Nyamuk Penular Penyakit DBD

Tahun 1968, jumlah kasusnya cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada Tahun 1994, DBD telah tersebar ke seluruh provinsi di Indonesia Depkes RI, 2000. Penyakit ini berkembang sangat pesat dan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau vaksin bagi penyakit DBD. Berat tidaknya penyakit ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus penyebabnya akan mati dan dalam waktu lebih kurang dari satu minggu penderita akan sembuh. Berbagai upaya pemberantasan telah dilakukan, namun sampai sekarang belum berhasil dengan baik, sehingga daerah endemis semakin meluas di Indonesia dan kejadian luar biasa masih sering terjadi Depkes RI, 2000. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik dan peningkatan sarana transportsi. Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, faktor keganasan virus dan kondisi geografis setempat Hadinegoro dkk, 2004.

2.2.2. Nyamuk Penular Penyakit DBD

Menurut riwayatnya nyamuk penular penyakit demam berdarah disebut nyamuk Aedes aegypti itu, awal mulanya bersal dari mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut dan udara. Nyamuk hidup dengan subur di Universitas Sumatera Utara belahan dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh peosok tanah air, baik di kota maupun di desa, kecuali di wilayah yang ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut Suroso 2004. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti Menurut Depkes RI 2004, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1. Nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan belang-belang loreng putih pada seluruh tubuhnya. 2. Hidup di dalam dan sekiyar rumah, juga di tempat umum 3. Mampu terbang sampai 100 meter. 4. Nyamuk betina aktif menggigit menghisap darah pada pagi hari yaitu pukul 09.00-10.00 dan sore hari yaitu pukul 16.00-1700. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bungatumbuhan yang mengandung gula. 5. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian diantaranya dapat hidup hidup 2-3 bulan. Adapun siklus nyamuk Aedes aegypti adalah telur → jentik → kepompong pupa → nyamuk. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih 9- 10 hari. Tempat hinggap yang paling disenangi adalah benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat berkembangbiaknya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Universitas Sumatera Utara Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti,selain nyamuk Aedes aegypti , penyakit demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, yang kurang berperan dalam menyebarkan penyakit DBD, jika di banding nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada di dalam dan sekitar rumah Suroso dan Umar, 2004 Menurut Anonim dalam Suroso dan umar 2004, genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti berupa genagan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat penampungan air TPA, antara lain: 1. TPA yang digunakan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. 2. Tempat perindukan tambahan atau non-TPA, seperti tempat minum hewan, barang bekas, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya. 3. TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-lainnya.

2.2.3. Penyebab Terjadinya dan Penularan DBD