Hak Moral dan Hak Ekonomi

hak pengarang droit d’aueteur, author rights terdiri dari hak ekonomi dan hak moral. Hak moral tersebut bersifat melindungi reputasi pencipta dan melekat pada diri pencipta secara kekal, walaupun kepemilikan atas hak cipta telah beralih ke pihak lain, namun hak moralnya akan tetap melekat pada penciptanya. 67 Hak moral muncul dari suatu pemikiran bahwa karya cipta merupakan ekspresi atau pengejawantahan dari pribadi pencipta. Dengan demikian, gangguan terhadap ciptaan sama maknanya dengan gangguan terhadap pribadi pencipta. 68 Hak moral mencakup dua hal besar yaitu right of paternity dan right of integrity. 69 a. Right of paternity adalah hak pencipta untuk dicantumkan nama asli atau nama samarannya dalam ciptaan atau sebaliknya, hak untuk tidak dicantumkan namanya dalam ciptaan. b. Right of integrity adalah hak untuk melarang orang lain mengubah, mengurangi dan memperlakukan ciptaan secara tidak pantas karena perbuatan tersebut dapat menghancurkan integritas pencipta. Misalnya hak untuk melarang tindakan mengganti lirik lagu dengan kata-kata konyol. Hak moral diatur dalam Article 6bis of the Berne Convention. Berdasarkan Article 6bis of the Berne Convention, substansi hak moral meliputi: 70 a. The right to claim authorship yaitu hak untuk diakui sebagai pencipta yang dilaksanakan dengan cara mencantumkan nama pencipta dalam ciptaan; 67 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit, h. 74. 68 Henry Soelistyo, op.cit, h. 107. 69 Henry Soelistyo, op.cit, h. 13 dan 16. 70 Henry Soelistyo, op.cit, h. 105-106. b. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of the work yaitu hak pencipta untuk menolak tindakan mendistorsi, memotong, atau menghilangkan beberapa bagian dari suatu ciptaan atau memodifikasi ciptaan sehingga merusak reputasi pencipta; c. The right to object other derogatory action in relation to the said work yaitu hak pencipta untuk menolak segala tindakan yang dapat merendahkan reputasi atau kehormatan pencipta. Komen dan Verkade berpendapat hak moral pencipta terdiri dari: 71 a. Larangan mengadakan perubahan dalam ciptaan; b. Larangan mengubah judul; c. Larangan mengubah penentuan pencipta; dan d. Hak untuk mengadakan perubahan. Pasal 5 ayat 1 UU No. 282014 menentukan bahwa hak moral merupakan hak yang melekat secara abadi pada diri Pencipta untuk: a. tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan sehubungan dengan pemakaian Ciptaannya untuk umum; b. menggunakan nama aliasnya atau samarannya; c. mengubah Ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat; d. mengubah judul dan anak judul Ciptaan; dan e. mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi Ciptaan, mutilasi Ciptaan, modifikasi Ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan diri atau reputasinya. 2. Hak Ekonomi Pasal 8 UU No. 28 2014 menentukan bahwa “Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat 71 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, loc.cit, dikutip dari C.J.T. Simorangkir, 1979, Hak Cipta Lanjutan II, Cet. I, PT Djambatan, Jakarta, h. 39. ekonomi atas Ciptaan”. Untuk menghasilkan ciptaan, diperlukan pengorbanan biaya, waktu dan tenaga. Dilihat dari aspek ekonomi pengorbanan tersebut merupakan investasi pencipta yang sudah sewajarnya mendapatkan pengembalian modal dan memperoleh keuntungan. 72 Hak ekonomi mencakup dua hak besar yaitu hak untuk mengumumkan performing rights dan hak untuk memperbanyak mechanical rights. Contoh eksploitasi performing rights adalah memperdengarkan lagu misalnya di restoran, diskotik, dan karaoke. Pengumandangan lagu akan menjadi nilai tambah pada service yang disediakan karena alunan irama musiknya mampu memberikan tambahan kenyamanan bagi pengunjung. Contoh eksploitasi mechanical rights adalah memperbanyak lagu dalam bentuk rekaman. 73 Hak ekonomi ini menurut Komen dan Verkade terdiri dari komponen- komponen sebagai berikut: 74 a. Hak reproduksi menerbitkanmemperbanyak; b. Hak eksekusi memainkanmempertunjukkan; c. Hak adaptasi memindahkanmengalihkan; dan d. Hak intepretasi menerjemahkanmengalihbahasakan. Sementara itu, jenis-jenis hak ekonomi menurut Abdulkadir Muhammad adalah: 75 a. Hak perbanyakan penggandaan; 72 Sanusi Bintang, op.cit, h. 4. 73 Henry Soelistyo, op.cit, h. 47 dan 50. 74 Sanusi Bintang, op.cit, h. 4. 75 Arif Lutviansori, op.cit, h. 13, dikutip dari Abdulkadir Muhammad, 2001, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II, h. 9. b. Hak adaptasi; c. Hak pengumuman penyiaran; dan d. Hak pertunjukan penampilan. Djumhana dan Djubaedillah mengklasifikasikan hak ekonomi itu lebih rinci lagi meliputi: 76 a. Hak reproduksi atau penggandaan reproduction right; b. Hak adaptasi adaptation right; c. Hak distribusi distribution right; d. Hak pertunjukan public performance right; e. Hak penyiaran broadcasting right; f. Hak programa kabel cablecasting right; g. Droit de Suite; dan h. Hak pinjam masyarakat public lending right. Pasal 9 ayat 1 UU No. 282014 menentukan bahwa hak ekonomi merupakan hak untuk melakukan: a. penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; c. penerjemahan Ciptaan; d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; f. pertunjukan Ciptaan; g. Pengumuman Ciptaan; h. Komunikasi Ciptaan; dan i. penyewaan Ciptaan. Bern Convention menetapkan hak ekonomi mencakup hak-hak berikut: a. Article 8: right of translations hak penerjemahan; b. Article 9: reproduction hak perbanyakan; c. Article 11, 11 bis, 11 ter: public performance and wireless broadcasting and cabling of works hak untuk penampilan dimuka umum dan penyiaran kembali tanpa kabel serta perlengkapan ciptaan; 76 Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, op.cit, h. 67. d. Article 12: adaptation hak adaptasi; e. Article 14 1 i: the right of authorizing the cinematographic adaptation and reproduction of work and the distribution of the work thus adapted or reproduced hak untuk memberikan hak bagi pihak lain untuk adaptasi dan perbanyakan ciptaan termasuk pendistribusiannya; f. Article 14 1 ii: right of public performance and communication by wire of cinematographic adaptations and reproductions of work hak untuk penunjukan di muka umum dan pengomunikasian dengan kabel dari adaptasi ciptaan film dan perbanyakan ciptaan; g. Article 14 ter 1: artist resale right subject to reprocity test art hak penjualan kembali seniman yang tunduk pada tes timbal balik. 77

2.1.4 Ciptaan yang Dilindungi

Pasal 1 angka 3 UU No. 282014 menentukan bahwa “Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata”. Terdapat perbedaan pengertian ciptaan yang diatur dalam UU No. 282014 dengan undang-undang hak cipta terdahulu. Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta selanjutnya disingkat UU No. 192002 menentukan bahwa “Ciptaan adalah hasil setiap karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni, atau sastra”. 77 Arif Lutviansori, op.cit, h. 74, dikutip dari Rahmi Jened, 2007, Hak Kekayaan Intelektual Penyalahgunaan Hak Eksklusif, Airlangga Press, Surabaya, h. 81. Dari pemaparan pengertian ciptaan di atas, dapat diketahui bahwa perbedaan pengertian ciptaan terletak pada ada tidaknya unsur keaslian dalam pengertian ciptaan. Pada UU No. 282014 tidak terdapat unsur keaslian dalam pengertian ciptaan, sedangkan dalam UU No. 192002 terdapat unsur keaslian dalam pengertian ciptaan. Penjelasan Umum UU No. 192002 menjelaskan bahwa: Perlindungan Hak Cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi dan menunjukkan keaslian sebagai Ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas, atau keahlian sehingga Ciptaan itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar. Menurut Miller dan Davis pemberian hak cipta didasarkan pada kriteria keaslian atau kemurnian originality. 78 Keaslian atau kemurnian originality suatu ciptaan berarti ciptaan tersebut benar-benar berasal dari pencipta yang bersangkutan dan bukan tiruan dari ciptaan orang lain. 79 Menurut Henry Soelistyo, kriteria orisinal dalam arti suatu ciptaan harus bukan merupakan hasil peniruan dari ciptaan lain yang sudah ada sebelumnya, seringkali menimbulkan perdebatan. Misalnya, lukisan sebuah vas bunga dapat dianggap tidak orisinal bila desain dan ornamennya tidak diciptakan sendiri oleh pencipta pada saat melukis. Kegiatan melukis hanya dianggap mengalihkan ekspresi vas bunga ke dalam bentuk lukisan. Ini berarti tidak ada yang orisinal dalam ciptaan lukisan seperti itu. Namun, di sisi lain, kuat pula pendapat yang menggunakan argumentasi bahwa melukis vas bunga naturalis berdasar objek benda riil memerlukan kemampuan, keterampilan, dan keahlian. Karenanya, sepersis apa pun lukisan yang dihasilkan, karya itu tidak sama dan harus tidak diartikan sama. Wujud lukisan itu juga bukan merupakan perbanyakan dari vas bunga. Karya lukisan itu diakui sepenuhnya memang 78 Sanusi Bintang, op.cit, h. 2, dikutip dari Arthur R. Miller dan Michael M. Davis, 1990, Intellectual Property: Patents, Trademarks, and Copyright, In A Nut Shell Series, St. Paul, Minnessotta: West Publishing Company, h. 290. 79 Sanusi Bintang, loc.cit.