Kerangka Teori Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

10 khususnya untuk ketentuan hukum jaminan dan lebih khususnya lagi yang berhubungan dengan hak tanggungan. Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak yang terkait dengan sita jaminan dan hak tanggungan, terutama: 1. Memberi informasi yang dibutuhkan oleh orang perseorangan atau badan hukum khususnya perbankan sebagai pemegang hak tanggungan. 2. Memberi masukan kepada pemerintah dan pembuat undang-undang terhadap masalah-masalah yang mungkin timbul dari sita jaminan yang dikabulkan oleh Pengadilan atas tanah yang dibebankan hak tanggungan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang telah disediakan oleh pihak sekretariat program dan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara bahwa belum ada penelitian yang sudah dilakukan menyangkut “Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan”, sehingga judul penelitian ini keasliannya dapat dipertanggungjawabkan.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Kontinuitas perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial, juga sangat ditentukan oleh teori. 7 Teori 7 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1982, hal. 6 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 11 menguraikan jalan pikiran menurut kerangka yang logis, artinya mendudukkan masalah penelitian yang telah dirumuskan di dalam kerangka teoretis yang relevan, yang mampu menerangkan masalah tersebut. 8 Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis penulis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis. 9 Dengan demikian, kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis dari para penulis ilmu hukum di bidang sita jaminan dan hak tanggungan, hukum jaminan, serta sistem hukum benda yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoretis, yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal dalam penulisan tesis ini. Kerangka teori yang akan dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kepastian hukum, yang dikemukakan oleh Sudikno Mertokusumo: Masyarakat mengharapkan adanya kepastian hukum karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban masyarakat. Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya sehingga akhirnya timbul keresahan. Tetapi jika terlalu menitik beratkan pada kepastian hukum, dan ketat mentaati peraturan hukum maka akibatnya akan kaku serta menimbulkan rasa tidak adil. Apapun yang terjadi peraturannya tetap seperti demikian, sehingga harus ditaati dan dilaksanakan. Undang-undang itu sering terasa kejam apabila dilaksanakan secara ketat. 10 Tujuan hukum bukan hanya keadilan akan tetapi juga kepastian hukum dan kemanfaatan. Pemenuhan keadilan dalam suatu peraturan perundang-undangan belum 8 I Made Wirartha, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis Yogyakarta : Andi, 2006, hal. 23 9 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 80 10 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar Yogyakarta : Liberty, 1988, hal. 136 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 12 cukup karena masih memerlukan syarat kepastian hukum. Kepastian hukum akan tercapai bila suatu peraturan dirumuskan secara jelas sehingga tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda-beda serta tidak terjadi tumpang tindih antara peraturan yang ada baik secara vertikal maupun horisontal. Mewujudkan sistem hukum yang baik akan menjadi sebuah hal yang sulit jika substansi aturan yang mendasarinya pun terdapat kesimpangsiuran akibat ketidaksinkronan aturan yang ada. Secara normatif, kepastian hukum memerlukan tersedianya perangkat aturan perundang-undangan yang secara operasional mampu mendukung pelaksanaannya. Secara empiris, keberadaan peraturan-peraturan itu dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen oleh sumber daya manusia pendukungnya. Fungsi teori dalam penulisan tesis ini adalah untuk memberikan arahanpetunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati. Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, sehingga kerangka teori yang diarahkan adalah berdasarkan ilmu hukum. Maksudnya adalah penelitian ini berusaha untuk memahami sita jaminan dan jaminan hak tanggungan secara yuridis, memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum seperti yang ditentukan dalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah sita jaminan dan hak tanggungan, hukum jaminan, serta sistem hukum benda. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 13 Hukum jaminan adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit. 11 Maksud dan tujuan hak jaminan pada umumnya adalah bahwa segala harta kekayaan seorang debitor, baik yang berupa benda-benda bergerak maupun benda- benda tetap, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi jaminan bagi semua perikatan utangnya. Dengan berlakunya ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata itu menyebabkan terjadinya pemberian jaminan oleh seorang debitor kepada setiap kreditornya atas segala kekayaan yang dimiliki debitor itu dengan sendirinya atau demi hukum. Apabila terdapat beberapa kreditor dan ternyata debitor cidera janji terhadap salah satu kreditor atau beberapa kreditor itu, atau debitor jatuh pailit dan harta kekayaan harus dilikuidasi, maka masing-masing kreditor mempunyai hak terhadap kekayaan debitor itu sebagai jaminan piutangnya masing-masing. Menurut Pasal 1132 KUHPerdata, harta kekayaan debitor itu menjadi jaminan secara bersama-sama bagi semua kreditor yang memberi utang kepada debitor yang bersangkutan dan hasil dari penjualan benda-benda yang menjadi kekayaan debitor itu dibagi kepada semua kreditornya secara seimbang menurut perbandingan besarnya piutang masing-masing. Namun Pasal 1132 KUHPerdata memberikan indikasi bahwa di antara para kreditor itu dapat didahulukan terhadap kreditor-kreditor lain apabila 11 Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 6-7 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 14 ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. Alasan-alasan yang sah yang dimaksudkan di dalam Pasal 1132 KUHPerdata adalah alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Diantara alasan-alasan yang dimaksudkan oleh Pasal 1132 KUHPerdata itu, diberikan oleh Pasal 1133 KUHPerdata. 12 Menurut Pasal 1133 KUHPerdata, hak untuk didahulukan bagi seorang kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain timbul dari Hak Istimewa Gadai dan Hipotik. Urutan dari hak untuk didahulukan yang timbul dari ketiga hak yang disebut dalam Pasal 1133 KUHPerdata itu menurut Pasal 1134 KUHPerdata Gadai dan Hipotik lebih tinggi daripada hak istimewa kecuali dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang ditentukan sebaliknya. 13 Pasal 1131 KUHPerdata menentukan bahwa segala harta kekayaan seorang debitor, baik yang berupa benda-benda bergerak maupun benda-benda tetap, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi jaminan bagi semua perikatan utangnya. Dengan berlakunya ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata itu, maka dengan sendirinya atau demi hukum terjadilah pemberian jaminan oleh seorang debitor kepada setiap kreditornya atas segala kekayaan yang dimiliki debitor itu. Dari penjelasan Pasal 1132 KUHPerdata dan dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1133 KUHPerdata dan 1134 KUHPerdata, para kreditor yang tidak mempunyai kedudukan untuk didahulukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang telah 12 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Hak Tanggungan, Jakarta : Prenada Media, 2005, hal. 6. 13 Sutan Remy Sjahdeini, Hak Tanggungan, Asas-asas, Ketentuan-ketentuan Pokok Dan Masalah Yang Dihadapi Oleh Perbankan Suatu Kajian Mengenai Undang-Undang Hak Tanggungan Bandung : Alumni, 1999, hal. 8. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 15 ditentukan oleh undang-undang, adalah mempunyai kedudukan yang sama. Dalam hal tertentu, adakalanya seorang kreditor menginginkan untuk tidak berkedudukan sama dengan kreditor-kreditor lain dikarenakan kedudukan yang sama dengan kreditor-kreditor lain itu berarti mendapatkan hak yang berimbang dengan kreditor- kreditor lain dari hasil penjualan harta kekayaan debitor apabila debitor cidera janji. 14 Kedudukan yang berimbang ini tidak memberikan kepastian hukum akan terjaminnya pengembalian piutangnya. Seorang kreditor tidak akan pernah tahu akan adanya kreditor-kreditor lain yang mungkin muncul di kemudian hari. Semakin banyak kreditor dari debitor yang bersangkutan, semakin kecil pula kemungkinan terjaminnya pengembalian piutang yang bersangkutan apabila karena sesuatu hal debitor menjadi berada dalam keadaan insolven tidak mampu membayar utang- utangnya. Kreditor-kreditor yang tidak mempunyai hak untuk didahulukan terhadap kreditor-kreditor lain disebut kreditor konkuren sedangkan kreditor yang mempunyai hak untuk didahulukan terhadap kreditor-kreditor lain disebut kreditor preferen. Dalam peraturan perundang-undangan, ketentuan sita jaminan diatur dalam Pasal 227 HIR261 RBg. Dari ketentuan Pasal 227 HIR 261 RBg, makna yang terkandung dari sita jaminan adalah merupakan tindakan hukum yang diambil pengadilan mendahului pemeriksaan pokok perkara atau mendahului putusan. 15 14 Ibid., hal. 9 15 M. Yahya Harahap, Permasalahan dan Penerapan Sita Jaminan Conservatoir Beslag Bandung : Pustaka, 1990, hal. 5 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 16 Untuk mengajukan sita jaminan ini haruslah ada dugaan yang beralasan, bahwa seorang yang berutang selama belum dijatuhkan putusan oleh hakim atau selama putusan belum dijalankan mencari akal untuk menggelapkan atau melarikan barangnya. Apabila penggugat tidak mempunyai bukti yang kuat bahwa ada kekhawatiran tergugat akan mengasingkan barangnya-barangnya, maka sita jaminan tidak dilakukan. Syarat adanya dugaan ini tidak hanya sekedar dicantumkan begitu saja, akan tetapi merupakan suatu usaha untuk mencegah penyalahgunaan agar tidak diadakan penyitaan secara serampangan, yang akhirnya hanya merupakan tindakan yang sia-sia saja yang tidak mengenai sasaran. Maka oleh karena itu debitor harus didengar untuk mengetahui kebenaran dugaan itu. Dalam hal ini cukup dikemukakan adanya dugaan yang beralasan, sehingga tidak perlu digunakan secara pembuktian menurut undang-undang. 16 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa maksud sita jaminan adalah untuk menjamin gugatan penggugat, agar gugatan itu dapat dilaksanakan pada saat putusan nanti telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap. Dengan demikian, atas harta yang disengketakan dapat terjamin keutuhannya sampai tiba saatnya perkara dieksekusi dilaksanakan.

2. Konsepsi

Dokumen yang terkait

Analisis HukumTerhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

4 42 118

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Analisis Yuridis Atas Eksistensi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Diingkari Debitur

3 50 134

Kedudukan Jaminan Hak Atas Tanah Sebagai Objek Hak Tanggungan Dalam Pemberian Kredit

1 33 129

Perlawanan Pihak Ke Tiga Terhadap Sita Jaminan yang Sudah Ditetapkan oleh Pengadilan atas Objek Tanah dan Bangunan yang Sudah Dibebani Hak Tanggungan Dikaitkan dengan HIR dan Undang-Undang Hak Tanggun.

0 0 2

BAB II STATUS HUKUM OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DISITA OLEH PENGADILAN KARENA BERKAITAN DENGAN KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI A. Prinsip-Prinsip Umum Hak Tanggungan - Tinjauan Yuridis Kedudukan Benda Jaminan Hak Tanggungan Kepada Bank yang Terkait Kasu

0 0 50

BAB II PERMOHONAN SITA JAMINAN ATAS SEBIDANG TANAH YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN OLEH PIHAK KETIGA A. Ketentuan-ketentuan Pokok Sita Jaminan 1. Pengertian dan Tujuan Sita Jaminan - Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Ha

0 2 28

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

1 1 22

Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

0 0 13

PELAKSANAAN SITA JAMINAN TERHADAP HAK TANGGUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH BANK SURYA YUDHA BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 1 15