Gambar 2.3 Diagram Forward Chaining
2. Runut Balik Backward Chaining
Runut balik merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju. Dalam runut balik penalaran dimulai dengan tujuan kemudian merunut
balik ke jalur yang akan mengarah ke tujuan tersebut Giarattano dan Rilley, 1994. Runut balik disebut juga sebagai goal-driven reasoning,
merupakan cara yang efisian untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur.
SUB TUJUAN ATURAN
TUJUAN A = 1
B = 2 JIKA A = 1 DAN B = 2
MAKA C = 3 JIKA C = 3 MAKA D = 4
D = 4
Gambar 2.4 Backward Chaining
2.3 Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan tersusun atas saluran pernapasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernapasan. Pernapasan merupakan proses untuk memenuhi
kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO
2
sebagai sisa metabolisme.
Saluran udara pernapasan tersusun atas: lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Lubang hidung sampai bronchiolus disebut
pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara respirasi.
Kelainan-kelainan pernapasan dan saluran pernapasan merupakan salah satu keluhan yang sering terjadi terutama pada anak-anak. Umumnya keluhan ini banyak
dijumpai pada musim hujan atau pada peralihan musim. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada saluran pernapasan dapat berupa batuk, demam,
kesulitan bernapas atau bersin. Kadang-kadang nyeri telan, ada perasaan kering pada tenggorokan, merasa lelah, nyeri dada atau perut, suara mendengkur saat bernapas
atau pegal- pegal. Penyakit saluran pernapasan juga bisa disebabkan karena tersumbatnya jalur pernapasan atau kekurangan zat tertentu yang menyebabkan
gangguan pada saluran pernapasan. Jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan kematian.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
3.1 Analisis Sistem
Dalam membangun sebuah perangkat lunak sistem pakar untuk Diagnosis Gangguan Pernapasan pada Anak dan cara penanganannya dilakukan beberapa tahap analisis
yaitu :
1. Menentukan masalah yang akan dibangun untuk sebuah perangkat lunak
sistem pakar. Sistem yang akan dibangun merupakan sebuah perangkat lunak sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan pernapasan pada anak.
2. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membangun sistem, yaitu
berupa informasi tentang pengertian penyakit, gejala, jenis penyakit dan cara pengobatannya melalui studi literatur dan observasi yang digunakan
sebagai knowledge base. 3.
Merepresentasikan pengetahuan ke dalam tabel gejala yang telah dianalisis, aturan produksi serta pohon pelacakan dan penelusuran gejala dan jenis
penyakit. 4.
Usulan sistem yang akan dibuat.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Langkah pertama dalam mengembangkan sistem pakar adalah mengidentifikasikan masalah yang akan dikaji, dalam hal ini adalah dengan mengidentifikasikan
permasalahan yang akan dibuat terlebih dahulu, adapun masalah-masalah yang akan diambil dalam pembangunan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit pernapasan
pada anak serta cara penanganannya.
3.1.1.1 Rhinitis Alergika
Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rhinitis alergika merupakan penyakit yang sangat sering ditemui dan kurang lebih 2,5 kunjungan ke dokter
merupakan penderita rhinitis alergika.
a. Gejala :
• Ingusan berwarna terang, encer, akibat pembengkakan membran
hidung, mengalir sebentar-sebentar atau terus-menerus. •
Gatal bagian dalam hidung anak biasanya mengalami iritasi. •
Bersin. •
Hidung tersumbat. Ini terjadi karena pembengkakan di sepanjang lapisan hidung.
• Penurunan indra penciuman bau dan rasa. Ini terjadi karena
kombinasi faktor yang mempengaruhi hidung dan tenggorokan. •
Mimisan. Terjadi karena terputusnya pembuluh darah didekat lapisan hidung yang teriritasi.
b. Penanggulangan :
penatalaksanaan terutama berupa penghindaran terhadap alergen atau iritan yang dicurigai sebagai penyebab gejala rinitis alergika. Selain itu
juga pengobatan simptomatis dengan memberikan antara lain antihistamin, dekongestan, kortikosteroid lokal, dan munoterapi.
3.1.1.2 Sinusitis
Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.
a. Gejala :
• Demam lebih dari 10-14 hari
• Ingusan berwarna terang, encer
• Nyeri tenggorokan
• Batuk
• Napas yang berbau
• Muntah-muntah
• Sakit kepala
• Kelelahan
• Bengkak di sekitar mata
b. Penanggulangan :
Bagi penderita hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, yaitu :
• Menghirup uap dari semangkuk air panas.
• Obat semprot hidung yang mengandung steroid larutan garam .
• Kompres hangat didaerah sinus yang terkena.
3.1.1.3 Faringitis
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan faring yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut.
Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c. diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis.
a. Gejala :
• Nyeri tenggorokan
• Nyeri menelan
• Tonsil amandel yang membesar
• Demam
• Pembesaran kelenjar getah bening di leher
• Peningkatan jumlah sel darah putih
b. Penanggulangan :
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri analgetik seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat.
Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye.
Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi penderita untuk meminum obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter,
agar tidak terjadi resistensi pada kuman penyebab faringitis.
3.1.1.4 Laringitis Akut
Laringitis akut merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Bila laringitis berlangsung lebih dari 3
minggu maka disebut laringitis kronik. Laringitis didefinisikan sebagai proses inflamasi yang melibatkan laring dan dapat disebabkan oleh berbagai proses baik
infeksi maupun non-infeksi. Laringitis sering juga disebut juga dengan ‘croup’. Dalam proses peradangannya laringitis sering melibatkan saluran pernapasan
dibawahnya yaitu trakea dan bronkus.
a. Gejala :
• Batuk kering
• Sakit leher
• Demam
• Nodul-nodul limpa kelenjar-kelenjar limpa yang membengkak di
leher •
Nyeri menelan •
Perasaan penuh di tenggorokan atau leher
b. Penanggulangan :
pasien dengan laringitis harus ditangani dengan tenang dan dengan sikap yang menentramkan hati, karena emosi atau marah akan memperburuk keadaan
distress pernapasan anak. Kebanyakan pasien mengalami hipoksemia, sehingga oksigenisasi harus dilakukan dan diberikan oksigen yang
dilembabkan. Oksigenisasi dapat dinilai pertama-tama dengan cara oximetry pulse noninvasif untuk meminimalkan ketidaknyamanan dan memaksimalkan
ketenangan pasien. Bila distress pernapasan parah dan tidak responsif terhadap perawatan pertama maka harus diukur tekanan gas darah arteri untuk menilai
hiperkapnia dan asidosis respiratori.
3.1.1.5 Epiglotitis
Epiglotitis kadang disebut suproglotitis adalah suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa menybabkan penyumbatan saluran pernapasan dan kematian.
Epiglotis adalah tulang rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita suara laring dan tabung udara trakea, yang akan menutup selama proses menelan berlangsung.
a. Gejala :
• Ngiler
• Nyeri tenggorokan
• Sesak napas
• Gangguan menelan
• Badannya bungkuk kedepan sebagai upaya untuk bernapas
• Mengi napas berbunyi
• Suara serak
• Menggigil kedinginan
• Demam
• Sianosiswarna kulit kebiruan
b. Penanggulangan :
Epiglotitis merupakan keadaan gawat darurat, yang jika tidak segera diatasi bisa berakibat fatal. Anak harus segera dibawa kerumah sakit dan biasanya
ditempatkan di ruang perawatan intensif.
Diberikan oksigen dan hampir selalu dilakukan pembukaan saluran pernapasan, baik dengan cara memasukkan tuba endotrakeal maupun dengan
cara membuat lubang di leher bagian depan trakeostomi. Untuk meningkatkan hidrasi, diberi cairan infus. Antibiotik diberikan untuk
mengatasi infeksi. Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi pembengkakan.
3.1.1.6 Tonsilitis
Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil amandel. Tonsillitis sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.
a. Gejala :
• Tenggorokan sakit
• Sakit saat menelan • Sakit kepala
• Demam •
kedinginan •
Pembesaran, pembengkakan kelenjar kelenjar getah bening disekitar rahang dan leher
• Kehilangan suara
b. Penaggulangan :
Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per-oral melalui mulut selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam
bentuk suntikan.
Pengangkatan tonsil tonsilektomi dilakukan jika : •
Tonsillitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih tahun •
Tonsillitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebihtahun dalam kurung waktu 2 tahun
• Tonsillitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebihtahun dalam kurung waktu
3 tahun •
Tonsillitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik
3.1.1.7 Asma
Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA Global Initiative for Asthma.
Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Asma pada anak dapat dibagi kedalam tiga derajat penyakit, yaitu : •
Asma Episodik Jarang •
Asma Episodik Sering •
Asma persisten
a. Gejala :
• Asma Episodik Jarang
Sesak napas
Mengi selama 3-4 hari
Batuk selama 10-14 hari
Suara ada lendir
Terdapat pada usia 3-6 tahun
Serangan 3-4x setahun
Gejala timbul di malam hari
• Asma Episodik Sering
Sesak napas
Mengi
Batuk
Suara ada lendir
Gejala timbul di malam hari
Terjadi pada umur 3 tahun, dan 8-13 tahun
Serangan 3-4x setahun
Hay fever
• Asma Persisten
Terjadi pada umur 6 bulan atau 3 tahun
Gejala timbul di malam hari
Gangguan pertumbuhan
Sesak napas
Mengi tiap hari
Batuk
Suara ada lendir
b. Penanggulangan :
• Asma Episodik Jarang
Asma Episodik Jarang cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator β-agonis hirupan kerja pendek Short Acting β2-Agonist,
SABA atau golongan santin kerja cepat bila perlu saja, yaitu jika ada gejalaserangan. Anjuran memakai hirupan tidak mudah dilakukan
mengingat obat tersebut mahal dan tidak selalu tersedia disemua daerah. Di samping itu pemakaian obat hirupan Metered Dose Inhaler
atau Dry Powder Inhaler memerlukan teknik penggunaan yang benar untuk anak besar, dan membutuhkan alat bantu untuk anak
kecilbayi yang juga tidak selalu ada dan mahal harganya. Bila obat hirupan tidak adatidak dapat digunakan, maka β-agonis diberikan per-
oral. •
Asma Episodik Sering Jika penggunaan β-agonis hirupan sudah lebih dari 3x perminggu
tanpa menghitung penggunaan praaktivitas fisis, atau serangan sedangberat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan
anti-inflamasi sebagai pengendali sudah terindikasi. pada awalnya, anti-inflamasi tahap pertama yang digunakan adalah kromoglikat,
dengan dosis minimum 10 mg 2-4 kali perhari. Obat ini diberikan selama 6-8 minggu, kemudian dievaluasi hasilnya. Jika asma sudah
terkendali, pemeberian kromoglikat dapat dikurangi menjadi 2-3 kali perhari.
• Asma Persisten
Cara pemberian steroid hirupan apakah dimulai dari dosis tinggi ke rendah selama gejala masih terkendali, atau sebaliknya dimulai dari
dosis rendah ke tinggi hingga gejala dapat dikendalikan, tergantung pada kasusnya. Dalam keadaaan tertentu, khususnya pada anak dengan
penyakit berat, dianjurkan untuk menggunakan dosis tinggi dahulu, disertai steroid oral jangka pendek 3-5 hari. Selanjutnya dosis steroid
hirupan diturunkan sampai dosis terkecil yang masih optimal
3.1.1.8 Bronkitis
Bronkitis merupakan proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses ini dapat
disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas maupun bawah.
a. Gejala :
• Batuk berdahak dahaknya bisa berwarna kemerahan
• Sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktifitas ringan
• Sering menderita infeksi pernapasan misalnya flu
• Lelah
• Sakit kepala
• Gangguan penglihatan
• Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang kemerahan
b. Penanggulangan :
• Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encerlebih mudah
dikeluarkan :
Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak
Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada.
Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena
akan mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan atelektasis atau pneumonia
• Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan infeksi
sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin, kloramfenikol, eritromisin.
3.1.1.9 Bronkiolitis
Bronkiolitis adalah infeksi virus akut yang terjadi pada bayi, pada tahun pertama kelahirannya, biasanya terjadi pada umur 2 sampai 10 bulan, infeksi bronkiolitis tidak
terjadi pada anak lebih dari 2 tahun, terjadinya bronkhiolitis selama musim dingin dan berlangsung hingga musim semi. Bronkiolitis biasanya terjadi 2 sampai 7 hari.
a. Gejala :
• Iritasi
• Merasa lelah
• Demam yang menengah
• Batuk
• Muntah
• Diare
• Mengi Napas berbunyi
• Dan meningkatnya laju pernapasan
b. Penanggulangan :
Prinsip dasar penanganan bronkhiolitis adalah terapi suportif : oksigenasi, pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat.
Bronkhiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkhiolitis sedang sampe berat harus
dirawat inap.
3.1.1.10 Pneumonia
Pneumonia adalah suatu infeksi pada paru-paru, dimana paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa
penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur atau parasit.
a. Gejala :
• Demam
• Batuk
• Hidung tersumbat
• Sesak napas
• Mengi napas berbunyi
• Hipoksia kekurangan oksigen
• Sianosis pucat
• Muntah
b. Penanggulangan :
Pada kasus ringan, pasien boleh berobat jalan. Namun pada kasus berat, sebaiknya pasien dirawat inap.
Pada pasien rawat jalan: •
Istirahat perawatan supportif •
Bronkodilator – albuterol nebulizer inhaler •
Monitor oksigenasi
Pada pasien rawat inap : •
Oksigen •
Bronkodilator – albuterol nebulizer perhatikan selama 4 jam •
Isolasi pernapasan •
Ribavirin •
Antibiotik •
Analisa gas darah arteri
3.1.1.11 Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah akumulasi udara ekstrapulmonal dalam dada. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara bebas di dalam rongga pleura, yaitu rongga di antara pleura
parietalis dan viseralis.
a. Gejala :
• Sesak napas
• Mengi
• Batuk
• Suara adanya lendir
• Sianotik kebiruan
b. Penanggulangan :
Setelah diagnosis ditegakkan, maka harus segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa penderita. Sebuah jarum atau Abbocath berukuran
besar harus segera ditusukkan ke dalam rongga pleura pada ruang sela iga ke dua linea mideo-klavikularis untuk mengeluarkan udara dan dalam rongga
pleura. Apabila ragu-ragu terhadap kebenaran diagnosis, jarum dapat dihubungkan dengan semprit. Jika memang benar, maka penghisap piston
semprit akan terdorong atau udara di dalam rongga pleura akan mudah dihisap
3.1.1.12 Bronchopneumonia
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat Whalley and Wong,
1996.
a. Gejala :
• Badan menggigil kedinginan
• Suhu badan naik
• Sesak napas
• Pernapasan cuping hidung
• Sianosis sekitar hidung dan mulut
• Nyeri pada dada
• Batuk mula-mula kering dan berdahak
b. Penanggulangan :
• Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat
dirumah •
Simptomatik terhadap batuk •
Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif •
Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.
• Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus
berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit
3.1.1.13 Atelektasis
Atelektasis Atelectasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara bronkus maupun bronkiolus atau akibat pernapasan
yang sangat dangkal. Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah
bronkus. Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru- paru.
a. Gejala :
• Sesak napas
• Nyeri dada
• Batuk
• Sianosis
• Takikardia nadi cepat
• Suhu badan meningkat
b. Penanggulangan :
Tindakan yang biasa dilakukan:
•
Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
•
Latihan menarik nafas dalam spirometri insentif
•
Perkusi menepuk-nepuk dada untuk mengencerkan dahak
•
Postural drainase
•
Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
•
Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
•
Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-
paru yang terkena mungkin perlu diangkat
3.1.2 Analisis Data Penyakit
Dalam membuat sistem pakar ini, diperlukan sistematika penyakit berupa tabel untuk mempermudah dalam peracangan. Dari tabel ini dapat dilihat beberapa penyakit yang
mempunyai gejala yang sama. Tabel ini dapat mempermudah dalam memahami serta dengan cepat dapat mengetahui penyakit apa yang menyerang seorang anak.
Berikut adalah tabelnya :
Tabel 3.1 Sistematika penyakit pernapasan pada anak
GP P001
P002 P003
P004 P005
P006 P007
P008 P009
P010 P011
P012 P013
P014 P015
G001 X
X X
X X
X X
X X
X X
G002 X
X X
X X
X X
X X
G003 X
X X
X X
X X
X X
G004 X
X X
X X
X X
G005 X
G006 X
G007 X
G008 X
X X
X G009
X X
G010 X
G011 X
X X
G012 X
X X
G013 X
X X
G014 X
G015 X
X X
X G016
X G017
X X
X G018
X G019
X G020
X G021
X G022
X G023
X G024
X X
G025 X
G026 X
G027 X
X X
X X
G028 X
G029 X
X X
X G030
X
Tabel 3.2 Sistematika penyakit pernapasan pada anak Lanjutan
GP P001
P002 P003
P004 P005
P006 P007
P008 P009
P010 P011
P012 P013
P014 P015
G031 X
X G032
X G033
X G034
X X
X G035
X G036
X G037
X G038
X G039
X G040
X G041
X G042
X G043
X G044
X G045
X X
G046 X
Keterangan dari gejala penyakit :
G001 : Batuk G024 : Hidung Tersumbat
G002 : Demam G025 : Suara Serak
G003 : Sesak Napas G026 : Kedinginan
G004 : Mengi Napas Berbunyi G027 : Sianosis Pucat
G005 : Penurunan Indra Penciuman G028 : Kehilangan Suara
bau dan Rasa G006 : Mimisan
G029 :Suara Ada Lendir G007 : Gatal Bagian Dalam Hidung
G030 : Usia 3-6 Tahun G008 : Nyeri Tenggorokan
G031 : Usia 3 Tahun G009 : Ingusan Berwarna Terang Encer
G032 : Usia 8-13 Tahun G010 : Napas Berbau
G033 : Serangan 3-4x Setahun G011 : Muntah
G034 : Gejala Timbul di Malam hari
G012 : Sakit Kepala G035 : Hay Fever
G013 : Kelelahan G036 : Gangguan Pertumbuhan
G014 : Bengkak di Sekitar Mata G037 : Menderita Infeksi
Pernapasan flu G015 : Nyeri Menelan
G038 : Gangguan Penglihatan G016 : Tosil Amandel Membesar
G039 : Wajah, telapak tangan Kemerahan
G017 : Pembesaran Kelenjar Getah Bening G040 : Iritasi
di Leher G018 : Peningkatan Jumlah Sel Darah Putih
G041 : Diare G019 : Sakit Leher
G042 : Laju Pernapasan Meningkat
G020 : Perasaan Penuh di Tenggorokan G043 : Hipoksia Kekurangan
Oksigen G021 : Ngiler
G044 : Pernapasan Cuping Hidung lewat hidung
G022 : Bersin G045 : Nyeri di Dada
G023 : Badan Bungkuk ke Depan G046 : Takikardia nadi cepat
Keterangan dari jenis penyakit :
P001 : Rhinitis Alergika P002 : Sinusitis
P003 : Faringitis P004 : Laringitis
P005 : Epiglotitis P006 : Tonsilitis
P007 : Asma Episodik Jarang P008 : Asma Episodik Sering
P009 : Asma Persisten P010 : Bronkitis
P011 : Bronkiolitis P012 : Pneumonia
P013 : Pneumotoraks P014 : Bronkopneumotoraks
P015 : Atelektasis
3.1.3 Pohon Keputusan
Suatu proses terhadap basis pengetahuan atau informasi yang didapat dari pakar, terlebih dahulu diubah kedalam bentuk pohon keputusan, sehingga didalam
penyelesaian masalah lebih mudah dilakukan penelusuran untuk mendapatkan hasil kesimpulan akhir yang terbaik. Adapun diagram pohon keputusan pada sistem ini
adalah : Start
Gambar 3.1 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak
P011 G013
G011
G010 G008
G009
G012 G014
G041 G004
G040
G042
P002 P012
G011 G004
G013
G043 G024
G026
G044 G046
G027
G045 G003
P014 P015
G001 G002
G005
G002 G003
P004 G015
G017 G019
G020
Start
Gambar 3.2 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak Lanjutan
G007 G005
G006
G009
G024 G022
G008 G002
G016 G012
G018 G028
G017 G015
G021 G003
G004
G023
G027 G025
G001
P006 P001
P005 P003
Gambar 3.3 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak Lanjutan
3.1.4 Kaidah Produksi dalam menganalisis Jenis Penyakit Pernapasan pada
Anak dari gejala
G003
G037 G012
G013
G038 G039
P010 G027
G029 G004
P013
P009 G033
G035 P008
G036 G031
G033 G034
P007
Kaidah produksi biasanya dituliskan dalam bentuk jika maka IF-THEN. Kaidah dapat dikatakan sebagai hubungan implikasi dua bagian yaitu premis jika dan bagian konklusi
maka. Apabila bagian premis dipenuhi maka bagian konklusi juga akan bernilai benar. Sebuah kaidah terdiri dari klausa-klausa sebuah klausa mirip sebuah kalimat subjek, kata
kerja dan objek yang menyatakan suatu fakta.ada sebuah klausa premis dan klausa konklusi pada sebuah kaidah. Suatu kaidah juga dapat terdiri dari beberapa premis dan
lebih dari satu konklusi. Aturan premis dan konklusi dapat berhubungan dengan “OR” atau “AND”. Berikut kaidah-kaidah produksi dalam mengidentifikasi penyakit:
RULE 1 IF
Penurunan indra penciuman bau dan rasa AND Mimisan
AND Gatal bagian dalam hidung AND Ingusan berwarna terang,encer
AND Bersin AND Hidung tersumbat
AND THEN Rhinitis Alergika
RULE 2 IF
Batuk AND Demam.
AND Nyeri tenggorokan AND Ingusan Berwarna Terang Encer
AND Napas Berbau AND Muntah
AND Sakit kepala AND Kelelahan
AND Bengkak di sekitar mata THEN Sinusitis
RULE 3 IF
Demam AND Nyeri tenggorokan
AND Nyeri menelan AND Tonsil amandel membesar
AND Pembesaran kelenjar getah bening di leher AND Peningkatan jumlah sel darah putih.
THEN Faringitis
RULE 4 IF
Batuk AND Demam
AND Nyeri menelan AND Pembesaran Kelenjar Getah Bening
AND Sakit Leher AND Perasaan penuh di tenggorokan atau leher
THEN Laringitis
RULE 5 IF
Demam AND Sesak Napas
AND Mengi Napas Berbunyi AND Nyeri Tenggorokan
AND Nyeri Menelan AND Ngiler
AND Badan Bungkuk ke Depan AND Suara serak
AND Sianosis Pucat THEN Epiglotitis
RULE 6 IF
Demam AND Nyeri Tenggorokan
AND Nyeri Menelan
AND Sakit kepala AND Pembesaran Kelenjar Getah Bening di leher
AND Kehilangan suara THEN Tonsilitis
RULE 7 IF
Batuk AND Sesak napas
AND Mengi Napas Berbunyi AND Suara ada lendir
AND Usia 3-6 tahun AND Gejala timbul di malam hari
THEN Asma Episodik Jarang
RULE 8 IF
Batuk AND Sesak napas
AND Mengi Napas Berbunyi AND Suara ada lendir
AND Usia 3 Tahun AND Usia 8-13 Tahun
AND Serangan 3-4x setahun AND Gejala Timbul di Malam hari
AND Hay fever THEN Asma Episodik Sering
RULE 9 IF
Batuk AND Sesak Napas
AND Mengi Napas Berbunyi AND Suara Ada Lendir
AND Usia 3 Tahun AND Gejala Timbul di Malam hari
AND Gangguan Pertumbuhan THEN Asma Persisten
RULE 10 IF
Batuk AND Sesak napas
AND Sakit Kepala AND Kelelahan
AND Menderita Infeksi Pernapasan flu AND Gangguan Penglihatan
AND Wajah, telapak tangan Kemerahan THEN Bronkitis
RULE 11 IF
Batuk AND Demam
AND Mengi Napas Berbunyi AND Muntah
AND Kelelahan AND Iritasi
AND Diare AND Laju Pernapasan Meningkat
THEN Bronkiolitis
RULE 12 IF
Batuk AND Demam
AND Sesak Napas AND Mengi Napas Berbunyi
AND Muntah
AND Hidung Tersumbat AND Sianosis pucat
AND Hipoksia Kekurangan Oksigen THEN Pneumonia
RULE 13 IF
Batuk AND Sesak Napas
AND Mengi Napas Berbunyi AND Sianosis Pucat
AND Suara Ada Lendir THEN Pneumotoraks
RULE 14 IF
Batuk AND Demam
AND Sesak Napas AND Kedinginan
AND Sianosis Pucat AND Nyeri di Dada
AND Pernapasan Cuping Hidung lewat hidung THEN Bronchopneumonia
RULE 15 IF
Batuk. AND Demam
AND Sesak Napas AND Sianosis Pucat
AND Nyeri di Dada AND Takikardia nadi cepat
THEN Atelektasis
Start
Pertanyaan
Tidak
Ya
Tidak
Ya
Gambar 3.4 Flowchart proses forward chaining
Flowchart Forward Chaining Penalaran Maju
Pada flowchart forward chaining ini user telah mengetahui gejala-gejala penyakit yang terjadi sebagai bahan untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang akan diberikan
oleh sistem, baru kemudian dapat ditarik kesimpulan diagnosis penyakit yang dialami oleh user. Proses forward chaining dapat dilihat pada gambar 3.4, berikut adalah
penjelasannya: setelah start, program akan memproses dan menampilkan pertanyaan
dari tabel pertanyaan, jika pertanyaan yang tampil dijawab YA maka jawaban akan disimpan dan kemudian akan memproses pertanyaan berikutnya. Tetapi jika TIDAK
maka langsung memproses pertanyaan selanjutnya tanpa menyimpanya terlebih dahulu. Jika saat memproses pertanyaan sudah dapat mengidentifikasi jenis penyakit
maka tidak perlu mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya dan akan tampil output berupa hasil analisis, selesai. Tapi jika belum maka harus mengulang
untuk memproses pertanyaan selanjutnya sampai dapat mengidentifikasi jenis penyakit.
3.2 Perancangan Proses
Perancangan proses akan menjelaskan bagaimana sistem bekerja untuk mengolah data input menjadi data output dengan fungsi-fungsi yang telah direncanakan. Sistem ini akan
digunakan oleh 2 user yaitu user umum dan administrator.
3.2.1 Use Case Diagram
Untuk mengenal proses dari sistem yang lama atau sistem yang sekarang ini digunakan diagram use case. Dengan diagram use case ini dapat diketahui proses
yang terjadi pada aktivitas laboratorium. Dengan diagram ini juga dapat diketahui fungsi yang digunakan oleh sistem yang sekarang. Diagram Use Case grafis
menggambarkan interaksi antara sistem, eksternal sistem jika ada dan pengguna. Diagram Use Case memainkan peran utama dalam desain sistem karena bertindak
sebagai peta jalan dalam membangun struktur sistem, tetapi juga mendefinisikan siapa yang akan menggunakan sistem dan dengan cara apa pengguna mengharapkan untuk
berinteraksi dengan sistem. Tujuan dari diagram use case adalah untuk menggambarkan:
• Aktor.
•
Satu set use case untuk sistem
• Hubungan antara aktor dan use case
Gambar use case bisa dilihat di bawah ini
login_admin pendaftaran_pasien
login_pasien masukkan gejala
update gejala
update hasil diagnosis Admin
pasien mendiagnosis penyakit
masukkan hasil diagnosis
melihat hasil diagnosis input data penyakit
update data penyakit
Gambar 3.5 Use case diagram
Berikut merupakan penjelasan Use case diagram diatas :
Tabel 3.3 Penjelasan Use case diagram Aktor
Input Nama Use Case
Deskripsi Use Case
Admin
User name,
Password Masukkan gejala
Use case ini berfungsi untuk memasukkan gejala kemudian
disimpan dalam data base.
Update gejala Use case ini berfungsi untuk
melakukan edit gejala-gejala Masukkan data
penyakit Use case ini berfungsi untuk
memasukkan data penyakit
kemudian disimpan dalam data base.
Update data penyakit
Use case ini berfungsi untuk melakukan edit data penyakit
Masukkan hasil diagnosis
Use case ini berfungsi untuk memasukkan hasil diagnosis
pengobatan kemudian disimpan dalam data base.
Update hasil diagnosis
Use case ini berfungsi untuk melakukan edit hasil
diagnosispengobatan.
Pasien
User Name, password
sesuai dengan
pendaftaran Pilih gejala
Use case ini berfungsi untuk pilihan gejala-gejala yang akan
dipilih oleh pasien
Mendiagnosis penyakit
Use case ini berfungsi untuk mendiagnosis penyakit
Melihat hasil diagnosis
Use case ini digunakan untuk melihat hasil dari diagnosis
penyakit
3.2.2 Use Case Sequence Diagram
3.2.2.1 Sequence diagram untuk use case pendaftaran
Use case pendaftaran diproses sebelum melakukan login pasien proses yang terjadi didalamya adalah pasien memasukkan isian pada form pendaftaran, dari form
pendaftaran akan dikirim ke sistem dan hasilnya nanti akan di tampilkan pada form pendaftaran.
Berikut gambar Sequence diagram untuk use case pendaftaran:
: pasien : form_pendaftaran : pendaftaran inputData
getData
selesai
Gambar 3.6 Sequence diagram untuk pendaftaran
3.2.2.2 Sequence diagram untuk use case login_pasien
Use case login di include oleh semua aktor, proses yang terjadi di dalamnya adalah pasien memasukkan username, password pada form login_pasien, dari form
login_pasien akan dikirim ke sistem untuk dicek kevalitan data. Login apabila valid
data akan diproses pada sistem, jika valid maka pasien akan masuk ke halaman konsultasi.
Berikut gambar Sequence diagram untuk use case login pasien
: pasien : form_loginpasien : loginpasien
input_datausername
validasi get_data
selesai
Gambar 3.7 Sequence diagram untuk login_pasien
3.2.2.3 Sequence diagram untuk use case pilih gejala
Use case pilih gejala ini menangani proses pilihan gejala, proses yang terjadi dalam use case pilih gejala adalah pasien memilih data gejala yang ada pada form gejala
kemudian data dikirim ke sistem untuk diproses, setelah itu sistem akan menampilkan data ke form kembali.
Berikut gambar Sequence diagram untuk use case pilih gejala :
: pasien : form_gejala
: gejala input_data
getdata
selesai
Gambar 3.8 Sequence diagram untuk pilih gejala
3.2.2.4 Sequence diagram untuk mendiagnosis penyakit
Use case ini digunakan untuk mengetahui proses diagnosis penyakit, proses- prosesnya adalah pasien menginputkan data yaitu pilihan gejala pada form setelah itu
data dikirim ke sistem untuk di proses dan hasil diagnosa akan di tampilkan pada form. Berikut gambar Sequence diagram untuk use case mendiagnosa penyakit :
: user : form diagnosa : diagnosa
input_data getdata
display cetak
Gambar 3.9 Sequence diagram untuk mendiagnosis penyakit
3.3 Perancangan Data
Data yang ada disusun sedemikian rupa ke dalam bentuk tabel untuk mempermudah sistem dalam pengambilan keputusan. Seluruh tabel saling berhubungan satu dengan
yang lainnya.
Untuk perancangan databasenya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :
1. Tabel Penyakit
Nama tabel : Penyakit
Fungsi : Menginputkan data penyakit
Tabel 3.4 Tabel Penyakit No
Nama Field Tipe
Ukuran Keterangan
1 ID
Int Primary Key
2 Kdpenyakit
Varchar 4
3 NmPenyakit
Varchar
75 4
Definisi Text
5 penanggulangan
Text
2. Tabel Gejala
Nama tabel : Gejala
Fungsi : Menginputkan data gejala
Tabel 3.5 Tabel Gejala No Nama Field
Tipe Ukuran
Keterangan
1 ID
Int 2
KdGejala Varchar
4 3
NmGejala
Varchar
75
3. Tabel Relasi
Nama Tabel : Relasi Fungsi
: Mengatur rule antara gejala dengan penyakit
Tabel 3.6 Tabel Relasi No Nama Field
Tipe Ukuran
Keterangan
1 Kdpenyakit
Varchar
4 2
KdGejala
Varchar
4
4. Tabel Pakar
Nama Tabel : Pakar Fungsi
: Menyimpan data pakar
Tabel 3.7 Tabel Pakar No Nama Field
Tipe Ukuran
Keterangan
1 User
Varchar 60
Primary key 2
Passwd Varchar
60
5. Tabel Member
Nama Tabel : Member Fungsi
: Tabel ini untuk mencatat memberpengunjung
Tabel 3.8 Tabel Member No Nama Field
Tipe Ukuran
Keterangan
1
Username
Varchar 40
Primary key 2
Passwd Varchar
40 3
Nama
Varchar 40
Tabel 3.9 Tabel Member Lanjutan No Nama Field
Tipe Ukuran
Keterangan
4
jeniskelamin
Varchar
10
5
alamat Text
60 6
Telp
Varchar 15
6. Pengkodean
Kode digunakan untuk mengklasifikasi data, perancangan pengkodean yang diusulkan dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses pengolahan data.
Rancangan kode yang diusulkan adalah: 1.
Pengkodean kode Jenis Penyakit terdiri dari 4 digit, yaitu dengan format sebagai berikut:
X 999 X : menunjukkan kode penyakit
999 : menunjukkan nomor urut Contoh : P001
P menunjukkan kode penyakit, 001 menunjukkan nomor urut penyakit. 2.
Pengkodean kode gejala terdiri dari 4 digit, yaitu dengan format sebagai berikut:
X 999 X : menunjukkan kode gejala
999 : menunjukkan nomor urut Contoh : G001
G menunjukkan kode gejala, 001 menunjukkan nomor urut gejala.
3.4 Perancangan Struktur Menu