dengan
bantuan software program SPSS for Windows versi 15,00. Kaidah pedoman pengujian yang diberlakukan adalah jika harga p 0,05 maka
sebaran dikatakan homogen. Sebaliknya bila harga p 0,05 maka sebaran dikatakan tidak homogen. Hasil pengujian homogenitas yang tercantum
pada tabel
10 menunjukkan bahwa sampel interaksi ibu dan anak retardasi mental memiliki sebaran homogen. Artinya interaksi ibu dan
anak retardasi mental pada kelompok perlakuan dan kontrol memiliki keragaman yang sama.
Tabel 10. Hasil uji homogenitas
Hasil analisis Pra perlakuan
Pasca perlakuan Tindak lanjut
Levene test
P
Levene test
p
Levene test
p 2,592
0,159 0,777
0,412 0,339
0,581 Homogen
Homogen Homogen
b. Uji Hipotesis
Uji asumsi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebaran subjek termasuk dalam kategori normal dan homogen, maka analisis yang
dilakukan menggunakan pendekatan parametrik. Penggunaan pendekatan parametrik dilakukan dengan pertimbangan bahwa melalui pendekatan
parametrik generalisasi sampel tidak terbatas pada kelompok yang diberi perlakuan, namun bisa lebih luas sesuai dengan karakteristik subjek yang
telah ditetapkan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif pelatihan bermain pura-pura terhadap interaksi ibu dan anak retardasi
mental.
Uji t pada kelompok perlakuan dan kontrol dilakukan untuk mengetahui bahwa perubahan dalam interaksi ibu dan anak yang terjadi
memang karena pemberian perlakuan dengan intervensi pelatihan bermain pura-pura, dan bukan karena perbedaan kelompok. Pengujian hipotesis uji
t dilakukan secara bertahap. Tahap tersebut adalah: 1
Menguji skor total interaksi ibu dan anak retardasi mental pada pra perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol
Uji t terhadap skor total interaksi ibu dan anak retardasi mental dilakukan untuk mengetahui interaksi ibu dan anak retardasi mental
pada kelompok perlakuan dan kontrol sebelum diberi perlakuan. Hasil pengujian tercantum pada tabel 11.
Tabel 11. Hasil uji t pada pra perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol
N Rerata
t p
Hasil KK
KP
+
KK KP
+
4 4
49,00 56,75
-1,030 0,343
Tidak signifikan
Kelompok Kontrol
+
Kelompok Perlakuan
Tabel 11 menunjukkan nilai t sebesar -1,030 dan signifikansi nilai p0,05. Artinya tidak ada perbedaan interaksi ibu dan anak
retardasi mental pada kelompok perlakuan dan kontrol, karena belum diberi pelatihan bermain pura-pura bersama anak. Grafik 1
menjelaskan lebih lanjut perbedaan interaksi ibu dan anak retardasi mental sebelum diberi perlakuan pada kelompok perlakuan dan
kontrol.
Grafik 1. Perbedaan skor interaksi ibu dan anak retardasi mental pada kelompok
perlakuan dan kontrol sebelum diberi perlakuan
2 Menguji skor total interaksi ibu dan anak retardasi mental pada pasca
perlakuan antara kelompok perlakuan dan kontrol. Uji t dilakukan untuk mengetahui perubahan interaksi ibu dan
anak retardasi mental setelah diberi perlakuan. Apakah interaksi ibu dan anak retardasi mental berbeda antara kelompok perlakuan dan
kontrol setelah diberi perlakuan. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat dalam tabel 12.
Tabel 12. Hasil uji t antara skor pasca perlakuan kelompok perlakuan dan kontrol
N Rerata
t P
Hasil KK
KP
+
KK KP
+
4 4
48,50 68,75
-2,913 0,027
Signifikan Kelompok Kontrol
+ Kelompok Perlakuan
Tabel 12 menjelaskan bahwa nilai t=-2,913 dan nilai p0,05. Artinya terdapat perbedaan signifikan interaksi ibu dan anak retardasi
mental antara kelompok perlakuan dan kontrol. Perbedaan interaksi ibu dan anak retardasi mental terjadi karena adanya pemberian
pelatihan bermain pura-pura bersama anak. Grafik 2 menjelaskan
10 20
30 40
50 60
70
1 2
3 4
sk o
r in
te ra
k si
i b
u d
an a
n ak
r et
ar d
asi
me n
ta l
subjek
Kelompok perlakuan
Kelompok kontrol
adanya perbedaan interaksi ibu dan anak retardasi mental antara kelompok perlakuan dan kontrol setelah diberi perlakuan.
Grafik 2. Perbedaan skor interaksi ibu dan anak retardasi mental pada kelompok
perlakuan dan kontrol setelah diberi perlakuan
3 Menguji skor pra perlakuan-pasca perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kontrol Uji t antar skor pra perlakuan-pasca perlakuan pada kelompok
perlakuan dan kontrol dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut pada kelompok mana terjadi perubahan interaksi ibu dan anak retardasi
mental secara signifikan sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasil pengujian dapat dilihat secara lengkap pada tabel 13.
Tabel 13. Hasil uji t skor pra perlakuan-pasca perlakuan antara kelompok perlakuan dan
kontrol Skor
interaksi Pra perlakuan
Pasca perlakuan t
p N
Rerata N
Rerata KK
4 49,00
4 48,50
0,197 0,856
KP
+
4 56,75
4 68,25
-9,662 0,002
Kelompok Kontrol
+
Kelompok Perlakuan
Tabel 13 menunjukkan bahwa interaksi ibu dan anak retardasi mental mengalami perubahan pada kelompok perlakuan dengan nilai
10 20
30 40
50 60
70 80
1 2
3 4
sk o
r in
te rak
si i
b u
d an
a n
a k
r e
tar d
a si
m e
n tal
subjek kelompok
perlakuan kelompok
kontrol
t=-9,662, dan p0,05. Artinya interaksi ibu dan anak retardasi mental pada kelompok perlakuan mengalami perubahan yang signifikan,
setelah diberi pelatihan bermain pura-pura bersama anak. Peningkatan interaksi ibu dan anak retardasi mental terjadi
karena sebelum praktek bermain pura-pura bersama anak dilakukan, ibu telah dibekali materi empat keterampilan bermain bersama anak,
kemudian ibu diberikan kesempatan untuk melakukan permainan peran
role play
untuk memastikan bahwa ibu telah memahami materi keterampilan bermain pura-pura bersama anak. Umpan balik
diberikan oleh psikolog kepada ibu, supaya ibu benar-benar menguasai empat keterampilan bermain pura-pura bersama anak,
sehingga ketika ibu mempraktekkan bermain bersama anak tidak lagi terjadi kekeliruan.
Interaksi ibu dan anak masih bersifat satu arah ketika ibu dan anak praktek bermain bersama dalam sesi bermain peran. Ibu terlihat
kurang memberikan kesempatan kepada anak untuk mengatur jalan cerita. Ibu terlalu mengarahkan permainan kepada anak, atau ibu
terlalu sibuk dengan materi permainan yang hendak dimainkan, sehingga tidak memperhatikan aktivitas anak. Anak juga tampak ragu
dalam menyatakan keinginannya kepada ibu. Dengan demikian nuansa penerimaan ibu terhadap kehadiran anak terasa kurang,
sehingga interaksi ibu dan anak masih kurang bermakna.
Setelah diberikan umpan balik oleh psikolog interaksi ibu dan anak bersifat dua arah. Ibu memberikan kesempatan kepada anak
untuk mengawali interaksi, namun anak tidak segera mengawali interaksi, sehingga ibu mengawali interaksi dengan menanyakan
mainan apa yang diinginkan anak. Ibu kemudian menjalankan peran yang diinginkan anak dan
mengikuti arahan anak. Ibu merespons pesan anak, baik verbal maupun non verbal. Anak pun menjawab respons ibu dengan raut
muka kegirangan, sambil menyatakan pikiran dan perasaannya. Anak menyatakan inisiatifnya di antara alur cerita atau mengungkapkan
bahasa simbol yang membuat ibu tertawa karena lucu, atau terkejut karena isi simbol mengungkapkan pikiran anak yang tidak pernah
diduga ibu. Selama berinteraksi dengan anak ibu memberikan internalisasi
nilai kepada anak, seperti mengucapkan salam sebelum memasuki rumah. Pendalaman dan penjelajahan tema cerita juga terjadi selama
ibu bermain bersama anak. Penjelajahan cerita terjadi ketika ibu sudah tidak dapat lagi melakukan pendalaman cerita atau anak
mengemukakan inisiatif untuk memerankan peran yang lain. Perubahan interaksi ibu dan anak retardasi mental tidak terjadi
pada kelompok kontrol, karena kelompok kontrol tidak diberikan pelatihan bermain pura-pura bersama anak. Tabel 13 menunjukkan
bahwa nilai t=0,197, dan nilai p0,05 pada kelompok kontrol. Artinya
tidak terdapat perbedaan yang signifikan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada pra perlakuan dan pasca perlakuan. Grafik 3 dan
4 menjelaskan peningkatan interaksi ibu dan anak retardasi mental terjadi secara signifikan pada kelompok perlakuan.
Grafik 3. Perbedaan skor interaksi ibu dan Grafik 4. Perbedaan skor interaksi ibu dan anak anak retardasi mental pada pra dan
retardasi mental pada pra dan pasca pasca perlakuan kelompok perlakuan
perlakuan pada kelompok kontrol
Tabel 14 menjelaskan lebih lanjut
gain score
atau skor perolehan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada pra-pasca
perlakuan pada kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil skor perolehan pada kelompok perlakuan menunjukkan rentang peningkatan interaksi
ibu dan anak retardasi mental yang jauh. Rentang skor perolehan yang jauh pada kelompok perlakuan disebabkan pemberian pelatihan
bermain pura-pura pada kelompok perlakuan. Sebaliknya, pada kelompok kontrol hanya terjadi sedikit peningkatan skor perolehan,
bahkan satu subjek mengalami penurunan. Rentang skor perolehan
10 20
30 40
50 60
70 80
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te rak
si i
b u
d a
n a
n a
k r
e ta
rd a
si m
e n
ta l
subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan
10 20
30 40
50 60
70
Ibu C Ibu T
Ibu G Ibu N
sk o
r in
te rak
si i
b u
d a
n a
n a
k r
e ta
rd a
si m
e n
ta l
subjek Pra perlakuan
Pasca perlakuan
yang sedikit pada kelompok kontrol terjadi karena pada kelompok kontrol tidak diberi pelatihan bermain pura-pura.
Tabel 14. Skor perolehan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada kelompok perlakuan
dan kontrol Kelompok Perlakuan
Kelompok Kontrol Subjek
Skor perolehan interaksi ibu dan anak retardasi mental
Subjek Skor perolehan interaksi ibu
dan anak retardasi mental A
7 C
-8 R
13 T
2 W
14 G
3 P
14 N
2
4 Menguji skor pasca perlakuan-tindak lanjut pada kelompok perlakuan
dan skor amatan ulang 1-amatan ulang 2 pada kelompok kontrol Uji t antara skor pasca perlakuan dan tindak lanjut pada
kelompok perlakuan dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut konsistensi dari perlakuan pelatihan bermain pura-pura yang telah
diberikan pada kelompok perlakuan. Hasil uji t dijelaskan lebih lanjut pada tabel 15.
Tabel 15. Hasil uji t skor pasca perlakuan-tindak lanjut pada kelompok perlakuan
Pasca tes Tindak lanjut
t p
N Rerata
N Rerata
4 68,25
4 68,75
-0,322 0,769
Tabel 15 menjelaskan bahwa pada kelompok perlakuan terdapat nilai t=-0,322, dan p0,05 pada pasca perlakuan ke tindak
lanjut. Artinya tidak terdapat perbedaan signifikan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada pasca perlakuan ke tindak lanjut. Tidak
adanya signifikansi menunjukkan bahwa pelatihan bermain pura-pura masih bertahan setelah tigabelas hari perlakuan. Grafik 5 menjelaskan
konsistensi hasil perlakuan pada kelompok perlakuan setelah sepuluh hari diberi perlakuan.
Grafik 5. Konsistensi interaksi ibu dan anak retardasi mental pada kelompok
perlakuan setelah sepuluh hari diberi perlakuan
Selanjutnya uji t antara skor amatan ulang 1-amatan ulang 2 pada kelompok kontrol dilakukan untuk mengetahui apakah pelatihan
bermain pura-pura benar-benar memberikan kontribusi terhadap peningkatan interaksi ibu dan anak retardasi. Pelatihan bermain pura-
pura diberikan pada kelompok kontrol setelah melewati masa penantian selama dua bulan, yaitu pada tanggal 20-23 Februari 2013.
Tabel 16 menunjukkan adanya peningkatan rerata interaksi ibu dan anak retardasi mental pada amatan ulang1-amatan ulang 2. Artinya
peningkatan interaksi ibu dan anak retardasi mental memang terjadi karena pelatihan bermain pura-pura.
Tabel 16. Hasil uji t skor amatan ulang 1-amatan ulang 2 pada kelompok kontrol
Pasca perlakuan Tindak lanjut
t p
N Rerata
N Rerata
4 48,50
4 71,25
-4,997 0,15
10 20
30 40
50 60
70 80
Ibu A Ibu R
Ibu W Ibu P
sk o
r in
te rak
si i
b u
d an
a n
a k
r e
tar d
a si
m e
n tal
subjek
Pasca perlakuan
Tindak lanjut
Grafik 6 perbedaan skor interaksi ibu dan anak retardasi mental pada amatan ulang 1-amatan ulang 2.
Grafik 6. Perbedaan interaksi ibu dan anak retardasi mental pada amatan ulang 1-
amatan ulang 2 pada kelompok kontrol
c. Kategorisasi Aspek dalam Interaksi Ibu dengan Anak Retardasi