Pengakuan anak dalam Hukum perdata

77 BAB III PENGAKUAN ANAK MENURUT HUKUM PERDATA BW

A. Pengakuan anak dalam Hukum perdata

Pengakuan anak yaitu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang dalam bentuk yang ditetapkan oleh Undang-undang, bahwa yang membuat pernyataan itu adalah ayah atau ibu dari seorang anak yang lahir diluar perkawinan. 106 Lembaga pengakuan anak dalam hukum perdata diatur dalaqm KUH Perdata di mana dikemukakan bahwa anak di luar kawin naturrlijk kind, kecuali yang dilahirkan dari perzinahan atau penodaan darah, tiap-tiap anak yang lahir di luar perkawinan apabila bapak dan ibunya melaksanak perkawinan, maka anak tersebut menjadi anak sah jika bapak dan ibunya sebelum melaksanakan perkawinan mengakuinya menurut ketentuan undang-undang, atau pengakuan itu dilakukan dalam akta tersendiri kemudian dengan adanya pengakuan anaqk di luar kawin sebagaimana tersebut diatas, maka timbullah hubungan perdata antara anak luar kawin itu dengan bapak dan ibunya sebagai anak yang sah lainya . 107 Untuk memperoleh status hubungan antara ayah, ibu dan anak yang lahir diluar nikah, maka anak tersebut harus diakui oleh ayah dan ibunya. Pengakuan itu harus dilakukan dengan akta autentik, secara tegas dan tidak boleh dengan cara disimpulkan saja. Menurut kitab undang-undang hukum perdata menyelidiki soal 106 Soedharyo Soimin, Hukum orang dan keluarga, Perspektif Hukum Perdata Barat BW, Hukum Islam dan hukum adat, Penerbit sinar grafika, Jakarta, hlm. 4 107 Lihat Pasal 272 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, lihat juga Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara 78 siapakah bapak seorang anak dilarang, selebihnya dalam kitab undang-undang hukum perdata menyelidiki soal siapakah ibu seorang akan luar kawin diperbolehkan dan dalam hal ini si anak luar kawin itu harus dapat dibuktikan bahwa ia anak yang dilahirkan oleh seorang ibu yang disebutkannya. Apabila ia dapat membuktikanya, maka ia dapat meminta ibunya untuk mengakuinya sebagai anak yang dilahirkanya. Pengakuan ini tidak berlaku surut, sehingga saat pengakuan terjadi anak tidak sah mempunyai hubungan hukum dengan ayahnya, tentu saja hubungan hukum dengan ibunya terjadi saat kelahiranya. Pengakuan anak terhadap anak yang ada dalam kandungan ibunya dimungkinkan karena anak tersebut dianggap sebagai sudah lahir bila kepentinganya menghendaki. 108 H. Taufiq, mengatakan bahwa : Anak wajar adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan. Dalam perkembangan selanjutnya pengertian anak wajar dipakai untuk dua pengertian yaitu dalam arti luas mencakup semua anak luar kawin yang disahkan, dalam arti sempit hanya mencakup anak yang lahir akibat overspel dan incest. Menurut hukum perdata anak wajar ini mempunyai hubungan keperdataan dengan orang tuanya hanya dengan cara pengakuan suka rela atau dengan paksa. Jika tidak ada pengakuan dari ibunya yang melahirkan atau bapak yang menghamili ibunya, maka anak wajar tersebut tidak mempunyai hubungan keperdataan baik dengan ibu atau bapak yang menghamili ibunya itu. 109 Ada tiga macam status anak yang diatur dalam hukum perdata yaitu : 1 Anak yang sah yaitu anak yang dilahirkan dalam ikatan perkawinan yang sah sebagaimana disebutkan dalam KUH Perdata. 108 Lihat Pasal 287 dan Pasal 288 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 109 H. Taufiq, Pengakuan anak Wajar Menurut Hukum Perdata tertulis dan Hukum Islam, Disbinbaperais Depag RI, Jakarta, 1994, hlm. 59. lihat juga Pasal 280 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Universitas Sumatera Utara 79 2 Anak yang diakui yaitu pengakuan anak terhadap anak luar kawin, pengakuan ini dapat dilakukan oleh ayah atau ibunya dengan maksud antara anak dengan kedua orang tuanya ada hubungan hukum sebagaimana diatur dalam KUHPerdata. 3 Anak yang disahkan, yaitu anak luar kawin antara seorang wanita dan peria yang mengakui anak yang lahir sebelum menikah itu sebagai anak mereka yang sah. Pengakuan tersebut dilaksanakan dengan mencatatnya dalam akta perkawinan yang sah. 110 Menurut hukum perdata pengakuan terhadap anak tidak sah adalah batal jika dilakukan oleh 111 : 1. Peria yang dilarang kawin dengan ibunya anak. 2. Oleh suami yang telah melangsungkan perkawinan lebih dari 306 hari sebelum kelahiran anak. 3. Peria yang belum berumur 18 tahun, kecuali jika pengakuan itu terjadi pada hari upacara perkawinan 4. Tanpa persetujuan terlebih dahulu dari ibu anak itu selama masa hidupnya. 5. Tanpa persetujuan terlebih dahulu dari anak itu jika ia telah dewasa. Selain dari itu, pengakuan juga dilarang karena ada pertalian darah yang sangat dekat incest atau karena hubungan semenda, pria ini tidak boleh mengakui anak luar kawin itu, jika dilakukan juga maka pengakuan itu batal, akibat anak tersebut berada pada posisi yang tidak menguntungkan. Ketentuan ini juga berlaku kepada peria yang dilarang kawin dengan ibu anak luar kawin bukan karena incest, pria tersebut bukan pemberi benih anak luar kawin. Apabila halangan ini tetap dilakukan, maka dianggap pelanggaran serius terhadap moral masyarakat dan juga merupakan kegiatan yang tidak dapat diperbaiki lagi bagi akan diluar kawin dengan mempercepatnya sebagai anak kampang. Pengakuan ini juga menghalangi pengakuan oleh suami ibu anak luar kawin itu bila ia akan menerima anak luar kawin sebagai anggota keluarganya setelah ia menikah nanti. Suatu hubungan kekeluargaan antara anak dan keluarga si ayah atau ibu yang mengakuinya belum ada jika tidak dilakukan pengesahan anak wetting. Pengesahan adalah suatu lembaga hukum yang jika dipergunakan akan mengakibatkan anak yang 110 Lihat Pasal 250 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 111 Iman Jauhari, Advokasi Hak-hak anak ditinjau dari hukum Islam dan peraturan perundang-undangan, Op. Cit. Hlm. 169. Universitas Sumatera Utara 80 diakui atau anak luar kawin naik setatusnya menjadi sama dengan anak sah gewetting kind. 112 Ketentuan mengenai pengesahan ini diatur dalam Pasal 272 sampai dengan Pasal 279 BW. Pengesahan dapat dilakukan melalui 2 jalan, yaitu : a. Pengesahan menurut Pasal 271 terjadi dengan dilangsungkanya perkawinan dari orang tua anak itu, asal saja anak itu diakui oleh mereka : 1 sebelum perkawinan dilangsungkan atau; 2 pada saat perkawinan dilangsungkan dengan akta perkawinan b. Jalan kedua untuk pengesahan ialah dengan memohon dari yang berwajib ”surat pengesahan” brieven von wetteging, jalan ini dapat ditempuh jikalau orang tua tidak memenuhi persyaratan yang disebut dalam pasal 272, yakni anak harus diakui dan disusul dengan perkawinan orang tuanya. Adapaun prosedur yang harus ditempuh ialah : 1 Orang tua anak itu memang melangsungkan perkawinan, tapi lupa atau lalai mengakuinya anak itu sebelum atau pada saat perkawinan. Agar anak itu mempunyai status anak yang disahkan, maka kelupaan melakukan pengakuan itu dapat diperbaiki dengan meminta surat pengesahan. pasal 274 bw 2 Anak itu telah diakui oleh orang tuanya, namun orang tuanya tidak jadi kawin meskipun telah merencanakan kawin berhubung salah seorang dari mereka meninggal dunia sebelum perkawinan itu dilangsungkan. Surat pengesahan diatas dapat dimohonkan kepada presiden, yang mana diberikan setelah mendengar nasehat dari mahkamah agung dan permintaan pengesahan itu diumumkan dalam berita negara. 113 Pengakuan yang dilakukan seorang ayah menurut pasal 284 BW haruslah dengan persetujuan si ibu selama ibu masih hidup. Ini sebagai jaminan bahwa ayah 112 P. Sianturi, Hukum Waris, Penerbit Fakultas Hukum Universitas Dharma Agung, Medan, 1990, hlm. 28. 113 M.U. Sembiring, Beberapa Bab penting dalam Hukum Waris menurut Kitab Undang - Undang Hukum Perdata, Program Pendidikan Notariat Fakultas Hukum USU, Medan, 1989, hlm. 18. Universitas Sumatera Utara 81 itu betul ayah yang membenihkan anaknya. Yang boleh melakukan pengakuan ialah laki-laki yang membenihkan anak dan ibu dari si anak itu sendiri, jika tidak ada pengakuan oleh orang lain terhadap anak yang bukan dari benih rahim seorang wanita. Prinisip ini disebabkan bahwa yang menjadi ahli waris yang sah menurut undang-undang hanyalah terhadap mereka yang mempunyai hubungan darah. 114 Pengakuan anak luar kawin berdasarkan Pasal 281 BW dapat terjadi dengan menempuh 4 jalan yaitu 115 : a. dengan segala jenis akta autentik ialah dengan maksud bahwa pengakuan itu boleh dilakukan bukan hanya dengan satu akte notaris yang menyangkut perbuatan hukum lainya disamping pengakuan, bahkan pengakuan itu hanya merupakan tambahan saja dalam akte tersebut. b. Pada akta kelahiran c. Pengakuan dilakukan pada saat pembuatan akte perkawinan dari laki- laki dan perempuan yang membenihkanya, yang berarti anak itu sekaligus pada saat itu telah disahkan gewetigd pula. d. Dengan akta khusus yang berisikan pengakuan anak yang diperbuat oleh pegawai kantor catatan sipil. Menurut Sofwan Syukrie, 116 dalam pengertian formil pengakuan anak menurut hukum adalah merupakan suatu bentuk pemberian keterangan dari seorang peria yang menyatakan pengakuan terhadap anak-anaknya. Sedangkan menurut pengakuan materil yang dimaksud pengakuan anak adalah merupakan perbuatan hukum untuk menimbulkan hubungan kekeluargaan antara anak dengan yang mengakuinya tanpa mempersoalkan siapa yang membuahi atau membenihkan wantia 114 P. Sianturi, Op. Cit. Hlm. 25. 115 M.U. Sembiring, Op. Cit. Hlm. 15. 116 Erna Sofwan Syukri, Perlindungan Hukum Anak di Luar Nikah ditinjau dari Hak-Hak Anak, sebagaimana dikutip oleh Abdul Manan, Ibid. Universitas Sumatera Utara 82 yang melahirkan anak tersebut. Jadi, penekananya bukan kepada siapa yang membuahi atau membenihkan wanita tersebut, tetapi kepada pengakuanya sehingga menjadi sumber lahirnya hubungan kekeluargaan itu. Dengan adanya pengakuan itu, anak yang diakui itu menjadi anak yang dan berhak atas warisan dari pria yang mengakuinya. Pada mulanya pengakuan anak hanya dimaksudkan untuk menciptakan adanya kaitan hukum kekeluargaan terhadap anak di luar nikah, lambat laun dan seiring dengan perkembanganya hukum keluarga dibeberapa Negara, pengertian tersebut diperluas sehingga mempunyai arti yang hampir sama dengan pengangkatan anak yang berlaku dalam hukum perdata

B. Kedudukan anak luar kawin dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata