Perancangan Sistem Pakar Untuk Diagnosis Gangguan Pernapasan Pada Anak Dengan Metode Forward Chaining

(1)

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS

GANGGUAN PERNAPASAN PADA ANAK DENGAN

METODE FORWARD CHAINING

SKRIPSI

NINA IVA LIBRINA

091421032

PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS GANGGUAN PERNAPASAN PADA ANAK DENGAN METODE

FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana komputer

NINA IVA LIBRINA 091421032

PROGRAM STUDI EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK

DIAGNOSIS GANGGUAN PERNAPASAN PADA ANAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Kategori : SKRIPSI

Nama : NINA IVA LIBRINA

Nomor Induk Mahasiswa : 091421032

Program Studi : EKSTENSI S1 ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing :

Pembimbing 2 Pembimbing 1

Drs. Agus Salim Harahap, M.Si Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 195408281981031004 NIP.195707011986011003

Diketahui / Disetujui oleh

Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU Ketua,

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom NIP. 196203171991021001


(4)

PERNYATAAN

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS GANGGUAN PERNAPASAN PADA ANAK DENGAN

METODE FORWARD CHAINING

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa Skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

Nina Iva Librina NIM. 091421032


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan tepat waktu.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang telah banyak membimbing, mengarahkan, membantu, dan memberikan dukungan semangat. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Drs. Agus Salim Harahap, M.Si selaku pembimbing pada penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Ketua dan Sekretaris Departemen Ilmu Komputer, Bapak Dr. Poltak Sihombing, M.Kom dan Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc.,M.Sc, Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua Dosen pada Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU. Akhirnya, tidak terlupakan keluarga yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Dan juga untuk semua sahabat yang sudah memberikan saran dan kritik untuk menyelesaikan skripsi ini.


(6)

ABSTRAK

Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli atau pakar. Sistem pakar mengandung pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah yang bersifat spesifik, dalam hal ini adalah permasalahan gangguan pernapasan pada Anak. Metode sistem pakar yang digunakan adalah forward chaining dengan pembuatan pohon keputusan dari data-data penunjang yang dikutip dari berbagai sumber diantaranya penelitian dan buku yang berhubungan dengan penyakit pernapasan pada Anak. User diberi kemudahan dalam mengetahui informasi berbagai jenis penyakit pernapasan pada Anak dengan gejala-gejala klinisnya, serta konsultasi layaknya dengan seorang dokter melalui beberapa pertanyaan yang harus dijawab user untuk mengetahui hasil diagnosisnya. Sedangkan administrator dimudahkan dalam memanajemen sistem, baik proses tambah, hapus maupun update data terbaru

Kata Kunci : Sistem Pakar, Forward Chaining, Penyakit Pernapasan pada Anak, Diagnosis, Pohon Keputusan


(7)

EXPERT SYSTEM DESIGNED FOR DIAGNOSIS OF CHILDREN’S RESPIRACY DISORDERS WITH FORWARD

CHAINING METHODE

ABSTRACT

Expert systems are systems that try to adopt human knowledge to computer, so that the computer can settle the problem as it is commonly done by experts or specialists. Expert systems contain specific knowledge so that everyone can use it to solve any specific problems, in this case the problem of respiratory disorders in children.

Forward chaining is the expert system method that is used by making decision-tree of

supporting data gathered from various sources such as research and books related to respiratory diseases in children. Users are given the ease in finding information of various types of respiratory disease in children with its clinical symptoms, as well as consultation as if with a specialist through several questions that need be answered by user to find out the diagnosis. As for the administrators, they are facilitated in managing the system, whether for the process of adding, deleting or updating the latest data.

Keywords : Expert system, Forward chaining, Respiratory disease in children, Diagnosis, Decision Tree


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

Bab 1 Pendahuluan 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3

1.6 Metode Penelitian 3

1.7 Sistematika Penulisan 5

Bab 2 Tinjauan Teori 6

2.1Kecerdasan Buatan 6

2.2 Sistem Pakar 7

2.2.1 Sejarah Sistem Pakar 8

2.2.2 Ciri-ciri sistem pakar 8

2.2.3 Pemakai Sistem Pakar 9

2.2.4 Keuntungan Sistem Pakar 9

2.2.5 Kelemahan Sistem Pakar 10

2.2.6 Arsitektur Sistem Pakar 10

2.2.7 Representasi Pengetahuan 13

2.2.8 Metode Inferensi 15

2.3 Sistem Pernapasan 18

Bab 3 Analisis dan Perancangan sistem 20

3.1 Analisis Sistem 20

3.1.1 Identifikasi Masalah 20

3.1.1.1 Rhinitis Alergika 21 3.1.1.2 Sinusitis 22


(9)

3.1.1.4 Laringitis Akut 23

3.1.1.5 Epiglotitis 24

3.1.1.6 Tonsilitis 25

3.1.1.7 Asma 26

3.1.1.8 Bronkitis 28

3.1.1.9 Bronkiolitis 29

3.1.1.10 Pneumonia 30

3.1.1.11 Pneumotoraks 31

32

3.1.1.13 Atelektasis 33

3.1.2 Analisis Data Penyakit 34

3.1.3 Pohon Keputusan 38

3.1.4 Kaidah Produksi dalam menganalisis Jenis Penyakit 40 Pernapasan pada Anak dari gejala

3.2 Perancangan Proses 3.2.1 Use Case Diagram

3.2.2 Use Case Sequence Diagram

3.2.2.1 Sequence diagram untuk use case pendaftaran 3.2.2.2 Sequence diagram untuk use case login_pasien

3.2.2.3Sequence diagram untuk use case pilih gejala 3.2.2.4 Sequence diagram untuk mendiagnosis penyakit 3.3Perancangan Data

3.4Perancangan Struktur Menu 3.5Perancangan Arsitektur

3.5.1 Perancangan Menu

47 47 50 50 50 51 52 53 56 57 57

Bab 4 Implementasi Sistem 64

Bab 5

4.1 Implementasi

4.1.1 Menu Utama 4.1.2 Menu Pendaftaran 4.1.3 Menu Login pakar 4.1.4 Menu informasi penyakit 4.1.5 Menu Diagnosis

4.1.6 Menu pakar

4.1.7 Menu Data Penyakit 4.1.8 Menu Data Gejala 4.2 Teknik Pengujian Sistem 4.2.1 Diagnosis

4.2.2 Hasil Diagnosis

Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran 64 64 65 66 67 67 68 69 69 70 71 72 73 73 73


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Contoh-Contoh Aturan 16

3.1 3.2

Sistematika Penyakit Pernapasan pada Anak

Sistematika Penyakit Pernapasan pada Anak (Lanjutan)

34 35

3.3 Penjelasan Use case Diagram 49

3.4 Tabel Penyakit 53

3.5 Tabel Gejala 53

3.6 Tabel Relasi 54

3.7 Tabel Pakar 54

3.8 3.9

Tabel Member

Tabel Member (Lanjutan)

54 55


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Struktur Sistem Pakar 11

2.2 Forward Chaining 16

2.3 Diagram Forward Chaining 18

2.4 Backward Chaining 18

3.1 Pohon Keputusan 38

3.2 Lanjutan Pohon Keputusan 39

3.3 Lanjutan Pohon Keputusan 40

3.4 Flowchart proses forward chaining 46

3.5 Use case diagram 48

3.6 Sequence diagram untuk pendaftaran 50

3.7 Sequence diagram untuk login_pasien 51 3.8 Sequence diagram untuk pilih gejala 52 3.9 Sequence diagram untuk mendiagnosis penyakit 52

3.10 Struktur Menu Pengguna (User) 56

3.11 Struktur Menu Pakar 56

3.12 Form Menu Utama (User) 57

3.13 Form Pendaftaran 58

3.14 Login Pakar 58

3.15 Informasi Penyakit 59

3.16 Menu Diagnosa 59

3.17 Menu Utama Pakar 60

3.18 Menu Penyakit 60

3.19 Menu Tambah Penyakit 61

3.20 Menu Edit Penyakit 61

3.21 Menu Data Gejala 62

3.22 Menu Relasi 62

3.23 Menu Edit Pakar 63

4.1 Menu Utama 65

4.2 Menu Pendaftaran 65

4.3 Menu Login pakar 66

4.4 Menu informasi penyakit 67

4.5 Menu Diagnosis 68

4.6 Menu pakar 68

4.7 4.8

Menu Data Penyakit Menu Data Gejala

69 70


(12)

ABSTRAK

Sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli atau pakar. Sistem pakar mengandung pengetahuan tertentu sehingga setiap orang dapat menggunakannya untuk memecahkan masalah yang bersifat spesifik, dalam hal ini adalah permasalahan gangguan pernapasan pada Anak. Metode sistem pakar yang digunakan adalah forward chaining dengan pembuatan pohon keputusan dari data-data penunjang yang dikutip dari berbagai sumber diantaranya penelitian dan buku yang berhubungan dengan penyakit pernapasan pada Anak. User diberi kemudahan dalam mengetahui informasi berbagai jenis penyakit pernapasan pada Anak dengan gejala-gejala klinisnya, serta konsultasi layaknya dengan seorang dokter melalui beberapa pertanyaan yang harus dijawab user untuk mengetahui hasil diagnosisnya. Sedangkan administrator dimudahkan dalam memanajemen sistem, baik proses tambah, hapus maupun update data terbaru

Kata Kunci : Sistem Pakar, Forward Chaining, Penyakit Pernapasan pada Anak, Diagnosis, Pohon Keputusan


(13)

EXPERT SYSTEM DESIGNED FOR DIAGNOSIS OF CHILDREN’S RESPIRACY DISORDERS WITH FORWARD

CHAINING METHODE

ABSTRACT

Expert systems are systems that try to adopt human knowledge to computer, so that the computer can settle the problem as it is commonly done by experts or specialists. Expert systems contain specific knowledge so that everyone can use it to solve any specific problems, in this case the problem of respiratory disorders in children.

Forward chaining is the expert system method that is used by making decision-tree of

supporting data gathered from various sources such as research and books related to respiratory diseases in children. Users are given the ease in finding information of various types of respiratory disease in children with its clinical symptoms, as well as consultation as if with a specialist through several questions that need be answered by user to find out the diagnosis. As for the administrators, they are facilitated in managing the system, whether for the process of adding, deleting or updating the latest data.

Keywords : Expert system, Forward chaining, Respiratory disease in children, Diagnosis, Decision Tree


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Perkembangan komputer dewasa ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Komputer yang pada awalnya hanya digunakan oleh para akademisi dan militer, kini telah digunakan secara luas di berbagai bidang, misalnya: Bisnis, Kesehatan, Pendidikan, Psikologi, Permainan dan sebagainya. Hal ini mendorong para ahli untuk semakin mengembangkan komputer agar dapat membantu kerja manusia atau bahkan melebihi kemampuan kerja manusia.

Sistem pakar adalah program komputer yang merupakan cabang dari penelitian ilmu komputer yang disebut kecerdasan buatan. Sistem pakar merupakan suatu program aplikasi komputerisasi yang berusaha menirukan proses penalaran dari seorang ahlinya dalam memecahkan masalah spesifikasi atau bisa dikatakan merupakan duplikat dari seorang pakar karena pengetahuannya disimpan didalam basis pengetahuan untuk diproses pemecahan masalah. Data yang tersimpan dalam database akan menginformasikan suatu keluhan pasien dengan akurat dan dapat menyimpulkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien.

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi manusia. Namun untuk memperoleh kesehatan yang baik tidaklah mudah. Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Pencemaran udara, sedikitnya tanaman hijau dan pola hidup yang tidak bersih merupakan beberapa penyebabnya. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit mengakibatkan korban dari gangguan sistem ini bertambah banyak. Orang tua merupakan orang awam yang


(15)

kurang memahami kesehatan. Apabila terjadi gangguan kesehatan terhadap anak maka mereka lebih mempercayakannya kepada pakar atau dokter ahli yang sudah mengetahui lebih banyak tentang kesehatan, tanpa memperdulikan apakah gangguan tersebut masih dalam tingkat rendah atau kronis. Namun dengan kemudahan adanya para pakar atau dokter ahli, terkadang terdapat pula kelemahannya seperti jam kerja (praktek ) terbatas dan banyaknya pasien sehingga harus menunggu antrian. Dalam hal ini, orang tua selaku pemakai jasa lebih membutuhkan seorang pakar yang lebih memudahkan dalam mendiagnosis penyakit lebih dini agar dapat melakukan pencegahan lebih awal yang sekiranya membutuhkan waktu jika berkonsultasi dengan dokter ahli. Karena hal tersebutlah maka dibutuhkan suatu alat bantu yang dapat mendiagnosis penyakit pernapasan pada anak berupa sistem pakar.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan tugas akhir ini adalah bagaimana merancang suatu sistem pakar yang dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu jenis penyakit berdasarkan gejala yang dirasakan user, sehingga user menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi.

1.3. Batasan Masalah

1. Sistem pakar yang dirancang untuk komputer PC.

2. Sistem pakar ini mendiagnosis pasien di bawah umur 13 tahun.

3. Sumber pengetahuan diperoleh dari pakar, buku-buku, Internet dan e-book yang mendukung.

4. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah ini adalah metode inferensi

Forward Chaining.

5. Output yang dihasilkan dari software ini adalah jenis penyakit yang diderita. 6. Interaksi antara sistem dan user menggunakan pertanyaan berupa daftar gejala

yang sudah tampak berdasarkan kondisi fisik, dimana user akan diminta untuk memilih gejala berdasarkan kondisi anak tersebut.


(16)

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan suatu sistem yang dapat digunakan untuk melakukan diagnosis gangguan pernapasan pada anak yang mampu membuat suatu keputusan yang sama, sebaik dan seperti pakar.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Memberikan suatu solusi alternatif dalam mendiagnosis penyakit berdasar gejala-gejala yang ditimbulkan dengan bantuan komputer, sehingga deteksi bisa dilakukan lebih cepat dan mudah.

2. Membantu pengambilan tindakan pengobatan berdasarkan informasi output yang diberikan oleh sistem pakar yang dibuat

1.6. Metode Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan dalam pembuatan skripsi ini adalah:

1. Pembelajaran literatur

Kepustakaan (Library), yaitu metode pengumpulan data menggunakan pustaka-pustaka yang telah ada untuk digunakan sebagai referensi.

2. Analisis

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan fakta-fakta yang mendukung perancangan sistem dengan mengadakan konsultasi dengan seorang pakar dan membandingkan hasil penelitian dengan yang ada pada buku penuntun.

3. Perancangan

Pada tahap ini akan dilakukan perancangan sistem pakar untuk diagnosis penyakit pernapasan pada anak.


(17)

Pada tahap ini rancangan yang akan dibuat dan diimplementasikan ke dalam bentuk kode program PHP

5. Pengujian

Setelah proses pengkodean selesai maka akan dilakukan proses pengujian terhadap program yang dihasilkan untuk mengetahui apakah program sudah berjalan dengan benar dan sesuai dengan perancangan yang dilakukan.

6. Penyusunan laporan dan kesimpulan akhir

Membuat laporan hasil analisa dan perancangan ke dalam format penulisan tugas akhir dengan disertai kesimpulan akhir.


(18)

1.7. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini adalah

Bab 1 :Pendahuluan

Berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab 2 :Tinjauan Teori

Pada bab ini dijelaskan teori yang mendukung dalam perancangan sistem pakar diagnosis gangguan pernapasan pada anak dengan metode forward chaining.

Bab 3 :Analisis dan Perancangan Sistem

Menjabarkan tentang penyakit pernapasan pada anak berupa nama penyakit, gejala klinis dan penyebabnya serta tahapan-tahapan dalam merancang program sistem pakar

Bab 4 :Implementasi Sistem

Pada bab ini dijelaskan tentang implementasi dari perancangan sistem pakar yang telah dirancang pada bab sebelumnya.

Bab 5 :Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini dijelaskan tentang kesimpulan dan saran dari penulis untuk hasil pembahasan tugas akhir


(19)

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Kecerdasan Buatan

Artificial Intelligence ( AI ) atau kecerdasan buatan merupakan cabang dari ilmu

komputer yang berhubungan dengan pengotomatisan tingkah laku cerdas. AI adalah bagian dari komputer sehingga harus didasarkan pada Sound theoretical ( teori suara) dan prinsip-prinsip aplikasi dari bidangnya. Prinsip-prinsip ini meliputi struktur data yang digunakan dalam representasi pengetahuan, algoritma yang diperlukan untuk mengaplikasikan pengetahuan tersebut, serta bahasa dan teknik pemrograman yang digunakan dalam mengimplementasikannya.

Ada tiga tujuan kecerdasan buatan, yaitu : membuat komputer lebih cerdas, mengerti tentang kecerdasan, dan membuat mesin lebih berguna. Yang dimaksud kecerdasan adalah kemampuan untuk belajar atau mengerti dari pengalaman, memahami pesan yang kontradiktif dan ambigu, menanggapi dengan cepat dan baik atas situasi yang baru, menggunakan penalaran dalam memecahkan masalah serta menyeslesaikannya dengan efektif.

Kecerdasan buatan berbeda dengan pemrograman konvensional. Pemrograman konvensional berbasis pada algoritma yang mendefinisikan setiap langkah dalam penyelesaian masalah. Lain halnya dengan pemrograman dalam kecerdasan buatan yang berbasis pada representasi simbol dan manipulasi. Dalam kecerdasan buatan, sebuah simbol dapat berupa kalimat, kata, atau angka yang diguanakan untuk merepresentasikan obyek, proses dan hubungannya.


(20)

1. Formal tasks (matematika, games)

2. Mundane task (perception, robotics, natural language, common sense,

reasoning)

3. Expert Task (financial analysis, medical diagnostics, engineering, scientific

analysis, dll.)

2.2 Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memcahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut.

Pada dasarnya sistem pakar diterapkan untuk mendukung aktivitas pemecahan masalah. Beberapa aktifitas pemecahan yang dimaksud antara lain: pembuatan keputusan (decision making), pemaduan pengetahuan (knowledge fusing), pembuatan desain (designing), perencanaan (planning), prakiraan (forecasting), pengaturan (regulating), perumusan (prescribing), penjelasan (explaining), pemberian nasihat (advising ) dan pelatihan (tutoring). Selain itu sistem pakar juga dapat berfungsi sebagai asisten yang pandai dari seorang pakar.

Pengetahuan medis dari dokter sangat diperlukan untuk pengembangan sistem pakar. Pengetahuan ini dikumpulkan dalam dua tahap. Dalam tahap pertama, latar belakang medis penyakit pernapasan dicatat melalui wawancara dengan dokter dan pasien. Dalam tahap kedua, satu set aturan yang dibuat di mana setiap aturan berisi di bagian JIKA yang memiliki gejala-gejala dan bagian MAKA yang memiliki penyakit.

Biasanya sistem pakar hanya digunakan untuk memecahkan masalah yang memang sulit untuk dipecahkan dengan pemrograman biasa, mengingat biaya yang diperlukan untuk membuat sistem pakar jauh lebih besar dari pembuatan sistem biasa.


(21)

Sistem pakar mulai dikembangkan pada pertengahan tahun 1960-an oleh Artificial

Intelligence Corporation.

1961 General Problem Solver (GPS) oleh A. Newell and H. Simon.

Adalah sebuah program yang dibangun untuk menyelesaikan permasalahan mulai dari games sampai matematika integral.

1969 DENDRAL. Dibangun di Stanford University atas permintaan NASA (Buchanan and Feigenbaum) untuk melakukan analisis kimiawi terhadap kondisi tanah di planet Mars.

1970 MCYN. Dibuat untuk diagnosa medis oleh Buchanan dan Shortliffe.

1982 R1/XCON adalah sistem pakar pertama yang dibuat oleh para peneliti di Carnegie Melon University (CMU).

2.2.2 Adapun ciri-ciri sistem pakar diantaranya adalah :

1. Bekerja secara sistematis berdasarkan pengetahuan dan mekanisme tertentu.

2. Pengambilan keputusan berdasarkan kaidah-kaidah tertentu dan dapat merespons masukkan user (melalui kotak dialog).

3. Dapat menalar data-data yang tidak pasti dan memberikan beberapa alasan pemilihan.

4. Dikembangkan secara bertahap dan terbatas pada bidang keahlian tertentu saja.

5. Outputnya berupa saran atau anjuran.

2.2.3 Pemakai Sistem Pakar


(22)

1. Orang awam yang bukan pakar untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah.

2. Pakar sebagai asisten yang berpengetahuan.

3. Memperbanyak atau menyebarkan sumber pengetahuan yang semakin langka.

Sistem pakar merupakan program yang dapat menggantikan keberadaan seorang pakar. Alasan mendasar mengapa sistem pakar dikembangkan untuk menggantikan seorang pakar:

1. Dapat menyediakan kepakaran setiap waktu dan di berbagai lokasi.

2. Secara otomatis mengerjakan tugas-tugas rutin yang membutuhkan seorang pakar.

3. Seorang pakar akan pensiun atau pergi.

4. Menghadirkan/menggunakan jasa seorang pakar memerlukan biaya mahal.

5. Kepakaran dibutuhkan juga pada lingkungan yang tidak bersahabat ( hostile environment).

2.2.4 Keuntungan Sistem Pakar

Adapun keunggulan sistem pakar yang dapat diambil manfaat dari penggunaanya adalah :

1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan perkerjaan para ahli 2. Bisa melakukan proses berulang secara otomatis.

3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar. 4. Meningkatkan produktivitas.

5. Meningkatkan kualitas dan kapabilitas komputer dalam penggunaan komputer dan dalam menyelesaikan masalah, karena pemberdayaan kemampuan komputer untuk memecahkan masalah baru.


(23)

6. Mampu mengambil dan melestarikan keahlian para pakar, terutama untuk ilmu pengetahuan yang tidak dimilki oleh sebanyak ilmu lainya oleh para pakar.

7. Memiliki reliabilitas, yaitu bisa dipercaya kebenaranya dan tahan uji atas kemampuan yang diterima.

8. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.

9. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan.

2.2.5 Kelemahan Sistem Pakar

Namun Sistem ini tetap memiliki kelemahan-kelemahan yang merupakan bentuk tidak kemampuan rekayasa pengetahuan dan pakar dengan hasil semaksimal mungkin.

Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:

1. Biaya yang diperlukan sangat mahal untuk membuat dan pemeliharaan sistem ini.

2. Sulit dikembangkan, terutama bila dikaitkan dengan ketersediaan pakar dibidangnya.

3. Sistem Pakar tidak 100% bernilai benar, karena ini rekayasa manusia untuk membantu menyelesaikan masalah bukan sebagai penyelesaian secara utuh.

2.2.6 Arsitektur Sistem Pakar

Sistem pakar dapat ditampilkan dengan dua lingkungan, yaitu lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation

environment) (Gambar 2.1). Lingkungan pengembangan digunakan oleh sistem pakar

(ES) builder untuk membangun komponen dan memasukkan pengetahuan ke dalam basis pengetahuan. Lingkungan konsultasi digunakan oleh nonpakar untuk memperoleh pengetahuan dan nasihat pakar. Lingkungan ini dapat dipisahkan setelah sistem lengkap.


(24)

Gambar 2.1 Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar memiliki beberapa komponen utama, yaitu:

1. Antarmuka pengguna (user interface)

Antarmuka pemakai merupakan mekanisme yang digunakan oleh pengguna dan sistem pakar untuk berkomunikasi. Pada bagian ini terjadi dialog antara program dan pemakai, yang memungkinkan sistem pakar menerima instruksi dan informasi (input) dari pemakai, juga memberikan informasi (output) kepada pemakai.

2. Basis Pengetahuan

Berisi pengetahuan setingkat pakar pada subyek tertentu. Berisi pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, merumuskan, dan menyelesaikan masalah.

Basis data ini terdiri dari 2 elemen dasar:

a. Fakta, situasi masalah dan teori yang terkait

b. Heuristic khusus atau rules, yang langsung menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah khusus

Pada basis pengetahuan terdapat 2 (dua) bentuk pendekatan basis pengetahuan yang umum, yaitu :


(25)

a. Rule-based Reasoning (Penalaran berbasis pengetahuan).

Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk: IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila dimiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu, dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Disamping itu bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi.

b. Case-based Reasoning (Penalaran berbasis kasus)

Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama

3. Fasilitas akusisi pengetahuan (knowledge acquisition facility)

Perangkat lunak yang menyediakan fasilitas dialog anatara pakar dengan sistem.

Fasilitas akusisi ini digunakan untuk memasukkan fakta-fakta dan kaidah sesuai dengan perkembangan ilmu.

4. Mekanisme inferensi (inference mechanism)

Perangkat lunak yang melakukan penalaran dengan menggunakan pengetahuan yang ada untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau hasil akhir.

5. Fasilitas penjelasan (explanation facility)

Berguna dalam memberikan penjelasan kepada pengguna mengapa komputer meminta suatu informasi tertentu dari pengguna dan dasar apa yang digunakan komputer sehingga dapat menyimpulkan suatu kondisi.

6. Blackboard (Tempat Kerja)

Blackboard adalah area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan


(26)

juga untuk penekanan hipotesis dan keputusan sementara. Tiga tipe keputusan yang dapat direkam dalam blackboard :

• Rencana : bagaimana mengatasi persoalan

• Agenda : tindakan potensial sebelum eksekusi

• Solusi : hipotesis kandidat dan arahan alternatif yang telah dihasilkan sistem sampai saat ini.

7. Perbaikan Pengetahuan

Pakar manusia memiliki sistem perbaikan-pengetahuan, yakni mereka dapat menganalisis pengetahuannya sendiri dan kegunaannya, belajar darinya, dan meningkatkannya untuk konsultasi mendatang. Serupa pula, evaluasi tersebut diperlukan dalam pembelajaran komputer sehingga program dapat menganalisis alasan keberhasilan atau kegagalannya. Hal ini dapat mengarah kepada peningkatan sehingga menghasilkan basis pengetahuan yang lebih akurat dan pertimbangan yang lebih efektif. Komponen tersebut tidak tersedia dalam sistem pakar komersil saat ini, tetapi sedang dikembangkan dalam ES eksperimental pada beberapa universitas dan lembaga riset.

2.2.7 Representasi Pengetahuan

Representasi pengetahuan merupakan metode yang digunkan untuk mengkodekan pengetahuan dalam sebuah sistem pakar. Representasi dimaksudkan untuk menangkap sifat-sifat penting masalah dan membuat informasi itu dapat diakses oleh prosedur pemecahan masalah.

Adapun karakteristik dari metode representasi pengetahuan adalah:

a. Harus bisa diprogram dengan bahasa pemrograman atau dengan shells dan hasilnya disimpan dalam memori.

b. Dirancang sedemikian sehingga isinya dapat digunakan untuk proses penalaran.


(27)

c. Model representasi pengetahuan merupakan sebuah struktur data yang dapat dimanipulasi oleh mesin inferensi dan pencarian untuk aktivitas pencocokan pola.

Sistem pakar lebih sering menggunakan pengetahuan daripada data untuk menyediakan solusi. Pengetahuan dikodekan dan dipelihara terpisah dari program pengendalian entitas. Sistem pakar mampu menjelaskan bagaimana kesimpulan tertentu telah tercapai. Sistem pakar menggunakan representasi simbolis untuk pengetahuan (aturan, jaringan, bingkai atau Script) dan melakukan inferensi melalui perhitungan simbolik.

1. Aturan produksi

Aturan produksi adalah bentuk representasi pengetahuan yang paling populer untuk sistem pakar. Pengetahuan direpsentasikan dalam bentuk :

IF [kondisi] Then [aksi]

Tiap aturan produksi dalam basis pengetahuan mengimplementasikan sebagian keahlian otonomi yang dapat dikembangkan dan dimodifikasi secara terpisah dari aturan lain. Pada saat dimasukkan dan digabungkan kedalam mesin inferensi, set aturan berlaku secara sinergi, memberikan hasil yang lebih baik daripada jumlah hasil aturan individu.

2. Bingkai (Frame)

Frame merupakan kumpulan pengetahuan tentang suatu objek tertentu,

peristiwa, lokasi, situasi, dan lain-lain. Frame memiliki slot yang menggambarkan rincian (atribut) dan karakteristik objek. Biasanya digunakan untuk mempresentasikan pengetahuan yang didasarkan pada karakteristik yang sudah dikenal yang merupakan pengalaman-pengalaman.

3. Jaringan Semantik

Jaringan semantik adalah gambaran pengetahuan grafis yang menunjukan hubungan antar berbagai objek. Jaringan semantik terdiri dari


(28)

lingakran-lingkaran yang menunjukan objek dan informasi tentang objek tersebut. Salah satu kelebihan jaringan semantik ini adalah ‘bisa mewariskan ‘. Artinya dari suatu objek yang merupakan sebuah subjek masih dapat dilakukan penurun informasi objek dari informasi objek yang mengikuti objek tersebut sebelumnya. Sistem jaringan semantik ini selalu tergantung pada jenis masalah yang dipecahkan.

4. Script

Script merupakan skema representasi pengetahuan yang sama dengan frame.

Hanya saja frame menggambarkan objek sedangkan script menggambarkan urutan peristiwa. Sama halnya dengan frame, script juga untuk merepresentasikan situasi atau pengetahuan stereotipe atau pengetahuan yang didasarkan pada karakteristik yang sudah dikenal dan merupakan pengalaman. Berbeda dengan frame, script biasanya direpresentasikan ke dalam konteks tertentu. Penggambaran urutan peristiwa pada script menggunakan serangkaian slot yang berisi informasi tentang orang, objek, dan tindakan-tindakan yang terjadi dalam suatu peristiwa.

2.2.8 Metode Inferensi

Mesin inferensi (penalaran maju) adalah suatu mekanisme di mana aturan-aturan dipilih untuk ditembakkan. Hal ini didasarkan pada pola pencocokan algoritma yang tujuan utamanya adalah untuk mengasosiasikan fakta (data masukan) dengan aturan yang berlaku dari aturan dasar.

Ada dua metode inferensi yang penting dalam sistem pakar yaitu: 1. Runut Maju (Forward Chaining)

Runut maju berarti menggunakan aturan kondisi-aksi. Dalam metode ini, data digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan tersebut dijalankan. Mungkin proses menambahkan data ke memori kerja. Proses diulang sampai ditemukan suatu hasil.


(29)

DATA ATURAN KESIMPULAN A = 1

B = 2

JIKA A = 1 DAN B = 2 MAKA C = 3 JIKA C = 3 MAKA D = 4

D = 4

Gambar 2.2 Forward Chaining

Table 2.1 Contoh-contoh aturan

No. Aturan

R-1 R-2 R-3 R-4 R-5 R-6 R-7 R-8 R-9 R-10

IF A & B THEN C IF C THEN D IF A & E THEN F IF A THEN G IF F & G THEN D IF G & E THEN H IF C & H THEN I IF I & A THEN J IF G THEN J IF J THEN K

Pada tabel di atas ada 10 aturan (rule) yang tersimpan dalam basis pengetahuan. Fakta awal yang diberikan hanya : A & E (yaitu berarti A dan E bernilai benar). Hipotesanya adalah apakah K bernilai benar ?

Untuk itu dilakukan langkah-langkah inferensia sebagai berikut :

• Start dari R-1. A merupakan fakta sehingga bernilai benar, sedangkan B belum diketahui kebenarannya, sehingga C pun belum diketahui


(30)

kebenarannya. Oleh karena itu pada R-1 kita tidak mendapatkan informasi apapun. Sehingga kita menuju ke R-2.

• Pada R-2 juga sama kita tidak dapat memastikan kebenaran D karena C belum diketahui apakah benar atau salah sehingga kita tidak mendapatkan informasi apapun , sehingga kita menuju ke R-3.

• Pada R-3 A dan E adalah fakta sehingga jelas benar. Dengan demikian F sebagai konsekuensi juga benar. Dari sini kita mendapat fakta baru yaitu F, tetapi karena F bukan hipotesa maka langkah diteruskan ke R-4

• Pada R-4 A adalah fakta berarti jelas benar, sehingga G sebagai konsekuen juga benar. Jadi terdapat fakta baru yaitu G, tetapi G bukan hipotesa sehingga langkah diteruskan ke R-5.

• Pada R-5 F dan G benar berdasarkan aturan R-3 dan R-4, sehingga D sebagai konsekuen juga benar. Terdapat fakta baru yaitu D, tetapi D bukan hipotesa sehingga diteruskan ke R-6.

• Pada R-6, E dan G benar berdasarkan fakta dan R-4, maka H benar. Sehingga terdapat fakta baru yaitu H, tetapi H bukan hipotesa, sehingga diteruskan ke R-7.

• Pada R-7, karena C belum diketahui, maka I juga belum dapat diketahui kebenarannya, sehingga kita tidak mendapatkan informasi apapun. Diteruskan ke R-8

• Pada R-8, meskipun A benar karena fakta tetapi I belum diketahui, sehingga J juga belum dapat diketahui kebenarannya. Diteruskan ke R-9.

• Pada R-9, G benar menurut R-4, sehingga konsekuennya J juga benar, tetapi J bukan hipotesa, maka diteruskan ke R-10.

• Pada R-10, K benar karena J benar menurut R-9. Karena K merupakan hipotesa yang dibuktikan maka selesai

Secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut

R-4 R-9 R-10 R-5

R-3 R-6 D A E G H K J F


(31)

Gambar 2.3 Diagram Forward Chaining

2. Runut Balik (Backward Chaining)

Runut balik merupakan metode penalaran kebalikan dari runut maju. Dalam runut balik penalaran dimulai dengan tujuan kemudian merunut balik ke jalur yang akan mengarah ke tujuan tersebut (Giarattano dan Rilley, 1994). Runut balik disebut juga sebagai goal-driven reasoning, merupakan cara yang efisian untuk memecahkan masalah yang dimodelkan sebagai masalah pemilihan terstruktur.

SUB TUJUAN ATURAN TUJUAN

A = 1 B = 2

JIKA A = 1 DAN B = 2 MAKA C = 3 JIKA C = 3 MAKA D = 4

D = 4

Gambar 2.4 Backward Chaining

2.3 Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan tersusun atas saluran pernapasan dan paru-paru sebagai tempat perrtukaraan udara pernapasan. Pernapasan merupakan proses untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk mengubah sumber energi menjadi energi dan membuang CO2 sebagai sisa metabolisme.

Saluran udara pernapasan tersusun atas: lubang hidung, rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkeolus. Lubang hidung sampai bronchiolus disebut pars konduktoria karena fungsinya sebagai saluran udara respirasi.


(32)

Kelainan-kelainan pernapasan dan saluran pernapasan merupakan salah satu keluhan yang sering terjadi terutama pada anak-anak. Umumnya keluhan ini banyak dijumpai pada musim hujan atau pada peralihan musim. Gejala-gejala yang menunjukkan adanya gangguan pada saluran pernapasan dapat berupa batuk, demam, kesulitan bernapas atau bersin. Kadang-kadang nyeri telan, ada perasaan kering pada tenggorokan, merasa lelah, nyeri dada atau perut, suara mendengkur saat bernapas atau pegal- pegal. Penyakit saluran pernapasan juga bisa disebabkan karena tersumbatnya jalur pernapasan atau kekurangan gangguan pada saluran pernapasan. Jika tidak segera ditangani, dapat menyebabkan


(33)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis Sistem

Dalam membangun sebuah perangkat lunak sistem pakar untuk Diagnosis Gangguan Pernapasan pada Anak dan cara penanganannya dilakukan beberapa tahap analisis yaitu :

1. Menentukan masalah yang akan dibangun untuk sebuah perangkat lunak sistem pakar. Sistem yang akan dibangun merupakan sebuah perangkat lunak sistem pakar untuk mendiagnosis gangguan pernapasan pada anak. 2. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk membangun sistem, yaitu

berupa informasi tentang pengertian penyakit, gejala, jenis penyakit dan cara pengobatannya melalui studi literatur dan observasi yang digunakan sebagai knowledge base.

3. Merepresentasikan pengetahuan ke dalam tabel gejala yang telah dianalisis, aturan produksi serta pohon pelacakan dan penelusuran gejala dan jenis penyakit.

4. Usulan sistem yang akan dibuat.

3.1.1 Identifikasi Masalah

Langkah pertama dalam mengembangkan sistem pakar adalah mengidentifikasikan masalah yang akan dikaji, dalam hal ini adalah dengan mengidentifikasikan permasalahan yang akan dibuat terlebih dahulu, adapun masalah-masalah yang akan diambil dalam pembangunan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit pernapasan pada anak serta cara penanganannya.


(34)

3.1.1.1 Rhinitis Alergika

Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rhinitis alergika merupakan penyakit yang sangat sering ditemui dan kurang lebih 2,5% kunjungan ke dokter merupakan penderita rhinitis alergika.

a. Gejala :

• Ingusan berwarna terang, encer, akibat pembengkakan membran hidung, mengalir sebentar-sebentar atau terus-menerus.

• Gatal bagian dalam hidung anak biasanya mengalami iritasi.

• Bersin.

• Hidung tersumbat. Ini terjadi karena pembengkakan di sepanjang lapisan hidung.

• Penurunan indra penciuman (bau) dan rasa. Ini terjadi karena kombinasi faktor yang mempengaruhi hidung dan tenggorokan.

• Mimisan. Terjadi karena terputusnya pembuluh darah didekat lapisan hidung yang teriritasi.

b. Penanggulangan :

penatalaksanaan terutama berupa penghindaran terhadap alergen atau iritan yang dicurigai sebagai penyebab gejala rinitis alergika. Selain itu juga pengobatan simptomatis dengan memberikan antara lain antihistamin,

dekongestan, kortikosteroid lokal, dan munoterapi.


(35)

Sinusitis adalah suatu peradangan pada sinus karena alergi atau infeksi virus, bakteri maupun jamur.

a. Gejala :

• Demam lebih dari 10-14 hari

• Ingusan berwarna terang, encer

• Nyeri tenggorokan

• Batuk

• Napas yang berbau

• Muntah-muntah

• Sakit kepala

• Kelelahan

• Bengkak di sekitar mata b. Penanggulangan :

Bagi penderita hal-hal berikut bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman, yaitu :

• Menghirup uap dari semangkuk air panas.

Obat semprot hidung yang mengandung steroid ( larutan garam ).

Kompres hangat didaerah sinus yang terkena.

3.1.1.3 Faringitis

Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring) yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut.

Biasanya disebabkan oleh bakteri streptokokus grup A. Namun bakteri lain seperti n. gonorrhoeae, c. diphtheria, h. influenza juga dapat menyebabkan faringitis.

a. Gejala :

• Nyeri tenggorokan


(36)

• Tonsil (amandel) yang membesar

• Demam

• Pembesaran kelenjar getah bening di leher

• Peningkatan jumlah sel darah putih b. Penanggulangan :

Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri (analgetik) seperti asetaminofen, obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18 tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye. Jika diduga penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik. Penting bagi penderita untuk meminum obat antibiotik sampai habis sesuai anjuran dokter, agar tidak terjadi resistensi pada kuman penyebab faringitis.

3.1.1.4 Laringitis Akut

Laringitis akut merupakan penyakit yang umum pada anak-anak, mempunyai onset yang cepat dan biasanya sembuh sendiri. Bila laringitis berlangsung lebih dari 3 minggu maka disebut laringitis kronik. Laringitis didefinisikan sebagai proses inflamasi yang melibatkan laring dan dapat disebabkan oleh berbagai proses baik infeksi maupun non-infeksi. Laringitis sering juga disebut juga dengan ‘croup’. Dalam proses peradangannya laringitis sering melibatkan saluran pernapasan dibawahnya yaitu trakea dan bronkus.

a. Gejala :

• Batuk kering

• Sakit leher

• Demam

• Nodul-nodul limpa (kelenjar-kelenjar limpa) yang membengkak di leher

• Nyeri menelan


(37)

b. Penanggulangan :

pasien dengan laringitis harus ditangani dengan tenang dan dengan sikap yang menentramkan hati, karena emosi atau marah akan memperburuk keadaan distress pernapasan anak. Kebanyakan pasien mengalami hipoksemia, sehingga oksigenisasi harus dilakukan dan diberikan oksigen yang dilembabkan. Oksigenisasi dapat dinilai pertama-tama dengan cara oximetry pulse noninvasif untuk meminimalkan ketidaknyamanan dan memaksimalkan ketenangan pasien. Bila distress pernapasan parah dan tidak responsif terhadap perawatan pertama maka harus diukur tekanan gas darah arteri untuk menilai hiperkapnia dan asidosis respiratori.

3.1.1.5 Epiglotitis

Epiglotitis (kadang disebut suproglotitis) adalah suatu infeksi pada epiglotis, yang bisa menybabkan penyumbatan saluran pernapasan dan kematian.

Epiglotis adalah tulang rawan yang berfungsi sebagai katup pada pita suara (laring) dan tabung udara (trakea), yang akan menutup selama proses menelan berlangsung.

a. Gejala :

• Ngiler

• Nyeri tenggorokan

• Sesak napas

• Gangguan menelan

• Badannya bungkuk kedepan sebagai upaya untuk bernapas

• Mengi (napas berbunyi)

• Suara serak

• Menggigil (kedinginan)

• Demam

• Sianosis(warna kulit kebiruan) b. Penanggulangan :


(38)

Epiglotitis merupakan keadaan gawat darurat, yang jika tidak segera diatasi bisa berakibat fatal. Anak harus segera dibawa kerumah sakit dan biasanya ditempatkan di ruang perawatan intensif.

Diberikan oksigen dan hampir selalu dilakukan pembukaan saluran pernapasan, baik dengan cara memasukkan tuba endotrakeal maupun dengan cara membuat lubang di leher bagian depan (trakeostomi). Untuk meningkatkan hidrasi, diberi cairan infus. Antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi. Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi pembengkakan.

3.1.1.6 Tonsilitis

Tonsillitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel). Tonsillitis sangat sering ditemukan, terutama pada anak-anak.

a. Gejala :

• Tenggorokan sakit

• Sakit saat menelan

• Sakit kepala

• Demam

• kedinginan

• Pembesaran, pembengkakan kelenjar (kelenjar getah bening) disekitar rahang dan leher

• Kehilangan suara

b. Penaggulangan :

Jika penyebabnya adalah bakteri, diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.


(39)

Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :

• Tonsillitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih/ tahun

• Tonsillitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih/tahun dalam kurung waktu 2 tahun

• Tonsillitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih/tahun dalam kurung waktu 3 tahun

• Tonsillitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik

3.1.1.7 Asma

Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh GINA (Global Initiative for Asthma). Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.

Asma pada anak dapat dibagi kedalam tiga derajat penyakit, yaitu :

• Asma Episodik Jarang

• Asma Episodik Sering

• Asma persisten a. Gejala :

• Asma Episodik Jarang  Sesak napas

 Mengi selama 3-4 hari  Batuk selama 10-14 hari  Suara ada lendir

 Terdapat pada usia 3-6 tahun  Serangan 3-4x setahun  Gejala timbul di malam hari

• Asma Episodik Sering  Sesak napas  Mengi  Batuk


(40)

 Suara ada lendir

 Gejala timbul di malam hari

 Terjadi pada umur < 3 tahun, dan 8-13 tahun  Serangan 3-4x setahun

 Hay fever

• Asma Persisten

 Terjadi pada umur 6 bulan atau <3 tahun  Gejala timbul di malam hari

 Gangguan pertumbuhan  Sesak napas

 Mengi tiap hari  Batuk

 Suara ada lendir b. Penanggulangan :

• Asma Episodik Jarang

Asma Episodik Jarang cukup diobati dengan obat pereda berupa bronkodilator β-agonis hirupan kerja pendek (Short Acting β2-Agonist,

SABA) atau golongan santin kerja cepat bila perlu saja, yaitu jika ada gejala/serangan. Anjuran memakai hirupan tidak mudah dilakukan mengingat obat tersebut mahal dan tidak selalu tersedia disemua daerah. Di samping itu pemakaian obat hirupan (Metered Dose Inhaler atau Dry Powder Inhaler) memerlukan teknik penggunaan yang benar (untuk anak besar), dan membutuhkan alat bantu (untuk anak kecil/bayi) yang juga tidak selalu ada dan mahal harganya. Bila obat hirupan tidak ada/tidak dapat digunakan, maka β-agonis diberikan

per-oral.

• Asma Episodik Sering

Jika penggunaan β-agonis hirupan sudah lebih dari 3x perminggu (tanpa menghitung penggunaan praaktivitas fisis), atau serangan sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan


(41)

anti-inflamasi sebagai pengendali sudah terindikasi. pada awalnya, anti-inflamasi tahap pertama yang digunakan adalah kromoglikat, dengan dosis minimum 10 mg 2-4 kali perhari. Obat ini diberikan selama 6-8 minggu, kemudian dievaluasi hasilnya. Jika asma sudah terkendali, pemeberian kromoglikat dapat dikurangi menjadi 2-3 kali perhari.

• Asma Persisten

Cara pemberian steroid hirupan apakah dimulai dari dosis tinggi ke rendah selama gejala masih terkendali, atau sebaliknya dimulai dari dosis rendah ke tinggi hingga gejala dapat dikendalikan, tergantung pada kasusnya. Dalam keadaaan tertentu, khususnya pada anak dengan penyakit berat, dianjurkan untuk menggunakan dosis tinggi dahulu, disertai steroid oral jangka pendek (3-5 hari). Selanjutnya dosis steroid hirupan diturunkan sampai dosis terkecil yang masih optimal

3.1.1.8 Bronkitis

Bronkitis merupakan proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas maupun bawah.

a. Gejala :

• Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

• Sesak napas ketika melakukan olah raga atau aktifitas ringan

• Sering menderita infeksi pernapasan (misalnya flu)

• Lelah

• Sakit kepala

• Gangguan penglihatan


(42)

b. Penanggulangan :

• Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encer/lebih mudah dikeluarkan :

 Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak

 Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada.

 Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena akan mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan atelektasis atau pneumonia

• Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan infeksi sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin,

kloramfenikol, eritromisin.

3.1.1.9 Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah infeksi virus akut yang terjadi pada bayi, pada tahun pertama kelahirannya, biasanya terjadi pada umur 2 sampai 10 bulan, infeksi bronkiolitis tidak terjadi pada anak lebih dari 2 tahun, terjadinya bronkhiolitis selama musim dingin dan berlangsung hingga musim semi. Bronkiolitis biasanya terjadi 2 sampai 7 hari.

a. Gejala :

• Iritasi

• Merasa lelah

• Demam yang menengah

• Batuk

• Muntah

• Diare

• Mengi (Napas berbunyi)

• Dan meningkatnya laju pernapasan b. Penanggulangan :


(43)

Prinsip dasar penanganan bronkhiolitis adalah terapi suportif : oksigenasi, pemberian cairan untuk mencegah dehidrasi, dan nutrisi yang adekuat. Bronkhiolitis ringan biasanya bisa rawat jalan dan perlu diberikan cairan peroral yang adekuat. Bayi dengan bronkhiolitis sedang sampe berat harus dirawat inap.

3.1.1.10 Pneumonia

Pneumonia adalah suatu infeksi pada paru-paru, dimana paru-paru terisi oleh cairan sehingga terjadi gangguan pernapasan. Pneumonia dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, termasuk infeksi oleh bakteria, virus, jamur atau parasit.

a. Gejala :

• Demam

• Batuk

• Hidung tersumbat

• Sesak napas

• Mengi (napas berbunyi)

• Hipoksia (kekurangan oksigen)

• Sianosis (pucat)

• Muntah b. Penanggulangan :

Pada kasus ringan, pasien boleh berobat jalan. Namun pada kasus berat, sebaiknya pasien dirawat inap.

Pada pasien rawat jalan:

• Istirahat/ perawatan supportif

• Bronkodilator – albuterol nebulizer/ inhaler


(44)

Pada pasien rawat inap :

• Oksigen

• Bronkodilator – albuterol nebulizer (perhatikan selama 4 jam)

• Isolasi pernapasan

• Ribavirin

• Antibiotik

• Analisa gas darah arteri

3.1.1.11 Pneumotoraks

Pneumotoraks adalah akumulasi udara ekstrapulmonal dalam dada. Pneumotoraks adalah terdapatnya udara bebas di dalam rongga pleura, yaitu rongga di antara pleura parietalis dan viseralis.

a. Gejala :

• Sesak napas

• Mengi

• Batuk

• Suara adanya lendir

• Sianotik (kebiruan) b. Penanggulangan :

Setelah diagnosis ditegakkan, maka harus segera dilakukan tindakan untuk menyelamatkan nyawa penderita. Sebuah jarum atau Abbocath berukuran besar harus segera ditusukkan ke dalam rongga pleura pada ruang sela iga ke dua linea mideo-klavikularis untuk mengeluarkan udara dan dalam rongga pleura. Apabila ragu-ragu terhadap kebenaran diagnosis, jarum dapat dihubungkan dengan semprit. Jika memang benar, maka penghisap (piston semprit) akan terdorong atau udara di dalam rongga pleura akan mudah dihisap


(45)

3.1.1.12

Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).

a. Gejala :

• Badan menggigil (kedinginan)

• Suhu badan naik

• Sesak napas

• Pernapasan cuping hidung

• Sianosis sekitar hidung dan mulut

• Nyeri pada dada

• Batuk mula-mula kering dan berdahak b. Penanggulangan :

• Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah

• Simptomatik terhadap batuk

• Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif

• Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan broncodilator.

• Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai spektrum sempit

3.1.1.13 Atelektasis

Atelektasis (Atelectasis) adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernapasan yang sangat dangkal. Sebab utama dari atelektasis adalah penyumbatan sebuah


(46)

bronkus. Bronkus adalah 2 cabang utama dari trakea yang langsung menuju ke paru-paru.

a. Gejala :

• Sesak napas

• Nyeri dada

• Batuk

• Sianosis

• Takikardia (nadi cepat)

• Suhu badan meningkat b. Penanggulangan :

Tindakan yang biasa dilakukan:

• Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang

• Latihan menarik nafas dalam (spirometri insentif)

• Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak • Postural drainase

• Antibiotik diberikan untuk semua infeksi • Pengobatan tumor atau keadaan lainnya

• Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat


(47)

3.1.2 Analisis Data Penyakit

Dalam membuat sistem pakar ini, diperlukan sistematika penyakit berupa tabel untuk mempermudah dalam peracangan. Dari tabel ini dapat dilihat beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang sama. Tabel ini dapat mempermudah dalam memahami serta dengan cepat dapat mengetahui penyakit apa yang menyerang seorang anak.

Berikut adalah tabelnya :

Tabel 3.1 Sistematika penyakit pernapasan pada anak

G/P P001 P002 P003 P004 P005 P006 P007 P008 P009 P010 P011 P012 P013 P014 P015

G001 X X X X X X X X X X X

G002 X X X X X X X X X

G003 X X X X X X X X X

G004 X X X X X X X

G005 X

G006 X

G007 X

G008 X X X X

G009 X X

G010 X

G011 X X X

G012 X X X

G013 X X X

G014 X

G015 X X X X

G016 X

G017 X X X

G018 X

G019 X

G020 X

G021 X

G022 X

G023 X

G024 X X

G025 X

G026 X

G027 X X X X X

G028 X

G029 X X X X

G030 X


(48)

G/P P001 P002 P003 P004 P005 P006 P007 P008 P009 P010 P011 P012 P013 P014 P015

G031 X X

G032 X

G033 X

G034 X X X

G035 X

G036 X

G037 X

G038 X

G039 X

G040 X

G041 X

G042 X

G043 X

G044 X

G045 X X


(49)

Keterangan dari gejala penyakit :

G001 : Batuk G024 : Hidung Tersumbat

G002 : Demam G025 : Suara Serak

G003 : Sesak Napas G026 : Kedinginan

G004 : Mengi (Napas Berbunyi) G027 : Sianosis (Pucat) G005 : Penurunan Indra Penciuman G028 : Kehilangan Suara

(bau) dan Rasa

G006 : Mimisan G029 :Suara Ada Lendir

G007 : Gatal Bagian Dalam Hidung G030 : Usia 3-6 Tahun G008 : Nyeri Tenggorokan G031 : Usia < 3 Tahun G009 : Ingusan Berwarna Terang Encer G032 : Usia 8-13 Tahun G010 : Napas Berbau G033 : Serangan 3-4x Setahun

G011 : Muntah G034 : Gejala Timbul di Malam

hari

G012 : Sakit Kepala G035 : Hay Fever

G013 : Kelelahan G036 : Gangguan Pertumbuhan

G014 : Bengkak di Sekitar Mata G037 : Menderita Infeksi

Pernapasan (flu)

G015 : Nyeri Menelan G038 : Gangguan Penglihatan G016 : Tosil (Amandel) Membesar G039 : Wajah, telapak tangan

Kemerahan G017 : Pembesaran Kelenjar Getah Bening G040 : Iritasi

di Leher

G018 : Peningkatan Jumlah Sel Darah Putih G041 : Diare

G019 : Sakit Leher G042 : Laju Pernapasan Meningkat

G020 : Perasaan Penuh di Tenggorokan G043 : Hipoksia (Kekurangan Oksigen)

G021 : Ngiler G044 : Pernapasan Cuping

Hidung (lewat hidung)

G022 : Bersin G045 : Nyeri di Dada

G023 : Badan Bungkuk ke Depan G046 : Takikardia (nadi cepat) Keterangan dari jenis penyakit :


(50)

P001 : Rhinitis Alergika P002 : Sinusitis

P003 : Faringitis P004 : Laringitis P005 : Epiglotitis P006 : Tonsilitis

P007 : Asma Episodik Jarang P008 : Asma Episodik Sering P009 : Asma Persisten

P010 : Bronkitis P011 : Bronkiolitis P012 : Pneumonia P013 : Pneumotoraks

P014 : Bronkopneumotoraks P015 : Atelektasis


(51)

3.1.3 Pohon Keputusan

Suatu proses terhadap basis pengetahuan atau informasi yang didapat dari pakar, terlebih dahulu diubah kedalam bentuk pohon keputusan, sehingga didalam penyelesaian masalah lebih mudah dilakukan penelusuran untuk mendapatkan hasil kesimpulan akhir yang terbaik. Adapun diagram pohon keputusan pada sistem ini adalah :

Start

Gambar 3.1 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak

P011 G013 G011 G010 G008 G009 G012 G014 G041 G004 G040 G042 P002 P012 G011 G004 G013 G043 G024 G026 G044 G046 G027 G045 G003 P014 P015 G001

G002 G005

G002 G003 P004 G015 G017 G019 G020


(52)

Start

Gambar 3.2 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak (Lanjutan)

G007 G005

G006

G009

G024 G022 G008

G002

G016 G012

G018 G028

G017

G015

G021 G003

G004

G023

G027 G025 G001

P006

P001

P005 P003


(53)

Gambar 3.3 Pohon Keputusan Penyakit Pernapasan Anak (Lanjutan)

3.1.4 Kaidah Produksi dalam menganalisis Jenis Penyakit Pernapasan pada Anak dari gejala

G003

G037 G012

G013

G038

G039

P010 G027

G029

G004

P013

P009 G033

G035

P008

G036

G031 G033

G034


(54)

Kaidah produksi biasanya dituliskan dalam bentuk jika maka (IF-THEN). Kaidah dapat dikatakan sebagai hubungan implikasi dua bagian yaitu premis (jika) dan bagian konklusi (maka). Apabila bagian premis dipenuhi maka bagian konklusi juga akan bernilai benar. Sebuah kaidah terdiri dari klausa-klausa sebuah klausa mirip sebuah kalimat subjek, kata kerja dan objek yang menyatakan suatu fakta.ada sebuah klausa premis dan klausa konklusi pada sebuah kaidah. Suatu kaidah juga dapat terdiri dari beberapa premis dan lebih dari satu konklusi. Aturan premis dan konklusi dapat berhubungan dengan “OR” atau “AND”. Berikut kaidah-kaidah produksi dalam mengidentifikasi penyakit:

RULE 1

IF Penurunan indra penciuman (bau) dan rasa AND Mimisan

AND Gatal bagian dalam hidung AND Ingusan berwarna terang,encer AND Bersin

AND Hidung tersumbat AND THEN Rhinitis Alergika

RULE 2 IF Batuk AND Demam.

AND Nyeri tenggorokan

AND Ingusan Berwarna Terang Encer AND Napas Berbau

AND Muntah AND Sakit kepala AND Kelelahan

AND Bengkak di sekitar mata THEN Sinusitis

RULE 3

IF Demam


(55)

AND Nyeri menelan

AND Tonsil (amandel) membesar

AND Pembesaran kelenjar getah bening di leher AND Peningkatan jumlah sel darah putih. THEN Faringitis

RULE 4 IF Batuk AND Demam

AND Nyeri menelan

AND Pembesaran Kelenjar Getah Bening AND Sakit Leher

AND Perasaan penuh di tenggorokan atau leher THEN Laringitis

RULE 5

IF Demam AND Sesak Napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Nyeri Tenggorokan AND Nyeri Menelan AND Ngiler

AND Badan Bungkuk ke Depan AND Suara serak

AND Sianosis (Pucat) THEN Epiglotitis

RULE 6

IF Demam

AND Nyeri Tenggorokan AND Nyeri Menelan


(56)

AND Sakit kepala

AND Pembesaran Kelenjar Getah Bening di leher AND Kehilangan suara

THEN Tonsilitis

RULE 7 IF Batuk AND Sesak napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Suara ada lendir

AND Usia 3-6 tahun

AND Gejala timbul di malam hari THEN Asma Episodik Jarang

RULE 8 IF Batuk AND Sesak napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Suara ada lendir

AND Usia < 3 Tahun AND Usia 8-13 Tahun AND Serangan 3-4x setahun AND Gejala Timbul di Malam hari AND Hay fever

THEN Asma Episodik Sering

RULE 9 IF Batuk AND Sesak Napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Suara Ada Lendir


(57)

AND Usia < 3 Tahun

AND Gejala Timbul di Malam hari AND Gangguan Pertumbuhan THEN Asma Persisten

RULE 10 IF Batuk AND Sesak napas AND Sakit Kepala AND Kelelahan

AND Menderita Infeksi Pernapasan (flu) AND Gangguan Penglihatan

AND Wajah, telapak tangan Kemerahan THEN Bronkitis

RULE 11 IF Batuk AND Demam

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Muntah

AND Kelelahan AND Iritasi AND Diare

AND Laju Pernapasan Meningkat THEN Bronkiolitis

RULE 12 IF Batuk AND Demam AND Sesak Napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Muntah


(58)

AND Hidung Tersumbat AND Sianosis (pucat)

AND Hipoksia (Kekurangan Oksigen) THEN Pneumonia

RULE 13 IF Batuk

AND Sesak Napas

AND Mengi (Napas Berbunyi) AND Sianosis (Pucat)

AND Suara Ada Lendir THEN Pneumotoraks

RULE 14 IF Batuk AND Demam AND Sesak Napas AND Kedinginan AND Sianosis (Pucat) AND Nyeri di Dada

AND Pernapasan Cuping Hidung (lewat hidung)

RULE 15 IF Batuk. AND Demam AND Sesak Napas AND Sianosis (Pucat) AND Nyeri di Dada

AND Takikardia (nadi cepat) THEN Atelektasis

Start


(59)

Tidak

Ya

Tidak

Ya

Gambar 3.4 Flowchart proses forward chaining

Flowchart Forward Chaining (Penalaran Maju)

Pada flowchart forward chaining ini user telah mengetahui gejala-gejala penyakit yang terjadi sebagai bahan untuk menjawab sejumlah pertanyaan yang akan diberikan oleh sistem, baru kemudian dapat ditarik kesimpulan diagnosis penyakit yang dialami oleh user. Proses forward chaining dapat dilihat pada gambar 3.4, berikut adalah penjelasannya: setelah start, program akan memproses dan menampilkan pertanyaan


(60)

dari tabel pertanyaan, jika pertanyaan yang tampil dijawab YA maka jawaban akan disimpan dan kemudian akan memproses pertanyaan berikutnya. Tetapi jika TIDAK maka langsung memproses pertanyaan selanjutnya tanpa menyimpanya terlebih dahulu. Jika saat memproses pertanyaan sudah dapat mengidentifikasi jenis penyakit maka tidak perlu mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya dan akan tampil output berupa hasil analisis, selesai. Tapi jika belum maka harus mengulang untuk memproses pertanyaan selanjutnya sampai dapat mengidentifikasi jenis penyakit.

3.2 Perancangan Proses

Perancangan proses akan menjelaskan bagaimana sistem bekerja untuk mengolah data

input menjadi data output dengan fungsi-fungsi yang telah direncanakan. Sistem ini akan

digunakan oleh 2 user yaitu user umum dan administrator.

3.2.1 Use Case Diagram

Untuk mengenal proses dari sistem yang lama atau sistem yang sekarang ini digunakan diagram use case. Dengan diagram use case ini dapat diketahui proses yang terjadi pada aktivitas laboratorium. Dengan diagram ini juga dapat diketahui fungsi yang digunakan oleh sistem yang sekarang. Diagram Use Case grafis menggambarkan interaksi antara sistem, eksternal sistem (jika ada) dan pengguna. Diagram Use Case memainkan peran utama dalam desain sistem karena bertindak sebagai peta jalan dalam membangun struktur sistem, tetapi juga mendefinisikan siapa yang akan menggunakan sistem dan dengan cara apa pengguna mengharapkan untuk berinteraksi dengan sistem. Tujuan dari diagram use case adalah untuk menggambarkan:

• Aktor.

Satu set use case untuk sistem

• Hubungan antara aktor dan use case Gambar use case bisa dilihat di bawah ini


(61)

login_admin pendaftaran_pasien

login_pasien masukkan gejala

update gejala

update hasil diagnosis

Admin pasien mendiagnosis penyakit

masukkan hasil diagnosis

melihat hasil diagnosis

input data penyakit

update data penyakit Gambar 3.5 Use case diagram


(62)

Berikut merupakan penjelasan Use case diagram diatas :

Tabel 3.3 Penjelasan Use case diagram

Aktor Input Nama Use Case Deskripsi Use Case

Admin User name,

Password

Masukkan gejala Use case ini berfungsi untuk memasukkan gejala kemudian disimpan dalam

data base.

Update gejala Use case ini berfungsi untuk

melakukan edit gejala-gejala Masukkan data

penyakit

Use case ini berfungsi untuk

memasukkan data penyakit kemudian disimpan dalam data base.

Update data penyakit

Use case ini berfungsi untuk

melakukan edit data penyakit Masukkan hasil

diagnosis

Use case ini berfungsi untuk

memasukkan hasil diagnosis/ pengobatan kemudian disimpan dalam data base.

Update hasil diagnosis

Use case ini berfungsi untuk

melakukan edit hasil diagnosis/pengobatan. Pasien User Name, password (sesuai dengan pendaftaran)

Pilih gejala Use case ini berfungsi untuk

pilihan gejala-gejala yang akan dipilih oleh pasien

Mendiagnosis penyakit

Use case ini berfungsi untuk

mendiagnosis penyakit Melihat hasil

diagnosis

Use case ini digunakan untuk

melihat hasil dari diagnosis penyakit


(63)

3.2.2 Use Case Sequence Diagram

3.2.2.1 Sequence diagram untuk use case pendaftaran

Use case pendaftaran diproses sebelum melakukan login pasien proses yang terjadi

didalamya adalah pasien memasukkan isian pada form pendaftaran, dari form pendaftaran akan dikirim ke sistem dan hasilnya nanti akan di tampilkan pada form pendaftaran.

Berikut gambar Sequence diagram untuk use case pendaftaran:

: pasien : form_pendaftaran : pendaftaran

inputData( )

getData( )

selesai( )

Gambar 3.6 Sequence diagram untuk pendaftaran

3.2.2.2 Sequence diagram untuk use case login_pasien

Use case login di include oleh semua aktor, proses yang terjadi di dalamnya adalah

pasien memasukkan username, password pada form login_pasien, dari form login_pasien akan dikirim ke sistem untuk dicek kevalitan data. Login apabila valid


(64)

data akan diproses pada sistem, jika valid maka pasien akan masuk ke halaman konsultasi.

Berikut gambar Sequence diagram untuk use case login pasien

: pasien : form_loginpasien : loginpasien

input_datausername( )

validasi( )

get_data( )

selesai( )

Gambar 3.7 Sequence diagram untuk login_pasien

3.2.2.3 Sequence diagram untuk use case pilih gejala

Use case pilih gejala ini menangani proses pilihan gejala, proses yang terjadi dalam use case pilih gejala adalah pasien memilih data gejala yang ada pada form gejala

kemudian data dikirim ke sistem untuk diproses, setelah itu sistem akan menampilkan data ke form kembali.


(65)

: pasien : form_gejala : gejala

input_data( )

getdata( )

selesai( )

Gambar 3.8 Sequence diagram untuk pilih gejala

3.2.2.4 Sequence diagram untuk mendiagnosis penyakit

Use case ini digunakan untuk mengetahui proses diagnosis penyakit,

proses-prosesnya adalah pasien menginputkan data yaitu pilihan gejala pada form setelah itu data dikirim ke sistem untuk di proses dan hasil diagnosa akan di tampilkan pada form. Berikut gambar Sequence diagram untuk use case mendiagnosa penyakit :

: user : form diagnosa : diagnosa

input_data( )

getdata( )

display(

cetak( )


(66)

3.3 Perancangan Data

Data yang ada disusun sedemikian rupa ke dalam bentuk tabel untuk mempermudah sistem dalam pengambilan keputusan. Seluruh tabel saling berhubungan satu dengan yang lainnya.

Untuk perancangan databasenya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut :

1. Tabel Penyakit

Nama tabel : Penyakit

Fungsi : Menginputkan data penyakit

Tabel 3.4 Tabel Penyakit

No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan

1 ID Int Primary Key

2 Kdpenyakit Varchar 4 3 NmPenyakit Varchar 75 4 Definisi Text

5 penanggulangan Text

2. Tabel Gejala

Nama tabel : Gejala

Fungsi : Menginputkan data gejala

Tabel 3.5 Tabel Gejala

No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan

1 ID Int

2 KdGejala Varchar 4 3 NmGejala Varchar 75


(67)

3. Tabel Relasi

Nama Tabel : Relasi

Fungsi : Mengatur rule antara gejala dengan penyakit

Tabel 3.6 Tabel Relasi

No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan 1 Kdpenyakit Varchar 4

2 KdGejala Varchar 4

4. Tabel Pakar

Nama Tabel : Pakar

Fungsi : Menyimpan data pakar

Tabel 3.7 Tabel Pakar

No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan 1 User Varchar 60 Primary key

2 Passwd Varchar 60

5. Tabel Member

Nama Tabel : Member

Fungsi : Tabel ini untuk mencatat member/pengunjung

Tabel 3.8 Tabel Member

No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan 1 Username Varchar 40 Primary key

2 Passwd Varchar 40 3 Nama Varchar 40


(68)

Tabel 3.9 Tabel Member (Lanjutan) No Nama Field Tipe Ukuran Keterangan

4 jeniskelamin Varchar 10

5 alamat Text 60 6 Telp Varchar 15

6. Pengkodean

Kode digunakan untuk mengklasifikasi data, perancangan pengkodean yang diusulkan dengan tujuan untuk mempermudah dalam proses pengolahan data. Rancangan kode yang diusulkan adalah:

1. Pengkodean kode Jenis Penyakit terdiri dari 4 digit, yaitu dengan format sebagai berikut:

X 999

X : menunjukkan kode penyakit 999 : menunjukkan nomor urut Contoh : P001

P menunjukkan kode penyakit, 001 menunjukkan nomor urut penyakit.

2. Pengkodean kode gejala terdiri dari 4 digit, yaitu dengan format sebagai berikut:

X 999

X : menunjukkan kode gejala 999 : menunjukkan nomor urut

Contoh : G001

G menunjukkan kode gejala, 001 menunjukkan nomor urut gejala.


(69)

Perancangan arstitektur merupakan hubungan di antara elemen-elemen struktural utama dari program. Perancangan arsitektur dapat memberikan gambaran mengenai struktur program.

1. Struktur menu Pengguna (User)

Gambar 3.10 Struktur Menu Pengguna (User)

2. Struktur menu Pakar

Gambar 3.11 Struktur Menu Pakar

3.5 Perancangan Arsitektur

Home

Informasi Penyakit Login

Hasil

Diagnosis

Diagnosis

Home

Penyakit

Edit Tambah

Hapus

Tambah Tambah

Tambah

Hapus Hapus

Hapus

Edit Edit

Edit

Gejala Relasi Pakar

Tambah

Hapus Edit Logout


(70)

Perancangan arsitektur merupakan perancangan yang dibuat sebelum program aplikasi dibuat. Dengan perancangan arsitektur akan mempermudah proses pembangunan aplikasi sistem pakar.

3.5.1 Perancangan Menu

Interface atau antar muka merupakan tampilan dari suatu program aplikasi yang

berperan sebagai media komunikasi yang digunakan sebagai sarana berdialog antara program dengan user. Sistem yang akan dibangun diharapkan menyediakan interface yang mudah dipahami dan digunakan oleh user.

Perancangan interface untuk aplikasi Sistem Pakar adalah sebagai berikut :

1. Form Menu Utama

Layar ini berfungsi menampilkan menu utama yang terdiri dari home, diagnosis, informasi penyakit, login pakar.

Header

Beranda Daftar Login Pakar

Login

penjelasan email

password

Gambar 3. 12 Form Menu Utama (User)

2. Form Pendaftaran

Login Informasi Penyakit


(71)

Header

Beranda Daftar Login Pakar

email Login

password email

Nama password

Jenis kelamin

Alamat

Telp

Gambar 3.13 Form Pendaftaran

3. Form Menu Login pakar

Header

Beranda Daftar Login Pakar

email Login

password

email

password

Gambar 3.14 Login Pakar

4. Form Menu informasi penyakit

Header

Login Informasi Penyakit

Kalender

Simpan Reset

Login Informasi Penyakit


(72)

Beranda Daftar Login Pakar

Jenis Penyakit Login Nama Penyakit :

email Definisi :

password Penanggulangan :

No. Nama Gejala 1.

2. 3.

Gambar 3.15 Informasi Penyakit

5. Form Menu Diagnosis

Header

Beranda Daftar Login Pakar

JAWABLAH PERTANYAAN BERIKUT :

Apakah anak anda Login mempunyai gejala______?

email

password

Gambar 3. 16 Menu Diagnosis

6. Form Menu pakar

Layar ini berfungsi menampilkan menu utama pakar yang terdiri dari home, penyakit, gejala,relasi,pakar, lap.penyakit, lap.gejala, forum dan logout.

Login Informasi Penyakit

Kalender

Logout Informasi Penyakit

Kalender


(73)

Header

Selamat datang di halaman Pakar : Halaman ini mengatur Pengelolaan data, antara lain ;

• Data Penyakit • Data Gejala • Data Relasi • Data Pakar

Gambar 3. 17 Menu Utama Pakar

7. Form Menu Penyakit

Header

search

Gambar 3. 18 Menu Penyakit

8. Form Menambah Penyakit

Header Home Penyakit Gejala Relasi Pakar Logout Home Penyakit Gejala Relasi Pakar Logout Tambah

NO Nama Penyakit Aksi

1. ____________ Edit Hapus 2. ____________ Edit Hapus 3. ____________ Edit Hapus 4. ____________ Edit Hapus 5. ____________ Edit Hapus

Home

Penyakit

Gejala

Relasi Pakar


(74)

Kode Penyakit

Nama Penyakit

Definisi

Penanggulangan

Gambar 3. 19 Menu Tambah Penyakit

9. Form Edit Penyakit

Header

From Edit (merubah) Penyakit Kode Penyakit

Nama Penyakit

Definisi

Penanggulangan

Gambar 3. 20 Menu Edit Penyakit

10.Form Menu Data Gejala

Header

Search

Simpan Kembali

Home

Penyakit

Gejala

Relasi Pakar

Logout

Simpan Kembali

Home

Penyakit

Gejala

Relasi Pakar

Logout

Tambah

NO Nama Gejala Aksi

6. ____________ Edit Hapus 7. ____________ Edit Hapus 8. ____________ Edit Hapus 9. ____________ Edit Hapus 10. ____________ Edit Hapus


(75)

Gambar 3. 21 Menu Data Gejala

11.Form Relasi

Header

Search

Gambar 3. 22 Menu Relasi

12.Form Menu Pakar

Header Home

Penyakit

Gejala

Relasi Pakar

Logout

Tambah

NO Penyakit Gejala Aksi

11. _______ _______ Hapus 12. _______ _______ Hapus 13. _______ _______ Hapus 14. _______ _______ Hapus 15. _______ _______ Hapus

Edit

Home

Penyakit

Gejala

Relasi Pakar

Logout

Tambah

NO Username password Aksi

16. _______ _____ Edit Hapus 17. _______ _____ Edit Hapus 18. _______ _____ Edit Hapus 19. _______ _____ Edit Hapus 20. _______ _____ Edit Hapus


(76)

(77)

BAB 4

IMPLEMENTASI SISTEM

4.1 Implementasi

Tahap implementasi sistem merupakan tahap menerjemahkan perancangan berdasarkan hasil analisis dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh mesin, serta penerapan perangkat lunak pada keadaan yang sesungguhnya. Seluruh kode program yang digunakan dalam Pembuatan Aplikasi Sisem Pakar Untuk Diagnosis Gangguan Pernapasan Pada Anak. Pada tahap ini akan ditampilkan tampilan setiap menu yang ada.

4.1.1 Menu Utama

Saat pertama kali aplikasi sistem pakar dijalankan, maka akan tampil Form Menu Utama yang merupakan menu utama bagi user biasa maupun bagi admin. Form ini digunakan untuk menampilkan menu-menu aplikasi yang telah dirancang untuk menjalankan sistem pakar


(78)

Gambar 4.1 Menu Utama

4.1.2 Menu Pendaftaran

Dalam halaman ini, apabila pengguna ingin melakukan proses identifikasi, maka sebelumnya pengguna diwajibkan untuk mendaftarkan diri pada halaman daftar, sehingga pengguna akan mendapatkan username dan password yang nantinya digunakan untuk login pada halaman menu member login.


(79)

4.1.3 Menu Login pakar

Dalam proses manajemen data, admin harus melakukan proses login pada interface.

Admin diminta memasukkan username dan password. Hal ini untuk menghindari

penyalahgunaan manajemen sistem oleh selain admin.

Gambar 4.3 Menu Login Pakar


(1)

4.2.1 Diagnosis

Apakah anak Anda mengalami gejala Batuk ?

Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Demam ?

Tidak

Apakah anak Anda mengalami gejala Sesak Napas ?

Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Mengi (Napas Berbunyi) ? Tidak

Apakah anak Anda mengalami gejala Sakit Kepala ? Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Kelelahan ? Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Menderita Infeksi Pernapasan (flu) ? Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Gangguan Penglihatan ? Ya

Apakah anak Anda mengalami gejala Wajah, telapak tangan Kemerahan ? Ya


(2)

4.2.2 Hasil Diagnosis

Anak Anda terdeteksi mengalami gangguan pernapasan jenis Bronkitis

Nama Penyakit Bronkitis

Definisi

Bronkitis merupakan proses peradangan pada bronkus dengan manifestasi utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang terjadi dari saluran napas maupun bawah.

Gejala

- Batuk - Sesak napas - Sakit Kepala - Kelelahan - Menderita Infeksi Pernapasan (flu) - Gangguan Penglihatan - Wajah, telapak tangan Kemerahan

Penanggulangan

1. Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encer/lebih mudah dikeluarkan : - Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak -

Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada. - Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena akan mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan atelektasis atau pneumonia 2. Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan infeksi sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin, kloramfenikol, eritromisin


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dan diselesaikan melalui laporan ini, maka terdapat beberapa kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil pengujian, perancangan sistem pakar untuk diagnosis gangguan pernapasan pada anak ini cukup membantu memberikan pengetahuan pengguna tentang pengetahuan penyakit pernapasan berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan.

2. Hanya expert atau Pakar yang telah diakui oleh pengguna sistem saja yang mempunyai hak akses pada sistem pakar untuk merubah, menambah dan memodifikasi basis pengetahuan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit pernapasan.

5.2 Saran

Saran dalam sistem pakar diagnosis gangguan pernapasan pada anak adalah sebagai berikut:

1. Adanya pengembangan sumber informasi yang diperlukan untuk membantu dalam melakukan identifikasi penyakit pernapasan yang dapat dijadikan media yang tepat bagi penggunanya dalam menerima informasi


(4)

diberikan, agar dapat memberikan penjelasan informasi kepada pengguna yang lebih kompleks.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arhami, M. 2005. Konsep Dasar Sistem Pakar.Jilid 1 Yogyakarta : Andi.

[2] Associate Prof., Samy S. Abu Naser, Abu Zaiter A. Ola. 2005-2008. An Expert System For Diagnosing Eye Diseases Using Clips. Journal of Theoretical and Applied Information Technology.

[3] Desiani, A dan Arhami, M. 2005. Konsep Kecerdasan Buatan. Yogyakarta : Andi.

[4] Dhani, Shafia. 2009. Perancangan Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Anak. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

[5] Gilbert, P. 1986. Penyakit yang Lazim pada Anak-Anak. Jakarta : Arcan

[6] Kusrini. 2006. Sistem Pakar, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi

[7] Kusrini. 2008. Aplikasi Sistem Pakar Menentukan Faktor Kepastian Pengguna dengan Metode Kuantifikasi Pertanyaan. Yogyakarta: Andi.

[8] Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak, Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik dan Pneumonia Atipik Myrobacterium. Jakarta: Pustaka Obor Populer.

[9] Muhardin, Endy. PHP programming fundamental dan Mysql fundamental.

2011.

[10] Oluwagbemi, O., Adeoye, E., Fatumo, S. 2009. Building a Computer-Based Expert System for Malaria Environmental Diagnosis: An Alternative Malaria Control Strategy. Egyptian Computer Science Journal Vol.33.

[11] Shrivastava, P., Satpathy, S. K., Nagwanshi, K. K. 2011. Implementation of an Expert System as Spiritual Guru for Personality Development. International Journal of Computer Theory and Engineering, Vol.3

[12] Stark J. E., shneerson J. M., Higenbottam T dan Milstein B. B. 1990. Manual Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Binarupa Aksara.

[13] Sururi, M. Hattan. 2009. Sistem Pakar Berbasis Web Identifikasi Penyakit Ayam. Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.


(6)

[16]