Grafik 6 perbedaan skor interaksi ibu dan anak retardasi mental pada amatan ulang 1-amatan ulang 2.
Grafik 6. Perbedaan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada amatan ulang 1-
amatan ulang 2 pada kelompok kontrol
c. Kategorisasi Aspek dalam Interaksi Ibu dengan Anak Retardasi
Mental
Berikut ini akan dipaparkan perubahan skor per aspek dalam interaksi ibu dan anak retardasi mental pada tabel 17-26.
1 Aspek ketenangan
Tabel 17. Hasil kategorisasi aspek ketenangan
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 5
Sedang 8
Tinggi 8
Tinggi R
4 Rendah
10 Tinggi
8 Tinggi
W 3
Rendah 5
Sedang 8
Tinggi P
4 Rendah
8 Tinggi
9 Tinggi
Tabel 17 menunjukkan bahwa ibu di dalam kelompok perlakuan mengalami peningkatan pada aspek ketenangan. Awalnya ibu kurang
tenang di dalam merespons perilaku anak yang tidak diinginkan, karena ibu kurang memahami kebutuhan anak. Ketidaktenangan ibu di dalam
merespons perilaku anak yang tidak diinginkan menyebabkan ibu
10 20
30 40
50 60
70 80
Ibu C Ibu T
Ibu G Ibu N
sk o
r in
te rak
si i
b u
d an
a n
a k
r e
tar d
a si
m e
n tal
subjek
Amatan ulang 1
Amatan ulang 2
bersikap kurang konsisten di dalam menanggapi perilaku anak yang tidak diinginkan ibu. Setelah mengikuti pelatihan bermain pura-pura ibu
lebih tenang dan bersikap lebih konsisten di dalam merespons perilaku anak yang tidak diinginkan. Pada tahap tindak lanjut ibu masih
memiliki kesadaran akan kebutuhan anak. Ibu bersikap lebih tenang dan konsisten dalam merespons perilaku anak yang tidak diinginkan, dan
perilaku anak yang tidak diinginkan ibu berkurang kemunculannya. Perubahan aspek ketenangan ini dapat dilihat pada grafik 7.
Grafik 7. Kategorisasi aspek ketenangan pada kelompok perlakuan
2 Aspek perhatian terpusat kepada anak B
Tabel 18. Hasil kategori aspek perhatian terpusat kepada anak
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 7
Sedang 7
Sedang „ 4
Sedang R
6 Sedang
5 Sedang
8 Sedang
W 6
Sedang 8
Tinggi 6
Sedang P
5 Sedang
7 Sedang
7 Sedang
Tabel 18 menunjukkan bahwa ibu dalam kelompok perlakuan mengalami peningkatan dalam aspek perhatian terpusat kepada anak.
Sebelum mengikuti pelatihan bermain pura-pura perhatian ibu sudah terpusat kepada anak. Ibu tetap memberikan respons, dan perhatian
2 4
6 8
10 12
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te ra
k si
i b
u d
an a
n ak
r et
ar d
asi
me n
ta l
subjek A. Aspek Ketenangan
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
kepada anak, sambil menyelesaikan pekerjaannya. Setelah mengikuti pelatihan bermain pura-pura perhatian ibu lebih terpusat lagi kepada
anak. Ibu meletakkan pekerjaan yang bisa ditunda dan memberikan perhatian kepada anak. Pada tahap tindak lanjut ibu tetap memberikan
perhatian kepada anak. Anak kini lebih mengerti kesibukan ibu, dan bisa diajak bekerja sama, sehingga anak tidak lagi perlu merengek
untuk meminta perhatian. Perubahan aspek perhatian terpusat kepada anak ini dapat dilihat pada grafik 8.
Grafik 8. Kategorisasi aspek perhatian terpusat kepada anak pada
kelompok perlakuan
3 Aspek kehangatan C
Tabel 19 menunjukkan bahwa ibu dalam kelompok perlakuan mengalami peningkatan dalam aspek kehangatan ibu terhadap anak.
Tabel 19. Hasil kategori aspek kehangatan
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 7
Sedang 8
Tinggi 9
Tinggi R
12 Sangat tinggi
8 Sedang
9 Tinggi
W 4
Rendah 9
Tinggi 6
Sedang P
7 Sedang
7 Sedang
9 Tinggi
2 4
6 8
10
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te ra
k si
i b
u d
an a
n ak
r et
ar d
asi
me tn
al
subjek B. Aspek perhatian terpusat kepada anak
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Kehangatan yang diberikan ibu kepada anak bervariasi antara ibu satu dengan ibu yang lainnya. Pada ibu yang masih kurang hangat
dalam berinteraksi dengan anak retardasi mental menjadi semakin hangat setelah mengikuti pelatihan bermain pura-pura. Kehangatan ibu
kepada anak ditunjukkan ibu dengan memberikan pujian terhadap perilaku anak yang sesuai aturan. Anak lebih mandiri dalam memenuhi
kebutuhan rawat diri. Anak menjadi lebih tahu kebutuhan ibu. Kehangatan ditunjukkan ibu dengan memuji anak atau menemani
bermain. Grafik 9 menunjukkan ibu perubahan pada aspek kehangatan.
Grafik 9. Kategorisasi aspek kehangatan pada kelompok perlakuan
4 Aspek konsistensi terhadap rutinitas D
Tabel 20 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan interaksi pada aspek konsistensi terhadap rutinitas. Artinya pelatihan bermain
pura-pura tidak mempengaruhi konsistensi ibu terhadap rutinitas anak.
Tabel 20. Hasil kategori aspek konsistensi terhadap rutinitas
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 4
Sedang 4
Sedang 5
Sedang R
6 Sedang
6 Sedang
6 Sedang
W 6
Sedang 4
Sedang 4
Sedang P
5 Sedang
6 Sedang
6 Sedang
2 4
6 8
10 12
14
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te ra
k si
i b
u d
an a
n ak
r et
ar d
asi
me n
ta l
subjek C. Kehangatan
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Sebelum ibu mengikuti pelatihan bermain pura-pura ibu telah terbiasa memberikan contoh untuk membiasakan perilaku rutin
terhadap anak, seperti membuang sampah pada tempat sampah. Setelah diberi pelatihan bermain pura-pura ibu tetap memberikan contoh untuk
membiasakan anak melakukan rutinitas. Pada tahap tindak lanjut ibu tidak memiliki kesulitan untuk memberikan contoh untuk membiasakan
perilaku rutinitas. Grafik 10 menunjukkan grafik perubahan pada aspek konsistensi terhadap rutinitas.
Grafik 10. Kategorisasi Aspek Konsistensi Terhadap Rutinitas pada Kelompok
Perlakuan
5 Aspek konsistensi respon terhadap cara anak dalam menarik perhatian
lingkungan E Tabel 21 menunjukkan bahwa ibu dalam kelompok perlakuan
tidak mengalami perubahan pada aspek respon ibu terhadap cara anak dalam menarik perhatian lingkungan. Artinya pelatihan bermain pura-
pura tidak memiliki pengaruh terhadap konsistensi respon ibu terhadap cara anak dalam menarik perhatian lingkungan.
1 2
3 4
5 6
7
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te rsa
k si
i b
u d
an a
n ak
re ta
rd asi
me n
ta l
subjek D. Aspek konsistensi terhadap rutinitas
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Tabel 21. Hasil Kategori Aspek Konsistensi Respon Terhadap Cara Anak Dalam Menarik
Perhatian Lingkunga Subjek
Pra perlakuan Pasca perlakuan
Tindak lanjut Skor
Kategori Skor
Kategori Skor
Kategori A
4 Sedang
5 Sedang
4 Sedang
R 8
Sedang 7
Sedang 6
Sedang W
6 Sedang
4 Sedang
6 Sedang
P 6
Sedang 6
Sedang 5
Sedang
Sebelum mengikuti pelatihan bermain pura-pura ibu telah konsisten dalam merespons cara anak dalam menarik perhatian
lingkungan, seperti dalam merespon anak ketika berada di lingkungan atau orang asing. Setelah diberi pelatihaan bermain pura-pura ibu tetap
konsisten dalam merespons cara anak menarik perhatian ibu ketika bertemu orang asing. Pada tahap tindak lanjut ibu masih tetap konsisten
dalam merespons cara anak menarik perhatian ibu ketika bertemu orang asing. Grafik perubahan pada aspek konsistensi respon terhadap cara
anak dalam menarik perhatian lingkungan terlihat pada grafik 11.
Grafik11. Kategorisasi Aspek Konsistensi Respon terhadap Cara Anak Dalam
Menarik Perhatian Lingkungan 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
in te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek E. Aspek konsistensi respon terhadap cara anak dalam menarik
perhatian lingkungan Pra
perlakuan Pasca
perlakuan Tindak
lanjut
6 Aspek mendorong anak berinisiatif dalam berkomunikasi F
Tabel 22 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam aspek mendorong anak berinisiatif dalam berkomunikasi setelah diberi
perlakuan.
Tabel 22. Hasil Kategori Aspek Mendorong Anak Berinisiatif dalam Berkomunikasi
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 5
Sedang 7
Sedang 10
Tinggi R
1 Sangat rendah
9 Tinggi
8 Tinggi
W 3
Rendah 4
Sedang 9
Tinggi P
7 Sedang
8 Tinggi
8 Tinggi
Sebelum mengikuti pelatihan bermain pura-pura ibu tidak terbiasa mendorong anak berinisiatif dalam berkomunikasi. Ibu tidak
pernah teribat dalam aktivitas bermain anak. Ibu kurang memiliki usaha membangun komunikasi timbal balik dengan anak. Ibu kurang
memberikan stimulasi dengan memainkan peran sosial, sehingga anak terangsang untuk berinisiatif. Setelah diberi pelatihan bermain pura-
pura ibu bisa memainkan peran sosial, sehingga anak terangsang untuk berinisiatif. Dengan demikian komunikasi antara ibu dan anak retardasi
mental bersifat timbal balik. Pada tahap tindak lanjut ibu tetap terlibat di dalam aktivitas bermain anak. Grafik perubahan pada aspek
mendorong anak berinisiatif dalam lingkungan ditunjukkan oleh grafik 12.
Grafik 12. Kategorisasi Aspek Mendorong Anak Berinisiatif dalam Berkomunikasi
7 Aspek negosiasi emosi G
Tabel 23 menunjukkan bahwa ibu memiliki peningkatan interaksi dengan anak retardasi mental.
Tabel 23. Hasil Kategori Aspek Negosiasi Emosi
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 2
Sangat rendah 3
Rendah 8
Tinggi R
4 Rendah
9 Tinggi
6 Sedang
W 8
Sedang 9
Tinggi 7
Sedang P
4 Rendah
8 Tinggi
10 Tinggi
Sebelum diberi pelatihan ibu kurang mampu melakukan pertukaran emosi dengan anak. Respons ibu yang kurang tepat terhadap
perilaku anak yang tidak diinginkan ibu menyebabkan anak tidak mengetahui bahwa perilaku anak tidak dikehendaki ibu. Setelah diberi
pelatihan bermain pura-pura ibu lebih terampil dalam melakukan pertukaran emosi dengan anak. Ibu lebih tepat dalam merespons
perilaku anak yang tidak diinginkan, sehingga ibu bisa membantu anak di dalam mengelola emosi. Pada tahap tindak ibu masih melakukan
pertukaran emosi. Perilaku
mengambeg
anak berkurang. Anak juga
2 4
6 8
10 12
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
in te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek
F. Aspek mendorong anak berinisiatif dalam berkomunikasi
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
lebih bisa diajak bekerjasama. Grafik 13 menunjukkan perubahan interanalisasi nilai pada ibu.
Grafik 13. Kategorisasi aspek negosiasi Emosi
8 Aspek internalisasi nilai H
Tabel 24 menunjukkan bahwa subjek telah terbiasa melakukan internalisasi nilai pada anak retardasi mental, sehingga setelah diberi
perlakuan ibu tetap memberikan internalisasi nilai ketika berinteraksi dengan anak.
Tabel 24. Hasil kategori aspek internalisasi
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 10
Tinggi 10
Tinggi 7
Sedang R
11 Sangat tinggi
11 Sangat tinggi
9 Tinggi
W 12
Sangat tinggi 12
Sangat tinggi 10
Sangat tinggi P
5 Sedang
6 Sedang
8 Tingggi
Pada tahap tindak lanjut ibu tetap melakukan internalisasi nilai kepada anak retardasi mental ketika berinteraksi. Grafik 14
menunjukkan perubahan internalisasi nilai pada ibu.
2 4
6 8
10 12
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
in te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek G. Aspek negosiasi emosi
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Grafik 14. Kategorisasi aspek Internalisasi
9 Aspek mendengarkan anak berbicara I
Tabel 25
menunjukkan bahwa
subjek telah
terbiasa mendengarkan anak berbicara. Sampai dengan tindak lanjut pelatihan
pun subjek tetap bersedia mendengarkan anak berbicara. Interanalisasi nilai dapat dilihat pada grafik 15.
Tabel 25. Hasil kategori aspek mendengarkan anak berbicara
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 4
Sedang 4
Sedang 3
Sedang R
5 Sedang
6 Sedang
7 Sedang
W 8
Sedang 8
Tinggi 8
Tinggi P
5 Sedang
5 Sedang
5 Sedang
Pada tahap tindak lanjut ibu tetap mendengarkan anak berbicara ketika melakukan internalisasi nilai kepada anak retardasi
mental ketika berinteraksi. Grafik 15 menunjukkan perubahan internalisasi nilai pada ibu.
2 4
6 8
10 12
14
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
in te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek H. Aspek internalisasi nilai
Pra perlakuan
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Grafik 15. Kategorisasi Aspek Mendengarkan Anak Berbicara
10 Aspek memberikan penjelasan terhadap argumen anak J
Tabel 26 menunjukkan terjadinya peningkatan dalam aspek memberikan penjelasan terhadap argumen anak.
Tabel 26. Hasil kategori aspek memberikan penjelasan terhadap argumen anak
Subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Skor Kategori
Skor Kategori
Skor Kategori
A 4
Rendah 4
Sedang 4
Sedang R
6 Sedang
6 Sedang
5 Sedang
W 4
Rendah 7
Sedang 7
Sedang P
4 Rendah
6 Sedang
4 Sedang
Sebelum diberi pelatihan bermain pura-pura ibu kurang terampil dalam memberikan penjelasan terhadap argumen anak. Ibu hanya diam
saja terhadap perilaku anak yang tidak sesuai dengan lingkungan, karena kondisi anak memang berbeda dengan anak normal pada
umumnya. Setelah diberi pelatihan pura-pura ibu lebih aktif di dalam memberikan penjelasan terhadap argumen anak. Ibu lebih aktif dalam
memberikan arahan dan penjelasan terhadap perilaku anak yang sesuai dan tidak sesuai dengan lingkungan. Demikian pula pada tahap tindak
lanjut ibu masih aktif dalam memberikan penjelasan terhadap perilaku anak di lingkungan. Grafik peningkatan aspek memberikan penjelasan
terhadap argumen anak dapat dilihat pada grafik 16.
2 4
6 8
10
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
In te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek I. Aspek mendengarkan anak bicara
Pra perla
kuan Pasca
perla kuan
Grafik 16. Kategorisasi aspek Memberikan Penjelasan terhadap Argumen Anak
Berdasarkan pada kategorisasi aspek interaksi ibu dan anak retardasi mental tersebut, dapat disimpulkan perubahan frekuensi pada
tahap tindak lanjut penelitian untuk menyimpulkan adanya perbedaan dominasi pada aspek-aspek dalam skala interaksi ibu dengan anak. Adapun
perbedaan hasilnya pada tabel 27.
Tabel 27. Perbedaan Frekuensi Tindak Lanjut pada Aspek-Aspek Interaksi Ibu dan Anak Retardasi Mental
Aspek Kategorisasi dan frekuensi
Pra perlakuan Tindak lanjut
ST T S R SR ST T S R SR Ketenangan
1 3 4
Perhatian terpusat pada anak 1 3
1 3 Kehangatan
1 2 1
3 1 Konsistensi terhadap rutinitas
4 4
Konsistensi Respon terhadap Cara Anak Dalam Menarik Perhatian Lingkungan
4 4
Mendorong Anak
Berinisiatif dalam
Berkomunikasi 2 1
1 4
Negosiasi emosi 1 2
1 2 2
Internalisasi 2
1 1 1
2 1 Mendengarkan Anak Berbicara
4 1 3
Memberikan Penjelasan terhadap Argumen Anak
1 3 4
Keterangan : ST
: Sangat tinggi T
: Tinggi S
: Sedang R
: Rendah SR
: Sangat rendah
1 2
3 4
5 6
7 8
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
in te
ra k
si i
b u
d an
a n
ak r
et ar
d asi
me n
ta l
subjek J. Aspek memberikan penjelasan
terhadap argumen anak Pra
perlakuan Pasca
perlakuan Tindak
lanjut
Tabel 27 menunjukkan bahwa aspek perhatian terpusat kepada anak berada pada kategori tertinggi. Disusul aspek internalisasi dan
mendengarkan anak berbicara. Ketiga memberikan penjelasan terhadap argumen anak. Keempat ketenangan. Kelima kehangatan. Keenam
konsistensi terhadap rutinitas, konsistensi respon terhadap cara anak dalam menarik perhatian lingkungan, dan mendorong anak berinisiatif dalam
berkomunikasi. Ketujuh negosiasi emosi.
2. Analisa Individual