BAB III BENTUK-BENTUK TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG OLEH
KORPORASI
A. Pengaturan tentang Korporasi di Indonesia
Apabila membahas tentang pengaturan korporasi di Indonesia, maka tidaklah dapat dipisahkan dari pengaruh Wetboek van Koophandel atau WvK yang
merupakan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Belanda. Sedangkan WvK tidak dapat dipisahkan dari Code de Commerce Perancis yang diadaptasi oleh
Belanda dalam pembuatan Wvk itu sendiri. Adapun mengenai awal mula diaturnya korporasi oleh Perancis telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
Setiap perkembangan WvK Nederland memiliki pengaruh di Indonesia karena adanya asas korkondasi. Seperti halnya ketentuan mengenai maatschap
perseroan terbatas, di mana kata maatschap ini sejenis dengan kata “societas” yang berasal dari Romawi yang dikenal dalam sejarah Romawi Lama dengan
Romainse Societas .
76
Pengaturan korporasi sebagai subjek Hukum Pidana, di Indonesia secara luas sudah dikenal dalam peraturan perundang-undangan di luar KUHP yaitu pada
Undang-Undang Drt. No. 7 tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi, sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 15 Undang-Undang Drt. No. 7 tahun
1955 yang menyatakan : “Jika suatu tindak pidana ekonomi dilakukan oleh atau atas nama suatu
badan hukum, suatu perseroan, suatu perikatan orang atau yaysan, maka tuntutan pidana dilakukan dan hukuman pidana serta tindakan
tata tertib dijatuhkan baik terhadap badan hukum perseroan,
76
Muladi, Dwijda Priyatno, Op.Cit., hlm. 38
Universitas Sumatera Utara
perserikatan atau yayasan itu, baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan tindak pidana ekonomi itu atau yang bertindak
sebagai pemimpin dalam perbuatan atau kelalaian itu maupun terhadap kedua-duanya.”
77
Apabila membahas tentang korporasi maka tidak dapat dilepaskan pengertiannya dari ranah hukum perdata karena korporasi merupakan terminologi
yang erat kaitannya dengan badan hukum rechtspersoon.
78
Korporasi secara etimologi berasal dari kata corporatio yang merupakan bahasa Latin Belanda : corporatie, Inggris : corporation, Jerman : korporation.
Seperti hanya kata-kata lain yang berakhir dengan “tio”, maka corporatio sebagai kata benda substantivum, berasal dari kata kerja corporare, yang banyak dipakai
orang pada zaman Abad Pertengahan atau sesudah itu. Corporare sendiri berasal dari kata “corpus” atau badan yang berarti memberikan badan atau membadankan.
Dengan demikian, corporatio itu berarti hasil dari pekerjaan membadankan, dengan lain perkataan badan yang dijadikan orang, badan yang diperoleh dengan
perbuatan manusia sebagai lawan terhadap badan manusia, yang terjadi menurut alam.
79
Adapun pengertian korporasi dalam Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, dan Perdagangan
yang dihimpun oleh A. Abdurachman menyatakan : Corporatio
korporasi; perseroan adalah suatu kesatuan menurut hukum atau suatu badan susila yang diciptakan menurut undang-undang suatu negara untuk
menjalankan suatu usaha atau aktivitas atau kegiatan lainnya yang sah. Badan ini dapat dibentuk untuk selama-lamanya atau untuk suatu jangka waktu terbatas,
77
Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Drt. No. 7 Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi.
78
Muladi, Dwijda Priyatno, Op.Cit., hlm.23.
79
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
mempunyai nama dan identitas yang dengan nama dan identitas itu dapat dituntut di muka pengadilan, dan berhak akan mengadakan suatu persetujuan menurut
kontrak dan melaksanakan semua fungsi lainnya yang seseorang dapat melaksanakan semua fungsi lainnya yang seseorang dapat melaksanakannya
menurut undang-undang suatu negara. Pada umumnya suatu corporation dapat merupakan suatu organisasi pemerintah, atau partikelir.
80
Dalam Mahmud Mulyadi yang mengutip korporasi adalah : “An entity usually business having authority under law to act a
single person distinct from the shareholder who own it and having rights to issue stock and exist indefinitely, a group or succession
of person established in accordance with legal rules into a legal or a justice person that’s the legal personality distinct from the
natural person who make it up to exist indefinitely apart from them, and has the legal that’s constitution gives it.
”
81
Pengertian korporasi menurut para ahli hukum, antara lain : a.
Menurut Utrecht korporasi ialah suatu gabungan orang yang dalam pergaulan hukum bertindak bersama-sama sebagai suatu subjek hukum
tersendiri suatu personifikasi. Korporasi adalah badan hukum yang beranggota, tetapi mempunyai hak kewajiban sendiri terpisah dari hak dan
kewajiban anggota masing-masing.
82
b. A.Z. Abidin menyatakan bahwa korporasi dipandang sebagai realitas
sekumpulan manusia yang diberikan hak sebagai unit hukum, yang diberikan pribadi hukum, untuk tujuan tertentu.
83
80
A. Abdurachman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan, Inggris- Indonesia, Jilid I, Jakarta : Yayasan Prapancha, 1963, hlm. 246.
81
Mahmud Mulyadi, Feri Antoni Surbakti, Op.Cit., hlm.12.
82
Chaidir Ali, Badan Hukum, Bandung : Alumni, 1987, hlm 64.
83
A.Z. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Jakarta : Pradnya Paramita, 1983, hlm. 54.
Universitas Sumatera Utara
c. Menurut Subekti dan Tjitrosudibio yang dimaksud dengan corporatie atau
korporasi adalah suatu perseroan yang merupakan badan hukum.
84
d. Menurut Yan Pramadya Puspa menyatakan yang dimaksud dengan
korporasi adalah “Suatu perseroan yang merupakan badan hukum; korporasi atau perseroan di sini yang dimaksud adalah suatu perkumpulan
atau organisasi yang oleh hukum diperlakukan seperti seorang manusia persona ialah sebagai pengemban atau pemilik hak dan kewajiban
memiliki hak menggugat ataupun digugat di muka pengadilan.
85
e. Rudi Prasetyo menyatakan bahwa kata korporasi sebutan yang lazim
digunakan di kalangan pakar hukum pidana untuk menyebut apa yang biasa dalam bidang hukum lain khususnya bidang hukum perdata, sebagai
badan hukum, atau yang dalam bahasa Belanda disebut sebagai rechtspersoon
, atau dalam bahasa Inggris disebut legal entities atau corporation
.
86
f. Menurut Wirjono Prodjodikoro, korporasi adalah suatu perkumpulan
orang, dalam korporasi biasanya yang mempunyai kepentingan adalah orang-orang yang merupakan anggota dari korporasi itu, anggota mana
yang juga memiliki kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan yang tertinggi dalam peraturan korporasi.
87
g. Menurut Sutan Remi Sjahdeni, korporasi mempunyai dua arti yang terbagi
atas arti luas dan arti yang sempit. Perbedaan ini dilihat berdasarkan
84
Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kamus Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita, 1979, hlm. 34.
85
Muladi, Dwidja Priyatno, Op.Cit., hlm. 25.
86
Muladi, Dwidja Priyatno, Op.Cit., hlm. 26
87
Chaidir Ali, op. Cit., hlm. 74.
Universitas Sumatera Utara
bentuk dari korporasi tersebut. Dalam arti sempit korporasi itu adalah badan hukum sedangkan dalam arti luas korporasi itu dapat berbentuk
badan hukum ataupun bukan badan hukum.
88
Korporasi menurut pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, yaitu :
“Korporasi adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan
hukum”
89
Jadi, apabila ditinjau dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang maka korporasi yang dimaksudkan baik yang berbadan hukum ataupun tidak berbadan hukum tetap
merupakan korporasi. Korporasi yang berbadan hukum antara lain:
1. Perseroan Terbatas PT
Peraturan yang mengatur tentang Perseroan Terbatas adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007.
2. Koperasi
Peraturan yang mengatur tentang Koperasi sebelum Indonesia merdeka adalah Stb. 1927 No. 91, kemudian Stb. 1949 No. 179. Kemudian setelah Indonesia merdeka
digunakanlan UU koperasi Tahun 1958 No. 79 yang diganti dengan UU Koperasi
88
Muladi, Dwidja Priyatno, Op.Cit., hlm.12
89
Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Universitas Sumatera Utara
No. 14 Tahun 1965 yang selanjutnya diganti dengan UU Koperasi No. 12 Tahun 1967 dan terakhir dengan UU No. 25 Tahun1992.
90
3. Badan Usaha Milik Negara BUMN
Peraturan yang mengatur tentang BUMN adalah Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.
91
Berdasarkan Undang-Undang tersebut BUMN terbagi atas 2 yaitu Persero yang seluruh atau paling sedikit 50
modalnya dimiliki negara dan Perum yang seluruh modalnya milik negara.
92
4. Yayasan
Merupakan badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai keuntungan tertentu di bidang sosial, keagamaan
dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota. Pengaturannya terdapat dalam UU No. 28 Tahun 2004.
93
Korporasi yang tidak berbadan hukum antara lain : 1.
Perusahaan Dagang Perusahaan Dagang merupakan usaha pribadi yang memikul resiko secara pribadi
atau perorangan. Perusahaan dagang merupakan bentuk peralihan antara bentuk partnership
dan dapat pula dimungkinkan sebagai one man corporation atau een manszaak
. Dalam hubungan ini dapat diberlakukan pasal 6 dan pasal 18 KUHD.
94
2. Persekutuan Perdata
90
Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan-Pola Kemitraan dan Badan Hukum, Bandung : PT. Refika Aditama, 2006, hlm. 23.
91
Ibid.,hlm. 61.
92
Ibid., hlm. 62.
93
Ibid., hlm. 22.
94
Ibid., hlm. 21.
Universitas Sumatera Utara
Persekutuan Perdata merupakan suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan diriuntuk memasukkan sesuatu inbreng ke dalam persekutuan
dengan maksud untuk membagi keuntungan yang diperoleh karenanya. Ketentuan mengenai persekutuan perdata diatur dalam buku III, Bab 8 Pasal 1618 sampai
dengan Pasal 1623 KUHPerdata.
95
3. Persekutuan Firma
Persekutuan Firma diatur dalam pasal 16 sampai dengan pasal 35 KUHD. Persekutuan Firma merupakan suatu maatschap atau persekutuan perdata khusus
seperti yang ditetapkan oleh pasal 1623 KUHPerdata dan juga dapat melakukan perbuatan perusahaan. Ketentuan mengenai persekutuan perdata menurut pasal
1618 sampai dengan pasal 1652 KUHPerdata diberlakukan juga terhadap persekutuan firma sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan pasal dalam
KUHD.
96
4. Persekutuan Komanditer CV
Persekutuan Komanditer pada dasarnya pengaturannya sama dengan persekutuan firma yaitu 16 sampai dengan pasal 35 KUHD, khususnya pasal 19 sampai
dengan pasal 21 KUHD dan pasal 1618 sampai dengan pasal 1652 KUHPerdata dan pasal 1233 sampai dengan pasal 1456 KUHPerdata. Perbedaan antara
Persekutuan Firma dengan CV hanya terletak pada terdapatnya sekutu pelepas uang pada CV.
97
95
Ibid.
96
Ibid., hlm 22.
97
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan Korporasi