xiii
BAB II KONVERSI AGAMA
A. Pengertian dan Proses Terjadinya Konversi Agama
Pengertian Konversi agama menurut etimologi Konversi berasal dari kata latin “Conversio” yang berarti: tobat, pindah, berubah agama. Selanjutnya kata
tersebut dipakai dalam kata Inggris “Conversion” yang mengandung pengertian: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain change from one
state, or from one religion, to another.
8
Jadi berdasarkan arti dari kata-kata tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konversi agama berarti bertobat, berubah agama, atau berbalik pendirian
terhadap ajaran agama semula. Sedangkan pengertian konversi agama menurut terminolog. Pengertian ini
akan dikemukakan oleh Max Heirich, menurutnya bahwa konversi adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu
sistem kepercayaan atau prilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.
9
Masih mengenai pengertian konversi, menurut Prof. Zakiah Darajat bahwa kata konversi conversion berarti: “berlawanan arah”. Yang dengan sendirinya
konversi agama berarti terjadinya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan keyakinan semula.
10
8
Ramayulis, Psikologi Agama Jakarta: Kalam Mulia, 2002. h, 66.
9
Ibid. h, 67.
10
Zakiah Daradjat. Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet, ke-17, hal, 160.
xiv Walter Houston Clark dalam bukunya “The Psychology of Religion”
memberikan definisi konversi agama adalah sebagai suatu macam pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup
berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama.
11
Konversi itu sendiri perubahan atau perpindahan yang terjadi secara berproses atau mendadak, dan perubahan arah itu terjadi kepada agama lain. Yang
disebabkan oleh faktor psikologi atau hidayah Allah. Menurut Jalaluddin dalam bukunya, konversi agama banyak menyangkut
masalah kejiwaan dan pengaruh lingkungan.
12
Selain itu konversi agama yang diuraikan dalam beberapa pengertian yang telah dipaparkan memuat beberapa ciri
diantaranya: 1.
Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama dan kepercayaan yang dianutnya.
2. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan
dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama yang dianut sendiri.
3. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan
tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak. 4.
Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun disebutkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
13
Dalam membicarakan proses terjadinya konversi agama, sebenarnya sukar untuk menentukan satu garis proses yang akhirnya membawa kepada keadaan
11
Heny Narendrany Hidayati, Andri Yudiantoro. Psikologi Agama Jakarta:UIN Jakarta Press. 2007. h. 138
12
Jalaluddin, Psikologi Agama Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 246
13
Asnah. Motivasi Konversi Agama Pada Muallaf. Skripsi S1 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2004. h, 31.
xv keyakinan yang berlawanan dengan keyakinan yang lama karena proses ini
berbeda antara satu orang dengan lainnya. Sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta pengalaman dan pendidikan yang diterimanya.
14
Ditambah dengan suasana lingkungan dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yang
menjadi puncak dari perubahan keyakinan itu. Berlainan pula sebab yang mendorongnya dan bermacam pula
tingkatannya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang mendalam. Ada yang terjadi sekejap mata dan ada pula yang terjadi secara
berangsur-angsur. Banyak sekali contoh-contoh dalam hidup ini mengenai peristiwa-
peristiwa konversi agama yang terjadi pada orang-orang biasa, dan para alim ulama juga para ahli agama lainnya yang ternyata pendidikan agama yang selama
ini mereka dapatkan tidak cukup menguatkan iman mereka untuk mempertahankan diri dari agama asalnya. Sehingga masih banyak yang dapat kita
perhatikan dan analisis seputar konversi agama itu sendiri. Konversi agama menyangkut perubahan batin seseorang secara mendasar.
Proses konversi agama ini dapat diumpamakan seperti proses pemugaran sebuah gedung, bangunan lama dibongkar dan pada tempat yang sama didirikan
bangunan baru yang lain sama sekali dari bangunan sebelumnya.
15
Sama halnya dengan seseorang atau kelompok yang mengalami konversi agama ini. Segala bentuk kehidupan batinnya yang semula mempunyai pola
tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianut agama sebelumnya, maka setelah terjadi konversi agama pada dirinya secara spontan pula ditinggalkannya
14
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet, ke-16, h, 160.
15
Ramayulis, Psikologi Agama Jakarta: Kalam Mulia, 2002. h. 73
xvi segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lamanya itu seperti: harapan,
rasa bahagia, keselamatan dan kemantapan. Tetapi perasaan tersebut lama- kelamaan berubah menjadi berlawanan arah. Dengan demikian timbullah gejala-
gejala baru berupa: perasaan serba tidak lengkap dan tidak sempurna. Gejala seperti ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk: merenung, timbulnya
tekanan batin, penyesalan diri, rasa berdosa, cemas terhadap masa depan dan bermacam-macam perasaan yang ditimbulkan oleh kebimbangan.
Sebagai hasil dari pemilihannya terhadap pandangan hidup yang baru itu maka ia bersedia dan mampu untuk membaktikan diri kepada tuntutan-tuntutan
dari peraturan yang ada dalam pandangan hidupnya yang baru tersebut. Serta ikut berpartisipasi secara penuh, dan semakin kuatnya keyakinannya terhadap
kebenaran. Konversi agama itu sendiri terjadi melalui beberapa tahap, yaitu perubahan
bertahap dan perubahan drastis. Secara bertahap terjadi sedikit demi sedikit sehingga kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru.
Konversi ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.
Sedangkan konversi agama yang terjadi secara mendadak tanpa melalui proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.
16
Walaupun begitu kedua proses tersebut sebenarnya tidak terlepas dari pengaruh dan petunjuk dari Yang Maha Kuasa. Karena gejala konversinya terjadi
dengan sendirinya pada diri seseorang, sehingga ia dapat menerima kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya.
16
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2002. h. 70
xvii Namun demikian, Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya yang
berdasarkan proses kejiwaan yang terjadi melalui 5 tahap
17
, yaitu: 1.
Masa Tenang Di saat ini kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan tenang karena
masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Masa tenang ini terjadi sebelum mengalami konversi, dimana segala sikap, tingkah laku dan
sifatnya acuh tak acuh menentang agama. Keadaan yang demikian dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya, hingga ia
berada dalam keadaan tenang dan tenteram.
18
2. Masa Ketidaktenangan
Tahap ini konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam hatinya, gelisah, putus asa, tegang, panik, dan sebagainya. Baik disebabkan oleh
moralnya, kekecewaan atau apapun juga. Pada masa tegang, gelisah, konflik jiwa yang berat itu, biasanya orang mudah perasa, cepat
tersinggung dan hampir-hampir putus asa dalam hidupnya, dan mudah kena sugesti
3. Masa Konversi
Peristiwa itu sendiri setelah masa goncang itu mencapai puncaknya. Maka terjadilah peristiwa konversi itu sendiri. Orang merasa tiba-tiba mendapat
petunjuk Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat hidup yang tadinya seperti dilamun ombak, berubah menjadi tenang dan berganti dengan rasa
relaks dan menyerah. Menyerah dengan tenang kepada Tuhan Yang Maha Esa.
17
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet, ke-17. h, 161- 163
18
Jalaluddin, Psikologi Agama Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997, h. 254
xviii 4.
Masa Tenang dan Tentram Setelah krisis konversi lewat dan masa menyerah dilalui, maka timbullah
perasaan atau kondisi jiwa yang baru. Rasa aman damai dihati, tidak ada lagi dosa yang tidak diampuni Tuhan. Tidak ada kesalahan yang patut
disesali, semuanya telah lewat. Kecemasan dan kekhawatiran berubah menjadi harapan yang menggembirakan. Sikap penuh kesabaran yang
menyenangkan, menjadi pemaaf dan dengan mudah baginya mencari jalan untuk memaafkan kesalahan orang.
19
Walaupun awal mulanya biasa-biasa saja, tapi setelah sekian lama mempelajari dan mendalami ajaran yang
baru dianutnya perasaan tenangpun datang. Bahkan dengan semangat yang tinggi berusaha menarik keluarga agar mengikuti jejaknya.
20
5. Masa Ekspresi Konversi
Ekpresi konversi dalam hidup adalah tingkat terakhir dari konversi. Itu adalah pengungkapan konversi agama dalam tindak tanduk, kelakuan,
sikap dan perkataan, dan seluruh jalan hidupnya berubah mengikuti aturan-aturan yang diajarkan agama. Maka konversi yang diiringi dengan
tindak dan ungkapan-ungkapan konkret dalam kehidupan sehari-hari itulah yang akan membawa tetap dan mantapnya perubahan keyakinan tersebut.
21
Untuk memberikan gambaran yang nyata dan mendalam mengenai proses konversi agama peristiwa sejarah agama dan kejadian dalam kehidupan sehari-
hari cukup padat oleh kasus-kasus serupa. Dan semuanya mengandung latar
19
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet, ke-17. h, 162.
20
Wawancara Pribadi dengan Bapak Insan Latief Syaukani Mokoginta, pada tanggal 20 Desember 2008.
21
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet, ke-17. h. 161- 163.
xix belakang psikologis yang serba konfleks dengan ketentraman batin berperan
sebagai pendukung keseimbangannya.
22
B. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama