kemungkinan diatas maka nilai sumber daya manusia yang diharapkan dapat direalisasi oleh perusahan.
Flamholtz dalam Tunggal 1994, meyatakan bahwa pengukuran nilai bagi organisasi melibatkan kegiatan:
a. Menaksir jangka waktu atau masa kerja pegawai bagi perusahaan. b. Mengidentifikasi jabatan yang dapat diduduki pegawai yang bersangkutan
c. Mengukur nilai yang diberikan perusahan jika pegawai menduduki jabatan tersebut selama ukuran waktu tertentu
d. Menaksir probabilitas seseorang menduduki masing-masing jabatan tersebut selama ukuran waktu tertentu.
Hasil akhir dari penerapan model ini, yaitu nilai sekarang dari jiwa pegawai yang diharapkan diperoleh perusahaan selama masa kerja yang
diperkirakan.
2.1.11 Penyajian Akuntansi Sumber Daya Manusia dalam Laporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga merupakan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manjemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pada saat ini laporan keuangan yang disusun sesuai dengan “Akuntansi
yang berlaku umum” GAAPGeneral Accepted Accounting Principle, yang di Indonesia dinamakan Prinsip-Prinsip Akuntansi Indonesia tidak menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
nilai manusia dalam organisasi. Laporan keuangan melaporkan biaya yang didepresiasi dari aktiva sebagai suatu pengganti untuk nilai. Lagi pula laporan
keuangan tidak memberikan informasi pada pihak luar yang berkepentingan misalnya investor dari suatu organisasi mengenai investasi dalam aktiva manusia.
Akuntansi konvensional memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia sebagai biaya cost dari pada aktiva asset.
Praktek akuntansi yang memperlakukan investasi dalam sumber daya manusia sebagai biaya dari pada sebagai aktiva, berakibat pada perhitungan laba
rugi dan neraca menjadi tidak akurat. Dalam perhitungan rugi laba, nominal yang disajikan sebagai laba bersih menjadi tidak akurat, karena akuntansi
memperlakukan semua pengeluaran yang dilakukan untuk memperoleh atau mengembangkan sumber daya manusia sebagai biaya selama periode terjadi, dari
pada mengkapitalisasi dan mengamortisasi biaya-biaya tersebut selama masa manfaatnya. Neraca menjadi tidak akurat karena nominal yang diberi nama
“Aktiva Total” tidak termasuk aktiva manusia organisasi. Sebab tidak ada indikasi dari investasi actual organisasi dalam aktiva manusia. Akuntansi
memperlakukan setiap rupiah yang dilakukan oleh manajemen untuk mendapatkan aktiva manusia sebagai biaya, walaupun masa manfaat melebihi
periode pengeluarannya. Ketidakakuratan dalam penyajian informasi laporan keuangan diatas
menyebabkan tidakakuratnya pengukuran ROI Return On Investment. Konsep ROI adalah variabel yang krusial dalam keputusan rasio laba bersih terhadap
aktiva total. “Laba bersih dalam analisis ROI mencerminkan kamampuan pihak
Universitas Sumatera Utara
manajemen dalam mengelola biaya, penjualan dan perubahan investasi” Helfert dalam Tunggal 1994. ROI menjadi tidak akurat dapat menyebabkan investor
melakukan penilaian yang keliru dalam melihat kinerja pihak manajemen.
2.1.12 Pengungkapan Informasi Akuntansi Sumber Daya Manusia