Saat Lahir dan Berakhirnya Suatu Perjanjian

E. Saat Lahir dan Berakhirnya Suatu Perjanjian

Dalam ilmu hukum, dikenal beberapa ajaran mengenai kapan suatu perjanjian dianggap lahir. Menurut Setiawan saat terjadinya perjanjian yaitu: 61 1. Teori kehendak wilstheorie Teori ini adalah yang tertua dan menekankan kepada faktor kehendak. Menurut teori ini jika kita mengemukakan suatu pernyataan yang berbeda dengan apa yang dikehendaki, maka kita tidak terikat kepada pernyataan tersebut. 2. Teori pernyataan Verklaringstheorie Menurut teori ini, kebutuhan masyarakat menghendaki bahwa kita dapat berpegang kepada apa yang dinyatakan. 3. Teori kepercayaan Vetrouwenstheorie Teori yang sekarang dianut, juga oleh yurisprudensi adalah teori kepercayaan, di mana menurut teori ini kata sepakat terjadi jika ada pernyataan yang secara objektif dapat dipercaya. 4. Teori ucapan Uitingstheorie Menurut teori ini bahwa persetujuan terjadi pada saat orang yang menerima penawaran telah menyiapkan surat jawaban bahwa ia menyetujui penawaran tersebut. Kelemahan teori ini adalah bahwa sulit untuk menentukan saat terjadinya persetujuan dan selain itu jawabannya setiap saat masih dapat berubah. 5. Teori pengiriman Verzendingstheorie Menurut beberapa sarjana, terjadinya persetujuan adalah pada saat dikirimkannya surat jawaban. Diterangkan selanjutnya bahwa dengan dikirimkannya surat tersebut si pengirim kehilangan kekuasaan atas surat tersebut dan lagi pula saat pengiriman dapat ditentukan secara tepat. 6. Teori pengetahuan Vernemeningstheorie Teori ini mengemukakan bahwa persetujuan terjadi setelah orang yang menawarkan mengetahui bahwa penawarannya disetujui. Kelemahan teori ini adalah sulit untuk menentukan saat diketahuinya isi surat tersebut. 7. Teori penerimaan Ontvangstheorie Menurut teori ini, bahwa persetujuan terjadi pada saat diterimanya surat jawaban penerimaan penawaran oleh orang yang menawarkan. Sedangkan menurut Munir Fuady, teori yang lainnya mengenai saat lahirnya perjanjian yaitu: 8. Teori penawaran dan penerimaan offer and acceptance Yang dimaksudkan dengan teori penawaran dan penerimaan adalah bahwa pada prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya 61 Setiawan, Op.cit., hal. 57 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA penawaran offer dari salah satu pihak dan diikuti dengan penerimaan tawaran acceptance oleh pihak lain dalam perjanjian tersebut. Teori ini diakui secara umum dalam setiap sistem hukum, namun pengembangan dari teori ini banyak dilakukan di negara-negara yang menganut sistem hukum Common Law. 9. Teori kotak pos mailbox theory Menurut teori ini, suatu penerimaan tawaran dari suatu perjanjian sehingga perjanjian dianggap mulai terjadi adalah pada saat jawaban yang berisikan penerimaan tersebut dimasukkan ke dalam kotak pos mailbox. Pemikiran di belakang teori ini adalah bahwa perjanjian efektif setelah pihak yang ditawari perjanjian sudah menerimanya dan sudah terlepas dari kekuasaanya, yakni ketika dia membalas surat penawaran dan memasukkannya ke dalam kotak surat. 10. Teori dugaan Teori dugaan yang bersifat subjektif ini antara lain dianut oleh Pitlo. Menurut teori ini, saat terjadinya suatu perjanjian adalah pada saat pihak yang menerima tawaran telah mengirim surat jawaban dan dia secara patut dapat menduga bahwa pihak lainnya pihak yang menawarkan telah mengetahui isi surat itu. 62 Pada Pasal 1381 KUH Perdata diatur berbagai cara hapusnya perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan yang lahir dari undang-undang dengan cara- cara yang ditunjukkan oleh pembentuk undang-undang itu tidaklah membatasi para pihak untuk menciptakan cara yang lain untuk menghapuskan suatu perikatan. Pasal 1381 KUH Perdata berbunyi: “Perikatan-perikatan hapus: 1. karena pembayaran; 2. karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan; 3. karena pembaharuan utang; 4. karena perjumpaan utang atau kompensasi; 5. karena pencampuran utang; 6. karena pembebasan utangnya; 7. karena musnahnya barang yang terutang; 8. karena kebatalan atau pembatalan; 9. karena berlakunya suatu syarat batal, yang diatur dalam bab ke satu buku ini; 10. karena liwatnya waktu, hal mana akan diatur dalam suatu bab tersendiri.” 62 Munir Fuady, Op.cit., hal. 49 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Menurut Salim HS dalam bukunya Hukum Kontrak Teori Penyusunan Kontrak, adapun cara-cara penghapusan perjanjian antara lain sebagai berikut: 63 1. Karena pembayaran betaling Pengertian pembayaran atau betaling dalam hal ini harus dipahami secara luas. Tidak boleh diartikan dalam ruang lingkup yang sempit, seperti yang selalu diartikan hanya terbatas pada masalah yang berkaitan dengan pelunasan hutang semata-mata. Mengartikan pembayaran hanya terbatas pada “pelunasan hutang” semata-mata tidaklah selamanya benar. Karena ditinjau dari segi yuridis teknis, tidak selamanya harus berbentuk sejumlah uang atau barang tertentu, bisa saja dengan pemenuhan jasa atau pembayaran dengan bentuk tak terwujud atau yang immaterial. Pembayaran prestasi dapat dilakukan dengan “melakukan sesuatu” te doen. Misalkan tukang cukur yang telah melakukan suatu perbuatan jasa dapat saja disebut telah membayar prestasi dengan jasa. Guru privat yang telah memberi pelajaran, termasuk dalam arti “pembayaran”. Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam Pasal 1382 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1403 KUH Perdata. Ada dua pengertian pembayaran, yaitu pengertian secara sempit dan yuridis teknis. Pengertian pembayaran dalam arti sempit, adalah pelunasan utang oleh debitur kepada kreditur. Pembayan seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang. Namun, pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk uang atau barang, tetapi juga dalam bentuk jasa, seperti jasa dokter bedah, tukang cukur, atau guru privat. Orang yang dapat melakukan pembayaran utang, adalah : a. Debitur yang berkepentingan langsung 1 Penjamin atau borgtocher 2 Orang ketiga yang bertindak atas nama debitur. b. Orang yang berhak menerima pembayaran, yaitu : 1 Kreditur 2 Orang yang menerima kuasa dari kreditur 3 Orang yang telah ditunjuk oleh hakim, dan 4 Orang-orang yang berhak menurut undang-undang Pasal 1385 KUH Perdata. 2. Karena penawaran pembayaran tunai yang diikuti dengan penitipan konsignasi Pemenuhan prestasi dalam suatu perjanjian sepatutnya dilaksanakan sesuai hal yang diperjanjikan termasuk waktu pemenuhannya, namun tidak jarang prestasi tersebut dapat dipenuhi sebelum waktu yang diperjanjikan. Penawaran dan penerimaan pemenuhan prestasi sebelum waktunya dapat menjadi sebab berakhirnya perjanjian, misalnya perjanjian pinjam meminjam yang pembayarannya dilakukan dengan cicilan, apabila pihak yang berhutang dapat membayar semua jumlah pinjamannya sebelum jatuh 63 Salim 2, Op.cit, hal. 169 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA tempo, maka perjanjian dapat berakhir sebelum waktunya. Penawaran pembayaran tunai utang dilakukan saat si berpiutang menolak pembayaran dari si berutang. Penawaran yang demikian diikuti dengan penitipan, membebaskan si berutang, dan berlaku baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan dengan cara menurut undang-undang. 3. Karena pembaharuan hutang novasi, schuld verniewing Novasi di atur dalam Pasal 1413 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1424 KUH Perdata. Novasi pembaharuan utang adalah sebuah persetujuan, di mana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Vollmar mengartikan novasi adalah suatu perjanjian karena dimana sebuah perjanjian yang akan dihapuskan, dan seketika itu juga timbul sebuah perjanjian baru. Novasi adalah suatu perjanjian antara debitur dan kreditur, dimana perjanjian lama dan subjeknya yang ada dihapuskan dan timbul sebuah objek dan subjek perjanjian yang baru. 4. Karena kompensasi atau perjumpaan utang Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 KUH Perdata sampai Pasal 1435 KUH Perdata. Kompensasi adalah penghapusan masing- masing utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat ditagih antara kreditur dan debitur. Syarat-syarat terjadinya kompensasi: a. Kedua-duanya berpokok pada sejumlah uang; atau b. Berpokok pada jumlah barang yang dapat dihabiskan dari jenis yang sama; atau c. Kedua-duanya dapat ditetapkan dan ditagih seketika. Adapun tujuan utama dari kompensasi, yaitu: a. Penyederhanaan pembayaran yang simpang siur antara pihak kreditur dan debitur; b. Dimungkinkan terjadinya pembayaran sebagian; c. Memberikan kepastian pembayaran dalam keadaan pailit. Kompensasi dapat terjadi dengan dua macam cara, yaitu: a. demi hukum Kompensasi atau perjumpaan hutang demi hukum atau ipso jure compensatur adalah suatu perjumpaan utang yang terjadi tanpa adanya pemberitahuan dan permintaan dari pihak debitur dan kreditur. b. Batas permintaan kedua belah pihak. Kompensasi atau perjumpaan hutang kontrakual adalah suatu bentuk kompensasi yang terjadi atas dasar permintaan dan persetujuan antara pihak debitur dan kreditur. 5. Karena konfusi atau percampuran antara utang dan pinjaman Percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1437 KUH Perdata. Percampuran utang adalah percampuran kedudukan sebagai orang berutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu. Percampuran utang dapat terjadi dengan dua cara, yaitu: a. Dengan jalan penerusan hak dengan alas hak umum, dan b. Dengan jalan penerusan hak dibawah alas hak khusus. 6. Karena pembebasan utang UNIVERSITAS SUMATRA UTARA Pembebasan utang diatur dalam Pasal 1438 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1443 KUH Perdata. Pembebasan utang adalah suatuy pernyataan sepihak dari kreditur kepada debitur, bahwa debitur dibebaskan dari perutangan. Ada 2 cara terjadinya pembebasan utang, yaitu: a. Cuma-cuma, dan b. Prestasi dari pihak debitur. Pembebasan hutang dengan Cuma-cuma harus dipandang sebagai penghadiahan. Sedangkan prestasi dari pihak debitur, artinya sebuah prestasi lain, selain prestasi yang terutang. Pembebasan ini didasarkan pada perjanjian. 7. Karena pernyataan tidak sah atau terhapus Kebatalan kontrak diatur dalam Pasal 1446 KUH Perdata sampai dengan Pasal 1456 KUH Perdata. Adanya tiga penyebab timbulnya pembatalan kontrak, yaitu: a. Adanya perjanjian yang dibuat oleh orang-orang yang belum dewasa dan dibawah pengampuan; b. Tidak mengindahklan bentuk perjanjian yang di syaratkan undang- undang; c. Ada cacat kehendak 8. Karena daluarsa atau verjaring Berakhirnya perjanjian dapat disebabkan oleh lewatnya waktu daluarsa perjanjian. Menurut Suharnoko, brakhirnya perjanjian harus dibedakan dengan perjanjian karena suatu perjanjian dikatakan berakhir apabila segala sesuatu yang menjadi isi perjanjian telah dilaksanakan. Semua kesepakatan diantara para pihak menjadi berakhir setelah apa yang menjadi tujuan diadakannya perjanjian telah tercapai oleh para pihak. 64 Menurut Setiawan, adapun beberapa cara hapusnya perjanjian adalah: Bila X dan Y mengadakan jual beli, perikatan dapat hapus dengan dibayarkannya harga oleh Y selaku pembeli, tetapi mungkin perjanjiannya masih ada. Untuk hapusnya perjanjian, tujuan perjanjiannya yaitu untuk memiliki barang harus tercapai dulu. Jadi, bila perjanjian telah hapus seluruhnya barulah perjanjian dinyatakan telah berakhir. 65 64 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Kencana, Jakarta , 2004, hal. 30 65 Setiawan, Op.cit., hal. 69 UNIVERSITAS SUMATRA UTARA 1. Ditentukan dalam perjanjian oleh kedua belah pihak. Misalnya penyewa yang menyewakan bersepakat untuk mengadakan perjanjian sewa menyewa yang akan berakhir selama 3 tahun. 2. Undang-undang menentukan batas berlakunya suatu perjanjian. Misalnya, menurut Pasal 1066 ayat 3 KUHPerdata bahwa para ahli waris dapat mengadakan perjanjian untuk selama waktu tertentu untuk tidak melakukan pemecahan harta warisan. Akan tetapi waktu perjanjian tersebut oleh Pasal 1066 ayat 4 KUHPerdata dibatasi berlakunya hanya untuk lima tahun. 3.Para pihak atau undang-undang dapat menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu, maka perjanjian akan hapus. Misalnya, jika salah satu meninggal perjanjian menjadi hapus: 1 Perjanjian perseroan Pasal 1646 ayat 4 KUHPerdata 2 Perjanjian pemberian kuasa Pasal 1813 KUHPerdata 3 Perjanjian kerja Pasal 1603 j KUHPerdata 4. Pernyataan menghentikan perjanjian opzegging. Hal ini dapat dilakukan baik oleh salah satu atau dua belah pihak. Opzegging hanya ada pada perjanjian-perjanjian yang bersifat sementara, misalnya perjanjian kerja dan perjanjian sewa-menyewa. 5. Tujuan perjanjian telah tercapai. Misalnya dalam perjanjian jual beli bila salah satu pihak telah mendapat uang dan pihak lain telah mendapatkan barang maka perjanjian akan berakhir. 6. Perjanjian hapus karena putusan hakim 7. Dengan perjanjian para pihak. Dalam hal ini para pihak masing-masing setuju untuk saling mengentikan perjanjiannya. Misalnya perjanjian pinjam pakai berakhir karena pihak yang meminjam telah mengembalikan barangnya. UNIVERSITAS SUMATRA UTARA BAB III TINJAUAN UMUM PERJANJIAN PEMBORONGAN OUTSOURCING

A. Pengertian Perjanjian Pemborongan Outsourcing