Status Hukum terhadap Peraturan Bidang Pertanahan Apabila Terjadi

114

B. Status Hukum terhadap Peraturan Bidang Pertanahan Apabila Terjadi

Peralihan Kewenangan Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam diatur kemudian tentang status hak pengelolaan tersebut antara lain sebagai berikut : 1. Hak pengelolaan diberikan untuk jangka waktu selama tanah digunakan untuk kepentingan penerima hak dan terhitung sejak didaftarkan pada kantor pertanahan setempat. 2. Hak pengelolaan diberikan untuk dipergunakan sebagai pengembangan daerah industri, pelabuhan, pariwisata, pemukiman, peternakan, perikanan, dan lain- lain usaha yang berkaitan dengan itu. 3. Penerima hak wajib mengembalikan areal tanah yang dikuasai dengan hak pengelolana tersebut seluruh atau sebagian kepada negara apabila areal tanah tadi tidak dipergunakan lagi untuk keperluan sebagaimana mestinya. 4. Pemberian hak pengelolaan dapat ditinjau kembali atau dibatalkan apabila : luas tanah yang diberikan dengan hak pengelolaan tersebut ternyata melebihi keperluan; tanah tersebut sebnagian atau seluruhnya tidak dipergunakan, dipelihara sebagaimana mestinya, salah satu syarat atau ketentuan dalam surat keputusan ini tidak dipenuhi sebagaimana mestinya. Universitas Sumatera Utara 115 Apabila pemerintah memiliki kebijakan yang lebih menekankan semangat otonomi daerah, peran Pemerintah Kota Batam perlu lebih dioptimalkan. Apabila hal ini terjadi, akan timbul permasalahan tentang status hukum terhadap pengaturan bidang pertanahan di Pulau Batam. Selanjutnya hak pengelolaan tersebut dapat diberikan kepada Pemerintah Kota Batam atau dikembalikan menjadi tanah negara. Demi adanya kepastian hukum, perlu juga diatur tentang bagian hak pengelolaan yang telah diberikan kepada pihak ketiga sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru. Pemerintah menetapkan Pulau Batam, dan Karimun sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan konsep kebijakan pembangunan di Pulau tersebut, khususnya di Pulau Batam. Dalam bagian ini secara khusus akan dibahas mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 Tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dan implikasinya terhadpa kebijakan pertanahan di Pulau Batam dan sekitarnya. Berdasarkan Pasal 4 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi Undang- Undang, Pementukan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 disebutkan bahwa kawasan Batam ditetapkan sebagai kawasan Perdagangan Bebas dan Universitas Sumatera Utara 116 Pelabuhan Bebas untuk jangka waktu tujuh puluh tahun sejak diberlakukannya peraturan pemerintah ini. Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam tersebut meliputi Pulau Batan, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru. Beberapa hal penting yang perlu dicermati adalah tentang pembentukan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam paling lambat pada tanggal 31 Desember 2008. Dalam masa transisi, tugas dan wewenangnya dilaksanakan secara bersama antara Pemerintah Kota Batam dengan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Likuidasi terhadap Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dinyatakan dalam Paasl 3 yang menyebutkan bahwa semua set Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dialihkan menjadi asset Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam, kecuali asset yang telah diserahkan kepada Pemerintah Kota Batam dan Pegawai Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dialihkan menjadi pegawai pada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Kendati Batam serta pulau – pulau kecil disekitarnya telah memenuhi kriteria untuk ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas, agar lebih memaksimalkan pelaksanaan pengembangan serta menjamin kegiatan usaha di bidang perekonomian nyang meliputi perdagangan, maritime industri, perhubungan, perbankan, pariwisata Universitas Sumatera Utara 117 dan bidang-bidang lainnya dalam kawasan tersebut, pengembangannya harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam. Dalam hal kebijakan pertanahan, ditetapkan bahwa hak pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam dan hak pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Batam yang berada di Kawsan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam beralilh kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hak – hak yang ada diatas hak pengelolaan atas tanah tetap berlaku sampai masa berlakunya berakhir. Pembentukan Badan Pengusahaan Kawaasn Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam yang ditentukan paling lambat 31 Desember 2008 menyebabkan hak pengelolaan yang diperoleh Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 Tahun 1977 dan hak pengelolaan atas tanah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Batam menjadi beralih kepada Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam sebagaimana amanat Pasal 4 Peraturan Pemerintahan Nomor 46 Tahun 2007. Dalam hal ini secara substantif hal ini tidak lebih dari sekadar penggantian nama dari Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam menjadi Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa semua set Otorita Pengembangan Daerah Industri Universitas Sumatera Utara 118 Pulau Batam dialihkan menjadi aset Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam. Kendati Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2007 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam dibentuk menurut Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 136 Nomor 1 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas menjadi undang-undang, peraturan teknis di bidang pertanahan tetap harus disesuaikan dengan kebijakan pertanahan nasional sehingga tidak menimbulkan ketimpangan peraturan. 136 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang harus diajukan ke DPRD dalam persidangan yang berikut. Indonesia, Undang-Undang Tentang Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan , UU No. 10 Tahun 2004, LN No. 53 Tahun 2004, TLN No. 4389, Pasal 25. Universitas Sumatera Utara 119

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Penyerahan kewenangan bidang pertanahan kepada Pemerintah Daerah Kota Batam sesuai Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 belum dapat terlaksana sepenuhnya, karena Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah itu, tidak mengatur secara jelas dan terperinci mengenai kewenangan pemerintah Kota Batam dalam pelayanan bidang pertanahan tersebut. Disamping itu status Pulau Batam itu sendiri yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki kekhususan yang selama ini dilaksanakan oleh suatu badan yakni Otorita Batam. 2. Status kewenangan Otorita Batam dan bidang pertanahan berkaitan dengan suatu hukum pengelolaan atas seluruh areal yang terletak di Pulau Batam termasuk dalam gugusan Pulau Janda Berhias, Pulau Tanjung Sauh, Pulau Ngenang, Pulau Kesem dan Pulau Moi-Moi berada dalam Keputusan Presiden Nomor 41 tahun 1973 tentang Daerah Industri Pulau Batam dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 43 tahun 1977 tanggal 18 Februari 1977 tentang kewenangan pengaturan pengelolaan dan penggunaan tanah. 3. Apabila terjadi peralihan kewenangan bidang pertanahan dari Otorita Batam kepada pemerintah Kota Batam, maka hak pengelolaan tersebut dapat diberikan kepada Pemerintah Kota Batam atau dikembalikan menjadi tanah Negara. Demi 108 Universitas Sumatera Utara 120 adanya kepatuhan hukum, maka perlu juga diatur tentang bagian hak pengelolaan yang telah diberikan kepada pihak ketiga sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru.

B. Saran

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI PEMBERIAN KEWENANGAN BIDANG PERTANAHAN KEPADA PEMERINTAH DAERAH SESUAI UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2004 DI KABUPATEN SLEMAN

0 6 102

KEWENANGAN GUBERNUR SUMATERA BARAT DALAM PELAKSANAAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 12

KEWENANGAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANGSIDEMPUAN DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 17

KEWENANGAN DPRD DALAM PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 DAN UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 6

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAYANAN BIDANG KETENAGAKERJAAN DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH.

0 0 10

KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH OTONOM DALAM PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH | FAHRIAH | Legal Opinion 5850 19411 1 PB

0 0 10

BAB II TINJAUAN TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN HUBUNGAN LUAR NEGERI BIDANG EKONOMI - ASPEK HUKUM KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM MELAKSANAKAN KERJASAMA EKONOMI DENGAN LUAR NEGERI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERIN

0 0 56

MENENGAH (RPIJM} BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2OL7-2O21 Berdasarkan Undang- Undang No.32 Tahun 20A4 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan pembagian kewenangan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

0 0 6