Sumber Data Teknik Pengumpulan Data Analisis Data

19 k. Pihak Ketiga adalah orang lain yang tidak mempunyai hubungan dan ikut serta dalam suatu Perjanjian. 24 l. Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah akta Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT yang berisi pemberian Hak Tanggungan dari Debitor kepada Kreditor. m. Utang adalah utang pokok ditambah bunga dan denda-denda.

G. Metode Penelitian 1.

Spesifikasi Penelitian Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma- norma dalam hukum positif dengan sifat penelitian deskriptif analitis yaitu penelitian yang akan memaparkan dan menganalisis permasalahan yang akan dikemukakan. Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif di mana pendekatan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji berbagai aspek hukum. Pendekatan yuridis normatif dipergunakan dengan melihat peraturan perundang-perundangan yang mengatur sita jaminan, terutama yang terdapat di dalam Herzien Inlandsch Reglement HIR, Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda- benda Yang Berkaitan Dengan Tanah dan peraturan-peraturan pelaksanaannya.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dengan mempelajari: a. Bahan Hukum Primer 24 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1989, hal. 682 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 20 Bahan hukum primer yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, dokumen resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan, terutama Herzien Inlandsch Reglement HIR, Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan dengan Tanah, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu semua bahan hukum yang merupakan publikasi dokumen tidak resmi meliputi buku-buku, karya ilmiah dan Putusan Pengadilan. c. Bahan Hukum Tertier Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, dan internet juga menjadi tambahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang akan ditentukan.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya maka dalam penelitian ini mempergunakan teknik pengumpulan data kepustakaan, menghimpun data dengan melakukan penelaahan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 21

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. 25 Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun data penunjang yang diperoleh dari wawancara, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan kualitatif, sehingga akan diperoleh data yang bersifat deskriptif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan kebenarannya. Kemudian dihubungkan dengan teori-teori yang diperoleh dari studi kepustakaan, sehingga akan diperoleh jawaban permasalahan. Analisis deskriptif-kualitatif merupakan tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarmya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 26 25 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 103 26 Moh. Nazir, Ph.D, Metode Penelitian, Jakarta : PT Ghalia Indonesia, 2003, hal. 16 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 22 Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, setelah dibaca, dipelajari, ditelaah maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. 27 Langkah selanjutnya adalah menyusun rangkuman dalam abstraksi tersebut dalam satuan- satuan, yang mana satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan. Data yang dikategorisasikan kemudian ditafsirkan dengan cara mengolah hasil sementara menjadi teori substantif. Tahap terakhir, penarikan kesimpulan dengan menggunakan logika berpikir deduktif-induktif. 27 Lexy J. Moleong, op.cit., hal. 190 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 23

BAB II PERMOHONAN SITA JAMINAN ATAS SEBIDANG TANAH

YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN OLEH PIHAK KETIGA

A. Ketentuan-ketentuan Pokok Sita Jaminan 1.

Pengertian dan Tujuan Sita Jaminan Penyitaan berasal dari terminologi beslag Belanda, 28 dan istilah Indonesia beslah tetapi istilah bakunya ialah sita atau penyitaan. Pengertian yang terkandung di dalamnya ialah: a. Tindakan menempatkan harta kekayaan tergugat secara paksa berada ke dalam keadaan penjagaan 29 to take into custody the property of a defendant. b. Tindakan paksa penjagaan custody itu dilakukan secara resmi official berdasarkan perintah pengadilan atau hakim. c. Barang yang ditempatkan dalam penjagaan tersebut, berupa barang yang disengketakan, tetapi boleh juga barang yang akan dijadikan sebagai alat pembayaran atas pelunasan utang debitor atau tergugat, dengan jalan menjual lelang executorial verkoop barang yang disita tersebut. d. Penetapan dan penjagaan barang yang disita, berlangsung selama proses pemeriksaan, sampai ada putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, yang menyatakan sah atau tidak tindakan penyitaan itu. 28 Marianne Termorshuizen, Kamus Hukum Belanda-Indonesia, Jakarta : Djambatan, 1999, hal. 49 29 Merriam Webster’s Dictionary of Law, Merriam Webster Springfield, Massachusetts, 1996, hal. 451 23 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 24 Ada banyak jenis sita, namun secara umum dikenal dua jenis: a. Sita terhadap harta benda milik tergugat conservatoir beslag Sita ini dilakukan terhadap harta benda milik debitor. Kata conservatoir sendiri berasal dari conserveren yang berarti menyimpan, dan conservatoir beslag menyimpan hak seseorang. Maksud sita jaminan ini adalah agar terdapat suatu barang tertentu yang nantinya dapat dieksekusi sebagai pelunasan utang tergugat. Perihal sita conservatoir beslag ini diatur dalam pasal 227 1 HIR, intisari dari ketentuannya adalah sebagai berikut : 30 1 Harus ada sangkaaan yang beralasan, bahwa tergugat sebelum putusan dijatuhkan atau dilaksanakan mencari akal akan menggelapkan atau melarikan barang-barangnya; 2 Barang yang disita itu merupakan barang kepunyaan orang yang terkena sita, artinya bukan milik penggugat; 3 Permohonan diajukan kepada ketua Pengadilan Negeri yang memeriksa perkara yang bersangkutan; 4 Permohonan harus diajukan dengan surat tertulis; 5 Sita conservatori dapat dilakukan atau diletakkan baik terhadap barang yang bergerak dan tidak bergerak. Sehubungan dengan ketentuan pasal 227 ayat 1 HIR, Mahkamah Agung dalam salah satu putusannya menyatakan bahwa conservatoir beslag yang diadakan bukan atas alasan-alasan yang disyaratkan dalam pasal dimaksud adalah tidak dibenarkan. 31 b. Sita terhadap harta benda milik penggugat sendiri 30 Retnowulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Praktek , Bandung : CV.Mandar Maju, 2002, hal. 100 31 Putusan Mahkamah Agung Nomor 597KSip1983 tanggal 8 Mei 1984, termuat dalam Yurisprudensi Indonesia 1984-I, hal. 165. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 25 Berbeda dari conservatoir beslag, dikenal juga sita terhadap harta benda penggugatpemohon sendiri yang ada dalam kekuasaan orang lain termohontergugat. Sita jaminan ini bukanlah untuk menjamin suatu tagihan berupa uang, melainkan untuk menjamin suatu hak kebendaan dari pemohon. Sita ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu sita revindicatoir Pasal 226 HIR 260 RBg dan sita marital Pasal 823-823j Rv. Revindicatoir berarti mendapatkan, dan kata sita revindicatoir mengandung pengertian menyita untuk mendapatkan kembali barang yang memang miliknya. Pihak yang berhak untuk mengajukan permohonan sita adalah: 1. Untuk pemohon sita revindicatoir: a. Pemilik benda bergerak yang barangnya berada di tangan orang lain; b. Pemegang hak reklame; 2. Untuk pemohon sita conservatoir adalah kreditor; 3. Untuk pemohon sita marital adalah istri. Di negara yang menganut tradisi common law, sita jaminan security for costs lebih sering diminta oleh tergugat. Artinya, jaminan berupa uang atau aset lain yang diserahkan oleh pengugat ke pengadilan yang dapat dipakai untuk mengganti biaya yang diderita oleh termohon jika ternyata permohonan tersebut tidak beralasan. Di Indonesia, instrumen ini dipakai dalam permohonan penetapan sementara. 32 Sesuai dengan Pasal 226 HIR 260 RBg, untuk mengajukan permohonan sita revindicatoir, pemohon dapat langsung mengajukan permohonan, tanpa perlu ada 32 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata di Indonesia Yogyakarta : Liberty, 1998, hal. 178 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 26 dugaan yang beralasan bahwa tergugat akan mencoba untuk menggelapkan atau melarikan barang yang bersangkutan selama proses persidangan. Sedangkan pada sita jaminan conservatoir, sesuai Pasal 227 HIR 261 RBg, elemen dugaan yang beralasan, merupakan dasar pembenar utama dalam pemberian sita tersebut. Apabila penggugat tidak memiliki bukti kuat, maka sita jaminan tidak akan diberikan. Syarat ini dimaksudkan untuk mencegah penyalahgunaan agar tidak diadakan penyitaan secara sembarangan, yang akhirnya hanya merupakan tindakan sia-sia yang tidak mengenai sasaran vexatoir. Sehingga dalam sita ini, tersita harus didengar untuk mengetahui kebenaran dugaan tersebut.

2. Objek Yang Dapat Diletakkan Sita Jaminan

Dokumen yang terkait

Analisis HukumTerhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

4 42 118

Analisis Hukum Putusan Pengadilan Agama Yang Memutuskan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Tidak Berkekuatan Hukum (Studi Kasus : Putusan Pengadilan Agama Tebing Tinggi No. 52/Pdt.G/2008/PA-TTD jo. Putusan Pengadilan Tinggi Agama Sumatera Utara No. 145/Pdt.G

3 62 135

Analisis Yuridis Atas Eksistensi Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan Yang Diingkari Debitur

3 50 134

Kedudukan Jaminan Hak Atas Tanah Sebagai Objek Hak Tanggungan Dalam Pemberian Kredit

1 33 129

Perlawanan Pihak Ke Tiga Terhadap Sita Jaminan yang Sudah Ditetapkan oleh Pengadilan atas Objek Tanah dan Bangunan yang Sudah Dibebani Hak Tanggungan Dikaitkan dengan HIR dan Undang-Undang Hak Tanggun.

0 0 2

BAB II STATUS HUKUM OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DISITA OLEH PENGADILAN KARENA BERKAITAN DENGAN KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI A. Prinsip-Prinsip Umum Hak Tanggungan - Tinjauan Yuridis Kedudukan Benda Jaminan Hak Tanggungan Kepada Bank yang Terkait Kasu

0 0 50

BAB II PERMOHONAN SITA JAMINAN ATAS SEBIDANG TANAH YANG TELAH DIBEBANI HAK TANGGUNGAN OLEH PIHAK KETIGA A. Ketentuan-ketentuan Pokok Sita Jaminan 1. Pengertian dan Tujuan Sita Jaminan - Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Ha

0 2 28

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

1 1 22

Analisis Hukum Terhadap Sita Jaminan Yang Diletakkan Di Atas Objek Hak Tanggungan Oleh Pengadilan

0 0 13

PELAKSANAAN SITA JAMINAN TERHADAP HAK TANGGUNGAN YANG DILAKUKAN OLEH BANK SURYA YUDHA BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 1 15