima kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya.

16


(17)

xvii

Namun demikian, Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya yang berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap17, yaitu:

1. Masa Tenang

Di saat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Masa tenang ini terjadi sebelum mengalami konversi, dimana segala sikap, tingkah laku dan sifatnya acuh tak acuh menentang agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tenteram.18

2. Masa Ketidaktenangan

Tahap ini konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik, dan sebagainya. Baik disebabkan oleh moralnya, kekecewaan atau apapun juga. Pada masa tegang, gelisah, konflik jiwa yang berat itu, biasanya orang mudah perasa, cepat tersinggung dan hampir-hampir putus asa dalam hidupnya, dan mudah kena sugesti

3. Masa Konversi

Peristiwa itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya. Maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri. Orang merasa tiba-tiba mendapat petunjuk Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat hidup yang tadinya seperti dilamun ombak, berubah menjadi tenang dan berganti dengan rasa relaks dan menyerah. Menyerah dengan tenang kepada Tuhan Yang Maha Esa.

17

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet, ke-17. h, 161-163

18


(18)

xviii 4. Masa Tenang dan Tentram

Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui, maka timbullah perasaan atau kondisi jiwa yang baru. Rasa aman damai dihati, tidak ada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan. Tidak ada kesalahan yang patut disesali, semuanya telah lewat. Kecemasan dan kekhawatiran berubah menjadi harapan yang menggembirakan. Sikap penuh kesabaran yang menyenangkan, menjadi pemaaf dan dengan mudah baginya mencari jalan untuk memaafkan kesalahan orang.19 Walaupun awal mulanya biasa-biasa saja, tapi setelah sekian lama mempelajari dan mendalami ajaran yang baru dianutnya perasaan tenangpun datang. Bahkan dengan semangat yang tinggi berusaha menarik keluarga agar mengikuti jejaknya.20

5. Masa Ekspresi Konversi

Ekpresi konversi dalam hidup adalah tingkat terakhir dari konversi. Itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan, sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan agama. Maka konversi yang diiringi dengan tindak dan ungkapan-ungkapan konkret dalam kehidupan sehari-hari itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.21 Untuk memberikan gambaran yang nyata dan mendalam mengenai proses konversi agama peristiwa sejarah agama dan kejadian dalam kehidupan sehari-hari cukup padat oleh kasus-kasus serupa. Dan semuanya mengandung latar

19

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet, ke-17. h, 162.

20

Wawancara Pribadi dengan Bapak Insan Latief Syaukani Mokoginta, pada tanggal 20 Desember 2008.

21

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet, ke-17. h. 161-163.


(19)

xix

belakang psikologis yang serba konfleks dengan ketentraman batin berperan sebagai pendukung keseimbangannya.22

B. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama

Tidak banyak yang membicarakan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama, akan tetapi ada beberapa diantaranya yaitu:

1. Pertentangan batin (Konflik jiwa) dan Ketegangan Perasaan

Orang-orang yang gelisah, yang didalam dirinya terdapat berbagai persoalan, dan kadang-kadang tidak berdaya menghadapi persoalan, mudah mengalami konversi agama.23

2. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama

Peristiwa konversi agama dapat terjadi karena adanya pengalaman-pengalaman dimasa kecil yang erat kaitannya dengan hubungan antara kehidupan keluarga maupun dengan lingkungan sekitar. Keluarga dan lingkungan yang penuh agamais bisa menjadi pengalaman dan didikan berharga dalam kehidupan seseorang. Maka tidak aneh jika seseorang yang dewasanya mengalami kejauhan dari agama dapat mengalami konversi agama hanya karena teringat pengalaman-pengalaman masa lalunya.

3. Ajakan / seruan dan sugesti

Ajakan dan sugesti dari luar dapat mempengaruhi seseorang untuk berkonversi agama walaupun factor ini sangat dangkal dan dianggap kurang berpengaruh, tetapi tidak dapat dipungkiri besar pengaruhnya bagi

22

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), h. 255.

23

Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama. (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007), h. 141.


(20)

xx

orang yang mengalami kegelisahan dan kegoncangan jiwa. Orang dalam keadaan demikian lebih mudah untuk diajak kejalan yang membuatnya tentram dan tidak mustahil baginya untuk mengikuti ajakan tersebut. 4. Faktor-faktor emosi

Dalam penelitian George. A. Coe. Terhadap orang-orang yang mengalami konversi agama ditemukan bahwa konversi agama lebih banyak terjadi pada orang yang dikuasai oleh emosinya. Orang-orang yang emosional lebih mudah terkena sugesti, terutama saat orang tersebut mengalami kegelisahan. Kendati faktor emosi secara lahir tampaknya tidak terlalu banyak pengaruhnya, namun dapat dibuktikan bahwa faktor ini adalah salah satu pendorong terjadinya konversi agama.

5. Kemauan

Adanya kemauan memainkan peranan penting dalam terjadinya konversi agama, dalam beberapa kasus terbukti bahwa peristiwa konversi agama terjadi sebagai hasil dari perjuangan batin yang memiliki kemauan dalam konversi ini.24

Selain dari faktor-faktor diatas, Max Heirich membedakan empat faktor yang mendorong terjadinya konversi agama sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuni para ahli yaitu sebagai berikut25:

1. Kalangan ahli Agama berpendapat bahwa yang menjadi faktor penyebab terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi untuk berani menerima hidup baru dengan segala konsekuensinya diperlukan bantuan istimewa dari Tuhan yang sifatnya cuma-cuma. Pengaruh Supranatural inilah yang

24

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), cet ke-17. h, 190.

25


(21)

xxi

berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang.

2. Kalangan ahli Sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi agama adalah pengaruh sosial. Variabel-variabel pengaruh sosial tersebut diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun non-keagamaan (misalnya ilmu pengetahuan, kesenian ataupun bidang kebudayaan lainnya).

b. Pengaruh propaganda (ajakan atau anjuran) dari orang-orang dekat, misalnya keluarga, sahabat karib, famili dan sebagainya.

c. Pengaruh rutinitas keagamaan, kebiasaan (tradisi) keagamaan yang dilakukan secara berulang-ulang dapat mendorong seseorang untuk berubah kepercayaan, misalnya: menghadiri upacara-upacara keagamaan ataupun pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga-lembaga formal maupun tidak formal.

d. Pengaruh pemimpin keagamaan. Hubungan yang baik dan pemimpin agama akan menciptakan perasaan dekat dengan Tuhan.

e. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi, baik yang bersifat keagamaan maupun non keagamaan. Motivasi yang berasal dari orang-orang yang mempunyai kesamaan kecendrungan (hobi) akan lebih mudah dalam memberikan pengaruh dibanding yang lain.

3. Kalangan ahli Pendidikan berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan penelitian, ilmu sosial menampilkan data dan argumen bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi agama.


(22)

xxii

4. Kalangan ahli Psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern maupun ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan semacam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu ketenangan batin. Dalam kondisi jiwa yang demikian ini secara psikologis kehidupan batin seseorang itu menjadi kosong dan tak berdaya sehingga ia mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya kehidupan jiwa yang tenang dan tentram.

Menurut Starbuck konversi agama terbagi menjadi dua tipe yaitu: 1) Tipe Volitional (Perubahan Bertahap)

Konversi agama tipe ini terjadi secara berproses sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi yang demikian itu sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.

2) Tipe Selp-Surrender (Perubahan Drastis)

Konversi agama tipe ini adalah konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami suatu proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya. Perubahan inipun dapat terjadi dari kondisi yang tidak taat menjadi lebih taat, dari tidak percaya kepada suatu agama kemudian menjadi percaya dan sebagainya. Pada konversi tipe kedua ini William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari yang Maha Kuasa terhadap seseorang,


(23)

xxiii

karena gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya.

C. Konversi : Menurut Islam dan Kristen 1. Islam

Bagi kalangan muslim, perpindahan agama dari agama lain menjadi seorang muslim merupakan sesuatu yang diharapkan, sebaliknya keluar dari agama Islam dilarang secara keras oleh syariat Islam. Meskipun demikian penghukuman terhadap mereka yang keluar dari agama Islam jarang sekali diberlakukan. Bahkan pada masa belakangan hukuman tersebut dihapuskan oleh pemerintah Usmani pada tahun 1260/1844. Dalam bahasa Arab digunakan istilah Riddah (atau Irtidad).26 Yang berarti kemurtadan dari agama Islam.

Namun, menurut para ulama fikih seorang muslim yang pindah atau keluar dari agama Islam itu baru dinyatakan murtad, kalau ia telah dewasa, berakal sehat dan perbuatan riddahnya dilakukan atas dasarkesadaran sendiri. Dengan demikian maka orang Islam yang belum baligh, gila atau dipaksa orang lain meninggalkan agama Islam tidak boleh dinyatakan sebagai murtad. Tegasnya, orang muslim yang karena terpaksa menyatakan kekafiran dalam mulutnya tidak dipamdang kafir jika didalam hatinya tetap ada iman.27

26

Cyril Glasse, Ensiklopedi Islam (Ringkas). (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 289.

27

Rina Suryani, “Motivasi Konversi Agama (Study Kasus Masyarakat Muslim di Kepulauan Mentawai)”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2000). h, 18-19.


(24)

xxiv

Dalam Ensiklopedi Islam, Murtad adalah keluar dari agama Islam dalam bentuk niat, perkataan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir atau tidak beragama sama sekali.28 Dengan kata lain Murtad yaitu perbuatan muslim yang meninggalkan agama yang telah diridhoi oleh Allah SWT, lalu memeluk agama lain selain agama Islam, atau meyakini suatu akidah dan idiologi tertentu yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam.

Istilah murtad, kafir, sesat itu memang sebuah istilah yang selalu dimiliki oleh hampir setiap agama di dunia, baik Islam, Kristen, Hindu dan Buddha. Namun saya kira klaim seperti itu nantinya akan membuat kita bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain. Dalam agama Islam (Al- Qur'an) sudah dijelaskan bahwa orang boleh memilih agamanya dan tidak ada paksaan untuk itu.

Dalam Islam, menurut para Ulama dikatakan bahwa Konversi agama berakibat juga pada hukum. Bukan saja menyangkut diri si murtad, tetapi juga berhubungan dengan orang lain dalam hal perkawinan dan kewarisan.29

Hukumnya sendiri yaitu, orang murtad hendaknya diajak kembali kepada agama Islam, selama 3 hari dan diingatkan dan disertai peringatan-peringatan, jika kembali lagi kepada agama Islam, maka tidak dibunuh. Tetapi jika tidak mau kembali, maka hukumannya adalah dibunuh dengan pedang.30

28

Ensiklopedi Islam 3. (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 304.

29

Rina Suryani, “Motivasi Konversi Agama (Study Kasus Masyarakat Muslim di Kepulauan Mentawai)”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2000). h, 17.

30

Hartono Ahmad Jaiz, Ada Pemurtadan di IAIN, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), h. 155.


(25)

xxv

Dari Qatadah, dari Al-Hasan berkata, rasulullah SAW bersabda yang artinya: Barang siapa mengganti agamanya, maka bunuhlah dia. (HR. An-Nasai, Al-Bukhari, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan lain-lain).31

Apabila orang yang murtad yang telah dibunuh, maka jangan dimandikan, disholatkan atau dikuburkan didalam kuburan orang-orang muslim. Dan jangan diwarisi atau menerima warisan. Harta yang ditinggalkannya menjadi harta fai atau rampasan bagi kaum muslimin untuk kepentingan dan kemaslahatan hidup mereka.

Dalam kehidupan sehari-hari orang yang beragama Non-Islam kemudian pindah menjadi muslim sering disebut muallaf. Namun kata muallaf ini hanya bisa dikhususkan bagi orang yang baru memeluk agama Islam. Seperti yang telah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia muallaf yaitu orang yang baru masuk Islam. Tapi menurut Ensiklopedi Islam, muallaf yaitu orang yang kecendrungan hatinya atau keyakinannya dapat bertambah terhadap islam. Terhalangnya niat jahat orang tersebut terhadap kaum muslimin atau orang yang diharapkan akan ada manfaatnya dalam membela dan menolong kaum muslimin dari musuh.32

2. Kristen

Sedangkan secara Kristen dan umum sebagai perpindahan seseorang yang tadinya memeluk agama Kristen atau Yahudi kepada agama selain

31

Ibid

32

Asnah, “Motivasi Konversi Agama Pada Muallaf”. (Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004). h, 32-33.


(26)

xxvi

Kristen atau Yahudi. Bagi Umat Kristen hukumannya sangat keras, yaitu pantas dibunuh kecuali orang tersebut melakukan pertaubatan.33

Dalam Kristen Protestan: Konversi (bahasa Inggris ‘conversion’, ‘convert’) berasal dari kata Yunani epistrophe. Kisah Rasul 15:3 istilah itu diterjemahkan dengan kata ‘pertobatan’. Ditempat-tempat itu mereka menceritakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah”. Kata Indonesia ‘tobat’ juga dipakai sebagai terjemahan kata Yunani ‘metanoia’. Kata epistrophe dalam Kisah Rasul 15:3 memperlihatkan pertobatan dari orang-orang yang tidak mengenal Allah. Pada ayat-ayat lain dalam Perjanjian Baru kata ini dipakai menunjuk kepada perubahan (perputaran) sepenuhnya pada seseorang; perubahan itu dapat terjadi drastis atau secara bertahap, setelah melalui pengalaman tertentu. Kata epistrophe tidak hanya menunjuk kepada perubahan (perputaran balik) yang terjadi, tetapi titik capaian dari perubahan itu dimana seseorang menemukan jati dirinya. Dalam Lukas 15:3 diceritakan tentang konversi ‘anak yang hilang’, yang setelah mengalami penderitaan yang hebat ia berbalik menemui bapanya.34

Secara umum istilah ‘konversi’ dipakai menunjuk kepada perubahan psikologis atau perubahan moral pada seseorang. Namun dalam Alkitab (terutama dalam Perjanjian Baru) dan Kekristenan, konversi psikologis dan moral dapat terjadi tidak terlepas dari pengalaman religius, yaitu relasi dan pengenalan akan Allah. Maka konversi dipandang sebagai pertobatan dari yang tidak mengenal Allah menjadi mengenal Allah.

33

Rina Suryani, “Motivasi Konversi Agama (Study Kasus Masyarakat Muslim di Kepulauan Mentawai)”. (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2000), h. 32-33.

34

Ensiklopedi1K. Artikel diakses pada 9 November 2008. dari


(27)

xxvii

Dalam Kristen Protestan, mereka mempunyai organisasi yang bertugas atau bergerak dalam Usaha-usaha konversi, orang-orang Kristen Protestan menyebut gerakan mereka dengan nama Gerakan Evangelis. Tujuan Evangelis adalah untuk mengkonversi (mengubah) seluruh dunia ke dalam keyakinan Kristen, yang mana secara alamiah mengandung arti penolakan terhadap agama-agama lainnya. Gerakan Evangelis itu memiliki strategi-strategi konversi dunia dan program-program untuk membidik sasarannya, wilayah demi wilayah, suku demi suku, bahkan desa demi desa. Mereka melacak dan menyimpan angka-angka mereka yang telah terkonversi dan menandai mereka pada kolom kemenangan sebagai keuntungan untuk Kristus.35

Konversi terorganisasi (evangelis) ini tidak tertarik pada dialog atau mengambil pelajaran dari kelompok-kelompok agama lain. Organisasi-organisasi seperti itu telah membuat kesimpulan dalam pikirannya bahwa milik mereka adalah keyakinan yang merupakan kebenaran dan mereka tidak ikhlas untuk mengijinkan persamaan terhadap keyakinan lain manapun.

Sedangkan dalam Katolik, Konversi berarti pertobatan, atau dalam tradisi Katolik biasa diartikan sebagai masuknya orang bukan Katolik ke dalam gereja Katolik. Sebelumnya harus diberikan pelajaran yang memadai mengenai pelajaran agama katolik dan orang sudah membiasakan diri mengikuti kebiasaan umat Katolik (Misalnya mengikuti perayaan ekaristi setiap hari Minggu). Penerimaan dalam gereja pada orang-orang yang belum dibaptis, maka melalui pembaptisan dan orang yang bersangkutan mengucapkan syahadat dan penyangkalan pandangan-pandangan yang

35

Missionaris=usaha konversi yang terorganisasi. Artikel diakses pada 4 November 2008. dari www.wawasandigital.com


(28)

xxviii

bertentangan dengan ajaran gereja. Kalau sahnya pembaptisan diragukan, maka diulang dengan pengandaian.


(29)

xxix BAB III

BIOGRAFI SINGKAT HJ. IRENA HANDONO DAN H. INSAN L.S MOKOGINTA

A. Hj. Irena Handono

1. Profil Singkat dan Karier

Irene Handono lahir di Surabaya pada tanggal 30 Juli 1954. Dengan nama kecil Han Hoo Lie, yang kemudian menjadi Irena Handono.36 Beliau dilahirkan dari ayah dan ibu yang beragama Katolik, tumbuh dan berkembang dalam lingkungan tersebut. Beliau rajin ke gereja dan ikut kegiatan disana, termasuk kegiatan sosial kemasyatakatan.

Kehidupannya hampir sempurna, beliau terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi luas rumahnya mencapai 1000 meter persegi. Beliau berasal dari etnis Tionghoa, ayahnya adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, ayah beliau merupakan salah satu donatur terbesar gereja di Indonesia. Beliau adalah anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara.

Beliau amat bersyukur karena dianugerahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasannyapun cukup lumayan. Prestasi akademiknya selalu memuaskan. Beliau pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja.

Ketika remaja layaknya remaja pada umumnya, beliau punya banyak teman dan dicintai oleh mereka, bahkan beliau menjadi favorit

36

http://www.irenahandono.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Ite mid=30, artikel diakses pada tanggal 12 November 2008.


(30)

xxx

bagi kawan-kawannya. Intinya, masa mudanya dihabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian beliau tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walaupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada, namun keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Semua itu terbukti ketika beliau lulus SMU, beliau memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu.

Karena sejak masa kanak-kanak beliau sudah termotivasi untuk masuk biara, tentu saja orang tuanya terkejut, berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katolik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaknya, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati.37

Tidak ada kesulitan ketika beliau melangkah ke biara, justru kemudahanlah yang dirasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda, yaitu kuliah di biara dan kuliah di Institut Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur, salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah dirinya.

Pada usia 19 tahun beliau sudah harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yakni pendidikan dibiara dan di seminari agung. Dimana beliau mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi. Di tempat inilah untuk pertama kalinya beliau mengenal Islam, sampai akhirnya

37


(31)

xxxi

beliau tertarik dan ingin mendalami agama Islam. Tetapi tidak mudah, karena dengan resiko beliau harus keluar dari biara.

Pada tahun 1974-an, beliau tidak lagi menjadi biarawati.38 Sekeluarnya dari biara, beliau melanjutkan kuliah ke Universitas Atmajaya Jakarta. Kemudian beliau menikah dengan orang Katolik, suaminya adalah aktifis mahasiswa. Pernikahannya telah berlangsung selama lima tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki, saat ini mereka telah menjadi muslim dan muslimah.

Selama berumahtangga banyak sekali ketidakcocokkan yang terjadi diantara mereka, yang paling menonjol yaitu berbeda pendapat dan cara pandang mereka tentang agama. Sampai akhirnya beliau berkesimpulan bahwa kehidupan rumah tangga seperti ini tidak bisa berlanjut, dan tidak mungkin bertahan lama.

Selama beliau mengenal dan mendalami Islam dengan cara membaca buku-buku tentang Islam, mengkaji kitab suci Al-Qur’an, sampai menemui ustad-ustad untuk berkonsultasi. Sampai akhirnya rahmat Allah datang kepadanya. Dengan penuh pertimbangan dan keyakinan beliau memantapkan diri untuk memeluk agama Islam.

Titik balik terjadi sehari sebelum bulan suci Ramadhan tepatnya tahun 1983 M, saat usianya menginjak 26 tahun. beliau dibimbing oleh bapak KH. Misbah dan Bapak KH. Ahmad Soedja’i seorang pahlawan dan Ketua MUI Jawa Timur saat itu dan di saksikan oleh seluruh Jama’ah (saat ini keduanya sudah al-marhum.). Dan kemudian mengucapkan dua kalimat

38

Tabloid Media Umat Memperjuangkan Kehidupan Umat, Kristen Tidak Toleran (Menyikap Fitnah dan Teror), Edisi 3, 21 Dzulhijjah 1429 H- 4 Muharram 1430 H/19 Desember 2008-1 Januari 2009. h, 11.


(32)

xxxii

syahadat,39 Masjid Al-Falah Surabaya menjadi saksi sejarah pada saat itu.40

“sejak saat itulah saya menjadi muslimah, dan sejak saat itu pula bertubi-tubi hinaan, cemoohan, hujatan dn fitnah bahkan sumpah serapah dilontarkan bukan saja terhadap saya, tapi juga kepada Allah SWT yang saya sembah, Nabi Muhammad SAW yang saya cintai dan Islam yang saya yakini. Teror demi teror terus saya rasakan baik secara fisik maupun mental hingga sekarang”.41 Setelah resmi memeluk Islam, beliau mengurus perceraiannya dengan suaminya, karena suaminya tetap pada agamanya. Baru pada tahun 1992 beliau menunaikan rukun Islam yang kelima. Beliau bersyukur kepada Allah karena diberikan rejeki sehingga bisa menunaikan ibadah haji. Sepulang haji, hatinya semakin terbuka dengan Islam, dan banyak sekali karunia yang beliau dapatkan termasuk jodoh. Melalui pertemuan yang Islami, akhirnya beliau dilamar oleh seorang ulama, bernama Masruchin Yusufi, duda lima anak yang isterinya telah meninggal dunia. Kini mereka berdua sama-sama aktif berdakwah sampai ke pelosok desa.

Pengalaman berorganisasi atau karier beliau antara lain:

1. Ketua Legio Maria, terjadi pada saat beliau menjalani hidup di biara 2. Biarawati

3. Pernah menjadi pembimbing ibadah haji pada tahun 1998 dan 2000

39

Dalam Ensiklopedi Islam syahadat atau syahadah berasal dari kata kerja Syahida “Mengamati”, “Bersaksi”, “Memahami Keyakinan”. Penegasan dan keyakinan yang fundamentlis dalam islam, rukun islam yang pertama dan yang terpenting. Jika syahadah diterima secara sungguh-sungguh maka ia menghasilkan “Kepasrahan” (islam) dan yang bersangkutan telah menjadi seorang muslim. Maka kata kerja itu menyangkut tindakan penyaksian dan pemahaman, kemudian juga berkaitan dengan pernyataan, yakni bahwa seseorang telah menyaksikan dan memastikan. Ensiklopedi Islam 3 (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h, 379.

40

http://www.irenahandono.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=12&Ite mid=30, artikel diakses pada tanggal 12 November 2008.

41

Tabloid Media Umat Memperjuangkan Kehidupan Umat, Kristen Tidak Toleran (Menyikap Fitnah dan Teror), Edisi 3, 21 Dzulhijjah 1429 H- 4 Muharram 1430 H/19 Desember 2008-1 Januari 2009. h, 11


(33)

xxxiii

4. Pernah aktif pada organisasi Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI) di Surabaya.

5. Pengurus pusat PITI (Persatuan Islam Tionghua Indonesia). 6. Ketua jamaah AL-Muhtadin Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. 7. Konsultan Kristologi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta

8. Anggota Presidium Forum Komunikasi Lembaga Pembinaan Mu’allaf (FKLPM)

9. Penasehat Dewan Presidium Nasional Forum Gerakan Anti Pornografi dan Pornoaksi (FORGAPP)

10.Penasehat Lembaga Advokasi Muslim

11.Ketua Umum Pimpinan Pusat GERAKAN MUSLIMAT INDONESIA (Ormas Perempuan Muslim, Independent, Lintas Golongan, Suku dan Ras) Berkedudukan di Jakarta. Program Khusus : Membentengi Umat dari bahaya pendangkalan akidah dan bahaya pemurtadan.

12.Pengurus Majlis Al ‘Alami Lil Alimat Al-Muslimat Indonesia (MAAI) Majlis Ilmuwan Muslimah Se Dunia Cabang Indonesia

13.Pendiri Irena Center, Lembaga Kajian Perbandingan Agama dan Pembinaan Muallaf. Sampai saat ini pun beliau masih aktif menjadi penasehat bagi para calon muallaf. sudah banyak orang yang mengikrarkan diri menjadi muallaf di Irena Center ini. Dan sebagian besar ikrar itu disaksikan langsung oleh Irena Handono sendiri.

14.Penasehat Muslim Peduli Umat (MPU), Forum terdiri dari 49 Ormas Muslimah.


(34)

xxxiv 2. Karya-Karya Ilmiah

Banyak karya yang dihasilkan Irena Handono selama sudah menjadi muslim, beberapa di antaranya yaitu:

a. Mempertanyakan Kebangkitan dan Kenaikan Isa Al Masih (Jakarta: Bima Rodheta, 2004, cet, VIII): Pertanyaan kritis dan kontroversial itulah yang dijawab secara tuntas dan objektif oleh buku ini. Bukan saja argumen-argumen yang dibeberkan dalam buku ini logis dan otentik, baik dari Al-Qur’an yang menjadi paradigma umat Islam maupun dari Bible sendiri, dan tentu saja dari data-data penting dari temuan sejarah dan penelitian ilmiah.

b. Perayaan Natal 25 Desember, Antara Dogma & Toleransi (Jakarta: Bima Rodheta, 2004): buku ini menguji keabsahan Jesus Chrits hingga Nabi Daud, serta penetapan kelahiran Yesus pada tanggal 25 Desember sama sekali tidak didukung oleh data otentik. Karena bible sendiri sebagai kitab suci pemeluk agama Kristen sama sekali tidak bisa membuktikannya. Sejarah hanya mencatat bahwa perayaan Natal baru disahkan pada abad ke-4 Masehi.42

Sebuah buku yang ditulis oleh seorang aktivis da’wah yang dengan tekun berupaya membongkar dogma-dogma yang membodohkan ummat. Buku ini berisi tentang perayaan natal dan segala kontroversi yang menyertainya.

42

Irena Handono, Perayaan Natal 25 Desember, Antara Dogma dan Toleransi (Jakarta: Bima Rodheta, 2004), h. 35.


(35)

xxxv

Di dalam buku itu dijelaskan arti juga dari lambang cemara pada saat natal (padahal di Palestina tempat lahir Yesus tidak ada cemara), mengapa natal jatuh pada tanggal 25 Desember, dll.

c. Waspadai Pemurtadan, Kesaksian mantan Ketua Legio Maria dan pernah hidup di biara. (Bekasi: Irena Center, 2008): yang membedakan buku ini dengan buku-buku yang lain, buku ini sepenuhnya merupakan pemikiran Ibu Irena yang disampaikannya melalui ceramah-ceramah keagamaan dalam berbagai forum pertemuan. Sejak era ’90-an sampai tahun 2005. buku ini, selain memuat tema-tema krusial mengenai perbandingan agama, juga membuktikan konsistensi prinsip pemikirannya. Bagaimana beliau itu begitu terikat oleh ayat-ayat Al-Qur’an sebagai “pembenaran”.

Didalamnya dipaparkan pemikiran-pemikiran kritis Ibu Irena mengenai studi perbandingan agama, Islam dan Kristen. Pola Kristenisas, di Indonesia khususnya, disorot tajam secara objektif. Analisanya mencekam ketika mengartikulasikan ayat-ayat bible sebagai pembuktiannya. Bukti-bukti konkret, dan juga pandangannya jernih. Gaya bahasanya menyikap realitas kehidupan umat cukup sederhana. Meski memuat kajian-kajian serius namun mudah dicerna oleh semua kalangan.

d. Awas Bahaya Kristenisasi di Indonesia (Jakarta: Bima Rodheta): Buku ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan buku “Waspadai Pemurtadan”, isi dari buku ini pun berisi seputar pemurtadan yang terjadi di Indonesia, hanya saja sudah banyak perubahan hingga


(36)

xxxvi

akhirnya buku tersebut perlaha-lahan tergantikan oleh buku baru yang lebih spesifik lagi, yaitu buku “Waspadai Pemurtadaan” itu sendiri e. Menyingkap Fitnah dan Teror (Bekasi: Gerbang Publishing, 2008):

Buku “Menyingkap Fitnah dan Teror” ini memaparkan siapa sesungguhnya Kristen dan Yahudi. Bagaimana sejarah mereka, apa program mereka, serta apa target dan bagaimana visi misi mereka.43 Beliau juga menyikapi berbagai data konspirasi barat dalam dalam menghambat kebangkitan Islam. Fitnah dan Teror yang dituduhkan kepada Islam adalah fitnah dan terror yang mereka rancang dan lakukan untuk menguasai dunia. Hj. Irena Handono membahas alasan dan kebencian masyarakat Barat terhadap Islam sebagaimana diperingatkan Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 120. Bukan hanya buku-buku yang dihasilkan beliau sendiri, tetapi juga ada yang beliau buat bersama tim penulis yang salah satunya adalah suaminya sendiri, yaitu buku Islam Di Hujat (Kudus: Bima Rodheta, 2004): buku ini adalah buku jawaban atau tangkisan dari buku karya Robert Morey yang berjudul The Islamic Invation. Buku yang dibuat oleh golongan yang membenci Islam dihati para pengikutnya. Tulisan yang bersifat fitnah, pemutarbalikan fakta dan interpretasi negatif terhadap Islam, Al-Qur’an dan Nabi Muhammad SAW. Semakin banyak beredar melalui berbagai media. Tujuannya adalah untuk mendangkalkan akidah dan memurtadkan umat Islam.

Menurutnya, buku tersebut lebih kasar daripada buku "Satanic Verses", karangan Salman Rushdie. Isinya antara lain menghujat Rasulullah

43

Tabloid Media Umat Memperjuangkan Kehidupan Umat, Kristen Tidak Toleran (Menyikap Fitnah dan Teror), Edisi 3, 21 Dzulhijjah 1429 H- 4 Muharram 1430 H/19 Desember 2008-1 Januari 2009. h. 11.


(37)

xxxvii

SAW: Muhammad epilepsi, Muhammad mengalami kelainan seksual Muhammad mati karena diracun perempuan, dll.44

Maka dari itu beliau dkk serta suaminya sendiri menulis buku dengan judul “Islam DiHujat”, karena beliau merasa terpanggil untuk menyelamatkan para muallaf khususnya dan umat Islam pada umumnya.

Buku ini juga berisi dokumentasi 31 SMS teror lengkap dengan jam saat SMS-SMS itu masuk ke ponselnya. Teror SMS itu berisi hujatan terhadap Qur’an dan Nabi Muhammad.45

Selain buku-buku, beliau juga membuat beberapa VCD Serial Perbandingan Agama diantaranya yaitu:

a. Ketika Tuhan Beristri, Mengungkap Kebenaran Da Vinci Code b. Valentine, Maksiat Berbungkus ‘Kasih Sayang’.

c. Islam Rahmatan Lil ‘Alamin

d. Benarkah Al-Qur’an Kitab Paling Porno?

e. Perayaan Natal 25 Desember, Antara Dogma dan Toleransi f. Adakah Terorisme dalam Al-Qur’an dan Bibel?

g. Ada Apa dibalik Kartun Nabi S.A.W?

Bukan hanya itu, beliau juga menerbitkan sebuah majalah Islam “ARANA” Majalah Islam Pembentengan Aqidah dan Pembinaan Muallaf. Yang terbit tiap bulannya, dan berkantor di Irena Center Bekasi. Dan juga memiliki agen-agen resmi dibeberapa daerah di Indonesia diantaranya: Bandung, Cirebon, Banten, Riau, Jogjakarta, Surabaya, Manado, Palu, Palembang dan Pontianak.

44

Transkript VCD Hj. Irene Handono muallaf mantan Biarawati. Artikel diakses pada 9 November 2008 dari http://forum.swaramuslim.net.

45


(38)

xxxviii B. H. Insan L.S Mokoginta

1. Profil Singkat dan Karier

Beliau lahir pada 8 September 1949, dari pasangan Lie Sui Yeng (Hasan) dan Jamalia Mokoginta.46 Bertempat dikota Mobagu, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. Yang mempunyai motto hidup “Jadilah manusia yang berguna bagi orang lain, dan jangan dulu mati sebelum menyaksikan Negara kita bersya’riat Islam”47 ini anak ketiga dari delapan bersaudara, menurut beliau tidak ada yang istimewa dalam kelahirannya.48 Pada saat itu Orang tuanya sebagai pengusaha restauran.

Pada dasarnya beliau terlahir secara Islam, namun beliau berasal dari keluarga beda agama, karena ibunya beragama Islam sedangkan ayahnya non-muslim. Ayah beliau seorang keturunan Cina yang berasal dari Canton yang beragama Kong Hu Chu, tapi ayahnya masuk Islam ketika menikah dengan ibunya, berarti secara otomatis beliau terlahir sebagai seorang muslim. Meskipun beragama Islam, dalam keluarganya tidak ada syariat Islam yang dilakukan. Karena ibunya hanyalah seorang muslimah turunan, sedangkan ayahnya seorang muallaf, semasa hidupnya belum pernah ada orang yang mengajari dan membimbing keislaman ayahnya. oleh sebab itu pada saat itu orang tuanya beranggapan bahwa semua agama benar, semua agama sama, karena menurut orang tuanya agama bukanlah persoalan penting. Jadi bila mereka (anak-anaknya) telah dewasa dan dapat menentukan sendiri mana

46

Hasil Wawancara Langsung dengan Bpk. H. Insan Mokoginta, Pada tanggal 10 Januari 2009.

47

Disampaikan pada Seminar Semarak Muharram 1430H “Menyulut Sentiment Keumatan, Mempertegas Nilai Perjuangan dalam Pluralitas Kebangsaan”. Pada tanggal 29 Desember 2008, Bidang Pemberdayaan Umat bertempat di Aula Insan Cita HMI Cabang Ciputat.

48

Insan L.S Mokoginta, Pembelaan Seorang Muallaf (Dialog Muhtadien Vs Murtadin). (Jakarta: Yayasan Muhtadien, 1998), h. 161.


(39)

xxxix

yang baik dan buruk, orang tuanya membebaskan mereka memilih agama apapun yang mereka anggap benar dan mana yang mereka kehendaki.

Ketika masih kecil beliau dan semua saudaranya disekolahkan disekolah Kristen/Katolik, karena pada saat itu hanya sekolah Katolik yang temasuk paling maju dalam banyak hal dibanding dengan sekolah lain yang ada disana. Selama sembilan tahun beliau dan saudara-saudaranya sekolah di sekolah katolik tersebut, mulai dari SD sampai dengan SMP. Dan karena pengaruh dari sekolah beliau dan saudara-saudaranya itulah yang akhirnya membuat mereka semua menjadi Kristen/Katolik. Baru pada tahun 1967 beliau keluar dari sekolah Katolik dan mulai memasuki sekolah SMEA Negeri di kampung halamannya.49

Selama bertahun-tahun menjalani sekolahnya, beliau jadi terbiasa dengan ajaran-ajaran Katolik dan merasa menjadi bagian dari agama Katolik itu sendiri. Sehingga tidak ada pertimbangan apapun saat beliau dibaptis sebagai pengikut Katolik, dan pada akhirnya tepat pada tahun 1963 beliau dibaptis dan berganti nama dengan nama baptis Wenseslaus, sejak itulah beliau resmi menjadi seorang Katolik.50

Kemudian pada tahun 1976 beliau pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib karena beliau tidak dapat meneruskan sekolahnya, sebab pekerjaan orangtuanya hanyalah sebagai pemilik restauran kecil sehingga tidak bisa lagi membiayai beliau untuk kesekolah yang lebih tinggi lagi. Pada saat di Jakarta itulah beliau berkenalan dengan satu keluarga yang sakinah, yaitu keluarga

49

Wawancara Langsung dengan Bpk. H. Insan LS Mokoginta, pada tanggal 20 Desember 2008.

50

Insan L.S Mokoginta, Pembelaan Seorang Muallaf (Dialog Muhtadien Vs Murtadin), Jakarta: Yayasan Muhtadien, 1998). h, 162.


(40)

xl

Waruba Yarub yang selalu berusaha hidup sesuai dengan syari’at Islam. Selama di Jakarta beliau tinggal dengan keluarga itu.

Di lingkungan mayoritas Islam inilah beliau memulai semua kehidupan barunya dari awal, sementara pada saat itu beliau masih beragama Katolik. Hubungan bisnis beliau dengan keluarga muslim itu sangat akrab, sehingga akhirnya mereka sepakat bekerja sama dalam suatu usaha perdagangan dengan modal kecil-kecilan, dan dengan modal yang kecil itu usaha beliau dapat berkembang dan maju dengan sangat pesat.

Karena setiap harinya beliau berada di lingkungan keluarga yang islami tersebut, mulai dari situlah beliau merasakan adanya sentuhan-sentuhan hati, dimana beliau dapat merasakan bahwa kehidupan beragama dalam Islam jauh lebih baik dan lebih harmonis daripada saat beliau beragama Kristen.

Tanpa terasa empat tahun sudah beliau menjalani hubungan bisnisnya dengan keluarga Yarub, namun keluarga Yarub tidak pernah memaksanya untuk memeluk agama Islam. Selama empat tahun tersebut secara diam-diam beliau mendalami ajaran Islam dan membandingkannya dengan apa yang beliau baca dalam Alkitab (Bible).

Sebelum beliau mengambil keputusan untuk hijrah ke Islam, beliau banyak mengkaji perbandingan Islam dan Kristen. Dan karena keluarga itulah beliau banyak mendapatkan dan merasakan kebenaran ajaran Islam. Dan walaupun teman-teman Islam beliau tidak pernah memaksanya untuk memeluk agama Islam, tetapi setelah melalui sedikit perbandingan agama akhirnya hidayah Allah datang juga kepada beliau. Maka pada tahun 1980 tepatnya pada saat beliau berumur 31 tahun, beliau berikrar memeluk agama


(41)

xli

Islam dan menjadi seorang Muallaf51 dengan mengucap Dua Kalimat Syahadat di Masjid Al-Muqarrabin, tepatnya di Asrama Brimob Kelapa Dua Cimanggis Depok, beliau diikrarkan oleh seorang Perwira Polisi.52 Bukan hanya berpindah agama, tapi juga beliau telah berganti nama dari nama baptis beliau yaitu Wenseslaus menjadi Insan Latief Syaukani Mokoginta.53

Setahun setelah beliau hijrah ke agama Islam, pada tahun 1981 beliau bertemu dan menikah dengan seorang gadis betawi dari keluarga muslim yang sangat taat dan fanatik dan berasal dari keluarga para haji. Walaupun pada saat itu pengetahuannya tentang Islam masih kurang dan sangat dangkal, tetapi dengan pernikahannya inilah beliau justru bertambah mantap dengan pendirian beliau dalam Islam.

Sampai pada tahun 1985, beliau masih tergolong awam dalam wawasannya terhadap Islam. Penyebabnya adalah karena kesibukan-kesibukan beliau sebagai seorang wirausaha, sehingga terbatasnya waktu beliau untuk mendalami agama Islam. Menyadari kekurangannya tersebut, baru pada tahun 1986 beliau mengadakan pengajian rutin (majlis Taklim) yang bertempat dirumahnya sendiri, sebagai basis dalam mendalami dan mengkaji ilmu keislaman. Pengajian itu sendiri diasuh oleh guru tetap yaitu, Ustadz Drs. H. Afdhil Salim, Lc. dari Dewan Dakwah Islamiah Indonesia Pusat. Ustadz Afdhil ini banyak berperan dalam membina dan membimbing beliau dan juga

51

Muallaf itu adalah orang yang dilembutkan hatinya oleh Allah SWT, sehingga dia diberi hidayah masuk Islam. Ada banyak macam-macam muallaf : ada muallaf benar, yaitu mereka yang masuk Islam karena kebenaran. Dan ada muallaf bohongan, yaitu mereka yang masuk Islam untuk tujuan tertentu saja. Pendapat Bpk. H. Insan LS Mokoginta tentang Muallaf. Hasil Wawancara Langsung dengan beliau pada tanggal 20 Desember 2008.

52

Wawancara Langsug dengan Bpk. H. Insan LS Mokoginta pada tanggal 20 Desember 2008.

53

Insan LS Mokoginta, Pembelaan Seorang Muallaf (Dialog Muhtadien Vs Murtadin) (Jakarta: Yayasan Muhtadien, 1998), h. 167.


(42)

xlii

jama’ah majlis lainnya, baik dalam hal ilmu Islam maupun ilmu lainnya. Dan sampai saat ini pun majlis taklim tersebut masih berjalan seperti biasa, bahkan semakin berkembang lebih maju.

Atas izin Allah swt, beliau berkesempatan menunaikan ibadah haji bersama dengan istrinya pada tahun 1992. selama di Tanah Suci, beliau berdo’a agar keluarga beliau dapat mengikuti jejak beliau hijrah kedalam Islam. Dan sepulangnya beliau dari ibadah haji, beliau semakin berhasrat ingin mempelajari dan mendalami ilmu agama khususnya yang berhubungan dengan Islam dan Kristen.

Dari ketujuh saudaranya yang lain, ada tiga saudara beliau yang masih tetap memeluk Katolik, beliau dengan saudara lain yang muallaf sudah pernah berusaha untuk mengajak mereka mengikuti jejak beliau untuk memeluk Islam, tapi mereka tetap dengan pendirian mereka sebagai Katolik. Selain karena lingkungan mereka disana yang mayoritas Katolik, mereka juga tidak dapat meninggalkan kampung halaman mereka karena mereka sudah terlanjur sukses dengan usaha dan juga kehidupan mereka disana.54

Sebelum memeluk agama Islam, beliau pernah berprofesi sebagai guru SMP dan SMEP yang khusus mengajar Bahasa Inggris. Bukan hanya itu, beliau juga pernah memiliki sebuah penginapan dan restaurant di kampung halamannya di Sulawesi Utara.

Pada saat beliau sudah menjadi muallaf pun beliau masih menjadi seorang wirausahawan, dan sekarang beliau juga adalah seorang juru da’wah. Terus terang beliau tidak pernah bermimpi untuk menjadi juru da’wah karena

54

Wawancara langsung dengan Bpk. H. Insan LS Mokoginta. Pada tanggal 20 Desember 2008.


(43)

xliii

profesi semula yang beliau geluti yaitu berwirausaha . Awalnya beliau hanya menulis buku-buku yang khusus ditunjukan kepada saudara-saudara beliau yang masih Kristen/Katolik agar mereka mengikuti jejak beliau. Lama kelamaan beliau pikir buku yang beliau tulis itu sebaiknya diperbanyak dan disebarluaskan agar bisa dibaca oleh umat kristiani, biar mereka bisa menemukan jalan yang benar.

Jadi awal mulanya beliau hanya berdakwah lewat tulisan saja, tapi kemudian memberanikan diri tampil di depan umum. Karena sebagian waktunya tersita untuk berdakwah, sampai akhirnya bisnis tersebut beliau serahkan kepada istri dan anak-anaknya untuk melanjutkan usaha beliau yang dengan susah payah beliau rintis dari awal. Setelah sekian lama beliau menjalani profesi barunya sebagai seorang pendakwah, ternyata beliau mempunyai suatu kepuasan yang tidak dapat diukur dengan materi. Apalagi dengan hasil yang beliau dapat dengan berdakwah itu dapat memberikan inspirasi bagi banyak mereka yang non muslim mendapatkan hidayah dari Allah untuk masuk agama Islam.

Sebagai pengabdian beliau terhadap karier dan karyanya, beliau mendirikan sebuah yayasan yaitu “Birrul Walidain”, yang bertempat dirumah beliau sendiri didaerah Cimanggis Depok, disana beliau sebagai pendiri sekaligus ketua yayasan. Yayasan ini bergerak khusus dalam bidang da’wah Islamiyah dengan menggunakan pendekatan metode ganda yaitu Islamologi dan Kristologi. Yayasan ini berpusat di Jakarta, didirikan pada tanggal 31 Maret 2003 dengan Akte Notaris Abdul Majdid SH, No-92. Dan untuk sementara ini baru mempunyai cabang di Sulawesi Utara (kampung halaman


(44)

xliv

beliau sendiri) yang mayoritas penduduknya Kristen, sehingga penuh tantangan dan resiko.55

Selama beliau memeluk Islam, sudah ratusan orang yang berhasil beliau dakwahkan dan mereka akhirnya memeluk Islam.pertama-tama yang beliau dakwahkan dan memeluk Islam adalah keluarganya sendiri, yakni adik kandung dan keponakan-keponakannya. Yang terbanyak yaitu mereka yang nikah dan pacaran beda agama, dimana setelah beliau memberikan pengetahuan (dakwah) kepada mereka akhirnya salah satu pasangannya memeluk Islam.56

Ternyata bukan hanya berdakwah di dalam negeri saja yang beliau jalani, ternyata sudah beberapa kali pula beliau diundang untuk berdakwah di luar negeri salah satunya yaitu ke Hongkong. Pada saat berdakwah disana beliau berusaha sebisa mungkin memberikan keyakinan kepada mereka bahwa sesungguhnya di dunia ini walaupun terdapat begitu banyak agama, tetapi dari sekian banyak itu hanya ada satu agama saja yang benar dan diridhoi oleh Allah SWT yaitu agama Islam. Inti dari dakwah beliau juga mengajak mereka agar jangan mudah terpengaruh dan terprovokasi dengan dakwah para misionaris disana, dengan latar belakang beliau yang mantan Katolik ternyata punya pengaruh yang cukup besar disana, akhirnya beliau bisa membuktikan kepada mereka ketidakbenaran ajaran dari para misionaris, sehingga umat Islam yang ada diluar negeri sana tidak mudah termakan ajaran mereka dan tidak mudah dimurtadkan.

55

Insan LS Mokoginta, Sekeluarga itu Akhirnya Masuk Islam (Jakarta: Yayasan Birrul Walidain, 2007), h, 143.

56

Wawancara Langsung dengan Bpk. H. Insan LS Mokoginta, pada tanggal 20 Desember 2008.


(45)

xlv

Saat ini beliau juga menjabat sebagai bendahara pada sebuah yayasan yang bernama “Muhtadin”, yang diketuai oleh Hj. Hindun Mubarok. Yayasan ini aktif dalam kegiatan da’wah dengan program pembinaan muallaf, diantaranya yaitu : pengkajian ilmu perbandingan agama antara Islam dan Kristen, konsultasi keluarga beda agama, penyantunan anak yatim dan fakir miskin, penerbitan atau menjawab buku-buku agama Kristen dan juga usaha-usaha lainnya yang tidak mengikat.

Di kota kelahirannya Kotamobagu Bolaang Mongondow Sulawesi Utara, beliau menjabat sebagai Ketua Umum Pusat Da’wah Islam (PUSDAI) yang becabang di Jakarta. Beliau juga aktif sebagai Ketua Dewan da’wah Islamiyah Indonesia untuk Kota Depok, dan sebagai Instruktur Kajian Kristologi Jakarta.57

Bukan hanya itu, beliau juga telah dianugrahi beberapa penghargaan diantaranya:

a. Penganugerahan sebagai “Muallaf Award 2006”, oleh : Wakil Ketua Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Drs. H. AM. Fatwa. Yang bertempat di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta, pada tanggal 21 Maret 2006.

b. Penganugerahan sebagai “Muallaf Award 2007”, oleh : Bpk. H. Subagdja Prawata sebagai ketua MRPI (Masjid Raya Pondok Indah), Yayasan Pondok Mulya Masjid Raya Pondok Indah Jakarta. Pada

57

Disampaikan pada Seminar Semarak Muharram 1430H “Menyulut sentiment Keumatan, Mempertegas Nilai Perjuangan dalam Pluralitas kebangsaan”. Pada tanggal 29 Desember 2008, Bidang Pemberdayaan Umat bertempat di Aula Insan Cita HMI Cabang Ciputat.


(46)

xlvi

tanggal 24 Agustus 2007 bertempat di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta.

Penganugerahan tersebut diberikan sehubungan dengan karya-karya yang sudah beliau hasilkan selama beliau menjadi muallaf.

Pada tahun 2005, tepatnya pada saat beliau tengah melaksanakan ibadah haji untuk kedua kalinya beliau mendapatkan gelar DR Honoris Causa dari sebuah perguruan tinggi di Jakarta.58 Ketika itu beliau sempat tidak percaya dan terkejut dengan gelar baru yang diperolehnya, sebab sekolah saja hanya sampai SMEA dan belum pernah menempuh bangku perkuliahan. Dan kebetulan pada waktu dinobatkan sebagai DR HC itu beliau tidak berada ditempat maka sampai sekarangpun ijasah tersebut belum sempat beliau ambil.

Hubungan beliau dengan Ibu Irena Handono pun terjalin sangat baik, apalagi mereka sama-sama mantan Katolik. Kadang beliau juga suka menggantikan jadwal dakwah Ibu Irena jika berhalangan hadir, dan kebetulan beliau juga adalah penasehat di Irena Center milik Ibu Irena dan sebaliknya Ibu Irena juga menjadi penasehat di Yayasan Birrul Walidain yang beliau pimpin.

2. Karya-Karya Ilmiah

Selama beliau memeluk agama Islam, sudah sekitar 22 (dua puluh dua) buku yang beliau tulis. Agar tidak mudah terlupakan maka ilmu yang beliau pelajari tersebut beliau bukukan sehingga dapat dimanfaatkan oleh orang lain.

58

Pemberian gelar DR Honoris Causa terhadapnya tidak didapatkan informasi yang jelas tentang Universitas mana yang memberikan gelar kehormatan tersebut. Walaupun begitu menurut pengakuan beliau, beliau direkomendasikan oleh Dr. H. Bambang yang merupakan rektor dari Universitas Al-Quraba Rawangun. Wawancara Pribadi dengan Insan L.S. Mokoginta, Jakarta tanggal 20 Desember 2008.


(47)

xlvii

Dan inti dari semua bukunya yaitu bagaimana membuktikan bahwa Islam itu agama yang benar, dan pemikiran-pemikiran beliau yang telah dibukukan diantaranya yaitu:

a. Dialog Rasional Islam & Kristen (seri 1), pada tahun 1994 (cet-1), 1995 (cet-2), 1996 (cet-3).

b. Dialog Rasional Islam & Kristen (seri 2), pada tahun 1994 (cet-1), 1995 (cet-2), 1996 (cet-3).

c. Dialog Rasional Islam & Kristen (seri 3), pada tahun 1994 (cet-1), 1995 (cet-2), 1996 (cet-3).

d. Pembelaan Seorang Muallaf. Pada tahun 1998.

e. Pendeta Menghujat, Muallaf Meralat (Depok: Birrul Walidain). Pada tahun 1999 (cet-1), 2003 (cet-2), 2008 (cet-3).

Buku ini berisi pembelaan beliau terhadap Buku “Upacara Ibadah Haji” yang berisikan penyelewengan terhadap ajaran agama Islam, dan sangat mengelabui umat Islam dengan kutipan-kutipan ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi.59 Maka dari itu beliau merasa perlu meralat semua tulisan yang disampaikan oleh H. Amos sebagai orang yang dianggapnya Murtadin penghujat Islam.

f. Muallaf Membimbing Pendeta ke Surga. Pada tahun 1999 (cet-1), 2003 (cet-2).

g. Muallaf Meluruskan Pendeta. Pada tahun 1999 (cet-1),

h. Debat Al-Qur’an Versus Bible Via SMS. Pada tahun 2004 (cet-1), 2005 (cet-2), 2006 (cet-3).

59

Insan LS Mokoginta, Pendeta Menghujat, Muallaf Meralat (Depok:.Yayasan Birrul Walidain, 2008), cet, ke-III, h, 22.


(48)

xlviii

i. Kontroversi Hari Sabat, Versi Islam, Kristen dan Yahudi. Pada tahun 2005 (cet-1), 2007 (cet-2).

j. Mana yang Porno, Alkitab Ataukah Al-Qur’an?. Pada tahun 2006 (cet-1), 2007 (cet-2).

k. Silsilah Muhammad Versus Silsilah Yesus. Pada tahun 2005 (cet-1), 2008 (cet-2).

l. Seri Komik Kristologi Pertama Di Dunia, “Bagaimana Berdakwah Dengan Kristologi”. (Depok: Birrul walidain, 2006).

Buku ini mungkin yang pertama kalinya di Indonesia, dan sengaja diterbitkan dalam bentuk komik. Tujuannya agar memudahkan pembaca khususnya bagi para remaja Islam, umumnya bagi semua umat Islam, agar lebih mudah memahami pentingnya ilmu Kristologi dalam dunia dakwah.

m. 101 Bukti Yesus Bukan Tuhan. Pada tahun 2005 (cet-1), 2007 (cet-2). n. 10 Alasan Menjadi Pengikut Yesus Yang Setia Harus Masuk Islam.

Pada tahun 2004 (cet-1), 2005 (cet-2), 2006 (cet-3).

o. Mana Yang Bisa Dipercaya?, Alkitab Atau Al-Qur’an?. Pada tahun 2006.

p. Berhadiah Mobil BMW Mustahil Kristen B.I.S.A Menjawab. Pada tahun 2005 (cet-1), 2007 (cet-2), 2008 (cet-3).

q. Debat Muallaf (Mantan Kristen) Versus Murtadin (Pendeta Mantan Islam) Via SMS. Pada tahun 2005 (cet-1), 2007 (cet-2), 2008 (cet-3). r. 13 Alasan Mencintai Yesus Harus Masuk Islam. Pada tahun 2007. s. Sekeluarga itu Akhirnya Masuk Islam (Depok: Birrul Walidain, 2007)


(49)

xlix

t. Akhirnya Sekeluarga itu Memeluk Islam. Pada tahun 2007. u. Finally That Family Converted to Islam. Pada tahun 2007. v. Menyanggah Hujatan Terhadap Ibadah Haji. Pada tahun 2008.

Dari beberapa buku yang beliau tulis, hampir semuanya beliau terbitkan di yayasan beliau sendiri yaitu Birrul Walidain yang juga bertempat dirumahnya didaerah Kelapa Dua Depok. Dan sebagian buku-bukunya disalurkan pada Yayasan Irena Center milik Ibu Irena Handono.

Selain itu beliau juga membuat beberapa karyanya dalam bentuk VCD yang berisikan tentang Kristologi dan da’wah beliau, diantaranya yaitu:

a. “Mana Yang Benar, Islam atau Kristen?” (Debat Islam vs Advent dan Protestan di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Surabaya).

b. “Dialog Ketuhanan Yesus” ( Debat Islam vs Kristen Protestan dan Advent di Cibubur).

c. “Pengaruh Paulus Dalam Alkitab” (Debat Segitiga, Islam vs Protestan dan Advent di Cimanggis, Depok).

d. “Konsep Keselamatan Menurut Alkitab” (Debat Islam vs Protestan dan Advent di Gorontalo, Sulawesi Utara).

e. “Muallaf vs Murtadin” (Debat 3 orang Mantan Islam dan 3 orang Mantan Kristen di Jakarta)

f. “Pendeta Penghujat Islam” (Makrus Ali at-Tamimi) Bertaubat dan masuk Islam).

g. Lima Tahun Penjara Bagi 41 orang Pendeta Penghujat Al-Qur’an di Malang, Jawa Timur).60

60

Insan LS Mokoginta, Pendeta Menghujat, Muallaf Meralat. (Depok : yayasan Birrul Walidain, 2008), h. 183.


(50)

l

Bukan hanya buku-buku dan beberapa VCD yang sudah beliau hasilkan, tetapi juga beliau sudah banyak mengikrarkan beberapa muallaf. salah satunya yaitu Pendeta Advent Robert Wesley Sitorus MA, yang disaksikan oleh jamaah Masjid Raya Pondok Indah Jakarta pada tanggal 24 Agustus 2007.

Beliau juga berperan dalam pendirian perpustakaan Birrul Walidain di Hongkong, yang bertujuan untuk memenuhi pengetahuan para tenaga kerja Indonesia disana. Pada saat beliau disana, beliau mengadakan pengkaderan khusus bagaimana menghadapi para misionaris yang cendrung mempengaruhi keberagamaan para TKI di Hongkong yang dominan para wanita. Beliau khawatir mereka akan mudah terpengaruh dengan misi para misionaris disana, apalagi ditambah dengan fisik rupawan dan usia yang muda. Karena keseharian mereka yang jarang bertemu apalagi berbicara dengan pria itulah mereka pasti dengan mudah akan tergoda dengan misi para misionaris tersebut. Dengan beberapa muslimah yang peduli, mereka membuat sebuah perpustakaan dengan nama Birrul Walidain Library, yang hampir semua buku-buku dan VCD Kristologinya itu beliau sendiri yang mensuplainya.61

61

Wawancara Langsung dengan Bpk. H. Insan LS Mokoginta, pada tanggal 20 Desember 2008.


(51)

li BAB IV

KONVERSI AGAMA HJ. IRENA HANDONO DAN H. INSAN L.S MOKOGINTA

A. Pemikiran Hj. Irena Handono tentang : 1. Pengalaman Sebelum Konversi Agama

Agama asal beliau adalah Katolik, ibu dan bapaknya pun adalah pemeluk Katolik yang taat. Sejak kecil beliau sudah mempelajari agamanya secara mendalam, beliau juga mengikuti kursus agama secara privat. Sejak masa kanak-kanak, beliau sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katolik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin beliau besar keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupnya.62

Keinginan beliau untuk menjadi biarawati sudah mantap, sampai akhirnya ketika beliau lulus SMU beliau memutuskan untuk menjadi seorang biarawati. Pada saat beliau tinggal di gereja itulah beliau kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, Fakultas Comparative Religion dan mengambil jurusan Islamologi. Dan seminari yang merupakan pendidikan akhir bagi seorang pastur.

Ajaran yang beliau dapat dari Katolik yaitu ajaran Trinitas dan juga banyak dogma-dogma yang tidak rasional. Menurut definisi gereja, dan persepsi Kristen semua orang yang belum masuk Kristen harus diproyeksikan

62


(1)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bab kesimpulan ini, penulis berusaha menyajikan kesimpulan-kesimpulan dari seluruh hasil pembahasan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan-kesimpulan tersebut antara lain yaitu:

1. Irena Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta ternyata mengalami konversi agama yang berbeda. Kalau Irena Handono mengalami konversi agama secara mendadak dengan mendapatkan hidayah memeluk Islam justru pada saat beliau mendapatkan tugas untuk mengkaji kelemaham Islam, pergolakan batinnya tentang konsep ketuhanan terpuaskan dalam Islam. Sedangkan pada Insan Latief Syaukani Mokoginta, mengalami konversi agama secara berproses melalui beberapa tahapan setelah mengkaji dan mempelajari Kristologi. Dan beliau memilih untuk memeluk agama Islam karena kecintaannya kepada Yesus yang oleh Islam diyakini sebagai Nabi Isa, karena menurut beliau semua ajaran Yesus yang menjalankannya adalah umat Islam.

2. Faktor yang melatarbelakanginya pun berbeda, Irena Handono sendiri merasakan bahwa banyak kebenaran yang logis yang beliau dapatkan dalam ajaran Islam dan sebaliknya pada agama Katolik yang beliau anut dulu. Pada Insan Latief Syaukani Mokoginta, beliau justru banyak mempelajari Kristologi perbandingan antara Islam dan Kristen yang sampai pada akhirnya beliau menemukan kebenaran dalam Islam.


(2)

3. Begitu banyak hambatan serta tantangan pada pengalaman keberagamaan mereka sebelum mereka menemukan Islam, hambatan yang datang mulai dari keluarga sampai lingkungan yang menolak keyakinan baru mereka sampai tantangan mereka setelah memeluk Islam. Kesadaran akan keagungan Islam inilah yang membuat mereka tegak memperjuangkan agama baru mereka, dan dengan sikap tegas serta logika yang cerdas mereka berjuang menyadarkan umat Islam akan bahaya Kristenisasi dan pemurtadan yang sedang melanda umat pada saat sekarang ini. Karena sebagai mantan pemeluk Katolik mereka yakin dan sadar betul bahwa banyak kekeliruan dan kebohongan yang ada dalam ajaran mereka sebelumnya.

B. Saran-saran

Setelah melakukan penelitian dan wawancara terhadap konversi Irena Handono dan juga Insan Latief Syaukani Mokoginta, penulis menyarankan kepada peminat perbandingan agama untuk melakukan penelitian kembali terhadap fenomena ini. Karena menulis sadar banyak sekali hal-hal yang menarik untuk diteliti dari fenomena atau pengalaman tersebut yang belum terungkap.

Bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian terhadap subyek penelitian yang sama dengan tema yang serupa, penulis menyarankan agar pembaca melakukannya dengan wawancara atau pertemuan yang lebih intensif lagi terhadap keduanya. Hal ini dimaksudkan agar pembaca dapat mengetahui lebih mendalam dan detail tentang kehidupan dan pengalaman konversi agama yang mereka alami.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Amin. dkk. Mencari Islam, Studi Islam dengan Berbagai Pendekatan. Yogya: PT, Tiara Wacana, 2000.

Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya. Bandung: PT. Syamil Cipta Media, 2006. Asnah. Motivasi Konversi Agama Pada Muallaf. Skripsi S1 Fakultas Psikologi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004.

Badudu, J.S dan Sutan Muhammad Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1996.

Darajat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang, 2005. cet, ke 17. Ensiklopedi Islam jilid 3. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994.

Ensiklopedi1K. Artikel diakses pada 9 November 2008, dari www.ipkub.org/Ensiklopedi

Glasse, Cyril. Ensiklopedi Islam (Ringkas). Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, 2002.

Handono, Irena. Islam Di Hujat. Kudus: Bima Rodheta, 2004.

_____________.Perayaan Natal 25 Desember, Atara Dogma dan Toleransi. Jakarta: Bima Rodheta, 2004.

_____________. Menyikap Fitnah dan Teror. Bekasi: Gerbang Publishing, 2008. _____________.Waspadai Pemurtadan, Kesaksian Mantan Ketua Legio Maria

dan Pernah Hidup di Biara. Bekasi : Irena Center, 2008. _____________.Kenyang Teror. Republika. Ahad, 12 Oktober 2008.

_____________.Hidup Kian Indah dengan Islam. Republika, Ahad 15 Februari 2009.

_____________.Diakses pada tanggal 12 November 2008, dari http://www.irenahandono.or.id/index.php?option=com_content&task=vie w&id=12&Itemid=30.

Hendropuspito. Sosiologi Agama. Yogyakarta: Kanisius, 1984, cet, ke-2.

Hidayati, Heny Narendrany dan Andri Yudiantoro. Psikologi Agama. Jakarta:UIN Jakarta Press. 2007.


(4)

Jaiz, Hartono Ahmad. Ada Pemurtadan di IAIN. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Khasanah, Siti Uswatu. Berdakwah Dengan Jalan Debat Antara Muslim dan Non Muslim. Yogyakarta: STAIN Purwokerto Press, 2007.

Missionaris=usaha konversi yang terorganisasi. Artikel diakses pada 4 November 2008. dari www.wawasandigital.com

Mokoginta, Insan. “Seminar Semarak Muharram 1430H “Menyulut Sentimen Keumatan, Mempertegas Nilai Perjuangan dalam Pluralitas Kebangsaan”. Pada tanggal 29 Desember 2008, Bidang Pemberdayaan Umat bertempat di Aula Insan Cita HMI Cabang Ciputat.

Mokoginta, Insan. Pembelaan Seorang Muallaf (Dialog Muhtadien Vs Murtadin). Jakarta: Yayasan Muhtadien, 1998.

_______________Pendeta Menghujat, Muallaf Meralat. Depok:.Yayasan Birrul Walidain, 2008. cet, ke-III.

______________Sekeluarga itu Akhirnya Masuk Islam. Jakarta: Yayasan Birrul Walidain, 2007.

Mukarromah, Rabithah Alam Islamy. Islam Pilihan Kami, (Kisah Tokoh dan Ilmuan Dunia Mendapat Hidayah). Jakarta: Cahaya Press.

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) (UIN) Syarif Hidayatullah, 2007

Ramayulis. Psikologi Agama , Jakarta: Kalam Mulia, 2002.

Suryani, Rina. Motivasi Konversi Agama (Study Kasus Masyarakat Muslim di Kepulauan Mentawai). (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2000.

Tabloid Media Umat Memperjuangkan Kehidupan Umat, Kristen Tidak Toleran (Menyikap Fitnah dan Teror), Edisi 3, 21 Dzulhijjah 1429 H- 4 Muharram 1430 H atau 19 Desember 2008-1 Januari 2009.

Transkript VCD Hj. Irena Handono Muallaf Mantan Biarawati. Artikel diakses pada 9 November 2008 dari http://forum.swaramuslim.net.

UUD Negara RI Tahun 1945, Badan Pekerja Pusat Majlis Tao Indonesia, 2006. Wawancara Pribadi dengan Ibu Irena Handono, Pada tanggal 11 Oktober 2008. Wawancara Pribadi dengan Rizka, Pada tanggal 11 Oktober 2008.


(5)

Wawancara Pribadi dengan Bapak. H. Insan Mokoginta, Pada tanggal 10 Januari 2009.

Zakiah. Pengalaman Konversi Agama Lia Aminuddin, (Sebuah Studi Analitis). Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negri Jakarta, 2003.


(6)