Hubungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Pemborongan Outsourcing

E. Hubungan Hukum Para Pihak dalam Perjanjian Pemborongan Outsourcing

Menurut Syahmin A.K, hubungan hukum adalah hubungan yang menimbulkan akibat hukum. 111 1. Hubungan Hukum antara PekerjaBuruh dengan Perusahaan Penerima Pekerjaan Hubungan hukum antara para pihak dalam perjanjian pemborongan Outsourcing yaitu sebagai berikut: Hubungan hukum dengan pekerja yang dimaksud di sini tidak hanya terbatas pada pemberian upah dan pesangon ketika pekerja di-PHK, melainkan juga perlindungan hak-hak pekerjaburuh lainnya, seperti keikutsertaan pekerja dan keluarganya dalam program Jamsostek, program perlindungan pasien, dan lain- lain. 112 Dalam Pasal 50 UU Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “hubungan kerja terjadi karena adanya perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerjaburuh”. 113 Dari pengertian tersebut, hubungan kerja sebagai bentuk hubungan hukum baru lahir atau tercipta setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha. 114 Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara pengusaha dengan pekerjaburuh karyawan berdasarkan perjanjian kerja. Dengan demikian, hubungan kerja tersebut adalah sesuatu yang abstrak, sedangkan perjanjian kerja adalah sesuatu yang konkret atau nyata. Dengan adanya perjanjian kerja, akan ada 111 Syahmin, Op.cit., hal. 140 112 Ibid., hal. 99 113 Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 45 114 Lalu Husni, Op.cit., hal. 35 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA ikatan antara pengusaha dan pekerja, dengan perkataan lain, ikatan karena adanya perjanjian kerja inilah yang merupakan hubungan kerja. Hubungan kerja tersebut pada dasarnya berupa perjanjian kerja waktu tak tertentu atau tetap dan bukan kontrak, tetapi dapat pula dilakukan perjanjian kerja waktu tertentukontrak apabila memenuhi semua persyaratan baik formal maupun meteriil sebagaimana diatur dalam Pasal 56 ayat 1 UU Ketenagakerjaan. Pasal 56 ayat 1 UU Ketenagakerjaan menyatakan: “Perjanjian kerja dibuat untuk waktu tertentu atau untuk waktu tidak tertentu”. Dengan demikian, hubungan kerja tersebut tidak selalu dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentukontrak. 115 Pasal 65 ayat 6 berbunyi: “Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan pekerjaburuh yang dipekerjakannya”. Sedangkan Pasal 65 ayat 7 berbunyi: “Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat 6 didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud Pasal 59. Berdasarkan Pasal 65 ayat 6 dan ayat 7 UU Ketenagakerjaan, hubungan kerja antara pekerja dan perusahaan pemborong pekerjaan dalam pelaksanaan pemborongan pekerjaan diatur dalam suatu perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan pemborong pekerjaan dan pekerja yang dipekerjakannya yang dapat dituangkan dalam perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu, apabila telah memenuhi 115 Ibid., hal 221 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA persyaratan perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 59 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003. 116 Pasal 14 Permenaker No. 19 Thn 2012 menyebutkan: “Perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan mengatur tentang hubungan kerja antara perusahaan penerima pemborongan dengan pekerjaburuhnya yang dibuat secara tertulis”. 117 Dengan demikian hubungan kerja, dalam artian hubungan kerja antara majikan dan pekerja, hanya tercipta antara pekerja dengan perusahaan yang merekrut pekerja dan bukan dengan perusahaan tempat pekerja melakukan pekerjaannya. Mengingat jalinan hubungan kerja yang tercipta adalah antara tenaga kerja dengan perusahaan perekrut pekerja serta antara perusahaan perekrut tenaga kerja dengan perusahaan yang menampung penempatan tenaga kerja, maka segala pengupahan dan hak-hak pekerja lainnya akan dibayarkan dan diterima melalui perusahaan perekrut tenaga kerja awal. 118 Pasal 13 Permenaker no. 19 Thn 2012 menyatakan: “Setiap perjanjian kerja dalam pemborongan pekerjaan wajib memuat ketentuan yang menjamin terpenuhinya hak-hak pekerjaburuh dalam hubungan kerja sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan”. 119 116 Hidayat Muharam, Op.cit., hal 16 Mengingat perjanjian kerja oleh penerima kerja dapat dilakukan dengan perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu, maka perusahaan pemberi kerja perlu pula 117 Pasal 14 Permenaker No. 19 Tahun 2012 118 Sehat Damanik, Op.cit., hal 4 119 Pasal 13 Permenaker No. 19 Thn 2012 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA mengetahui pelaksanaan perjanjian kerja oleh perusahaan dimaksud apakah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 120 2. Hubungan Hukum antara PekerjaBuruh Perusahaan dengan Perusahaan Pemberi Pekerjaan Hubungan hukum antara pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan adalah atas dasar perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penerima pemborongan. Pekerjaburuh menandatandatangani perjanjian kerja dengan perusahaan penerima pemborongan sebagai dasar hubungan ketenagakerjaannya. Dalam perjanjian kerja tersebut disebutkan bahwa pekerjaburuh ditempatkan dan bekerja di perusahaan pemberi pekerjaan. Perusahaan pemberi pekerjaan dengan pekerjaburuh tidak memiliki hubungan kerja secara langsung, baik dalam bentuk perjanjian kerja waktu tertentu maupun perjanjian kerja waktu tidak tertentu. Pekerjaburuh yang ditempatkan di perusahaan pemberi pekerjaan tentunya secara aturan kerja dan disiplin kerja harus mengikuti ketentuan yang berlaku pada perusahaan pemberi pekerjaan. Oleh karena itu, dalam perjanjian kerjasama antara perusahaan penerima pemborongan dengan perusahaan pemberi pekerjaan harus jelas di awal, tentang ketentuan apa saja yang harus ditaati oleh pekerjaburh selama ditempatkan pada perusahaan pemberi pekerjaan. Hal-hal yang tercantum dalam peraturan perusahaan pemberi pekerjaan sebaiknya tidak diasumsikan untuk dilaksanakan secara total oleh pekerjaburuh yang berasal dari perusahaan penerima pemborongan, misalkan masalah benefit, 120 Adrian Sutedi, Op.cit., hal. 231 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tentunya ada perbedaan antara pekerjaburuh yang disediakan oleh perusahaan penerima pemborongan dengan pekerjaburuh pada perusahaan pemberi pekerjaan. Hal-hal yang terdapat pada peraturan perusahaan yang disepakati untuk ditaati kemudian disosialisasikan kepada pekerjaburuh oleh perusahaan penerima pemborongan. Sosialisasi ini penting untuk meminimalkan tuntutan dari pekerjaburuh kontrak yang menuntut dijadikan pekerjaburuh tetap pada perusahaan pemberi pekerjaan dikarenakan kurangnya informasi tentang hubungan hukum antara pekerjaburuh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. 121 3. Hubungan Hukum antara Perusahaan Pemberi Pekerjaan dengan Perusahaan Penerima Pekerjaan Hubungan antara seorang pemborong pekerjaan dengan seorang yang memborongkan pekerjaan terjadi setelah adanya perjanjian pemborongan pekerjaan. 122 Hubungan hukum antara perusahaan penerima pemborongan dengan perusahaan pengguna jasa diikat dengan menggunakan perjanjian kerjasama, dalam hal penyediaan dan pengolahan pekerjaburuh pada bidang-bidang tertentu yang ditempatkan dan bekerja pada perusahaan pengguna user. 123 Melihat hubungan kerja segitiga, yaitu antara perusahaan pengerahperekrut tenaga kerja dengan perusahaan tempat bekerja tenaga kerja, maka telah terjadi pergeseran definisi hubungan kerja. Hubungan kerja yang semula diartikan 121 Pan Mohamad Faiz, Outsourcing Alih Daya dan Pengelolaan Tenaga Kerja pada Perusahaan Tinjauan Yuridis terhadap Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. http:jurnalhukum.blogspot.com200705outsourcing-dan-tenaga-kerja.html, diakses pada tanggal 21 Februari 2013 pukul 13.00 WIB 122 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan, 2010, hal. 41 123 Suria Ningsih, Mengenal Hukum Ketenagakerjaan, USU Press, Medan, 2011, hal. 94 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA sebagai hubungan antara pengusahamajikan, yaitu orang atau perusahaan yang mempekerjakan orang lain untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu dengan memberikan upah dan pekerja menjadi orang yang memberikan tenaganya untuk mengerjakan pekerjaan tertentu dengan menerima upah. Dalam hubungan kerja biasa, pekerja mempunyai hubungan langsung dengan pengusaha yang mempekerjakannya, dalam hubungan langsung tersebut, pengusaha akan membayarkan segala hak pekerja secara langsung, demikian juga sebaliknya, pekerja memberikan tenaganya secara langsung kepada perusahaan yang merekrutnya. Hal ini tidak berlaku pada hubungan kerja melalui outsourcing, dimana pembayaran dilakukan melalui pengusaha ke pengusaha dan pengusaha ke pekerja. . 124 Terdapat kesederhanaan bagi pengusaha tempat pekerja dipekerjakan, yaitu perusahaan tersebut tidak perlu lagi mengurusi masalah perekrutan dan pelatihan tenaga kerja, perusahaan pemberi kerja tinggal menentukan kriteria tenaga kerja yang diperlukan dan menyodorkannya kepada perusahaan outsourcing dan keuntungan lainnya adalah perusahaan tersebut tidak lagi dipusingkan oleh urusan pesangon, THR, PHK dan masalah ketenagakerjaan lainnya karena hal ini telah diambil alih oleh perusahaan outsourcing. 125 124 Sehat Damanik, Op.cit., hal. 5 125 Ibid. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA BAB IV PERJANJIAN PEMBORONGAN ANTARA PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk DENGAN PT. DANA PURNA INVESTAMA

A. Gambaran Umum PT. Bank Central Asia, Tbk dan PT. Dana Purna Investama