Indonesia = 65 juta perokok atau 28 per penduduk ~225 miliar batang per
tahun. Indonesia merupakan Negara ketiga tertinggi yang mengkonsumsi rokok. WHO 2008.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,secara garis besar dapat dirumuskan satu masalah yaitu: “Bagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU
09 tentang merokok sebagai faktor resiko utama PPOK?
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang merokok sebagai faktor resiko utama PPOK pada mahasiswa FK USU 09.
1.3.2. Tujuan Khusus
• Distribusi Frekuensi Karakteristik Reponden menurut Jenis Kelamin • Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Menurut Jenis
Kelamin
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat kepada penulis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat
pengetahuan tentang merokok sebagai faktor resiko utama PPOK pada mahasiswa FK USU 09.
2. Peneliti dapat meningkatkan kemampuan di bidang penelitian serta melatih kemampuan analisis dan kemampuan membuat karya tulis ilmiah.
Universitas Sumatera Utara
1.4.2 Manfaat pada masyarakat
Diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya mahasiswa agar lebih memperhatikan kesehatannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
2.1. Rokok 2.1.1.Sejarah Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang sekitar 100mm dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah.
Tembakau tobacco adalah sejenis tanaman herbal yang berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Ajaran - ajaran kepercayaan mereka ada kaitannya dengan
tumbuhan tembakau, dimana pada waktu itu asap tembakau dipercaya dapat memberi perlindungan dari mahluk halus yang sangat jahat. Cristoper Columbus pada waktu
itu melintasi laut Atlantik untuk pertama kalinya pada tahun 1942. Orang - orang asli Amerika bermukim di New World telah memberi hadiah daun Tembakau dan seabad
setelah itu, merokok telah menjadi trend sosial. www.tuberose.com
2.1.2 Jenis – jenis rokok
Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok, isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan
filter pada rokok. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau.
Universitas Sumatera Utara
Rokok berdasarkan atau isi.
Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
Sigaret Kretek Tangan SKT: rokok yang proses pembuatannya dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu
sederhana. Sigaret Kretek Mesin SKM: rokok yang proses pembuatannya menggunakan
mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan.
Saat ini mesin pembuat rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu batang rokok per menit.
Rokok berdasarkan penggunaan filter.
Rokok Filter RF: rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
Rokok Non Filter RNF: rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Kandungan Rokok
Gambar 2.1 Sumber:
www.bahayarokok.net
Nikotin, kandungan yang menyebabkan perokok merasa rileks.
Tar, yang terdiri dari lebih dari 4000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia di antaranya bersifat karsinogenik.
Sianida, senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano.
Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan tidak berwarna.
Cadmium, sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif.
Universitas Sumatera Utara
Metanol alkohol kayu, alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alkohol.
Asetilena, merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana.
Amonia, dapat ditemukan di mana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat.
Hidrogen sianida, racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida.
Arsenik, bahan yang terdapat dalam racun tikus.
Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil. Anggota Koalisi untuk Indonesia Sehat. 2010
Gambar 2.2 Sumber: http:tuberose.comcigarettesmoking.html
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Bahaya Merokok
Merokok bisa meningkatkan kecenderungan untuk terkena masuk angin dan flu. Menurut riset jika seseorang itu perokok aktif, akan beresiko lebih sering
mengalami masuk angin, bronchitis dan flu. Merokok juga dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, stroke dan meningkatkan kolesterol. Jantung akan
terpengaruh secara langsung karena pembuluh darah membangun jaringan lemak lebih cepat disekitarnya. Sehingga arteri tidak akan cukup cepat untuk memompa
darah yang bisa mendukung kebutuhan alami jantung. Akibatnya terjadi pembekuan darah, merusak pembuluh darah dan pada akhirnya menyebabkan penyumbatan yang
bisa berakhir dengan stroke bahkan kematian. Amin M. 1996 Ada bahaya merokok bagi kesehatan balita atau bayi Anda. Merokok selama
kehamilan bisa mengakibatkan gangguan dan kelainan pada janin. Para ahli menemukan bayi yang ibunya merokok selama kehamilan lahir dengan saluran udara
yang lebih kecil. Ini membuat mereka lebih rentan terhadap masalah pernapasan setelah lahir. Masalah-masalah pernapasan dapat menempatkan bayi pada resiko
terjadinya sindrom kematian bayi mendadak. NHBI, 2009 Bahaya merokok saat kehamilan memang dikaitkan dengan berbagai masalah
kesehatan pada bayi. Ibu yang merokok beresiko memiliki bayi lahir mati, keguguran atau bayi prematur. Merokok saat hamil akan menurunkan jumlah oksigen yang
tersedia bagi ibu dan bayi yang dikandung. Akibatnya denyut jantung bayi akan meningkat yang beresiko meningkatkan kelahiran prematur dan kematian. Barnes,
2000 Selain itu, bayi yang lahir dari ibu yang merokok secara signifikan memiliki
waktu tidur malam yang lebih pendek. Bayi yang terkena asap tembakau sebelum kelahiran jauh lebih mudah menderita penyakit pernafasan dan infeksi yang juga
Universitas Sumatera Utara
dapat memberi kontribusi kepada penurunan kualitas tidur di malam hari. PDPI, 2003
2.2 Penyakit Paru Obstruktif Kronis 2.2.1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK • PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara
di saluran napas yangbersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik • Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3
bulan dalam setahun,sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema • Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal,disertai kerusakan dinding alveoli.Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK. PDPI,
2003
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Faktor Resiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok
perlu diperhatikan : a. Riwayat merokok
• Perokok aktif • Perokok pasif
• Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata- rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
• Ringan : 0-200 • Sedang : 200-600
• Berat : 600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang 5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia
PDPI, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.2.3.Klasifikasi
Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan spirometri dapat ditentukan klasifikasi derajat PPOK, yaitu GOLD, 2009:
Tabel 2.1. klasifikasi PPOK
Klasifikasi Penyakit Gejala Klinis
Spirometri PPOK ringan
Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa produksi
sputum Sesak napas derajat sesak 1
samapai derajat sesak 2 VEP
1
80 prediksi VEP
2
KVP 70
PPOK sedang Dengan atau tanpa batuk Dengan atau tanpa produksi
sputum Sesak napas derajat 3
VEP
`1
KVP 70 50 VEP
80 prediksi
PPOK berat Sesak napas derajat 4 dan 5
Eksaserbasi lebih sering terjadi VEP
1
KVP 70 30 VEP
1
50 prediksi
Universitas Sumatera Utara
PPOK sangat berat Seak napas derajat sesak 4 dan 5
dengan gagal napas kronik
Eksaserbasi lebih sering terjadi Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan
VEP
1
KVP 70 VEP
1
30 prediksi Atau
VEP
1
50 dengan gagal napas kronik
2.2.4. Patogenesis
Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru. Difusi
adalah peristiwa pertukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri
dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan aliran udara di saluran napas. Parameter yang sering dipakai
untuk melihat gangguan restriksi adalah kapasitas vital KV, sedangkan untuk gangguan obstruksi digunakan parameter volume ekspirasi paksa detik pertama
VEP1, dan rasio volume ekspirasi paksa detik pertama terhadap kapasitas vital paksa VEP1KVP. GOLD 2009
Faktor risiko utama dari PPOK adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia
yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem
eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat
Universitas Sumatera Utara
persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama ekspirasi
terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Komponen-komponen
asap rokok juga merangsang terjadinya peradangan kronik pada paru. Barnes, 2000
Mediator-mediator peradangan secara progresif merusak struktur-struktur penunjang di paru. Akibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus,
maka ventilasi berkurang. Saluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal terjadi akibat pengempisan recoil paru secara pasif setelah
inspirasi. Dengan demikian, apabila tidak terjadi recoil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps. Berbeda dengan asma yang
memiliki sel inflamasi predominan berupa eosinofil, komposisi seluler pada inflamasi saluran napas pada PPOK predominan dimediasi oleh neutrofil. Asap rokok
menginduksi makrofag untuk melepaskan Neutrophil Chemotactic Factors dan elastase, yang tidak diimbangi dengan antiprotease, sehingga terjadi kerusakan
jaringan. Selama eksaserbasi akut, terjadi perburukan pertukaran gas dengan adanya ketidakseimbangan ventilasi perfusi. Kelainan ventilasi berhubungan dengan adanya
inflamasi jalan napas, edema, bronkokonstriksi, dan hipersekresi mukus. Kelainan perfusi berhubungan dengan konstriksi hipoksik pada arteriol. GOLD 2009
2.2.5. Diagnosa Banding
• Asma • SOPT Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis dengan lesi paru yang minimal.
Universitas Sumatera Utara
• Pneumotoraks • Gagal jantung kronik
• Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal :
bronkiektasis, destroyed lung. Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering
ditemukan di Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan prognosisnya berbeda. PDPI 2003
2.2.6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada PPOK adalah gagal napas kronik, gagal napas akut pada gagal napas kronik, infeksi berulang, dan kor pulmonale. Gagal
napas kronik ditunjukkan oleh hasil analisis gas darah berupa PaO260 mmHg dan PaCO250 mmHg, serta pH dapat normal. Gagal napas akut pada gagal napas kronik
ditandai oleh sesak napas dengan atau tanpa sianosis, volume sputum bertambah dan purulen, demam, dan kesadaran menurun. Pada pasien PPOK produksi sputum yang
berlebihan menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Selain itu, pada kondisi kronik ini imunitas tubuh menjadi lebih rendah,
ditandai dengan menurunnya kadar limfosit darah. Adanya kor pulmonale ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit50 , dan dapat disertai gagal jantung
kanan. PDPI 2003
Universitas Sumatera Utara
2.2.7 Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja
•
Pria = 24.1 anakremaja pria
•
Wanita = 4.0 anakremaja wanita
•
Atau 13.5 anakremaja Indonesia
Statistik Perokok dari kalangan dewasa
•
Pria = 63 pria dewasa
•
Wanita = 4.5 wanita dewasa
•
atau 34 perokok dewasa Indonesia WHO 2008
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Bahagian 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Definisi Operasional
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan mahasiswa FK USU 09 tentang rokok sebagai faktor resiko utama PPOK.
3.2.1. Mahasiswa
Golongan pelajar yang sekitar 19-24 tahun ialah di kenali sebagai mahasiswa.
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Rokok sebagai faktor resiko utama PPOK
Universitas Sumatera Utara
3.2.2. Pengetahuan bahaya rokok yang dapat menyebabkan PPOK a. Definisi
Pengetahuan tentang bahaya rokok adalah pengetahuan yang meliputi pengertian tentang rokok dan juga PPOK.
b. Cara pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan metode wawancara. c.
Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner
d. Skala pengukuran
Tingkat pengetahuan dinyatakan dalam skala ordinal ranking
e. Hasil pengukuran
Hasil pengukuran dinyatakan dalam tingkat pengetahuan. Kuesionernya terdapat 10 soal. Setiap 1 yang benar diberi nilai 1 dan yang salah diberi nilai 0.
Tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut: Pratomo,1990
Tabel 3.1 Tingkat Pengetahuan
Nilai
Baik Bila nilai yang diperoleh 8
Sedang Bila nilai yang diperoleh 4-7
Kurang Bila nilai yang diperoleh 0 - 3
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan tingkat pengetahuan tentang merokok sebagai faktor resiko utama PPOK pada mahasiswa FK
USU 09 pada tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross
sectional dimana data diambil hanya sekali bagi tiap subyek pada saat wawancara.
4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Universitas Sumatera Utara. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Oktober– November, 2012.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini diambil dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4.3.2. Sampel
Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa FK USU 09.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara simple randomized sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi criteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi. Menurut Notoatmodjo 2005, untuk mencapai jumlah sampel dari populasi yang
jumlahnya lebih kecil dari 10.000, dapat dihitung berdasarkan rumus : n =
1
2
d N
N +
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : N
= Besar populasi n
= Besar sampel d
= tingkat kepercayaan ketepatan yang diinginkan 0,1
Hasil dari daftar nama mahasiswa FK USU 09, jumlah populasi mahasiswa adalah 465 orang, maka sekurang-kurangnya 100 orang diperlukan untuk mengikuti
penelitian ini.
n =
1 ,
465 1
465
2
+
= 99.8 100
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1. Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara langsung dengan kuesionar kepada sampel penelitian.
4.4.2. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data Notoatmodjo, 2005 .
Instrumen penelitian ini berupa kuesionar sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dan
tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan responden tentang rokok sebagai faktor resiko utama PPOK.
Universitas Sumatera Utara
4.4.3. Teknik Skoring dan Skala
Dalam penelitian ini, kuesionar yang digunakan adalah kuesionar mengetahui tentang tingkat pengetahuan tentang merokok sebagai faktor resiko
utama PPOK. Kuesionar berisi 10 pertanyaan. .
Tabel 4.1 Penentuan Nilai dari Kuesionar Pengetahuan Nilai 0-10
Pertanyaan No. 1 s.d. 10 Jawaban benar bernilai 1
Jawaban salah bernilai 0
Setelah seluruh kuesionar dinilai sesuai dengan table diatas, maka tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut : Pratomo, 1990
• Baik, apabila nilai yang diperoleh 80-100 dari nilai tertinggi 8-10 benar
• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 40-79 dari nilai tertinggi 4-7 benar • Kurang, apabila nilai yang diperoleh 40 dari nilai tertinggi 0-3 benar
Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan dapat dilihat pada tabel berikut.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Kategori dari kuesionar Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Nilai
Baik Bila nilai yang diperoleh 8
Sedang Bila nilai yang diperoleh 4 -7
Kurang Bila nilai yang diperoleh 0 – 3
4.5 Metode Analisis Data
Pengolahan data yang terkumpul dianalisis secara deskriptif, dengan menggunakan Program Statistic Package for Social Science SPSS . Data yang
telah dianalisis disajikan dalam bentuk tabel dan diagram batang.
Universitas Sumatera Utara
4.6. Hasil Uji Validitas