Sikap attitude Upaya Pencegahan Penyakit DBD

dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

b. Sikap attitude

Sikap merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek Notoatmodjo, 2003. Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespons secara positif atau negatif terhadap orang, objek, atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian emosional yang afektif senang, benci, sedih, dan sebagainya, di samping komponen kognitif pengetahuan tentang objek tersebut serta aspek konotatif kecenderungan bertindak. Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosial Sarwono, 1997. Menurut Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan predisposisi tindakan atau Universitas Sumatera Utara perilaku. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni Notoatmodjo, 2003: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. 2. Merespons responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan respons terhadap suatu objek.

c. Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan overt behavior. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung support dari pihak lain, Universitas Sumatera Utara misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain Notoatmodjo, 2003. Praktik mempunyai beberapa tingkatan, yakni: 1. Persepsi perception Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. 2. Respons terpimpin guided respons Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. 3. Mekanisme mechanism Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. 4. Adopsi adoption Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.1.1. Pengaruh Karakteristik Ibu dalam Perilaku Kesehatan

Manusia adalah individu dengan jati diri yang khas yang memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik adalah sifat individu yang relatif tidak berubah, atau yang dipengaruhi lingkungan seperti umur, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan lain-lain Junadi, 2005. Universitas Sumatera Utara Para ahli telah merumuskan berbagai faktor karakteristik individu yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatannya. Menurut Notoatmodjo 2003, beberapa faktor individu person yang terkait kesehatan antara lain: 1. Jenis pekerjaan Pekerjaan adalah suatu kegiatanaktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh imbalan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Anderson menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satunya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Notoatmodjo, 2003. Berdasarkan hasil penelitian Notosiswoyo dkk 2003, dari 340 responden 255 orang 75 di antaranya adalah ibu rumah tangga yg tidak bekerja lebih dapat memahami keadaan anaknya. 2. Tingkat pendidikan Menurut Feldstein, tingkat pendidikan dipercaya memengaruhi permintaan akan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang tinggi akan memungkinkan seseorang untuk mengetahui atau mengenal gejala-gejala awal. Anderson dan Antonovsky, mengatakan bahaw kunjungan dokter yang rendah adalah sebagai akibat rendahnya pendidikan dan sikap masa bodoh terhadap pelayanan kesehatan Nasution, 2001. Menurut Sutrisno dalam Kasnodiharjo 1999, seseorang yang mempunyai latar belakang pendidikan rendah atau bahkan buta huruf, pada umumnya akan mengalami kesulitan untuk menerapkan ide-ide baru dan membuat mereka bersifat konservatif, karena mereka tidak mengenal alternatif yang lebih baik yang tersedia baginya. Sebaliknya menurut Soekanto dalam Kasnodiharjo 1999, Universitas Sumatera Utara orang yang berpendidikan tinggi akan lebih menerima gagasan-gagasan baru, karena orang yang berpendidikan relatif cukup tinggi lebih terbuka jalan pikirannya untuk menerima hal-hal atau ide-ide baru 3. Penghasilan Penghasilan merupakan variabel yang dinilai ada hubungannya dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan penyakit Notoatmodjo, 2003. Tingkat penghasilan merupakan penghasilan yang diperoleh bapak dan ibu yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari, sehingga semakin besar jumlah pendapatannya, maka taraf kehidupan akan semakin membaik Kartasasmita, 2003. 2.2. Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD 2.2.1. Pengertian DBD Penyakit Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. DBD ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik-bintik perdarahan petechiae, lebam ecchymosis atau ruam purpura. Kadang-kadang mimisan, feses berdarah, muntah darah, kesadaran menurun atau renjatan atau syok Depkes RI, 2000. Hingga saat ini, DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia. Sejak dilaporkan pertama kali di Surabaya dan Jakarta pada Universitas Sumatera Utara Tahun 1968, jumlah kasusnya cenderung meningkat dan daerah penyebarannya bertambah luas. Pada Tahun 1994, DBD telah tersebar ke seluruh provinsi di Indonesia Depkes RI, 2000. Penyakit ini berkembang sangat pesat dan bahkan dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau vaksin bagi penyakit DBD. Berat tidaknya penyakit ini sangat ditentukan oleh daya tahan tubuh seseorang. Jika daya tahan tubuh kuat maka virus penyebabnya akan mati dan dalam waktu lebih kurang dari satu minggu penderita akan sembuh. Berbagai upaya pemberantasan telah dilakukan, namun sampai sekarang belum berhasil dengan baik, sehingga daerah endemis semakin meluas di Indonesia dan kejadian luar biasa masih sering terjadi Depkes RI, 2000. Faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan dan penyebaran kasus DBD ini sangat kompleks, yaitu pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkontrol, tidak adanya kontrol terhadap nyamuk yang efektif di daerah endemik dan peningkatan sarana transportsi. Morbiditas dan mortalitas infeksi dengue dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain status imunologis pejamu, kepadatan vektor nyamuk, transmisi virus dengue, faktor keganasan virus dan kondisi geografis setempat Hadinegoro dkk, 2004.

2.2.2. Nyamuk Penular Penyakit DBD

Menurut riwayatnya nyamuk penular penyakit demam berdarah disebut nyamuk Aedes aegypti itu, awal mulanya bersal dari mesir yang kemudian menyebar ke seluruh dunia, melalui kapal laut dan udara. Nyamuk hidup dengan subur di Universitas Sumatera Utara belahan dunia yang mempunyai iklim tropis dan subtropis seperti Asia, Afrika, Australia dan Amerika. Nyamuk Aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih yang tidak langsung berhubungan dengan tanah. Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh peosok tanah air, baik di kota maupun di desa, kecuali di wilayah yang ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut Suroso 2004. Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti Menurut Depkes RI 2004, ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah : 1. Nyamuk Aedes aegypti berwarna hitam dengan belang-belang loreng putih pada seluruh tubuhnya. 2. Hidup di dalam dan sekiyar rumah, juga di tempat umum 3. Mampu terbang sampai 100 meter. 4. Nyamuk betina aktif menggigit menghisap darah pada pagi hari yaitu pukul 09.00-10.00 dan sore hari yaitu pukul 16.00-1700. Nyamuk jantan biasa menghisap sari bungatumbuhan yang mengandung gula. 5. Umur nyamuk Aedes aegypti rata-rata 2 minggu, tetapi sebagian diantaranya dapat hidup hidup 2-3 bulan. Adapun siklus nyamuk Aedes aegypti adalah telur → jentik → kepompong pupa → nyamuk. Perkembangan dari telur sampai menjadi nyamuk kurang lebih 9- 10 hari. Tempat hinggap yang paling disenangi adalah benda-benda yang tergantung seperti pakaian, kelambu, atau tumbuh-tumbuhan di dekat tempat berkembangbiaknya, biasanya di tempat yang agak gelap dan lembab. Universitas Sumatera Utara Kepadatan nyamuk ini akan meningkat pada musim hujan, dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti,selain nyamuk Aedes aegypti , penyakit demam berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus, yang kurang berperan dalam menyebarkan penyakit DBD, jika di banding nyamuk Aedes aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes albopictus hidup dan berkembangbiak di kebun atau semak-semak, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes aegypti yang berada di dalam dan sekitar rumah Suroso dan Umar, 2004 Menurut Anonim dalam Suroso dan umar 2004, genangan yang disukai sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti berupa genagan air yang tertampung di suatu wadah yang biasa disebut container atau tempat penampungan air TPA, antara lain: 1. TPA yang digunakan sehari-hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember dan sejenisnya. 2. Tempat perindukan tambahan atau non-TPA, seperti tempat minum hewan, barang bekas, vas bunga, perangkap semut dan lain-lainnya. 3. TPA alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon pisang, potongan bambu dan lain-lainnya.

2.2.3. Penyebab Terjadinya dan Penularan DBD

Penyakit DBD hanya dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Nyamuk ini mendapat virus dengue sewaktu menggigitmenghisap darah orang yang sakit DBD atau tidak sakit DBD tetapi didalam darahnya terdapat virus dengue Universitas Sumatera Utara karena orang ini memiliki kekebalan terhadap virus dengue. Orang yang mengandung virus dengue tetapi tidak sakit, dapat pergi kemana-mana dan menularkan virus itu kepada orang lain di tempat yang ada nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue yang terhisap akan berkembang biak dan menyebar ke seluruh tubuh nyamuk termasuk kelenjar-kelenjar, bila nyamuk menggigitmenghisap darah orang lain, virus itu akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Bila orang yang ditulari itu tidak memiliki kekebalan umumnya anak-anak ia akan mengandung virus dengue, seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu lebih kurang 1 minggu Depkes RI, 2007.

2.2.4 Diagnosis DBD

Terdapat empat gejala utama DBD, yaitu demam tinggi, fenomena perdarahan, hepatomegali, dan kegagalan sirkulasi Hadinegoro, 2004. Infeksi oleh virus dengue dapat bersifat asimtomatik atau simtomatik. Gejala klinik utama pada DBD adalah demam dan manifestasi perdarahan baik yang timbul secara spontan maupun uji tourniquet Soegianto, 2004. Menurut WHO dalam Tumbelaka 2004, pedoman untuk membantu menegakkan diagnosis DBD secara dini, di samping menentukan derajat beratnya penyakit adalah: a. Secara Klinis, antara lain : 1. Demam mendadak tinggi Universitas Sumatera Utara 2. Perdarahan termasuk uji bendungtourniquet + seperti petekie apistaksis, hematemesis, dan lain-lain 3. Hepatomegali 4. Syok : nadi kecil dan cepat dengan tekanan nadi ≤ 20 mmHg, atau hipotensi disertai gelisah dan menggigil. b. Laboratoris : 1. Trombositopenia 100.000 μl 2. Hemokonsentrasi kadar Ht ≥ 20 dari normal c. Berat penyakit : 1. Derajat I : demam uji bendung + 2. Derajat II : derajat I ditambah perdarahan spontan 3. Derajat III : nadi cepat dan lemah, tekanan nadi ≤ 20 mmHg hipotensi, menggigil 4. Derajat IV : syok berat, nadi tak teraba, tekanan darah tak terukur Dua gejala klinis pertama ditambah dua gejala laboratories dianggap cukup untuk menegakkan diagnosis kerja DBD. Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DBD, gambaran klinis lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita adalah: 1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan. 2. Keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, tak nafsu makan anoreksia, diare, konstipasi. 3. Keluhan sistem tubuh yang lain : nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan sendi break bone fever, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada Universitas Sumatera Utara seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahanflushing pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fofobia otot-otot sekitar mata sakit bila disentuh dan pergerakan bola mata terasa pegal Effendi, 1995.

2.3. Upaya Pencegahan Penyakit DBD

Mengingat obat dan vaksin pencegah penyakit DBD hingga dewasa ini belum ditemukan, maka upaya untuk pemberantasan penyakit DBD dititikberatkan pada pemberantasan nyamuk penularnya Aedes aegypti di samping kewaspadaan dini terhadap kasus DBD untuk membatasi angka kematian Suroso dan Umar, 2004. Penyakit DBD perlu diberantas karena penyakit ini menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang dalam waktu singkat. Penyakit DBD semakin menyebar luas sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk. Semua desakelurahan mempunyai risiko untuk terjangkitnya penyakit DBD karena nyamuk penularnya Aedes aegypti tersebar luas di seluruh pelosok tanah air Suroso dan Umar, 1994. Menurut Notoatmodjo 2003, partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Di dalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu kontribusi atau sumbangan yang diwujudkan dalam 4 M, yakni man power manusia, money uang, material benda-benda lain seperti kayu, bambu, beras, dan sebagainya dan mind ide atau gagasan. Partisipasi masyarakat perorangan, keluarga dan masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pemberantasan vektor di wilayahnya. Kegiatan Universitas Sumatera Utara ini dimaksud untuk meyakinkan masyarakat bahwa program ini perlu dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang ada di lingkungannya. Melalui kegiatan ini dapat menaikkan rasa percaya diri masyarakat dalam ikut melaksanakan pembangunan. Peningkatan partisipasi masyarakat menumbuhkan berbagai peluang yang memungkinkan seluruh anggota masyarakat untuk secara aktif berkontribusi dalam pembangunan sehingga dapat menghasilkan manfaat yang merata bagi seluruh warganya Depkes RI, 2000. Adapun cara-cara memberantas nyamuk Aedes aegypti menurut Depkes RI 2008 adalah: 1. Penyemprotan Nyamuk Aedes aegypti dapat diberantas dengan menyemprotkan racun serangga, termasuk racun serangga yang dipergunakan sehari-hari di rumah tangga. Melakukan penyemprotan saja tidak cukup, karena dengan penyemprotan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja. Selama jentiknya tidak dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk baru yang menetas dari tempat perkembangbiakannya. 2. PSN DBD Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue PSN DBD dilakukan dengan cara 3M+1T baca: plus atau satu T yaitu: 1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali. 2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. 3. menguburkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, ban bekas, plastik bekas, dan lain- lain. Universitas Sumatera Utara 4. Menelungkupkan barang bekas yang dapat menampung air. Selain itu ditambah dengan cara lain yang dikenal dengan istilah 3M plus, seperti: a. Ganti air vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali. b. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancarrusak. c. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lainnya misalnya dengan tanah. d. Bersihkankeringkan tempat-tempat yang dapat menampungan air seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya termasuk termpat-tempat yang dapat menampung air hujan di pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong, dan lain-lain. e. Abatisasi f. Ikanisasi, pelihara ikan pemakan jentik. g. Pasang kawat kasa di rumah. h. Pencahayaan dan ventilasi yang memadai. i. Jangan membiasakan menggantung pakaian di dalam rumah. j. Tidur menggunakan kelambu. k. Gunakan obat nyamuk bakar, gosok, oles, semprotspray dan lain-lain untuk mencegah gigitan nyamuk. 3. Larvasiding Larvasiding adalah menaburkan bubuk abate atau altosid ke dalam tempat- tempat penampungan air. Bila menggunakan abate disebut abatisasi. Universitas Sumatera Utara Menurut Suroso dan Umar 2004, kegiatan pokok penanggulangan penyakit DBD antara lain: 1. Penemuan dan pelaporan penderita 2. Penanggulangan fokus 3. Pemberantasan vektor intensif, meliputi: 1 Fogging focus. 2 Abatisasi. 3 Penyuluhan dan pergerakan masyarakat dalam PSN DBD Gerakan 3M. 4 Penyuluhan kepada masyarakat. 5 Pemantauan jentik berkala PJB. 2.4. Upaya Pemberantasan Vektor DBD Oleh Masyarakat Cara yang paling tepat dalam pemberantasan penyakit DBD adalah melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk PSN yaitu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dengan membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M plus Sutrisna, 2003. Ahmad 2004 mengemukakan bahwa kegiatan pemberantasan sarang nyamuk yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali dan menutup rapat-rapat atau menaburkan racun pembasmi jentik abatisasi, mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan sampah-sampah lainnya yang dapat menampung air hujan sehingga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. Menurut Depkes 2006, hal-hal yang dilakukan oleh kader dan tokoh masyarakat dalam pencegahan DBD adalah: 1. Memberikan informasi dan penyuluhan kepada warga tentang DBD seperti memberikan penyuluhan DBD kepada keluarga, penyuluhan di posyandu, di Universitas Sumatera Utara arisan, PKK, kelompok agama, memberikan informasi kepada teman dan tetangganya, menyampaikan pesan-pesan bahaya penularan DBD melalui poster, spanduk, dan selebaran. 2. Mengajak masyarakat untuk kerja bakti secara berkala, seperti membersihkan lingkungan dan menimbun barang-barang bekas kedalam satu lobang atau mengumpulkannya ke tempat pembuangan sampah umum, menabur bubuk abate, membersihkan genangan air. 3. Kunjungan rumah secara berkala memberikan penyuluhan dan pemeriksaan jentik Salah satu cara untuk mencegah dan menaggulangi penyakit DBD adalah dengan gerakan PSN-DBD yang dilakukan masyarakat dan pemerintah secara berkesinambungan. Melalui gerakan ini semua masyarakat diharapkan untuk : a. Melakukan konsultasi memeriksakan kepada petugas jika ada anggota kelurga yang sakit dan diduga menderita penyakit DBD. b. Melaporkan kepada Kepala DesaKelurahan jika ada anggota keluarga yang menderita penyakit DBD. c. Membantu kelancaran penaggulangan kejadian penyakit DBD yang dilakukan oleh petugas kesehatan. Untuk memberantas penularan DBD secara tuntas yang paling penting adalah usaha-usaha masyarakat sendiri dalam memelihara kebersihan lingkungan rumah, tempat kerja dan tempat-tempat umum agar bebas dari nyamuk penular demam berdarah. Pemberantasan DBD jangka panjang dilaksanakan melalui pendidikanpenyuluhan kepada masyarakat. Dalam hal ini pendidikan kepada anak- Universitas Sumatera Utara anak melalui sekolah serta kepada orangtua, agar PSN sebagai bagian dari kebersihan lingkungan dapat dilakukan di rumah dan di lingkungan masing-masing. Pesan yang disampaikan meliputi tanda dan gejala DBD dan pertolongan serta cara pencegahannya Suroso,1998.

2.5. Kerangka Konsep Variabel bebas