1.7.3 Asas Kebebasan Berkontrak
Dasar hukum asas kebebasan berkontrak adalah Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
18
selanjutnya disingkat KUHPerdata yang menentukan bahwa “Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang- undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan asas kebebasan
berkontrak maka para pihak diberikan kebebasan untuk “1 membuat atau tidak membuat perjanjian; 2 mengadakan perjanjian dengan siapapun; 3 menentukan
isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, dan 4 menentukan bentuknya perjanjian, yaitu tertulis atau lisan”.
19
Namun kebebasan tersebut dibatasi oleh tiga hal yaitu tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan
kesusilaan.
20
Lahirnya asas kebebasan berkontrak dilatarbelakangi oleh adanya paham individualisme.
21
Berdasarkan paham individualisme, setiap individu bebas untuk memperoleh apa yang dikehendakinya.
22
Implementasi paham individualisme dalam bidang hukum perjanjian berimplikasi pada kebebasan individu dalam
membuat perjanjian termasuk kebebasan memilih bentuk perjanjian baik tertulis maupun lisan.
18
I Ketut Artadi dan I Dewa Nyoman Rai Asmara Putra, 2014, Implementasi Ketentuan- ketentuan Hukum Perjanjian kedalam Perancangan Kontrak, Udayana University Press, Denpasar,
h. 47.
19
Salim HS, Abdullah dan Wiwiek Wahyuningsih, 2011, Perancangan Kontrak Memorandum of Understanding MoU, Ed. I, Cet. V, Sinar Grafika, Jakarta, h. 2.
20
Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Perdata Indonesia, Cet. III, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad I, h. 225.
21
Salim HS, loc.cit.
22
Salim HS, loc.cit.
1.8 Metode Penelitian
1.8.1 Jenis Penelitian
Penulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Dipilihnya jenis penelitian hukum normatif karena penulisan ini menguraikan permasalahan-
permasalahan yang ada, untuk selanjutnya dibahas dengan kajian yang berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dalam praktek hukum.
23
Penulisan ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif karena membahas mengenai adanya ketidakjelasan makna istilah persetujuan pada Pasal
15 ayat 1 UU No. 282014. Ketidakjelasan makna istilah persetujuan pada Pasal 15 ayat 1 UU No. 282014 terjadi karena adanya ketidakjelasan apakah yang
dimaksud dengan “persetujuan” dalam Pasal 15 ayat 1 UU No. 282014 sama artinya denga
n “izin” dalam Pasal 9 ayat 2 UU No. 282014. Ketidakjelasan tersebut timbul karena sesungguhnya untuk melakukan pengumuman dan
penggandaan ciptaan yang diperlukan adalah izin dari pencipta. Namun Pasal 15 ayat 1
UU No. 282014 menggunakan istilah “persetujuan” bukan “izin”.
1.8.2 Jenis Pendekatan
Penulisan ini menggunakan tiga jenis pendekatan yaitu pendekatan perundang-undangan the statute approach, pendekatan analisis konsep hukum
analytical conceptual approach, dan pendekatan frasa words phrase approach.
23
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 1995, Penulisan Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, PT. Grafindo Persada, Jakarta, selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji
I, h. 13.