Klasifikasi Karet Jenis – Jenis Karet Alam

2.2. Klasifikasi Karet

Karet merupakan polimer yang bersifat elastis, sehingga dinamakan pula sebagai elastomer. Saat ini karet tergolong atas karet sintetik dan karet alam. Karet sintetik dibuat secara polimerisasi fraksi-fraksi minyak bumi. Contoh karet sintetik yang kini banyak beredar adalah SBR Strirene Butadiene Rubber, NBR Nitrile Butadiene Rubber, karet silikon, Urethane, dan karet EPDM. Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik, kualitas dan hasil produksi karet alam sangat terkenal. Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi, kekuatan tensil dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor – faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan – bahan kimia seperti bensin, minyak tanah, bensol, pelarut lemak degreaser, pelarut, pelumas sintetis dan cairan hidrolik. Karena sifat fisik dan daya tahannya, karet alam dipakai untuk produksi – produksi pabrik yang membutuhkan kekuatan yang tinggi dan panas yang rendah misalnya ban pesawat terbang, ban truk raksasa, dan ban – ban kendaraan dan produksi - produksi teknik lain yang memerlukan daya tahan sangat tinggi Spillane,J,1989.

2.3. Komposisi Karet Alam

Secara singkat komposisi lateks segar dari kebun adalah sebagai berikut : Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dari Kebun Komponen Komponen dalam Lateks segar Karet hidrokarbon 36 Protein 1,4 Karbohidrat 1,6 Lipida 1,6 Persenyawaan organik 0,4 Persenyawaan anorganik 0,5 Air 58,5 Ompusunggu, 1989 Sedangkan komposisi lateks dalam karet kering adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2 Komposisi Lateks dalam Karet Kering Komponen Komposisi dalam lateks kering Karet hidrokarbon 92 – 94 Protein 2,5 – 3,5 Karbohidrat - Lipida 2,5 – 3,2 Persenyawaan organic - Persenyawaan anorganik 0,1 - 0,5 Air 0,3 – 1,0 Ompusunggu, 1989 Apabila lateks hevea brasiliensis segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran per menit rpm selama 1 jam, akan terbentuk 4 fraksi :

1. Fraksi karet

Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,053 mikron µ. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap Ompusunggu, 1987.

2. Fraksi kuning

Fraksi ini terdiri dari partikel-partikel berwarna kuning yang mula-mula ditemukan oleh Frey Wyssling, sehingga disebut partikel Frey wyssling. Ukuran partikel dan berat jenisnya lebih besar dari partikel karet dan bentuknya seperti bola. Setelah pemusingan dilakukan, partikel Frey wyssling biasanya terletak di bawah partikel karet dan di atas fraksi dasar Tampubolon, 1986.

3. Fraksi serum

Fraksi serum juga disebut fraksi c centrifuge serum mengandung sebagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam Ompusunggu, 1987.

4. Fraksi dasar

Fraksi dasar pada umumnya terdiri dari partikel-partikel dasar. Partikel dasar mempunyai diameter 2 – 5 mikron dan berat jenisnya lebih besar dari berat jenis partikel karet, sehingga pada pemusingan partikel-partikel dasar berkumpul di bagian bawah dasar. Terdiri dari partikel – partikel lutoid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen dan ion – ion kalsium serta magnesium Tampubolon, 1986. Universitas Sumatera Utara

2.4. Jenis – Jenis Karet Alam

Karet alam diperoleh dengan cara penyadapan pohon Hevea Brasiliensis, karet alam memiliki berbagai keunggulan dibanding karet sintetik, terutama dalam hal elastisitas, daya redam getaran, sifat lekuk lentur flex-cracking dan umur kelelahan fatigue. Dewasa ini karet alam diproduksi dalam berbagai jenis, yakni lateks pekat, karet sit asap, crumb rubber, karet siap atau tyre rubber, dan karet reklim Reclimed Rubber. a. Lateks pekat diolah langsung dari lateks kebun melalui proses pemekatan yang umumnya secara sentrifugasi sehingga kadar airnya turun dari sekitar 70 menjadi 40-45. lateks pekat banyak dikonsumsi untuk bahan baku sarung tangan, kondom, benang karet, balon, dan barang jadi lateks lainnya, mutu lateks pekat dibedakan berdasarkan analisis kimia antara lain kadar karet kering, kadar NaOH, Nitrogen, MST dan analisis kimia lainnya. b. Karet sip asap atau dikenal dengan nama RSS Ribbed Smoked Sheet dan karet krep crepe digolongkan sebagai karet konvensional, juga dibuat langsung dari lateks kebun, dengan terlebih dahulu menggumpalkannya kemudian digiling menjadi lembaran – lembaran tipis dan dikeringkan dengan cara pengasapan untuk karet sip asap, dan dengan cara pengeringan menggunakan udara panas untuk karet krep. Mutu karet konvensional dinilai berdasarkan analisis visual permukaan lembaran karet. Mutu karet akan semakin tinggi bila permukaannnya makin seragam, tidak ada gelembung, tidak mulur, dan tidak ada kotoran serta teksturnya makin kekar kokoh. c. Crumb rubber karet remah digolongkan sebagai karet spesifikasi teknis TSR=Technical Spesified Rubber, karena penilaian mutunya tidak dilakukan secara visual, namun dengan cara menganalisis sifat – sifat fisika kimianya seperti kadar abu, kadar kotoran, kadar N, Plastisitas Wallace dan Viscositas Mooney. Crumb rubber produksi Indonesia dikenal dengan nama SIR Standard Indonesian Rubber. d. Karet siap atau Tyre Rubber Tyre rubber merupakan barang setengah jadi dari karet alam sehingga dapat langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya. Tyre rubber memiliki beberapa kelebihan dibandingkan karet konvensional. Ban atau produk – produk karet lain jika menggunakan Tyre Rubber sebagai bahan bakunya memiliki mutu Universitas Sumatera Utara yang lebih baik dibandingkan jika menggunakan bahan baku karet konvensional. Selain itu jenis karet ini memiliki daya campur yang baik sehingga mudah digabung dengan karet sintetis. e. Karet Reklim Reklimed Rubber Karet reklim merupakan karet yang diolah kembali dari barang – barang karet bekas, terutama ban – ban mobil bekas. Karet reklim biasanya digunakan sebagai bahan campuran, karena mudah mengambil bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Pemakaian karet reklim memungkinkan pengunyahan mastication dan pencampuran yang lebih cepat. Produk yang dihasilkan juga lebih kukuh dan lebih tahan lama dipakai. Kelemahan dari karet reklim adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai karet daur ulang. Oleh karena itu karet reklim kurang baik digunakan untuk membuat ban Tim Penulis, 1999.

2.4.1. Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan bahan baku pembuatan benang karet. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pemusingan. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Lateks pekat adalah salah satu jenis ekspor karet alam Indonesia yang tergolong dalam harga paling tinggi dibanding jenis karet ekspor lainnya seperti RSS Ribbed Smoked Sheet dan TSR Technically Specifid Rubber . Lateks pekat dibuat dari olahan lateks kebun dengan proses pemekatan hingga kadar karet kering KKK menjadi lebih besar dari 60. Tujuan dari pemekatan lateks antara lain adalah: 1. Untuk memperoleh kadar karet kering KKK 60 2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi . 3. Untuk mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks sampai kadar yang diketahui . 4. Lateks yang pekat akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk pengolahan barang dari karet yaitu benang karet. Universitas Sumatera Utara Sebelum lateks kebun diolah menjadi lateks pekat, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mutunya di laboratorium. Parameter mutu yang penting untuk pemeriksaan adalah KKK, kadar NH 3 dan bilangan VFA . Ada empat cara yang digunakan untuk mendapatkan lateks pekat yaitu : 1. Cara pemusingan Centrifuged Proses Pemekatan lateks dengan cara sentrifugasi dilakukan menggunakan alat pemusing centrifugal machine berkecepatan 6000-7000 rpm. Lateks yang dimasukkan kedalam alat pemusing centrifugal machine akan mengalami pemutaran yaitu gaya sentripental dan gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal tersebut jauh lebih besar daripada percepatan gaya berat dan gerak brown sehingga akan terjadi pemisahan partikel karet dengan serum. Bagian serum yang mempunyai rapat jenis besar akan terlempar ke bagian luar lateks skim dan partikel karet akan terkumpul pada bagian pusat alat pemusing. Lateks pekat ini mengandung karet kering 60, sedangkan lateks skimnya masih mengandung karet kering antara 3-8 dengan rapat jenis sekitar 1,02 gcm3. 2. Pendadihan Creamed Pemekatan lateks dengan cara pendadihan memerlukan bahan pendadih seperti Natrium atau amonium alginat, methyl cellulosa, carboxy methylcellulosa dan tepung iles-iles. Pada pembuatan creamed lateks, getah yang sudah disadap dibawa ketempat pengolahan didalam tangki – tangki, lalu ditambahkan gas ammonia sebanyak 4-7 g per liter lateks,lalu ditambahkan bahan pengental creaming agent lateks lalu diaduk- aduk sampai rata. Permukaan sebelah atas yang biasanya mengandung kotoran – kotoran halus dibuang. Setelah diaduk lateks didiamkan selam 4-6 hari sampai menjadi lateks pekat. Lateks pekat yang telah jadi dikumpulkan dalam tangki dan diaduk lagi hingga merata. Gas ammonia perlu ditambahkan lagi karena yang dulu ditambahkan sebelum dilakukan pemekatan sebagian telah menguap. Setiap liter creamed lateks yang siap diangkut ditambah 7-10 g gas ammonia. lateks dadih dengan KKK antara 55-60, sedang yang dibawah adalah serum yang mengandung KKK sebesar 3. 3. Penguapan Evaporasi Maksud dari penguapan ini adalah mengurangi kadar air dari lateks kebun dengan cara pemanasan . Lateks pekat yang diperoleh ini kadar karet keringnya antara 70- 75 dan masih mengandung bahan bukan karet. 4. Dekantasi Listrik Electrodecantation Universitas Sumatera Utara Pada dekantasi listrik pemekatan lateks dilakukan dengan cara memasukkan 2 logam elektroda yaitu positif dan negatif ke dalam lateks kebun yang ditempatkan dalam suatu tabung, karena butir-butir karet bermuatan negatif maka butir-butir karet akan mengalir ke kutub positif dan mengumpul di sekelilingnya. Dengan cara tersebut maka terpisahlah lateks kebun menjadi 2 bagian yaitu kutub positif terdapat lateks pekat sedangkan kutub negatif adalah serumnya. Dari keempat cara tersebut yang paling banyak digunakan dalam industri adalah pemusingan karena kapasitas produksi tinggi, viskositas lateks rendah tidak kental dan hasil lateksnya lebih murni tidak tercampur endapan dan kotoran mutu lateks pekat pusingan ditentukan berdasarkan pengujian yang ditetapkan oleh ASTM D.1076- 1980 dan ISO 2004 Tim Penulis, 1999.

2.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lateks

Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a. Pengaruh pH Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam atau basa dan karena penambahan elektrolit. Bila pH diturunkan terlalu rendah dan dengan cepat lateks akan tetap cair stabil karena lapisan pelindung seluruhnya bermuatan positif. Demikian juga pada pH 5,5 lateks akan stabil karena protein bermuatan negatif. b. Pengaruh jasad renik Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang digunakan. Jasad renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum dan menghasilkan asam-asam lemah yang mudah menguap. c. Pengaruh mekanis Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan sistem koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama lain. Tubrukan- tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung dan akan mengakibatkan penggumpalan Tampubolon.M.,1986. Universitas Sumatera Utara

2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks.

Lateks sebagai bahan baku berbagai produk karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah : 1. Faktor di kebun jenis klon, sistem sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain. 2. Iklim musim hujan mendorong terjadinya prakoagulasi, musim kemarau kedaan lateks tidak stabil. 3. Alat-alat yang digunakan dalm pengumpulan dan pengangkutan yang terbuat dari aluminium atau baja tahan karat. 4. Pengangkutan goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu. 5. Kualitas air dalam pengolahan. 6. Bahan kimia yang digunakan. 7. Komposisi lateks Setyamidjaja.D,1993 .

2.5. Sifat – Sifat Karet Alam