li
BAB IV KONVERSI AGAMA HJ. IRENA HANDONO
DAN H. INSAN L.S MOKOGINTA
A. Pemikiran Hj. Irena Handono tentang :
1. Pengalaman Sebelum Konversi Agama
Agama  asal  beliau  adalah  Katolik,  ibu  dan  bapaknya  pun  adalah pemeluk  Katolik  yang  taat.  Sejak  kecil  beliau  sudah  mempelajari  agamanya
secara  mendalam,  beliau  juga  mengikuti  kursus  agama  secara  privat.  Sejak masa  kanak-kanak,  beliau  sudah  termotivasi  untuk  masuk  biara.  Bagi  orang
Katolik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh  hidupnya  hanya  kepada Tuhan. Semakin beliau besar keinginan
itu  sedemikian  kuatnya,  sehingga  menjadi  biarawati  adalah  tujuan  satu- satunya dalam hidupnya.
62
Keinginan  beliau  untuk  menjadi  biarawati  sudah  mantap,  sampai akhirnya ketika beliau lulus SMU beliau memutuskan untuk menjadi seorang
biarawati.  Pada  saat beliau  tinggal  di  gereja  itulah  beliau  kuliah  di  biara  dan kuliah  di  Instituit  Filsafat  Teologia,  Fakultas  Comparative  Religion  dan
mengambil  jurusan  Islamologi.    Dan  seminari  yang  merupakan  pendidikan
akhir bagi seorang pastur.
Ajaran  yang  beliau  dapat  dari  Katolik  yaitu  ajaran  Trinitas  dan  juga banyak  dogma-dogma  yang  tidak  rasional.  Menurut  definisi  gereja,  dan
persepsi Kristen semua orang yang belum masuk Kristen harus diproyeksikan
62
www.irenahandono.or.id diakses pada 21 Juli 2008.
lii sebagai domba yang tersesat termasuk umat Islam, Hindu, Buddha dan agama
lainnya  yang selain umat Kristen tentunya. Dan menurut Bible misi itu wajib hukumnya untuk dilaksanakan.
63
Karena  bagi  orang  Kristen,  mereka  akan  sangat  berdosa  dan  takut dimasukkan neraka kelak bila mereka tidak melaksanakan perintah Tuhannya.
Sehingga  minimal  sekali  seumur  hidup  seperti  ibadah  haji  dalam  Islam, orang Kristen haruslah mencari “domba tersesat” untuk diinjilkan.
Di  tempat  inilah  untuk  pertama  kalinya  beliau  mengenal  Islam.  Di awal  kuliah,  dosennya  memberikan  pengantar  bahwa  agama  yang  terbaik
adalah  agama  Kristen,  sedangkan  agama  lain  itu  tidak  baik.  Sebelum  beliau tahu  tentang  Islam,  yang  beliau  tahu  hanya  bahwa  Islam  itu  jelek,  kotor dan
miskin. Contohnya di Indonesia  yang melarat, bodoh, kumuh, yang berselisih paham tidak bisa bersatu, dan  yang  jadi teroris semua menunjuk pada Islam,
jadi begitu banyak stigma negatif yang melekat pada Islam. Dan di institut ini juga  beliau  diminta  untuk  mempelajari  Islam,  tetapi  untuk  dicari  titik
kelemahan  Islam.  Namun  sebaliknya,  beliau  justru  menemukan  sebuah kebenaran yang selama ini menjadi keraguan dalam dirinya.
Pada saat itu beliau mengatakan bahwa kesimpulan itu perlu diuji. “Jadi  tidak  terbukti  kalau  Islam  itu  symbol  keburukan.  Aku  jadi
tertarik  mempelajari  masalah  ini.  Solusinya  aku  minta  ijin  kepada  pastur untuk mempelajari Islam dari sumbernya sendiri, yaitu al-Quran dan Hadits.
Usulan  itupun  diterima,  tapi  dengan  catatan,  aku  harus  mencari  kelemahan Islam”.
Ketika  untuk  pertama  kali  memegang  kitab  suci  Al-Quran,  beliau bingung antara depan, belakang, atas dan bawah. Kemudian beliau mengamati
63
Hj.  Irena  Handono,  “Waspadai  Pemurtadan,  Kesaksian  Mantan  Ketua  Legio  Maria dan Pernah Hidup di Biara”
. Bekasi: Irena Center, 2008.h. 12.
liii bentuk  hurufnya,  bukannya  mengerti  beliau  justru  semakin  bingung.  Karena
bentuknya  yang panjang-panjang dan bulat-bulat, akhirnya beliau mengambil jalan  pintas  dengan  cara  beliau  harus  mempelajarinya  dari  terjemahannya
langsung  agar  beliau  lebih  mudah  mengetahui  maksud dari  isi  Al-Qur’an  itu sendiri.
Ketika  beliau  mempelajari  dari  terjemahan,  karena  beliau  tidak mengerti  bahwa  membaca  Al-Qur’an  dimulai  dari  kiri  beliau  justru  terbalik
dengan  membukanya  dari  kanan,  yang  pertama  kali beliau  lihat  adalah  Surat Al-Ikhlas.  Dengan  membaca  dan  memahaminya  beliau  memuji isi  salah  satu
surat dalam Al-Qur’an itu, suara hatinya membenarkan bahwa Allah itu Ahad, tidak  beranak  dan  tidak  diperanakkan  dan  tidak  ada  sesuatupun  yang
menyamai-Nya,  beliau merasa bahwa isinya bagus dan bisa diterima. Pagi  harinya,  saat  kuliah  teologia  dosen  beliau  mengatakan  bahwa
Tuhan  itu  satu  tapi  pribadinya  tiga  yaitu  :  Tuhan  Bapak,  Tuhan  Putra  dan Tuhan  Roh  Kudus.  Tiga  Tuhan  dalam  satu,  satu  Tuhan  dalam  tiga,  ini  yang
dinamakan  trinitas  atau  tritunggal.  Malamnya,  ada  yang  mendorong  dirinya untuk mengaji  lagi surat al-Ihklas, sampai pada akhirnya beliau memutuskan
bahwa Allah itu ahad dan benar. Maka hari berikutnya terjadi dialog antara beliau dan dosen-dosennya.
Beliau mengatakan pada Pasturnya bahwa beliau belum paham hakekat Tuhan beliau  juga  masih  bingung  ajaran  yang  di  dapat dari  Katolik,  ajaran  Trinitas
dan  banyak  dogma-dogma  yang  tidak  rasional,  sangat  besar  perbedaan  yang beliau  rasakan  setelah  beliau  mengetahui  ajaran  Islam.  Dalam  Islam  konsep
liv ketuhanan sangat jelas dan sangat sederhana, sehingga sangat mudah dipahami
oleh akal manusia. Kemudian  beliau  juga  memaparkan  bahwa  Tuhan  menciptakan  alam
semesta  dan  seluruh  isinya  termasuk  manusia.  Dan  manusia  yang  diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian hingga sampai kiamat tetap
saja  manusia,  manusia  tidak  mampu  mengubah  dirinya  menjadi  Tuhan,  dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia.
Malam  berikutnya,  beliau  mengkaji  lagi  Surat  Al-Ikhlas.  Malam  itu kembali  terjadi  dialog-dialog  sampai  akhirnya  beliau  bertanya  mengenai
sejarah  gereja. Menurut  semua  literatur  yang  beliau pelajari  dan  kuliah  yang beliau  terima,  Yesus  untuk  pertama  kali  disebut  dengan  sebutan  Tuhan,  dia
dilantik  menjadi  Tuhan  pada  tahun  325  Masehi.  Jadi,  sebelum  itu  dia  belum menjadi  Tuhan,  dan  yang  melantiknya  sebagai  Tuhan  adalah  Kaisar
Constantien  Kaisar  Romawi.  Pelantikannya  terjadi  dalam  sebuah  conseni konferensi  atau  muktamar  di  kota  Nizea.  Untuk  pertama  kali  Yesus
berpredikat sebagai Tuhan. Mereka  kaget  sekali  dan  mengaggap  beliau  sebagai  biarawati  yang
kritis.  Dan  sampai  pada  pertemuan  berikutnya,  dalam  Al-Quran  yang  beliau pelajari  ternyata  beliau  tidak  mampu  menemukan  kelemahan  al-Quran.
Bahkan,  beliau  yakin  tidak  ada  manusia  yang  mampu  untuk  mencari kelemahan dari Al-Qur’an.
Kebiasaan  mengkaji  al-Quran  tetap  beliau  teruskan,  sampai  beliau berkesimpulan  bahwa  agama  yang  hak  itu  cuma  satu,  yakni  agama  Islam.
Setelah  itu  kemudian  beliau  mengambil  keputusan  besar,  yaitu  keluar  dari
lv biara.  Tidak  mudah  memang  karena  itu  semua  melalui  proses  berbagai
pertimbangan  dan  perenungan  yang  dalam,  termasuk  melalui  surat  dan  ayat. Bahkan,  beliau  sendiri  mengenal  sosok  Maryam  yang  sesungguhnya  dari  al-
Quran  surat  Maryam.  Padahal  dalam  doktrin  Katolik,  Maryam  menjadi tempat  yang  sangat  istimewa.  Nyaris  tidak  ada  doa  tanpa  melalui
perantaranya, tetapi  anehnya, justru tidak ada Injil Maryam. Jadi  beliau  keluar  dan  meninggalkan  biara  dengan  keyakinan  bahwa
Islam agama Allah. Tapi masih panjang perjalanan yang harus beliau tempuh, tidak  hari  itu  beliau  bersyahadat.  Enam  tahun  kemudian  beliau  baru
mengucapkan  dua  kalimah  syahadat.  Selama  enam  tahun,  beliau  bergelut untuk  mencari  kebenaran.  Beliau  diterpa  dengan  berbagai  macam  persoalan,
baik  yang  sedih,  senang,  suka  dan  duka.  Sedih,  karena  beliau  harus  rela meninggalkan  keluarganya,  karena  reaksi  dari  orangtuanya  pada  saat  itu
bingung  bercampur  tidak  percaya  dengan  perubahan  yang  terjadi  pada anaknya.
Sekeluarnya  dari  biara,  beliau  kemudian  melanjutkan  kuliahnya  di Universitas  Atmajaya.  Selang  beberapa  lama  beliau  kemudian  menikah
dengan  orang  Katolik.  Harapannya  saat  itu  adalah  dengan  menikah  beliau tidak lagi terusik oleh pencarian agama. beliau berpikir, kalau sudah menikah
semuanya akan selesai. Diluar perkiraannya setelah menikah ternyata diskusi itu tetap berjalan,
apalagi  suaminya  adalah  aktifis  mahasiswa,  begitu  pun  dengan  dirinya. Mereka  sering  kali  berdiskusi.  Setiap  kali  mereka  diskusi  selalu  berakhir
dengan  pertengkaran.  Apalagi  kalau  beliau  mulai  berbicara  tentang  Islam,
lvi suaminya  justru  menyudutkannya.  Padahal,  beliau  tidak  suka  sesuatu  yang
dihujat tanpa alasan. Maka tidak jarang pembicaraan mereka itu akan berakhir dengan  pertengkaran.  Dan  dari  itu  beliau  merasa  bahwa  jurang  pemisah  itu
semakin membesar, sampai pada klimaksnya beliau berkesimpulan kehidupan rumah  tangga  seperti  ini,  tidak  bisa  berlanjut  dan  tidak  mungkin  bertahan
lama.
2. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama