Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan

(1)

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.

Dx

Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Selasa/18 Juni 2013 15.00 15.15 16.00 16.30 16.45 17.00 17.15

1. Mengkaji fungsi pernafasan.

2. Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan secret.

3. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.

4. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.

5. Memberikan terapi oksigen 2 liter. 6. Memantau TTV.

7. Berkolaborasi dengan tim medis untuk membantu terapi.

No. Dx

Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Rabu/19 Juni 2013

15.00 15.20

16.00

17.00

1. Mengkaji fungsi pernafasan.

2. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.

3. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.

4. Memantau TTV. No.

Dx

Hari/tanggal Pukul Tindakan Keperawatan

1. Kamis/20 Juni 2013

20.15

21.00

22.00

1. Mengkaji fungsi pernafasan.

2. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilyn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC. Hidayat A. A, (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Somantri, Irman, (2008). Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Siatem Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.


(3)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

Ditemukan Nn.E dengan prioritas masalah gangguan inefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret ditandai dengan sesak nafas.

Prioritas masalah ditemukan dengan melakukan pengkajian. Pengakajian dilakukan pada tanggal 17 Juni 2013 dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, dan data dokumentasi untuk memperoleh data yang akurat.

Selanjutnya prioritas masalah di implementasikan sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya oleh penulis dan adanya kerjasama antara penulis dengan klien.

Setelah dilakukan implementasi, hasil evaluasi yang didapatkan adalah masalah teratasi sebagian.

4.2. Saran

a) Bagi Pelayanan Kesehatan

Agar petugas kesehatan selalu memberikan pengarahan kepada pasien dan keluarga agar mampu memahami dalam pengobatan terhadap keluarga pasien.

b) Bagi Institusi Pendidikan

Agar pendidikan lebih meningkatkan pengayaan, penerapan, dan pengajaran asuhan keperawatan kepada mahasiswa. Meningkatkan ilmu pengetahuan dan memberikan keterampilan yang lebih kepada mahasiswa. c) Bagi Pasien dan Keluarga

Dengan adanya asuhan keperawatan yang dilakukakan oleh perawat kepada klien, diharapkan klien dan keluarga mandiri dalam mencegah, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan bagi diri, keluarga maupun lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal.


(4)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

C. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

2.1. Definisi TB Paru

Tuberkulosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (Somantri, 2007).

Tuberkulosis pada manusia ditemukan dalam dua bentuk yaitu: a. Tuberkulosis primer, jika terjadi pada infeksi yang pertama kali.

b. Tuberkulosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberkulosis primer dan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2008).

2.2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberculosis (Somantri, 2008).

2.3. Patofisiologis

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberkulosis melisis (menghancurkan)


(5)

basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dan sampai 10 minggu setelah pemajanan.

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkelghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami klasifikasi, membentuk skar kolagenosa, bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Tuberkel ghon memecah, melepaskan bahan seperti ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah sembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

2.4. Manifestasi Klinis

1. Demam ringan, berkeringat pada malam hari. 2. Sakit kepala.

3. Takikardi. 4. Anoreksia.

5. Penurunan berat badan. 6. Malaise.

7. Keletihan. 8. Nyeri otot. 9. Batuk.

10.Sputum bercampur darah. 11.Nyeri dada.


(6)

2.5. Komplikasi

1. Atelektasis/penyempitan bronkus. 2. Hemaptoe.

3. TBC milier. 4. Meningitis. 5. Kambuh kembali.

2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel (Alimul, 2006).

2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia

Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan oksigenasi terdiri atas saluran pernafasan bagian atas, bagian bawah, dan paru (Alimul, 2006).

a. Saluran pernafasan bagian atas

Saluran pernafasan bagian atas berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang terhidup. Saluran pernafasan ini terdiri atas:

1) Hidung

Hidung terdiri atas nares anterior (saluran dalam lubang hidung) yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu yang kasar dan bermuara ke rongga hidung dan rongga hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali dengan penyaringan udara yang masuk melalui hidung oleh bulu yang ada dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian dihangatkan serta dilembabkan.

2) Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang dari dasar tengkorak sampai esofagus yang terletak dibelakang nasofaring (di belakang hidung), dibelakang mulut (orofaring), dan di belakang laring (laringofaring).


(7)

3) Laring (tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernafasan setelah faring yang terdiri atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

b. Saluran pernafasan bagian bawah

Saluran pernafasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara dan memproduksi surfaktan. Saluran ini terdiri atas:

1) Trakea

Trakea atau disebut sebagai batang tengkorak, memiliki panjang kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai kira-kira ketinggian vetebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

2) Bronkus

Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian kanan lebih pendek dan lebar daripada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas dan bawah.

3) Bronkiolus

Bronkiolus merupakan saluran percabangan setelah bronkus. c. Paru

Paru merupakan organ utama dalam sistem pernafasan. Paru terletak dalam rongga torak setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang berisi cairan surfaktan (Alimul, 2006).

Paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida (Alimul, 2006).


(8)

2.8. Fisiologi Pernafasan

Sebagian besar sel dalam tubuh memperoleh energi dari reaksi kimia yang melibatkan oksigen dan pembuangan karbondioksida. Pertukaran gas pernafasan terjadi antara udara di lingkungan dan darah. Terdapat tiga langkah dalam proses oksigenasi, yakni: ventilasi, perfusi, dan difusi (McCance dan Huether, 1994).

a) Ventilasi

Ventilasi merupakan proses unuk menggerakkan gas kedalam dan keluar paru-paru. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis dan persarafan yang utuh. Otot pernafasan inspirasi utama adalah diafragma. Diafragma dipersarafi oleh saraf frenik,yang keluar dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat (Potter dan Perry, 2005).

b) Perfusi

Fungsi utama sirkulasi paru adalah mengalirkan darah dari membran kapiler alveoli sehingga dapat berlangsung pertukaran gas. Sirkulasi pulmonar merupakan suatu reservoaruntuk darah sehingga paru dapat meningkat volume darahnya tanpa peningkatan tekanan darah arteri atau vena pulmonar yang besar. Sirkulasi pulmonar juga berfungsi sebagai suatu filter, yang menyaring trombus kecil sebelum trombus tersebut mencapai organ-organ vital (Potter dan Perry, 2005).

c) Difusi

Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi yang lebih tinggi ke daerah dengan konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernafasan terjadi di membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan membran (Potter dan Perry, 2005).

2.9. Jenis Pernafasan

Adapun jenis pernafasan yang terjadi pada manusia adalah: a) Pernafasan Eksternal

Pernafasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernafasan biasa. Proses pernafasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernafas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkhial ke alveoli, lalu oksigen akan


(9)

menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan di bawa ke jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh untuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg. Karbondioksida sebagai hasil buangan metabolisme menembus membran kapiler alveolar, yakni dari kapiler darah ke alveoli dan melalui pipa bronkhial (trakea) dikeluarkan melalui hidung dan mulut (Alimul, 2006).

b) Pernafasan Internal

Pernafasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernafasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengitari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergerak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya dan menghasilkan karbondioksida sebagai sisa buangannya (Alimul, 2006).

2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi suatu individu yang tentunya akan sangat berpengaruh terhadap oksigenasi yang dibutuhkan untuk hidup. Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor Fisiologi

a) Menurunnya kapasitas pengiktan O2 seperti anemia.

b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas bagian atas.

c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.

d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.

e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.

2. Faktor Perkembangan

a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. b) Bayi dan toodler: adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut.


(10)

c) Anak usia sekolah dan remaja, resiko saluran pernafasan dan merokok. d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas,

stress yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.

e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis (sesak), elastisitas menurun, ekspansi paru menurun. 3. Faktor Perilaku

a) Nutrisi: misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.

b) Exercise (olahraga berlebih): exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen sehingga dapat meningkatkan aktivitas metabolik, denyut jantung, dan kedalaman serta frekuensi pernafasan yang akan meningkatkan kebutuhan oksigen bagi tubuh.

c) Merokok: nikotin yang terdapat didalam tubuh menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan menyebabkan gangguan vasklarisasi perifer dan penyakit jantung koroner.

d) Substance abuse (alkohol dan obat-obatan): menyebabkan intake nutrisi (Fe) menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pada pusat pernafasan.

e) Kecemasan: perasaan takut, cemas dan marah yang tidak terkontrol akan merangsang aktivitas saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan peningkatan denyut jantung dan frekuensi pernafasan sehingga kebutuhan oksigen meningkat. Selain itu, kecemasan juga dapat meningkatkan laju dan kedalaman pernafasan.

4. Faktor Lingkungan

Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Semakin tinggi daratan, maka semakin rendah pula konsentrasi O2, sehingga semakin sedikit O2 yang dapat dihirup oleh manusia. Sebagai akibatnya individu yang bermukim pada ketinggian memiliki laju pernafasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernafasan yang meningkat. Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehinga darah akan mengalir kekulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan


(11)

mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya terjadi peningkatan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.

2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan

Adapun perubahan fungsi pernafasan yaitu: a) Hiperventilasi

Hiperventilasi merupakan suatu kondisi ventilasi yang berlebih, yang dibutuhkan untuk mengeliminasi karbondioksida normal di vena, yang diproduksi melalui metabolisme seluler. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh ansietas, infeksi, obat-obatan, ketidakseimbangan asam-basa, dan hipoksia yang dikaitkan dengan embolus paru atau syok. Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, nafas pendek, nyeri dada (chest paint) menurunnya konsentrasi, disorientasi, tinnitus.

b) Hipoventilasi

Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat memenuhi kebutuhan oksigen tubuh atau mengeliminasi karbon dioksida secara adekuat. Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu, pusing, nyeri kepala (dapat dirasakan di daerah oksipital hanya saat terjaga), disorientasi, penurunan kemampuan mengikuti instruksi, koma dan henti jantung.

c) Hipoksia

Hipoksia adalah oksigenasi jaringan yang tidak adekuat pada tingkat jaringan. Kondisi ini terjadi akibat defisiensi penghantaran oksigen atau penggunaan oksigen di selular. Hipoksia dapat disebabkan oleh, penurunan kadar hemoglobin dan penurunan kapasitas darah yang membawa oksigen, penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi, ketidak mampuan jaringan untuk mengambil oksigen dari darah, seperti yang terjadi pada kasus keracunan sianida, penurunan difusi oksigen dari alveoli ke darah, seperti yang terjadi pada kasus pneumonia, perfusi darah yang mengandung oksigen di jaringan yang buruk, seperti yang terjadi pada syok, dan kerusakan ventilasi, seperti yang terjadi pada fraktur iga multipel atau trauma dada. Tanda dan gejala klinis hipoksia termasuk rasa cemas,


(12)

gelisah, tidak mampu berkonsentrasi, penurunan tingkat kesadaran, pusing, perubahan perilaku.

2.12. Pengkajian

Pengkajian keperawatan untuk status oksigenasi meliputi riwayat keperawatan dan pemeriksaan fisik.

a. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigen meliputi: ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan (gangguan hidung dan tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker), obstruksi nasal (kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Pada tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, keluhan nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,50C, sakit kepala, lemas sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring berwarna merah dan adanya edema.

b. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal pasien (apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum yang dikeluarkan oleh pasien.

c. Sakit Dada

Pengakajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri


(13)

dada apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.

d. Pemeriksaan Fisik

Untuk menilai status oksigenasinya klien, perawat menggunakan keempat teknik pemeriksaan fisik, yaitu inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. 1. Inspeksi

Pada saat inspeksi perawat mengamati tingkat kesadaran klien, penampilan umum, postur tubuh, kondisi kulit dan membran mukosa, dada (kontur rongga interkosta; diameter anteroposterior (AP); struktur thoraks; pergerakan dinding dada), pola nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan; durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada secara umum, adanya sianosis, adanya deformitas dan jaringan parut pada dada, dll.

2. Palpasi

Palpasi dilakukn dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara berulang. Jika pasien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tangannya. Normalnya, fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat, dan akan meningkat pada kondisi konsolidasi. Selain itu palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperatur kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, thrill, titik impuls maksimum, abnormalitas masa dan kelenjar, sirkulasi perifer, denyut nadi, pengisian kapiler, dll.

3. Perkusi

Secara umum, perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnorminalis, cairan atau udara di dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekankan jari tengah (tangan non-dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari tersebut di ketuk-ketuk dengan menggunakan unjung jari tengah atau jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan atau gaung perkusi. Pada penyakit tertentu (mis: pneumotoraks, emfisema), adanya udara pada dada dan paru-paru menimbukan bunyi hipersonan atau bunyi drum. Sedangkan bunyi


(14)

pekak atau kempis terdengar apabila perkusi dilakukan di atas area yang mengalami atelektasis.

4. Auskultsi

Auskulasi adalah proses mendengarkan suara yang di hasilkan di dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan derdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikular, bronkial, bronkovesikular, rales, ronkhi; juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya.

2.13. Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan klien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu, data sujektif adalah data yang di dapat dari pasien langsung, dan data objektif adalah data yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

2.14. Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan TB Paru adalah :

1. Infeksi, resiko tionggi, (penyebaran/aktivasi ulang). Dapat dihubungkan dengan:

a) Pertahanan primer tak adekuat penurunan kerja silia/stasis sekret. b) Kerusakan jaringan/tambahan infeksi.

c) Penurunan pertahanan/penekanan proses inflamasi. d) Malnutrisi.

e) Terpajan lingkungan.

f) Kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan patogen. 2. Bersihan jalan nafas, takefektif.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Sekret kental atau sekret darah. b) Kelemahan, upaya batuk buruk.


(15)

c) Edema trakeal/faringeal.

3. Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi terhadap. Dapat dihubungkan dengan:

a) Penurunan permukaan efektif paru, atelektasis. b) Kerusakan membran alveolar-kapiler.

c) Sekret kental, tebal. d) Edema bronkial.

4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh. Dapat dihubungkan dengan:

a) Kelemahan.

b) Sering batuk/produksi sputum; dispnea. c) Anoreksia.

d) Ketidakcukupan sumber keuangan.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan.

Dapat dihubungkan dengan:

a) Kurang terpajan pada/salah interpretasi informasi. b) Keterbatasan kognitif.

c) Tak akurat/tak lengkap informasi yang ada. 2.15. Perencanaan

Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yaitu:

1. Infeksi, resiko tinggi, (penyebaran/aktivasi ulang) Tindakan/intervensi:

a. Mandiri:

a) Kaji patologi penyakit (aktif/fase tak aktif; diseminasi infeksi melalui bronkus untuk membatasi jaringan atau melalui aliran darah/sistem limfatik) dan potensial penyebaran infeksi melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara, tertawa, menyanyi.

b) Identifikasi orang lain yang berisiko, contoh anggota rumah, sahabat karib/teman.


(16)

c) Anjurkan pasien untuk batuk/bersin dan mengeluarkan pada tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat. Dorong untuk mengulangi demonstrasi. d) Awasi suhu sesuai indikasi.

e) Identifikasi faktor risiko individu terhadap pengaktifan berulang tuberkulosis, contoh tahanan bawah (alkoholisme, malnutrisi/bedah bypass intestinal); gunakan obat penekan imun/kortikosteroid; adanya diabetes melitus, kanker, kalium.

f) Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

g) Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara periodik terhadap sputum untuk lamanya terapi.

h) Dorong memilih/mencerna makanan seimbang. Berikan makan sering kecil pada jumlah makanan besar yang tepat.

b. Rasional

a) Membantu pasien menyadari/menerima perlunya mematuhi program pengobatan untuk mencegah pengaktifan berulang/komplikasi. Pemahaman bagaimana penyakit disebarkan dan kesadaran kemungkinan transmisi membantu pasien/orang terdekat untuk mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke orang lain.

b) Orang-orang yang terpajan ini perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran/terjadinya infeksi.

c) Perilaku yang diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi.

d) Dapat membantu menurunkan rasa terisolasi pasien dan membuang stigma sosial sehubungan dengan penyakit menular.

e) Reaksi demam indikator adanya infeksi lanjut.

f) Pengetahuan tentang faktor ini membantu pasien untuk mengubah pola hidup dan menghindari/menurunkan insiden eksaserbasi.

g) Periode singkat berakhir 2-3 hari setelah kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau penyakit luas sedang, risiko penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.

h) Alat dalam pengawasan efak dan keefektifan obat dan respons pasien terhadap terapi.


(17)

i) Adanya anoreksia dan/atau malnutrisi sebelumnya merendahkan tahanan terhadap proses infeksi dan mengganggu penyembuhan. Makan kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.

c. Kolaborasi

a) Berikan agen antiinfeksi sesuai indikasi, contoh obat utama: Isoniazid (INH) etambutal (Myambutol); rifampin (RMP/Rifadin). b) Pirazinamida (PZA/Aldinamide); para-amino salisik (PAS);

sikloserin (Seromycin); streptomisin (Strycin).

c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh hasil usap sputum. d) AST/ALT.

e) Laporkan ke departemen kesehatan lokal. d. Rasional

a) Kombinasi agen antiinfeksi digunakan, contoh 2 obat primer atau satu primer tambah 1 dan obat sekunder. INH biasanya obat pilihan untuk pasien infeksi dan pada risiko terjadi TB. Kemoterapi INH dan refampin jangan pernah (selama 9 bulan) dengan etambutal (selama 2 bulan pertama) pengobatan cukup untuk TB paru. Etambutal harus diberikan bila sistem saraf pusat atau tak terkomplikasi, penyakit diseminata terjadi atau bila dicurigai resisten INH. Terapi luas (sampai 24 bulan) diindikasikan untuk kasus reaktivasi, reaktivasi TB ekstrapulmonal, atau adanya masalah medik lain, contoh diabetes melitus atau silikosis. Profilaksis dengan INH selama 12 bulan harus dipertimbangkan pada pasien dengan HIV positif dengan PPD positif.

b) Ini obat sekunder diperlukan bila infeksi resisten terhadap atau tidak toleran obat primer.

c) Pasien yang mengalami 3 usapan negatif (memerlukan 3-5 bulan), perlu mentaati program obat dan asimtomatik akan diklasifikasikan tak-menyebar.

d) Efek merugikan terapi obat termasuk hepatitis.

e) Membantu mengidentifikasi lembaga yang dapat dihubungi untuk menurunkan penyebaran infeksi.


(18)

2. Bersihan jalan nafas, takefektif. Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Kaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan, irama dan kedalaman serta penggunaan otot aksesori.

b) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa/batuk efektif, catat karakter, jumlah sputum, adanya hemopisis.

c) Berikan pasien posisi semi atau fowler tinggi. Bantu pasien untuk batuk dan latihan nafas dalam.

d) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; penghisapan sesuai keperluan.

e) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali kontraindikasi.

b. Rasional

a) Penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan atelektasis. Ronki, mengi menunjukkan akumulasi sekret/ketidakmampuan untuk membersihkan jalan nafas yang dapat menimbulkan penggunaan otot aksesori pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

b) Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal (mis. efek infeksi dan/atau tidak adekuat hidrasi). Sputum berdarah kental atau darah cerah diakibatkan oleh kerusakan (kavitasi) paru atau luka bronkial dan dapat memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.

c) Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.

d) Mencegah obstruksi/aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bila pasien tak mampu mengeluarkan sekret.

e) Pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan sekret, membuatnya mudah dikeluarkan.


(19)

c. Kolaborasi

a) Lembabkan udara/oksigen inspirasi. b) Beri obat-obatan sesuai indikasi:

Agen mukolitik, contoh asetilsistein (Mucomyst).

Bronkodilator, contoh okstrifillin (Choledyl); teofillin (Theo-Dur). Kortikosteroid (Prednison).

c) Bersiap untuk/membantu intubasi darurat. d. Rasional

a) Mencegah pengeringan membran mukosa; membantu pengenceran sekret.

b) Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan sekret paru untuk memudahkan pembersihan.

c) Bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial, sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara. d) Berguna pada adanya keterlibatan luas dengan hipoksemia dan bila

respons inflamasi mengancam hidup.

e) Intubasi diperlukan pada kasus jarang bronkogenik TB dengan edema laring atau perdarahan paru akut.

3. Pertukaran gas, kerusakan, risiko tinggi Tindakan/intervensi

a. Mandiri

a) Kaji dispnea, takipnea, tak normal/menurunnya bunyi nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi dinding dada dan kelemahan.

b) Evaluasi perubahan pada tingkat kesadaran. Catat sianosis dan/atau perubahan pada warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku. c) Tunjukan/dorong bernafas bibir selama ekshalasi, khususnya untuk

pasien dengan fibrosis atau kerusakan parenkim.

d) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai keperluan.


(20)

b. Rasional

a) TB pau menyebabkan efek luas pada paru dari bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi difus luas, nekrosis, effusi pleural, dan fibrosis luas. Efek pernafasan dapat dari ringan sampai dispnea berat sampai distress pernafasan.

b) Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ vital dan jaringan (rujuk ke DK: Bersihan Jalan Nafas, Takefektif).

c) Membuat tahanan melawan udara luar, untuk mencegah kolaps/penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan menghilangkan/menurunkan nafas pendek. d) Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan

pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala. c. Kolaborasi

a) Awasi seri GDA/nadi oksimetri.

b) Berikan oksigen tambahan yang sesuai. d. Rasional

a) Penurunan kandungan oksigen (PaO2) dan/atau saturasi atau

peningkatan PaCO2 menunjukkan kebutuhan untuk

intervensi/perubahan program terapi.

b) Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap penurunan ventilasi/menurunnya permukaan alveolar paru. 4. Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh

Tindakan/intervensi a. Mandiri

a) Catat status nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit, berat badan dan derajat kekurangan berat badan, integritas mukosa oral, kemampuan/ketidakmampuan menelan, adanya tonus usus, riwayat mual/muntah atau diare.

b) Pastikan pola diet biasa pasien, yang disukai/tak disukai. c) Awasi masukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik.


(21)

d) Selidiki anoreksia, mual, dan muntah dan catat kemungkinan hubungan dengan obat. Awasi frekuensi, volume, konsistensi feses. e) Dorong dan berikan periode istirahat sering.

f) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan. g) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan

karbohidrat.

h) Dorong orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi.

b. Rasional

a) Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet. b) Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. c) Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi area

pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan/penggunaan nutrien.

d) Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.

e) Menurunkan rasa tak enak karena sisa sputum atau obat untuk pengobatan respirasi yang merangsang pusat muntah.

f) Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tak perlu/kebutuhan energi dari makan makanan banyak dan menurunkan iritasi gaster.

g) Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal dan kultural.

c. Kolaborasi

a) Rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi diet.

b) Konsul dengan terapi pernafasan untuk jadwal pengobatan 1-2 jam sebelum/setelah makan.

c) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein serum dan albumin.


(22)

d. Rasional

a) Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.

b) Dapat membantu menurunkan insiden mual dan muntah sehubungan dengan obat atau efek pengobatan pernafasan pada perut yang penuh.

c) Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan menunjukkan kebutuhan intervensi/perubahan program terapi.

d) Demam meningkatkan kebutuhan metabolik dan juga konsumsi kalori.

5. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan

Tindakan/intervensi a. Mandiri

a) Kaji kemampuan pasien untuk belajar, contoh tingkat takut, masalah, kelemahan, tingkat partisipasi, lingkungan terbaik dimana pasien dapat belajar, seberapa banyak isi, media terbaik, siapa yang terlibat. b) Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat, contoh

hemoptisis, nyeri dada, demam, kesulitan bernafas, kehilangan pendengaran, vertigo.

c) Tekankan pentingnya mempertahankan protein tinggi dan diet karbohidrat dan pemasukan cairan adekuat (rujuk ke DK: Nutrisi, Perubahan, Kurang dari Kebutuhan Tubuh).

d) Berikan instruksi dan informasi tertulis khusus pada pasien untuk rujukan contoh jadwal obat.

e) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan, dan alasan pengobatan lama. Kaji potensial interaksi dengan obat/sunstansi lain.

f) Kaji potensial efek samping pengobatan (contoh mulut kering, konstipasi, gangguan penglihatan, sakit kepala, hipertensi ortostatik) dan pemecahan masalah.


(23)

g) Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alkohol sementara minum INH.

h) Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memulai dan kemudian tiap bulan selama minum etambutal.

i) Dorong pasien/orang terdekat untuk menyatakan masalah. Jawab pertanyaan secara nyata. Catat lamanya penggunaan penyangkalan. j) Evaluasi kerja pada pengecoran logam/tambang gunung, semburan

pasir.

k) Dorong untuk tidak merokok.

l) Kaji bagaimana TB ditularkan (mis. khususnya dengan inhalasi organisme udara tetapi dapat juga menyebar melalui feses atau urine bila infeksi ada pada sistem ini) dan bahaya reaktivitas.

b. Rasional

a) Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada tahapan individu.

b) Dapat menunjukkan kemajuan atau pengaktifan ulang penyakit atau efek obat yang memerlukan evaluasi labjut.

c) Memenuhi kebutuhan metabolik membantu meminimalkan kelemahan dan meningkatkan penyembuhan. Cairan dapat mengencerkan/mengeluarkan sekret.

d) Informasi tertulis menurunkan hambatan pasien untuk mengingat sejumlah besar informasi. Pengulangan menguatkan belajar.

e) Meningkatkan kerjasama dalam program pengobatan dan mencegah penghentian obat sesuai perbaikan kondisi pasien.

f) Mencegah/menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan terapi dan meningkatkan kerjasama dalam program.

g) Kombinasi INH dan alkohol telah menunjukkan peningkatan insiden hepatitis.

h) Efek samping utama menurunkan penglihatan; tanda awal menurunnya kemampuan untuk melihat warna hijau.

i) Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan konsepsi/peningkatan ansietas. Ketidakadekuatan


(24)

keuangan/penyangkalan lama dapat mempengaruhi koping dengan/manajemen tugas untuk meningkatkan/mempertahankan kesehatan.

j) Terpajan pada debu silikon berlebihan meningkatkan risiko silikosis, yang dapat secara negatif mempengaruhi fungsi pernafasan/bronkitis.

k) Meskipun merokok tidak merangsang berulangnya TB, tetapi meningkatkan disfungsi pernafasan/bronkitis.

l) Pengetahua dapat menurunkan risiko penulatan/reaktivasi ulang. Komplikasi sehubungan dengan reaktivasi, pembentukan abses, emfisema destruktif, pneumotork spontan, firosis interstisial difus, effusi serosa, empiema, bronkiektasis, hemoptisis, luka GI, fistula bronkopleural, laringitis tuberkulosis, dan penyebaran miliari.


(25)

D. Asuhan Keperawatan Kasus 3.1. Pengkajian

PROGRAM DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU

_______________________________________________________________ FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 20 tahun

Status Perkawinan : Belum Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : Sarjana (Universitas Negeri Medan)

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat : Desa Berastepu Kab. Karo

Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2013 No. Register : 52.80.06 Ruangan/kamar : RA 1/III 3 Golongan darah : -

Tanggal pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal operasi : -

Diagnosa Medis : TB Paru

II. KELUHAN UTAMA :

Batuk darah yang dialami klien kurang lebih 4 hari ini, batuk darah terus menerus dengan frekuensi kurang lebih 5x/hari.


(26)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative

1. Apa penyebabnya:

Klien batuk darah kurang lebih 4 hari ini setelah pulang dari kerja lapangan di parapat.

2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan:

Pasien sebelumnya dibawa berobat ke Puskesmas. B. Quantity/quality

1. Bagaimana dirasakan:

Klien merasakan nyeri dada saat batuk. 2. Bagaimana dilihat:

Pasien terlihat lemah, namun masih sadar.

C. Region

1. Dimana lokasinya

Lokasi nyeri berada di dada. 2. Apakah menyebar

Nyeri tidak menyebar. D. Severity

Akibat penyakit yang diderita klien, klien mengalami gangguan terhadap pernafasannya.

E. Time

Hal ini terjadi 4 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami

Sebelumnya klien hanya pernah menderita sakit demam, batuk serta pilek.

B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan

Ketika sakit pasien dibawa ke puskesmas untuk berobat. C. Pernah dirawat/dioperasi


(27)

D. Lama dirawat

Klien belum pernah dirawat dirumah sakit. E. Alergi

Klien tidak mengalami alergi terhadap pengobatan F. Imunisasi

Klien mendapatkan imunisasi lengkap

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Orang tua klien tidak pernah menderita sakit TB Paru. Orang tua klien menderita sakit hipertensi.

B. Saudara kandung

Saudara kandung klien tidak pernah menderita TB Paru. C. Penyakit keturunan yang ada

Dalam keluarga klien tidak ada penyakit keturunan, hanya saja orang tua kien menderita hipertensi.

D. Anggota keluarga yang meninggal

Belum ada anggota keluarga klien yang meninggal. E. Penyebab meninggal

Tidak ada penyebab meninggal karena keluarga klien belum ada yang meninggal.

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya

Klien merasa takut akan penyakitnya. Klien khawatir sakitnya tidak dapat disembuhkan.

B. Konsep Diri:

1. Gambaran diri : klien menyukai seluruh bagian tubuhnya. 2. Ideal diri : klien berharap bisa sembuh.

3. Harga diri : tanggapan klien tentang harga dirinya tinggi.


(28)

5. Identitas : klien adalah anak pertama dari tiga bersaudara.

C. Keadaan emosi:

Klien sering marah-marah, takut, gelisah, menangis. D. Hubungan sosial:

1. Orang yang berarti

Klien mengatakan orang yang berarti dalam hidupnya adalah kedua orang tuanya dan seluruh keluarganya.

2. Hubungan dengan keluarga

Hubungan dengan keluarga tidak ada masalah. 3. Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain baik, tidak ada masalah. 4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien tidak memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain.

E. Spiritual

1. Nilai dan keyakinan

Klien beragama islam. Klien percaya penyakit yang di deritanya akan disembuhkan oleh Tuhan.

2. Kegiatan ibadah

Sebelum masuk rumah sakit klien selalu shalat 5 waktu.

Setelah masuk rumah sakit klien tidak dapat melakukan shalat karena keadaannya yang lemah.

VII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum

Klien terlihat lemah serta batuk dan mengeluarkan darah dengan buih.

B. Tanda-tanda vital

1. Suhu tubuh : 370C.

2. Tekanan darah : 120/80 mmHg. 3. Nadi : 78 kali/menit.


(29)

4. Pernafasan : 29 kali/menit. 5. Skala nyeri : 4 (nyeri ringan)

6. TB : 160 cm.

7. BB : 58 kg.

C. Pemeriksaan Head to toe Kepala

1. Bentuk

Bentuk mesochepale, tidak ada masalah. 2. Ubun-ubun

Ubun-ubun klien normal. 3. Kulit kepala

Kulit kepala klien bersih tidak ada maslah. Rambut

1. Penyebaran dan keadaan rambut

Penyebaran rambut klien meratadan keadaan rambut klien bersih.

2. Bau

Rambut klien tidak berbau. 3. Warna kulit

Warna kulit klien terlihat pucat. Wajah

1. Warna kulit

Kulit wajah klien terlihat pucat. 2. Struktur wajah

Struktur wajah klien simetris. Mata

1. Kelengkapan dan kesimetrisan Mata klien simetris, lengkap 2. Palpebra

Palpebra klien normal, tidak ada pembengkakan. 3. Konjungtiva dan sklera


(30)

4. Pupil

Pupil klien isokor kanan dan kiri masing-masing 3mm. 5. Cornea dan iris

Cornea bening, refleks terhadap cahaya (+). 6. Visus

Visus klien tidak dikaji. 7. Tekanan bola mata

Tidak dikaji. Hidung

1. Tulang hidung dan posisi septum nasi

Tulang dan posisi septum nasi simetris, tidak ada masalah. 2. Lubang hidung

Lubang hidung bersih, tidak ada polip. 3. Cuping hidung

Terdapat pernafasan cuping hidung. Telinga

1. Bentuk telinga

Bentuk telinga simetris. 2. Ukuran telinga

Ukuran telinga klien simetris dan normal. 3. Lubang telinga

Lubang telinga klien tidak ada masalah. 4. Ketajaman pendengaran

Ketajaman pendengaran klien baik, tidak ada gangguan pendengaran.

Mulut dan faring 1. Keadaan bibir

Keadaan bibir klien lembab, tidak ada sianosis. 2. Keadaan gusi dan gigi

Gusi klien tidak ada masalah, gigi klien lengkap. 3. Keadaan lidah


(31)

4. Orofaring Normal. Leher

1. Posisi trachea

Posisi trachea simetris, tidak ada pembesaran tonsil. 2. Thyroid

Tidak ada pembesaran thyroid. 3. Suara

Suara klien jelas. 4. Kelenjar limfe

Tidak ada masalah atau pembesaran kelenjar limfe. 5. Vena jugularis

Teraba, kuat, teratur. 6. Denyut nadi karotis

Teraba, teratur. Pemeriksaan integumen 1. Kebersihan

Kulit klien bersih 2. Kehangatan

Kulit klien hangat. 3. Warna

Tidak pucat. 4. Turgor

Kurang elastis. 5. Kelembaban

Kulit klien terlihat agak kering. 6. Kelainan pada kulit

Tidak ada kelainan kulit pada klien. Pemeriksaan thoraks/dada

1. Inspeksi thoraks


(32)

2. Pernafasan (frekuensi, irama) Frekuensi nafas 29 kali/menit. 3. Tanda kesulitan bernafas

Klien sesak karena adanya sputum. Pemeriksaan paru

1. Palpasi getaran suara

Vokal fremitus kiri lebih kuat dibanding kanan. 2. Perkusi

Dada kiri lebih resonan dari dada kanan. 3. Auskultasi

Terdapat suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan jantung

1. Inspeksi

Tidak tampak massa serta tidak ada terlihat adanya denyut jantung (pulsasi).

2. Palpasi

Teraba denyut jantung (pulsasi) dengan frekuensi 78 kali/menit. 3. Perkusi

Tidak ada pembesaran jantung Batas atas jantung : interkostal 2-3 Batas kanan jantung : linea sternalis kanan

Batas kiri jantung : linea media clavicularis kiri 4. Auskultasi

Bunyi jantung 1 dan bunyi jantung 2, tidak terdengar suara tambahan.

Pemeriksaan abdomen 1. Inspeksi

Datar, simetris, tidak ada asites, tidak ada benjolan atau massa. 2. Auskultasi

Peristaltik (bising usus) normal. 3. Palpasi


(33)

4. Perkusi

Suara thympani.

Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya 1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra)

Genitalia klien bersih.

2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum)

Tidak ada kelainan pada anus dan perineum klien.

Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)

Ekstremitas klien simetris, kekuatan otot klien lemah, tidak terdapat edema.

Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis) GCS = 15

E= 4 M= 6 V= 5 Nervus cranial:

N. I (olfaktorius) : pasien memiliki penciuman yang baik. N. II (optikus) : pasien memiliki penglihatan yang baik N. III (okulomotorius) : pasien dapat menggerakkan kelopak mata

keatas, pupil isokor.

N. IV (trochlearis) : pasien dapat menggerakkan mata ke bawah dan ke atas.

N. V (trigeminus) : pasien dapat membuka dan menutup mulut, dapat mengunyah.

N. VI (abducent) : pasien dapat menggerakkan mata ke lateral. N. VII (facialis) : pasien dapat menggerakkan mulutnya. N. VIII (vestibulocochlearis) : pasien memiliki pendengaran yang

normal.

N. IX (glosofaringeus) : pasien dapat merasa dengan baik. N. X (vagus) : refleks menelan pasien baik.

N. XI (accesorius) : pasien dapat mengangkat bahu dengan baik.


(34)

N. XII (hipoglosus) : pasien dapat menjulurkan lidah. Fungsi motorik

Kemampuan motorik klien normal tidak ada masalah.

Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran)

Sentuhan klien normal, dapat membedakan panas dingin, tajam tumpul dan getaran yang diberikan.

VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum

1. Frekuensi makan/hari

Sebelum sakit klien makan 2 kali/hari, makan dengan 1 porsi.

Setelah sakit klien makan 3 kali/hari, makan dengan ½ porsi.

2. Nafsu/selera makan Klien tidak nafsu makan. 3. Nyeri ulu hati

Ada nyeri ulu hati. 4. Alergi

Klien tidak memilki riwayat alergi makanan. 5. Mual dan muntah

Ketika makan klien merasa mual dan ingin muntah. 6. Waktu pemberian makan

Pagi 07.00 wib, siang 12.00 wib, malam 19.00 wib.

7. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)

Tidak ada masalah kesulitan menelan dan mengunyah saat makan.

II. Perawatan diri/personal hygiene 1. Kebersihan tubuh


(35)

Klien mandi 2 kali/hari. 2. Kebersihan gigi dan mulut

Gigi dan mulut klien terlihat bersih.

Saat mandi klien juga membersihkan gigi dan mulutnya 2 kali/hari.

3. Kebersihan kuku kaki dan tangan Kuku kaki dan tangan klien bersih. Dipotong 1 kali/minggu.

III. Pola kegiatan/aktivitas

1. Uraikan aktivitas pasien untuk mandi makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total

Seluruh aktivitas pasien dibantu oleh keluarga karena kondisi pasien yang lemah.

2. Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit Klien beragama islam. Sebelum sakit klien shalat 5 waktu tetapi setelah dirawat pasien tidak mampu shalat.

IV. Pola eliminasi a. BAB

1. Pola BAB

Sebelum masuk rumah sakit: 2kali/ hari. Sesudah masuk rumah sakit: 2 kali/ hari. 2. Karakter feses

Sebelum masuk rumah sakit: normal, lembek Sesudah masuk rumah sakit: cair

3. Riwayat perdarahan

Tidak ada riwayat perdarahan. 4. BAB terakhir

Bab terakhir klien: pagi. 5. Diare

Klien tidak diare. 6. Penggunaan laaktasif


(36)

Klien tidak menggunakan laktasif b. BAK

1. Pola BAK

Sebelum masuk rumah sakit: >2 kali/hari. Sesudah masuk rumah sakit: >2 kali/hari 2. Karakter urine

Karakte urine klien: kuning

3. Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK

Klien tidak merasa nyeri/kesulitan ketika BAK 4. Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih

Klien tidak memiliki riwayat pemyakit ginjal/kandung kemih.

5. Penggunaan diuretik

Klien tidak menggunakan diuretik. 6. Upaya mengatasi masalah

Tidak ada masalah V. Data Penunjang

Nama Pemeriksaan Hasil Satuan Hasil

Darah Rutin Lekosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit RDN Diff Count Eosinofil Absoulute Basofil Absoulute Netrofil Absoulute 19,4 5,1 13,0 39,8 77,9 25,4 32,7 362 15,2 Negatif 0,03 Negatif

103/ul 106/ul g/dl % fL pg g/dl 103/ul %

103/ul

3,8 - 10,6 4,4 – 5,9 13,2 – 17,3 40 – 52 80 – 100 26 – 34 32 – 36 150 – 440 11,5 – 14,5

0,045 – 0,44 0 – 0,2 1,8 – 8


(37)

Limfosit Absoulute Monosit Absoulute Eosinofil Basofil Neutrofil Limfosit Monosit Kimia Klinik Glukosa Sewaktu SGOT SGPT Kalium Natrium Chlorida 1,95 1,66 Negatif 0,2 Negatif 10,0 8,6 92 61 46 3,5 126 95

103/ul 103/ul

% % % mg/d u/L u/L mmoL/L mmoL/L mmoL/L

0,9 – 5,2 0,16 – 1 2 – 4 0 – 1 50 – 70 25 – 40 2 – 8

< 125 0 – 35 0 – 35 3,5 – 5,0 135 – 147 95,0 – 105

3.2. ANALISA DATA


(38)

1.

2.

DS: a) Pasien mengatakan sering batuk dan sesak.

b) Di tenggorokannya ada dahak bercampur darah. DO: a) Suara nafas ronchi

b) Sputum kental+darah c) RR: 29 x/menit d) TD: 120/80 e) HR: 78 kali/menit f) Temp: 370C

DS: a) Pasien mengatakan nafsu makan menurun

b) Pasien mengeluh mual c) Pasien mengatakan porsi

pasien tidak habis

d) Pasien mengatakan badan terasa lemas

DO: a) Pasien terlihat lemas

b) Makanan tampak tidak habis c) Pasien terpasang infus

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


(39)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas. 2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan.

3.3. DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d sekret kental atau sekret darah. 2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d anoreksia.


(40)

2.4. PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL Hari/tan ggal No. Dx Perencanaan Keperawatan Senin/17 Juni 2013

1. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam bersihan jalan nafas menjadi efektif.

Kriteria Hasil: Mempertahankan jalan nafas pasien, sesak nafas berkurang.

Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji fungsi

pernafasan.

2. Catat kemampuan

untuk mengeluarkan sekret.

3. Anjurkan klien untuk latihan batuk dan nafas dalam.

4. Anjurkan klien untuk posisi semi fowler.

5. Berikan terapi

oksigen. 6. Pantau TTV.

1. Penurunan bunyi napas

indikasi atelektasis. akumulasi secret/ketidakma mpuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dankerja pernapasan meningkat.

2. Pengeluaran sulit bila

secret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru.

3. Batuk efektif membantu

mengeluarkan secret.

4. Meningkatkan ekspansi

paru dan membuka area atelektasis

5. Membantu suplai oksigen

6. Mengetahui


(41)

Senin/17 Juni 2013

2. Tujuan: Setelah dilakukan askep 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria Hasil: Nafsu makan meningkat.

Rencana Tindakan Rasional

1. Catat status nutrisi klien.

2. Monitor intake

output.

3. Catat adanya

anoreksia.

4. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering.

1. Berguna dalam

mendefinisikan nutrisi dan cairan.

2. Menentukan keefektifan

nutrisi dan cairan.

3. Menentukan jenis diet dan mendefinisikan

pemecahan masalah untuk meningkatkan intake nutrisi.


(42)

1.5. PELAKSANAAN KEPERAWATAN Hari/

tanggal

No. Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP) Selasa/

18 Juni 2013

1. 1. Mengkaji fungsi pernafasan. 2. Mencatat kemampuan untuk

mengeluarkan secret.

3. Menganjurkan klien untuk latihan batuk efektif dan nafas dalam.

4. Menganjurkan klien untuk posisi semi fowler.

5. Memberikan terapi oksigen 6. Memantau TTV.

S: Klien mengatakan sesak nafas berkurang. O: Klien tampak

sudah mudah bernafas. RR: 26 x/menit. Secret masih ada. A: Masalah teratasi sebagian. P: Tindakan dilanjutkan: Kaji frekuensi pernafasan Rabu/ 19 Juni 2013

2. 1. Mencatat status nutrisi klien. 2. Memonitor intake output. 3. Mencatat adanya anoreksia. 4. Menganjurkan klien untuk

makan sedikit tapi sering.

S: Klien mengatakan nafsu makannya sudah membaik. O: Porsi makanan habis. A: Masalah


(43)

teratasi. P: Tindakan dihentikan.


(44)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan saat meningkatnya morbiditas penduduk terutama di negara berkembang. Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi Mycobacterium tuberculosis, organisme penyebab tuberkulosis. Dari seluruh kasus tuberkulosis, sebesar 11% dialami oleh anak-anak di bawah 15 tahun (Somantri, 2008).

Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup O2 ruangan setiap kali bernafas. Oksigenasi adalah tindakan, proses, atau hasil pengambilan oksigen.

Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ sel (Alimul, 2006).

Oksigen dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan. Perawat seringkali menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya. Fungsi sistem pernafasan dan jantung adalah menyuplai kebutuhan oksigen tubuhnya (Potter dan Perry, 2005).

1.2.Tujuan Umum

Untuk mengetahui Asuhan Kperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

1.3.Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan tahapan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kasus gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan

c. Mampu menetapkan rencana intervensi pada pasien di RS. HAM Medan d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien di RS. HAM.


(45)

e. Mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan gangguan oksigenasi di RS. HAM. Medan.

1.4.Manfaat

a. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan oksigenasi.

b. Bagi keluarga pasien

Penulisan karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana informasi dan menambah pengetahuan tentang gangguan oksigenasi.

c. Bagi penulis

Sebagai pengalaman berharga dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang asuhan keperawatan (ASKEP) serta menambah wawasan penulis mengenai gangguan oksigenasi.


(46)

Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

di RSUP. Haji Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh Chaera Alhani

102500076

Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara


(47)

(48)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmad-Nya diberi nikmat kesehatan, kekuatan, keterbukaan hati dan fikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mandapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNs, selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Ibu Yessi Ariani, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

8. Seluruh staf dosen Keperawatan DIII Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan masukan kepada penulis selama mengikuti pendidikan.


(49)

9. Terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam dan penghargaan dengan tulus hati dan cinta kasih yang dimiliki penulis berikan kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Armansyah dan Ibunda Marlina yang telah bersusah payah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dalam do’a, materi, kasih sayang dan kesabaran sehingga penulis dapat menjadi orang yang berguna.

10. Saudara-saudaraku, Kakakku Novri Sultanti dan Adikku Hirda Harfizi serta sahabat-sahabat terbaikku Pertiwi Hartanti Sembiring, Noni Indah Yani Nasution, Evi Yuliana, Ulfa Anggraini, Nurul Ma’nun, Tria Koeswardani Pratiwi yang selalu meberikan do’a dan banyak memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Seluruh teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara seperjuangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak serta bagi penulis khususnya. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua. Amin yarobbal ‘alamin.

Medan, Juli 2013 Penulis

(Chaera Alhani) 102500076


(50)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Umum ... 1

1.3. Tujuan Khusus ... 1

1.4. Manfaat ... 2

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3

A. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi ... 3

2.1. Definisi TB Paru ... 3

2.2. Etiologi... 3

2.3. Patofisiologis ... 3

2.4. Manifestasi Klinis ... 4

2.5. Komplikasi ... 4

2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi ... 5

2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia ... 5

2.8. Fisiologi Pernafasan ... 7

2.9. Jenis Pernafasan ... 7

2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi ... 8

2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan ... 10

2.12. Pengkajian... 11

2.13. Analisa Data ... 13

2.14. Rumusan Masalah ... 13

2.15. Perencanaan ... 14

B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 24

3.1. Pengkajian ... 24

3.2. Analisa Data ... 37


(51)

3.4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 39

3.5. Pelaksanaan Keperawatan ... 41

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

4.1. Kesimpulan ... 43

4.2. Saran ... 43


(1)

Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi

di RSUP. Haji Adam Malik Medan

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan

Oleh Chaera Alhani


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat dan Rahmad-Nya diberi nikmat kesehatan, kekuatan, keterbukaan hati dan fikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Nn. E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi di RSUP. Haji Adam Malik Medan yang disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mandapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan berharap kepada:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNs selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNs. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Nunung Febriany Sitepu, S.Kep, Ns, MNs, selaku dosen pembimbing yang telah memberi bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Ibu Yessi Ariani, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, masukan serta nasehat mulai dari awal sampai akhir


(4)

9. Terlebih dahulu penulis mengucapkan terima kasih yang paling dalam dan penghargaan dengan tulus hati dan cinta kasih yang dimiliki penulis berikan kepada kedua orang tua tercinta. Ayahanda Armansyah dan Ibunda Marlina yang telah bersusah payah melahirkan dan membesarkan serta mendidik penulis dalam do’a, materi, kasih sayang dan kesabaran sehingga penulis dapat menjadi orang yang berguna.

10. Saudara-saudaraku, Kakakku Novri Sultanti dan Adikku Hirda Harfizi serta sahabat-sahabat terbaikku Pertiwi Hartanti Sembiring, Noni Indah Yani Nasution, Evi Yuliana, Ulfa Anggraini, Nurul Ma’nun, Tria Koeswardani Pratiwi yang selalu meberikan do’a dan banyak memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Seluruh teman-teman mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara seperjuangan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, maka untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak serta bagi penulis khususnya. Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua. Amin yarobbal ‘alamin.

Medan, Juli 2013 Penulis

(Chaera Alhani) 102500076


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Umum ... 1

1.3. Tujuan Khusus ... 1

1.4. Manfaat ... 2

BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3

A. Konsep Dasar Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Oksigenasi ... 3

2.1. Definisi TB Paru ... 3

2.2. Etiologi... 3

2.3. Patofisiologis ... 3

2.4. Manifestasi Klinis ... 4

2.5. Komplikasi ... 4

2.6. Pengertian Kebutuhan Oksigenasi ... 5

2.7. Sistem Tubuh yang Berperan dalam Tubuh Manusia ... 5

2.8. Fisiologi Pernafasan ... 7

2.9. Jenis Pernafasan ... 7

2.10. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigenasi ... 8

2.11. Perubahan Fungsi Pernafasan ... 10

2.12. Pengkajian... 11

2.13. Analisa Data ... 13

2.14. Rumusan Masalah ... 13


(6)

3.4. Perencanaan Keperawatan dan Rasional ... 39

3.5. Pelaksanaan Keperawatan ... 41

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

4.1. Kesimpulan ... 43

4.2. Saran ... 43