Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan Korporasi

B. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Pencucian Uang yang dilakukan Korporasi

Mengenai bentuk-bentuk tindak pidana yang dilakukan korporasi, maka kita harus memahami terlebih dahulu subjek dan objek daripada tindak pidana money laundering . Subjek daripada tindak pidana money laundering berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2010 adalah “Setiap Orang” dan objek dari tindak pidana money laundering adalah setiap perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sebagaimana diatur oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010. 98 “Setiap orang adalah orang perseorangan atau Korporasi” Definisi “Setiap Orang” berdasarkan pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah : Definisi korporasi sendiri berdasarkan pasal 1 ayat 10 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang adalah : “Korporasi adalah kumpulan orang danatau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum” 99 Kemudian dalam penjelasan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dijelaskan lagi bahwa : “Korporasi mencakup juga kelompok yang 98 Adha Adhari, “Selayang Pandang Tindak Pidana Pencucian Uang”, www.adeadhariblogpost.com201105kasus-md-yang-populer-membuat -delik.html , terakhir diakses tanggal 15 April 2013. 99 Pasal 1 ayat 10 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara terorganisasi yaitu kelompok terstruktur yang terdiri dari 3 tiga orang atau lebih, yang eksistensinya untuk waktu tertentu, dan bertindak dengan tujuan melakukan satu atau lebih tindak pidana yang diatur dalam Undang-Undang ini dengan tujuan memperoleh keuntungan finansial atau non-finansial baik secara langsung maupun tidak langsung.” 100 Korporasi dikatakan melakukan pencucian uang apabila : 1. Menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan atas Harta Kekayaan, dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan tersebut yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sesuai dengan pasal 2 ayat 1 UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 101 , antara lain hasil dari tindak pidana 102 a. Korupsi : b. Penyuapan c. Narkotika d. Psikotropika e. Penyelundupan tenaga kerja 100 Pasal 6 Ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 101 Pasal 3 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 102 Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Universitas Sumatera Utara f. Penyelundupan migran g. Di bidang perbankan h. Di bidang pasar modal i. Di bidang perasuransian j. Kepabeanan k. Cukai l. Perdagangan orang m. Perdagangan senjata gelap n. Terorisme o. Penculikan p. Pencurian q. Penggelapan r. Penipuan s. Pemalsuan uang t. Perjudian u. Prostitusi v. Di bidang perpajakan w. Di bidang kehutanan x. Di bidang lingkungan hidup y. Di bidang kelautan dan perikanan z. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 empat tahun atau lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Universitas Sumatera Utara Indonesia dan tindak pidana tersebut juga merupakan tindak pidana menurut hukum Indonesia. 2. Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber, lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang 103 3. Menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan Harta Kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1. . 104 Bentuk-bentuk pencucian uang oleh korporasi dapat dilaksanakan dalam tiga bentuk yaitu penempatan placement, pelapisan layering, dan penggabungan integration. 105 1. Penempatan Placement Pada tahap penempatan, bentuk uang dirubah karena sebagian besar aktivitas kejahatan modern khususnya peredaran obat bius narkoba, bergantung pada uang tunai sebagai alat pertukaran utama, mekanisme penempatan biasanya melibatkan pengubahan mata uang menjadi bentuk lainnya, contohnya sejumlah 103 Pasal 4 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 104 Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 105 H. Juni Sjafrien Jahja, Op.Cit., hlm. 9-12. Universitas Sumatera Utara besar uang tunai yang diterima oleh penjual narkoba didepositokan dalam transaksi berulang dalam rekening bank, sehingga bentuk uang tersebut telah berubah dan sekarang uang itu satu langkah lebih jauh dari asal ilegalnya di mana semua uang tunai sekarang telah menjadi suatu bagian elektronik dalam lautan uang a. Upaya menempatkan uang tunai yang berasal dari tindak pidana ke dalam sistem keuangan financial system atau upaya menempatkan uang giral cek, wesel bank, sertifikat dan deposito kembali ke dalam sistem keuangan, terutama sistem perbankan. b. Menyetorkan uang kepada penyedia jasa keuangan PJK sebagai pembayaran kredit untuk mengaburkan audit trail c. Menyelundupkan uang tunai dari suatu negara ke negara lain d. Membiayai suatu usaha yang seolah-olah sah atau terkait dengan usaha yang sah berupa kredit pembiayaan. e. Membeli barang-barang berharga yang bernilai tinggi untuk keperluan pribadi, membelikan hadiah yang nilainya mahal sebagai penghargaan hadiah kepada pihak lain yang pembayarannya dilakukan melalui PJK. f. Mengubah bentuk dan menukarkan dengan mata uang, surat berharga, atau perbuatan lain. 2. Pelapisan Transfer Layering a. Upaya untuk mentransfer harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana dirty money yang telah berhasil ditempatkan pada Universitas Sumatera Utara penyedia jasa keuangan terutama bank sebagai hasil penempatan placement ke penyedia jasa keuangan yang lain. Dengan dilakukannya layering, akan menjadi sulit bagi penegak hukum untuk dapat mengetahui asal usul, sumber lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan sebenarnya atas harta kekayaan tersebut. b. Penggunaan simpanan tunai sebagai anggunan untuk mendukung transaksi yang sah. c. Memindahkan jaringan uang tunai lintas batas negara melalui jaringan kegiatan usaha yang sah atau shell company. 3. Penggabungan Integration Upaya menggunakan harta kekayaan yang berasal dari tindak pidana yang telah berhasil masuk ke dalam sistem keuangan melalui penempatan atau transfer sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan halal clean money,untuk kegiatan bisnis yang halal atau untuk membiayai kembali kegiatan kejahatan. Secara operasional, perkembangan metode-metode itu menjadi semakin canggih.

a. Buy and Sell Conversions

Dilakukan melalui jual beli barang dan jasa. Sebagai contoh, real estate atau aset lainnya dapat dijual kepada co-inspirator yang menyetujui untuk membeli atau menjual dengan harga yang lebih tinggi daripada harga yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperoleh fee atau discount. Kelebihan harga dibayar dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan uang ilegal dan kemudian dicuci melalui transaksi bisnis. Dengan cara ini setiap aset, barang atau jasa seolah-olah menjadi hasil legal melalui rekening prbadi atau perusahaan yang ada di suatu bank.

b. Offshore Conversions

Dana ilegal dialihkan ke wilayah yang merupakan tax haven money laundering centers , kemudian disimpan di bank atau lembaga keuangan yang ada di wilayah tersebut. Dana tersebut lalu digunakan, antara lain untuk membeli aset dan investasi fund investment . Di wilayah atau negara yang merupakan tax haven terdapat kecenderungan hukum perpajakan yang lebih longgar, ketentuan kerahasiaan bank yang cukup ketat dan prosedur bisnis yang sangat mudah sehingga memungkinkan adanya perlindungan bagi kerahasiaan suatu transaksi bisnis, pembentukan, dan kegiatan usaha trust fund atau badan usaha lainnya. Kerahasiaan inilah yang memberikan ruang gerak leluasa bagi pergerakan “dana kotor” melalui berbagai pusat keuangan di dunia. Dalam hal ini, para pengacara, akuntan, dan pengelola dana biasanya sangat berperan dalam metode offshore conversions dengan memanfaatkan celah yang ditawarkan oleh ketentuan rahasia bank dan perusahaan.

c. Legitimate Business Conversions

Dipraktikkan melalui bisnis atau kegiatan usaha yang sah sebagai sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan Universitas Sumatera Utara dikonversikan melalui transfer, cek, atau instrumen pembayaran lainnya yang kemudian disimpan ke rekening bank atau ditarik atau ditransfer kembali ke rekening bank lainnya. Metode ini memungkinkan pelaku kejahatan menjalankan usaha atau bekerja sama dengan mitra bisnisnya dan menggunakan rekening perusahaan yang bersangkutan sebagai tempat penampungan hasil kejahatan yang dilakukan Ada beberapa metode yang digunakan dalam melakukan tindakan money laundering : Modus operandi kejahatan pencucian uang umumnya dilakukan melalui cara-cara, antara lain 106 1. Melalui Kerja Sama Modal : Uang hasil kejahatan secara tunai dibawa ke luar negeri. Uang tersebut masuk kembali dalam bentuk kerja sama modal joint venture project. Keuntungan investasi tersebut diinvestasikan lagi dalam berbagai usaha lain. Keuntungan usaha lain ini dinikmati sebagai uang yang sudah bersih karena tampaknya diolah secara legal, bahkan sudah dikenakan pajak. 2. Melalui Agunan Kredit Uang tunai diselundupkan ke luar negeri. Lalu disimpan di bank negara tertentu yang prosedur perbankannya termasuk lunak. Dari bank tersebut ditransfer ke bank swiss dalam bentuk deposito. Kemudian dilakukan 106 Adrian Sutedi, Op.Cit., hlm. 26-28. Universitas Sumatera Utara peminjaman kesuatu bank di Eropa dengan jaminan deposito tersebut. Uang hasil kredit ditanamkan kembali ke negara asal uang haram tadi. 3. Melalui Perjalanan ke Luar Negeri Uang tunai ditransfer ke luar negeri melalui bank asing yang ada di negaranya. Lalu, uang tersebut dicairkan kembali dan dibawa kembali ke negara asalnya oleh orang tertentu. Seolah-olah uang tersebut berasal dari luar negeri. 4. Melalui Penyamaran Usaha Dalam Negeri Dengan uang tersebut maka didirikanlah perusahaan samaran, tidak dipermasalahkan apakah uang tersebut berhasil atau tidak, tetapi kesannya usaha tersebut telah menghasilkan uang “bersih”. 5. Melalui Penyamaran Perjudian Dengan usaha tersebut didirikanlah usaha perjudian. Tidak menjadi masalah apakah menang atau kalah. Akan tetapi, akan dibuat kesan dibuat menang sehingga ada alasan asal-usul uang tersebut. Seandainya di Indonesia masih ada SDSB, nalo, lotre, dan lain-lain yang sejenisnya kepada pemiik uang haram dapat ditawarkan nomor yang menang dengan harga yang lebih mahal. Dengan demikian, uang tersebut memberikan kesan kepada yang bersangkutan sebagai hasil kemenangan kegiatan perjudian tersebut lotre, SDSB, nalo, dan sejenisnya. 6. Melalui Penyamaran Dokumen Upaya tersebut secara fisik tidak ke mana-mana, tetapi keberadaannya didukung oleh berbagai dokumen palsu atau dokumen yang diadakan, Universitas Sumatera Utara seperti membuat double invoice dalam jual beli dan ekspor impor. Agar ada kesan uang itu sebagai hasil kegiatan luar negeri. 7. Melalui Pinjaman Luar Negeri Uang tunai dibawa ke luar negeri dengan berbagai cara, lalu uang tersebut dimasukkan kembali sebagai pinjaman luar negeri. Hal ini seakan-akan memberikan kesan bahwa pelaku memperoleh bantuan kredit dari luar negeri. 8. Melalui Rekayasa Pinjaman Luar Negeri Uang secara fisik tidak ke mana-mana, tetapi kemudian dibuat suatu dokumen seakan-akan ada bantuan atau pinjaman luar negeri.jadi, pada kasus ini sama sekali tidak ada pihak pemberi pinjaman. Yang ada hanya dokumen pinjaman, yang kemungkinan besar adalah dokumen palsu. Ada tiga metode dasar yang digunakan oleh pelaku kejahatan finansial untuk memindahkan dana illegal mereka dari satu sistem transaksi ke sistem lainnya. Metode-metode tersebut adalah : 107 1. Usaha Legal Usaha legal seringkali digunakan untuk memindahkan uang dari sistem tunai ke sistem transaksi usaha. Perolehan dari aktivitas ilegal dapat dicuci melalui suatu usaha legal dengan satu atau lebih cara-cara berikut: 107 TB. Irman S., Op.Cit., hlm. 43-48 Universitas Sumatera Utara a. Kelebihan penulisan atas penerimaan legal Dengan metode pencucian uang ini perolehan ilegal ditambahkan pada penjualan dari catatan usaha legal, ada beberapa cara yaitu: 1 Memalsukan tagihan 2 Membuat tagihan palsu 3 Menaikkan biaya barang yang dijual b. Kelebihan penulisan atas pengeluaran legal Metode kelebihan penulisan atas pengeluaran legal ini, melengkapi metode kelebihan penulisan atas penerimaan legal. Karena pengeluaran yang meningkat, seperti pengeluaran nyata dipotong pajak, liabilitas utang pajak yang meningkat dapat dikurangi atau dihilangkan. Kemungkinan kelebihan penulisan pengeluaran terbatas hanya pada imajinasi seseorang jumlahnya dapat dibayarkan untuk penyediaan atau barang yang tidak pernah diterima. c. Penyetoran tunai Cara ketiga adalah dengan menyetorkan perolehan tunai yang dihasilkan dari aktivitas ilegal langsung ke rekening bank, usaha tersebut tanpa menyamarkannya sebagai penerimaan usaha normal. Metode ini tidak dapat tahan atau tidak dapat mengelak dari pemeriksaan karena setiap uang tunai yang masuk dalam suatu usaha pasti datang dari suatu tempat, jika bukan dari penerimaan, mungkin dari pinjaman, penjualan aset usaha, atau investasi dari pemilik. Metode penyetoran tunai ini digunakan untuk memanfaatkan rekening bank yaitu untuk mentransfer perolehan ilegal ke Universitas Sumatera Utara sistem transaksi usaha, misalnya dengan membuat cek yang ditulis untuk biaya kehidupan sehari-hari, atau membeli aset-aset pribadi, dengan demikian menghindarkan kecurigaan bahwa sejumlah besar uang akan dihasilkan. 2. Transaksi jual atau beli Di samping penggunaan usaha legal sebagai suatu cara memindahkan uang ke dalam sistem transaksi usaha, transaksi jual beli yang dimanipulasi dapat melakukan hal yang sama, properti, real estate atau jenis transaksi pribadi lainnya dapat dimanipulasi untuk menyembunyikan alur perolehan ilegal dan memberikan sumber nyata pendapatan legal bagi pelaku kejahatan keuangan. 3. Negara-negara bebas pajak luar negeri Negara-negara di berbagai belahan dunia memiliki hukum dan system ekonomi yang berbeda, masih terdapat Negara-negara yang dapat mencuci uang ilegal, beberapa Negara tersebut dapat menampung rekening bank tersembunyi, membuat perusahaan fiktif dan pencucian uang, apabila uang telah masuk ke Negara-negara tersebut tidak ada jalan atau cara untuk mendapatkan dokumentasi dan transaksi-transaksi ini setelah meninggalkan negara asalnya. Dalam melakukan kejahatan pencucian uang, korporasi memakai beberapa metode memindahkan uang haram tersebut dari dalam negeri ke luar negeri, yaitu: 108 108 Ibid., hlm. 50-51. Universitas Sumatera Utara 1. Transportasi Fisik Mata uang yang diperoleh secara ilegal ditransportasi secara fisik dari dalam negeri ke sebuah negara di luar negeri dalam tas kerja, kopor, dibawa seseorang dan sebagainya. 2. Transfer Kawat Elektronik Perolehan ilegal disetorkan dalam rekening-rekening bank di dalam negeri dengan jumlah di bawah Rp. 100.000.000,- sehingga menghindari pelaporan transaksi mencurigakan. Setelah disetorkan transfer kawat elektronik dikirimkan dari bank domestik ke sebuah rekening bank di negara di luar negeri. 3. Cek Kontan Mata uang disetorkan dalam rekening bank seperti dijelaskan sebelumnya dan cek kontan dibeli. Cek kontan bisa dikirimkan atau ditransportasi secara fisik ke luar negeri. Sebagai tambahan, cek kontan dapat langsung dibeli. 4. Pengacara, Akuntan, dan Manajer Keuangan Mata uang diberikan kepada pihak seperti pengacara, akuntan atau manajer keuangan, mata uang itu dalam rekening perwalian. Rekening perwalian adalah sebuah rekening bank yang dikelola oleh pihak lain yang digunakan untuk dana yang berkaitan dengan kepentingan finansial atau usaha klien. Pihak lain kemudian mentransfer secara elektronik, pembelian cek kontan, dan sebagainya dana ini ke luar negeri untuk kepentingan pencucian uang. Perseorangan dapat menjadi institusi Universitas Sumatera Utara finansial. Seseorang yang berada dalam suatu usaha menerima uang atau bernegosiasi untuk pergerakan dana, dianggap sebagai institusi finansial. Selanjutnya, pengacara, akuntan, manajer keuangan, dan bahkan kurir yang membantu dalam pergerakan uang dapat dianggap sebagai institusi keuangan. Sebagai suatu institusi keuangan, saat mata uang dipindahkan dalam jumlah melebihi yang ditentukan oleh seseorang, ia harus melaporkan formulir yang diperlukan, untuk melaporkan alur dana tersebut. 5. Rekening Provisi Makelar Jumlah pengeluaran yang belum pasti tetapi tetap harus dikeluarkan untuk makelar atau calo, mata uang, cek kontan, atau cek usaha atau pribadi fiktif disetorkan dalam rekening provisi makelar. Penarikan yang mengikutinya dikirimkan atau ditranspor secara fisik ke luar negeri. 6. Layanan Elektronik ATM ATM seringkali digunakan untuk mentransfer dana secara domestik, tetapi dapat digunakan untuk memindahkan dana ke luar negeri. Setoran dapat diakses oleh pihak penerima di salah satu kantor domestik atau luar negeri dari layanan elektronik tersebut. Sebagai tambahannya, si pengirim tidak diharuskan untuk memberikan identifikasi dan dengan penggunaan kata kunci atau identifikasi palsu, si penerima dapat menyamarkan identitasnya yang sebenarnya. Universitas Sumatera Utara Selain melakukan pemindahan uang haram dari dalam negeri ke luar negeri, korporasi juga dapat melakukan pemindahan uang haram dari luar negeri ke dalam Indonesia, metode-metode yang digunakan untuk memindahkan uang ke dalam Indonesia, terdiri dari : 109 1. Pinjaman Fiktif Perusahaan fiktif dapat membuka rekening bank di Negara asing. Cek kemudian dikirimkan kembali ke Indonesia sebagai pinjaman dari perusahaan fiktif ini. Cek kontan atau transfer elektronik juga dapat digunakan. 2. Investor Asing Fiktif Sebuah usaha legal dibentuk di Indonesia, tetapi investor asing fiktif digunakan untuk memberikan modal bagi perusahaan tersebut. Pembayaran system transaksi usaha cek kontan, transfer kawat, dan cek usaha dari perusahaan atau perseorangan fiktif mengalir dari Negara itu. 3. Gaji Perusahaan Gaji perusahaan dibayarkan dari perusahaan asing fiktif dengan cek perusahaan, transfer elektronik, atau cek kontan. 4. Cek Kontan dan Transfer Kawat Keduanya diperoleh dari bank asing dan dikirimkan ke dalam Indonesia. 5. Transportasi Fisik 109 Ibid., hlm. 52. Universitas Sumatera Utara Transportasi fisik sejumlah besar mata uang kembali ke Indonesia dengan laporan di perbatasan. Ini mengisolasi mata uang yang masuk dari aktivitas illegal yang awalnya menghasilkan mata uang tersebut. Dalam melakukan kejahatan pencucian uang, korporasi memakai berbagai modus untuk melakukannya, yang terbagi atas beberapa jenis berdasarkan tingkat kesulitan pembuktiannya. Metode tersebut mulai dari yang paling dasar, yang berlatar belakang ekonomi, yang menggunakan teknologi maupun jaringan internet, dan sebagainya. Metode pencucian uang yang paling dasar, terdiri dari : 110 1. Modus Orang Ketiga Modus orang ketiga adalah dengan menggunakan seseorang untuk menjalankan sesuatu perbuatan tertentu yang diinginkan oleh pelaku pencucian uang. Perbuatan tersebut dapat dengan menggunakan atau mengatasnamakan orang ketiga atau orang lain lagi yang bisa menjadi orang ketiga yang berlainan atau tidak sama dan tidak hanya satu orang saja. Modus orang ketiga memiliki beberapa ciri-ciri, yaitu: a. Orang ketiga hampir selalu nyata dan bukan hanya suatu alias atau nama palsu dalam dokumen. b. Orang ketiga biasanya menyadari bahwa sedang dipergunakan dalam perbuatan ini, sehingga orang ketiga mengetahuinya atau patut menduga adanya suatu perbuatan menyamarkan atau menyembunyikan asal-usul uang atau aset ataupun asal usul pelaku. 110 Ibid., hlm. 92-96. Universitas Sumatera Utara c. Kebanyakan orang ketiga adalah orang kepercayaan yang bisa dikendalikan. d. Hubungan orang ketiga sangat dekat dengan pelaku sehingga dapat berkomunikasi untuk dapat menerima perintah-perintah. 2. Modus Topeng Usaha Sederhana Modus topeng usaha sederhana merupakan kelanjutan dari modus orang ketiga, karena setelah mengendalikan orang ketiga diperlukanlah suatu usaha untuk menjalankan hasil uang yang didapatnya secara ilegal. Modus ini diperbuat dengan tujuan untuk mencampurkan uang haram dengan uang biasa dalam bank dan untuk memperoleh kendali atas usaha tersebut baik melalui peranan direksi maupun komisaris dalam suatu usaha yang dapat berupa CV, Firma, PT, ataupun usaha lain yang berurusan dengan uang tunai dan dapat dijalankan dengan sedikit orang. 3. Modus Perbankan Sederhana Modus perbankan sederhana merupakan kelanjutan daripada modus orang ketiga dan modus topeng usaha sederhana, tetapi modus perbankan sederhana dapat juga berdiri sendiri yaitu bukan sebagai kelanjutan dari dua modus terdahulu. Pada modus perbankan sederhana inilah proses pencucian uang bisa menjadi proses tahap penempatan placement dan pelapisan layering. Kelemahan dari modus ini adalah banyak meninggalkan jejak-jejak karena adanya system transaksi yang meninggalkan dokumen rekening koran, cek, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 4. Modus Kombinasi Perbankan atau Usaha Modus kombinasi ini melengkapi semua tahapan pencucian uang di mana tahap penempatan, pelapisan sampai kepada tahap penggabungan dilakukan secara beruntun, modus ini akan menjadi modus lain apabila bank atau penyedia jasa keuangan atau perusahaannya terdapat di luar negeri, uang hasil kejahatan dimasukan oleh orang ketiga yang menguasai suatu usaha tertentu ke dalam bank kemudian ditukar menjadi cek yang selanjutnya digunakan untuk pembelian aset atau usaha-usaha lain yang kelihatannya legal dan bersih, sehingga lengka[lah proses pencucian uang tahap per tahap dengan menyembunyikan asal-usul sumber uang dan pemilik yang sebenarnya Keempat modus dasar pencucian uang tersebut dapat dijelaskan secara singkat melalui tabel, yaitu sebagai berikut : 111 111 Ibid., hlm. 96. Pemilik Pelaku Pencucian Uang ? Menggunakan orang ketiga dalam kepemilikan aset atau uang Modus Orang Ketiga Menggunakan suatu kegiatan usaha untuk menutupi kegiatan dan sumber asal uang Modus Topeng Usaha Sederhana Memasukkan ke dalam Bank Penyedia Jasa Keuangan untuk mencampurkan dengan uang lain supaya kelihatan legal Modus Perbankan Sederhana Menggunakan uang dari bank untuk pembelian aset sehingga terlihat sah dan legal Modus Kombinasi Perbankan Usaha Universitas Sumatera Utara Modus berdasarkan tipologi ekonomi, yaitu : 112 1. Modus Smurfing Istillah Smurfing ini pertama kali digunakan pada tahun 1980-an di Florida, Amerika Serikat. Pelaku pencucian uang yang mempunyai uang tunai hasil kejahatan menggunakan rekan-rekannnya yang demikian banyak memecah-mecah uang tunai tersebut dalam jumlah kecil di bawah batas uang tunai yang harus dibuat pelaporannya pada bank, karena jumlah uang tunai tersebut di bawah batas jumlah uang yang harus dibuat pelaporannya pada bank, maka bank tidak mencurigai proses kegiatan tersebut, kemudian uang tunai tersebut ditukarkan di bank dengan bentuk cek kontan. Maka para smurfing membawa cek wisata atau travel cek atau cek kontan. Kegiatan smurfing tersebut dalam satu hari bisa masuk ke beberapa bank dan bertukar-tukar silang menyilang masuk dalam bank untuk menukarkan uang. Bentuk lainnya dari modus smurfing ini adalah dengan memasukkan dalam rekening para smurfing di satu tempat pada bank kemudian mengambilnya lagi pada bank di tempat lain atau kota lain yang berbeda atau disetorkan pada rekening pelaku pencucian uang di tempat lain atau di kota lain sehingga terkumpul dalam beberapa rekening pemilik yang merupakan pelaku pencucian uang. Pemilik rekening tersebut biasanya tidak langsung nama pelaku pencucian uang tetapi bisa merupakan rekening suatu perusahaan atau rekening lain yang disamarkan pemiliknya. 112 Ibid., hlm. 97-106. Universitas Sumatera Utara Kegiatan smurfing ini tidak terbatas pada satu kota tetapi bergerak dari satu kota ke kota lainnya. 2. Modus Perusahaan Rangka Dinamakan perusahaan rangka karena dari luar rangka terlihat bagus, tetapi kosong di dalamnya. Maksudnya adalah suatu perusahaan dibentuk tetapi tidak menjalankan normalnya fungsi sebuah perusahaan. Perusahaan rangka umumnnya hanya dipakai rekening perusahaannya saja untuk memindahkan sesuatu atau uang ke dalam rekeningnya, nama perusahaan digunakan untuk menutupi asal muasal dan pengendalian atas transaksi. Perusahaan rangka dapat digunakan untuk penempatan placement dana sementara sebelum dipindah atau digunakan lagi. 3. Modus Pinjaman Kembali Modus pinjaman kembali sebenarnya adalah suatu variasi dai kombinasi modus perbankan dan modus usaha, pinjaman memiliki keuntungan yang berkaitan dengan pajak, pinjaman tidak kena pajak seperti pendapatan, tetapi bunga yang dibayarkan atas pinjaman adalah dipotong pajak. Dalam modus pinjaman kembali uang yang dipinjam adalahmilik sendiri yang dipinjam dan dibayar pada diri sendiri. Pinjaman ini dapat dari perseorangan, perusahaan ataupun bank. Apabila modus pinjaman kembali menggunakan pinjaman yang didapatnya dari bank, maka polanya adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Dari segi jumlah terdapat kerugian karena harus membayar bunga tetapi uang illegal yang dimasukkan menjadi uang pinjaman yang bersih dengan dokumen yang lengkap. 4. Modus Menyerupai Multi Level Marketing MLM Modus ini dalam sistem kerjanya tidak dapat meyamarkan identitas maupun sumber dana yang didapat, melainkan sistem kerjanya lebih terbuka dan mengumumkan cara kerja dengan melalui brosur dan selebaran, modus menyerupai MLM ini tidak sulit untuk dideteksi tetapi dalam proses pembuktian bisa sampai 4-5 tahap proses pembuktian. Hal ini karena proses pembuktian dihadapkan dengan suatu kesepakatan pihak- pihak terlibat yang dituangkan dalam suatu perjanjian tertulis sehingga ada di anatara ambang perdata dan pidana. Contoh dari modus ini misalnya : PT A memiliki izin perdagangan eceran khusus barang perhiasan di dalam bangunan. Dalam praktiknya PT A melakukan penghimpunan dana masyarakat berkedok investasi dengan A pelaku pencucian uang Orang Ketiga B Menyerahkan uang pada B uang illegal Bank C Bank E Bank D B memasukkan uang ke Bank C B meminjam uang pada Bank D B mendepositokan pada Bank E B membayar bunga pokok pinjaman dari Bank E Universitas Sumatera Utara modus menyerupai MLM. Para investor harus menyetor dana 500 atau 7 juta ke rekening PT. A pada suatu bank. Apabila investor menyetujui memilik investasi dalam bentuk dollar maka ia harus mencari investor baru sebagai bawahan downliner agen sejumlah 10 orang. Apabila berhasil, maka investor akan diberikan koin emas yang senilai 900. Apabila investor memilih menyetor uang senilai Rp. 7.000.000,- maka investor akan menerima pengembalian dana investor setiap bulan Rp.2.000.000,- selama enam bulan. Dengam modus ini, sebetulnnya yang dilakukan oleh PT. A ketika mengembalikan dana investor adalah dengan cara gali lubang, tutup lubang dan pada saat kegiatan tersebut berlangsung, maka PT. A bisa memindahkan dana yang terkumpul atas nama orang lain ataupun menggunakan dana tersebut untuk kepentingan pribadinya seingga dana tersebut tidak bisa dilacak lagi keberadaannya. Pada saat itulah, baru disadari telah terjadi tindak pidana pencucian uang secara terbuka, terencana, dan terorganisir dengan baik. 5. Modus Under Invoicing Modus ini adalah dengan memasukkan uang hasil kejahatan atau ilegal ke dalam pembelian suatu barang. Misalnya, A ingin memberikan hadiah permata bernilai tinggi kepada seseorang senilai 400 juta, tetapi A tidak ingin menarik perhatian karena membelanjakan uang dalam jumlah yang besar. A kemudian mendekati pengusaha permata dan menawarkan untuk membayar penuh 400 juta, tetapi 200 juta dibayar dengan cek, sementara sisa 200 juta lainnya dibayar secara tunai. Kemudian A meminta untuk Universitas Sumatera Utara dibuatkan faktur senilai 200 juta hasil pembayaran menggunakan cek sehingga apabila pengusaha permata diperiksa untuk pajak maka hanya akan tercatat dalam pembukuan bahwa ia menerima hasil penjualan senilai 200 juta yang dibuktikan dengan adanya faktur dan cek senilai 200 juta. Pengusaha permata diuntungkan dengan memiliki uang senilai 200 juta tunai yang bebas dari pajak. Jadi uang tunai A yang berasal dari hasil kejahatan menjadi berubah bentuk manjadi permata yang legal, di sini tahap penempatan placement dan pelapisan layering telah berjalan dengan sempurna. Dalam modus under invoicing, nilai sebenarnya barang yang dijual lebih besar dari harga yang dicantumkan. 6. Modus Over Invoicing Modus over invoicing adalah kebalikan dari modus under invoicing. Jadi apabila suatu barang mempunyai nilai sebenarnya 1 juta rupiah, maka ditulis dalam faktur seharga 10 juta rupiah, berkebalikan dengan modus under invoicing . 7. Modus Over Invoicing II Modus ini bisa berjalan apabila para pelaku berada pada dua sisi yaitu sisi penjual dan pada sisi pembeli, sebenarnnya tidak ada barang yang dijual atau dibeli hanya ada tumpukan kerta faktur-faktur saja, jadi ini adalah penjualan fiktif, ini bisa terjadi karena pelaku mengendalikan pada kedua sisi. Universitas Sumatera Utara 8. Modus Pembelian Kembali Modus pembelian kembali hamper sama dengan modus pinjaman kembali, pada modus pembelian kembali pelaku menggunakan dana yang dicuci untuk membeli sesuatu yang telah ia miliki, apabila dalam modus pinjaman kembali tidak kena pajak, maka pada modus pembelian kembali akan kena pajak, tetapi dari segi perubahan proses dari semula uang hasil kejahatan untuk membeli sesuatu berubah menjadi berubah legal hasil dari pembelian tersebut. Modus pencucian uang lainnya selain daripada modus dasar dan modus ekonomi adalah modus yang mencampurkan antara modus ekonomi dengan teknologi dan internet, yaitu: 113 1. Modus E-Bisnis Merupakan tipologi ekonomi tetapi digabungkan dengan teknologi informasi dan komputer. Sarana untuk melakukan tindak pidana money laundering dalam hal ini adalah dengan memakai computer ataupun internet. Pembuktian dari tindak pidana yang dilakukan denganmodus ini memerlukan beberapa tahap proses pembuktian. Contoh kasusnya misalnya, PT. B adalah sebuah perusahaan E-Bisnis yang transaksi penjualannya melalui internet. E-Bisnis PT. B mempunyai website di mana terdapat suatu E-Shop untuk berbelanja secara online dan mempunyai program Shop Earn yang mempunya aturan sebagai berikut : 113 Ibid ., hlm. 106-114. Universitas Sumatera Utara a. Sifat personal keuntungan yang akan didapat tergantung dari jumlah pembelanjaan pribadi dan total aset penjualan SE set perusahaan per periode. b. Mitra bisnis melakukan pembelanjaan berulang-ulang pada satu periode atau melakukan pembelanjaan baru pada saetiap periode, dan dari setiap periode akan mendapatkan keuntungan maximum loyalty, sampai 13 tahap, setelah itu mitra bisnis tidak akan mendapatkan keuntungan maximum loyalty lagi, kecuali melakukan pembelanjaan baru. c. Setiap mitra bisnis waib melakukan pembelanjaan pada tanggal 16 sampai tanggal 23 dan akan mendapatkan keuntungan maximum loyalty pada tanggal 3 bulan berikutnya. d. Dallam peraturan kode etik dicantumkan “hangus” void adalah hilangnya hak mitra bisnis atas keuntungan maximum loyalty karena tidak melaksanakan pembelanjaan tepat pada waktu yang sudah ditentukan pada program Shop Earn. Kemudian ada beberapa orang yang membuat laporan pengaduan yang menyatakan bahwa setelah menghabiskan ribuan dollar amerika mereka tidak mendapatkan hasil apa-apa. Pembuktian yang dilakukan akan sulit untuk mencari bukti yang konkrit kaarena menggunakan sarana komputer dan internet. Pola kerjanya sama dengan modus menyerupai MLM yaitu pada saat dana telah terkumpul banyak, maka dana akan dilarikan dan disembunyikan supaya tidak dapat terlacak, kemudian proses menjadi Universitas Sumatera Utara macet, dan orang-orang yang tidak mendapatkan pembayaran semakin lama semakin banyak, samapai pada titik kulminasi macet secara keseluruhan, dana yang terkumpul sudah hilang, para pelaku PT. B sudah menghilang. 2. Modus Scanner Scanner adalah suatu alat kelengkapan komputer yang dapat mengcopy surat atau dokumen sesuai dengan aslinya, baik warna tulisan atau gambar, cap, dan apa saja yang tertera dalam surat atau dokumen dapat dibuat sama seperti aslinya atau serupa. Apabila teknik ini dipergunakan maka akan menimbulkan suatu pengertian, pengetahuan atau pemahaman yang salah dari orang yang sedang dihadapinya seolah-olah adalah benar, prosesnya adalah sebagai berikut : Pelaku perencana adalah AN, membuat suatu strategi kejahatan bisnis, AN merencanakan harus mencari suatu instansi atau yayasan yang mempunyai dana tidak operasional, jadi dana itu oleh instansi atau oleh yayasan hanya ditabungkan atau didepositokan di beberapap bank dan tiap bulan tinggal menunggu bunga deposito dan dimasukkan ke dalam rekening yayasan dan pembukuan. Instansi atau yayasan seperti ini kebanyakan adalah yayasan pengelola dana pensiun. Kemudian AN harus mencari bank mana yang bisa dipengaruhi pada tahap yang bisa menerima dan mengeluarkan dana, maka dipilihlah pada tingkat cabang suatu bank yaitu bank Y. Pola pada tahap pertama ini disebut sebagai tahap perencanaan. Universitas Sumatera Utara Pola pada tahap kedua disebut sebagai tahap persiapan di mana AN mencari staf dari yayasan P dan staf dari bank Q yang dapat dipengaruhi. AN sudah mengetahui bahwa yayasan P suka mendepositokan uang pada bank-bank, dan setiap bank tentu ingin menerima dana untuk didepositokan pada banknya, maka sasarannya adalah pemegang kunci pada yayasan P yang bisa mengeluarkan dana untuk didepositokan, dan staf marketing atau pemasaran dari bank Q. Pada tahap kedua ini AN akan menugaskan stafnya A untuk menjadi kepanjangan tangan dari AN. Pada tahap persiapan ini terbentuklah pola: Pada tahap ketiga, maka dimulailah tahap pelaksanaan yaitu: a. A mewakili AN, B mewakili bank Q, keduanya mendatangi yayasan P dan bertemu dengan C dari yayasan P. b. B menawarkan produk bank Q, yaitu produk deposito dengan bunga menarik. c. C menerimanya dan akan mendepositokan uangnya sebanyak 30 milyar. d. C mengira bahwa A adalah staf bank Q karena apabila A dan B datang bersamaan untuk menawarkan produk deposito, maka tentu saja C akan mengira bahwa A merupakan rekan kerja B sesama staf di bank Q. pada AN Yayasan P Bank Q A C B Universitas Sumatera Utara saat itu dibuatlah surat dari yayasan P kepada bank Q yang isinnya adalah yayasan P pada hari, tanggal ini akan mendepositokan uang 30 milyar ke dalam bank Q, kemudian surat ditandatangani oleh C, staf keuangan C yaitu D dan bagian administrasi keuangan C yaitu F. e. Surat dibawa oleh B dan A kembali ke kantor A, bukan ke bank Q. f. Di kantor A yang juga kantor AN sebagai perencana, surat tadi diubah dengan menggunakan alat scanner, surat yang tadinnya adalah pemberitahuan bahwa dikirimkan uang 30 milyar dirubah menjadi surat dari yayasan P kepada bank Q yang isinya adalah untuk mengkreditkan dana 30 milyar dimasukkan dalam rekening PT. K milik AN, tanda tangan ketiga staf yayasan P di-scan sehingga tanda tangan tetap asli baik warna tinta, bentuk tanda tangan maupun cap dan warna cap. g. Kemudian surat itu diserahakan kepada bank Q, di bank Q kiriman uang untuk didepositokan sudah masuk kemudian langsung didebet ke rekening PT. K milik AN dan dari rekening PT. K sudah siap disebarkan ke rekening-rekening penampungan yang orang-orangnya tidak bisa dilacak identitasnya dan dana semua seketika sudah hilang, walaupun diblokir, pada rekening-rekening penampungan sudah tidak ada dananya dan AN sudah berada di luar negeri. h. Tindak pidana money laudering dengan jenis ini biasanya direncanakan dengan sempurna dengan predicate crime penipuan dan pemalsuan di mana pelaku pencucian uang adalah perencana predicate crime dan penerima hasil kejahatan atau hasil tindak pidana. Universitas Sumatera Utara Contoh kasus pencucian uang yang dilakukan oleh korporasi adalah kasus Bank of Boston di Amerika, mengapa pencucian uang yang dilakukan oleh bank dikatakan sebagai pencucian uang yang dilakukan oleh korporasi? Hal tersebut karena bank merupakan suatu perseroan terbatas yang juga merupakan korporasi. Kasus Bank of Boston terjadi pada tahun 1985. Pada tahun 1980 terjadi perubahan dalam ketentuan pelaporan keuangan di Amerika Serikat. Dalam peraturan yang baru, bank-bank diharuskan mengisi laporan transaksi mata uang atau Currency Transaction Report CTR atas semua kegiatan transaksi mata uang yang melibatkan bank asing, tidak terkecuali bank asing yang menjadi anak perusahaan bank domestik. Perubahan ketentuan tersebut tidak diikuti oleh Bank of Boston sehingga bank ini terus melakukan transaksi mata uang asing dengan bank-bank asing termasuk asing yang merupakan anak perusahaannya tanpa mengisi laporan CTR yang tetap berlangsung sampai tahun 1984. Kemudian cabang Bank of Boston juga melayani bisnis gembong kriminal terorganisasi, di mana gembong tersebut memiliki perusahaan real estate, dan cabang Bank of Boston memberikan pengecualian dalam pelaporan mata uang kendati tidak memenuhi persyaratan pengecualian sesuai dengan peraturan,. Selama bertahun-tahun, gembong tersebut bersama saudara-saudaranya membawa berkantong-kantong uang tunai untuk ditabung atau dibelikan cek kontan. Bank of Boston tidak pernah membuat laporan CTR karena rekening dari perusahaan gembong kriminal tersebut diistimewakan. Penyelidikan Departemen Keuangan Amerika Serikat menemukan kesalahan dalam pengisian laporan transaksi dengan bank asing sementara Universitas Sumatera Utara investigasi pihak pajak menemukan hubungannya dengan tokoh kriminal. Bank of Boston dinyatakan bersalah dan dihukum denda US500.000. Dalam peristiwa tersebut pihak bank dan stafnya menyatakan bahwa hal tersebut terjadi karena kelalaian dari pihak bank yang salah mengartikan peraturan yang baru. Padahal, seharusnya bank mengetahui dan mengerti peraturan mengenai pelaporan tersebut. Selain itu, para pegawai Bank of Boston sebenarnya telah mengetahui reputasi pelanggan mereka sebagai gembong criminal. Mereka seharusnya mencurigai transaksi terus-menerus yang melibatkan uang tunai dalam jumlah besar yang bukan datang dari bisnis ritel. Contoh kasus lainnya adalah kasus Pizza Connection di mana dibukalah banyak restoran pizza untuk mengalirkan uang haram. Modus operandi yang digunakan adalah kerja sama penanaman modal dan transfer ke luar negeri. Metode yang dipergunakan adalah metode offshore conversion. Instrumen yang dipergunakan adalah bank. Kasus ini merebak pada tahun 1984, di mana restoran Pizza yang tersebar di mana-mana banyak mengalirkan uang haram sebagai hasil perdagangan obat bius di Amerika Serikat. Uang ini sebagian dipergunakan dan ditanam untuk mendapatkan konsesi Pizza, selebihnya lewat Negara tax haven di Karibia dan Swiss. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Tentang Penentuan Unsur-Unsur Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) Dalam UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

2 66 142

Pembuktian Terbalik Dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Dan Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang

3 71 102

Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Ditinjau Dari Sistem Pembuktian

3 54 131

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UU NO 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG.

0 1 118

UU 8 2010ttg Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 0 65

PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG uu0082010

0 0 65

BAB II UPAYA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Sejarah Terjadinya Pencucian Uang - Identifikasi Transaksi Keuangan Mencur

0 0 44

BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG - Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Dilakukan Oleh Korporasi Menurut UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang

0 0 15

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang JURNAL ILMIAH

0 0 35