BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI selama tahun 2009 - 2012.
Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan, sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 36 9 x 4 sampel. Daftar perusahaan
yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik deskriptif
Statistik deskriptif dalam penelitian ini hanya mendeskripsikan sampel dan tidak membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel
diambil. Menurut Ghozali 2006 : 78, “statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari rata-rata mean,
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range dan kemencengan distribusi”. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini
Tabel 4.1 Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std. Deviation
ROA 36
-42,050 47,740
-,04056 13,511621
CR 36
41,03 225,30
112,0600 56,54518 WCT
36 -917,96
442,67 -1,5039
200,28488 ITO
36 1,20
12,19 5,4383
3,10433 Valid N listwise 36
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa : a.
Variabel Likuiditas X1 memiliki sampel N sebanyak 36 dengan nilai minimum terkecil - 41.03, nilai maksimum terbesar 225.3 dan
mean nilai rata-rata 112,06. Standar Deviation simpangan baku variabel ini adalah 56,54518.
b. Variabel perputaran modal kerja X2 memiliki sampel N sebanyak
36 dengan nilai minimum terkecil -917.96, nilai maksimum terbesar 442,67 dan mean nilai rata-rata -1,5039. Standar Deviation
simpangan baku variabel ini adalah 200,28488. c.
Variabel perputaran persedian X
3
memiliki sampael N sebanyak 36 sampel dengan nilai minimum terkecil 1.20, nilai maksimum
terbesar 12.19 dan mean nilai rata-rata 5,4383. Standar Deviation simpangan baku variabel ini adalah 3,10433.
d. Variabel profitabilitas Y memiliki sampel N sebanyak 36 dengan
nilai minimum terkecil -42.050, nilai maksimum terbesar 47.740 dan mean nilai rata-rata -0,04056. Standar Deviation simpangan
baku variabel ini adalah 13,511621. e.
Jumlah sampel yang ada sebanyak 36 sampel.
4.2.2 Uji asumsi klasik
Syarat yang menjadi dasar penggunaan model regresi berganda dengan metode estimasi Ordinary Least Square OLS adalah dipenuhinya
semua asumsi klasik, agar hasil pengujian bersifat tidak bias dan efisien Best Linear Unbiased Estimator. Best artinya yang terbaik, dalam arti
Universitas Sumatera Utara
garis regresi merupakan estimasi atau ramalan yang baik dari suatu sebaran data. Garis regresi merupakan cara memahami pola hubungan antara dua
seri data atau lebih. Garis regresi adalah best jika garis itu menghasilkan error yang terkecil. Error itu sendiri adalah perbedaan antara nilai observasi
dan nilai yang diramalkan oleh garis regresi. Jika best disertai sifat unbiased, maka estimator regresi disebut efisien. Estimator regresi akan
disebut linear apabila, estimator itu merupakan fungsi linear dari sampel. Pengujian asumsi klasik dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
program statistik. Menurut Ghozali 2006 : 123, asumsi klasik yang harus dipenuhi adalah:
• Berdistibusi normal. •
Non-Multikolinearitas, artinya antara variabel independen dalam model regresi tidak memiliki korelasi atau hubungan
secara sempurna ataupun mendekati sempurna. •
Non-Autokorelasi, artinya kesalahan pengganggu dalam model regresi tidaksaling berkorelasi.
• Non-Heterokedastisitas, artinya variance variabel independen
dari satu pengamatan ke pengamatan lain adalah konstan atau sama.
1. Uji normalitas
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk mengetahui apakah data sudah terdistribusi secara normal atau tidak
. Ghozali 2006 : 115, memberikan pedoman pengambilan keputusan
rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov
yang dapat dilihat dari: a nilai sig. atau signifikan atau probabilitas 0.05, maka distribusi data
adalah tidak normal
Universitas Sumatera Utara
b nilai sig. atau signifikan atau probabilitas 0.05, maka distribusi data adalah normal.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan model Kolmogorov Smirnov adalah seperti yang ditampilkan berikut ini.
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 36
Normal Parameters
a
Mean ,0000000
Std. Deviation 12,08870866
Most Extreme Differences
Absolute ,179
Positive ,179
Negative -,134
Kolmogorov-Smirnov Z 1,074
Asymp. Sig. 2-tailed ,199
a. Test distribution is Normal. Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa hasil pengujian statistik dengan menggunakan model Kolmogorov-Smirnov menunjukkan bahwa
data telah terdistribusi secara normal. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,199 yaitu lebih besar dari 0,05. Sesuai
dengan ketentuan rentang data yang telah ditentukan diatas, maka data terdistribusi normal. Berikut hasil uji normalitas dengan menggunakan
Histogram dan Plot :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Dengan melihat gambar 4.1 tampilan histogram, dapat disimpulkan
bahwa grafik yang ditunjukkan dalam histogram membentuk pola yang simetris artinya pola yang tidak mencondong ke kanan maupun ke kiri. Hal
ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dan diolah telah terdistribusi secara normal .
Gambar 4.2 Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Universitas Sumatera Utara
Menurut pendapat Ghozali 2006 : 112, “pendeteksian normalitas dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran data titik pada sumbu
diagonal dari grafik, yaitu jika data titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa data telah
terdistribusi secara normal”. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data titik menyebar di sekitar dan mendekati garis normal, hali ini sejalan dengan
hasil pengujian dengan menggunakan histogram yang menunjukkan bahwa data telah terdistribusi secara normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data
secara keseluruhan telah terdistribusi secara normal.
2. Uji multikolinieritas
Ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi, dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya.nilai variance Inflatin Factor VIF.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang
tinggi karenaVIF =1tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya mutikolineritas adalah nilai
Tolerance
0,10 atau sama dengan VIF 10 Ghozali, 2006: 91.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
Constant CR
,684 1,462
WCT ,980
1,020 ITO
,680 1,471
a. Dependent Variable: ROA Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian ini, penulis menggunakan uji multikoliniearitas untuk mendeteksi apakah terdapat gejala multikolinearitas dalam penelitian yaitu
dengan melihat besaran korelasi antar variabel independen dan besarnya tingkat kolinearitas yang masih dapat ditoleransi. Berdasarkan tabel 4.3
diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari adanya multikolinearitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing–masing
variabel independen yang digunakan dalam penelitian, memiliki nilai Tolerance yang lebih besar dari 0.10 yaitu nilai tolerance CR sebesar 0.684,
nilai tolerance WCT sebesar 0,980 dan nilai tolerance ITO sebesar 0,68. Perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, dimana variabel
independen memiliki nilai VIF yang kurang dari 10 yaitu nilai VIF untuk CR sebesar 1.462, nilai VIF untuk WCT sebesar 1.020 dan VIF untuk ITO
sebesar 1,471. Maka dari hasil tabel secara keseluruhan menunjukkan bahwa tidak terdapatnya multikolinearitas antar variabel independen dalam
model ini.
3. Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians yang satu dengan pengamatan yang lain tetap maka disebut homokedastisitas dan jika varians nya berbeda maka
disebut heteroskedastisitas. Ghozali 2006 : 105 menyatakan bahwa
“model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas”.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini, untuk mendetaksi ada atau tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik plot yang dihasilkan dari
pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dasar keputusannya adalah :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengidentifikasi telah terjadi heterokedastisitas
2. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalis apakah terjadi heterokedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model
Universitas Sumatera Utara
regresi. Alasan mengapa titik–titik menyebar menjauh dari titik–titik yang lain dikarenakan data penelitian yang berbeda antara data yang satu dengan
data yang lain.
4. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara
residual pada satu observasi dengan observasi lain pada model regresi. Uji
yang digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Uji Durbin-
Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu first autocorection dan mensyaratkan adanya intercept konstanta dalam model
regersi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1 angka D-Wdi bawah -2 berarti ada autokorelasi positif 2 angka D-Wdi antara-2 sampai+2 berarti tidak ada autokorelasi
3 angka D-Wdi atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error
of the Estimate
Durbin- Watson
1 ,447
a
,200 ,124
12,642674 2,345 a. Predictors: Constant, ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable: ROA Sumber : Output SPSS , diolah Penulis, 2013
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 menunjukkan hasil dari uji autokorelasi variabel penelitian. Berdasarkan dari hasil uji autokolerasi, dapat dilihat bahwa dalam variabel
penelitian tidak terdapat autokolerasi yang ditunjukkan dari nilai Durbin – Watson D-W sebesar 2,345. Angka D-W berada diatas +2, yang
mengartikan bahwa terdapat autokorelasi negatif.
4.2.3 Analisis regresi a. Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan hasil uji asumsi klasik, disimpulkan bahwa model regresi yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model
estimasi yang Best Linear Unbiased Estimstor BLUE dan sudah layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya yaitu melakukan
pengujian hipotesis. Hasil pengolahan data dengan analisis regresi adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi
Coefficient
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant -17,998
8,800 -2,045 ,049
CR ,117
,046 ,490
2,559 ,015
WCT -,014
,011 -,213
-1,333 ,192 ITO
,888 ,835
,204 1,063
,296 a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka persamaan regresi linear berganda
sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Y =
a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e ROA
= -17,998 + 0,117 CR + -0,014 WCT + 0,888 ITO + e
Keterangan : 1
Konstansta sebesar -17,998 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel independen X1 = 0, X2 = 0 dan X3 = 0 maka ROA sebesar -
17,998, 2
β
1
sebesar 0,117 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Current Ratio sebesar 1 maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar 0,117 dengan
asumsi variabel lain tetap. 3
β
2
sebesar -0,014 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Working Capital Turnover sebesar 1 maka akan diikuti oleh penurunan ROA sebesar
0,014 dengan asumsi variabel lain tetap. 4
β
3
sebesar 0,888 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Inventory Turnover sebesar 1 maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar
0,888 dengan asumsin variabel lain tetap.
b. Analisis Koefisien determinasi
Nilai Koefisien Korelasi R menunjukkan seberapa besar korelasi atau hubungan antara variabel-variabel independen dengan variabel
dependen. Koefisien korelasi dikatakan kuat apabila nilai R diatas 0,5 dan mendekati 1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.6 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Sumber : Sugiyono, Metode penelitian Bisnis 2007: 183 Koefisien determinasi R square menunjukkan seberapa besar
variabel dependen. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu, apabila nilai R square semakin mendekati satu, maka variabel – variabel
independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen. Sebaliknya, semakin kecil nilai R
square , maka kemampuan variabel-variabel independen dalam menjalankan
variasi-variabel dependen semakin terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu R square akan meningkat setiap ada penambahan satu
variabel independen meskipun variabel independen tersebut tidak berpengaruh sognifikan terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of
the Estimate Durbin-
Watson 1 ,447
a
,200 ,124
12,642674 2,345
a. Predictors: Constant, ITO, WCT, CR b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Angka koefisien determinasi Adjusted R Square menunjukkan angka
0,124 atau 12,4, artinya hanya 12,4 variasi dari profitabilitas bisa Interval Koefisien
Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199
0,20 – 0,399 0,40 – 0,599
0,60 – 0,799 0,80 – 1,000
Sangat rendah Rendah
Sedang Kuat
Sangat kuat
Universitas Sumatera Utara
dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 87,6 dijelaskan oleh variasi atau faktor lain. Hal ini menunjukkan tingkat prediksi variabel
independen terhadap variabel dependen dikatakan rendah.
4.2.4. Pengujian hipotesis 1. Uji signifikansi parsial
Uji t bertujuan untuk menguji apakah suatu variabel bebas independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat
dependen secara parsial. Uji t menggunakan hipotesis seperti yang dijelaskan berikut ini.
H0: b1,b2,b3= 0, artinya likuiditas, perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh terhadap
profitabilitas secara parsial pada perusahaan industri garmen dan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Ha: b1,b2,b3 ≠0, artinya likuiditas, perputaran modal kerja dan
perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas secara parsial pada perusahaan industri garmen dan tekstil yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun kriteria pengujiannya yaitu: Ho diterima jika t hitung t tabel dan signifikansi 0,05
Ha diterima jikat hitung t tabel dan signifikansi 0,05
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Hasil Uji t
Coefficient
a
P a
a.Dependent Variable ; ROA Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Tabel 4.8 menunjukkan hasil pengujian statistik uji-t yang menjelaskan pengaruh variabel independen secara parsial sebagai
berikut : 1
Pengaruh likuiditas terhadap profitabilitas a
Nilai signifikansi sebesar 0,015 menunjukkan bahwa nilai Sig. untuk uji t secara parsial lebih kecil dari 0,05. Hasil penelitian
ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang membandingkan antar t hitung dengan t tabel yaitu bahwa Likuiditas secara
parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat Profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95.
b Variabel Likuiditas memiliki t hitung sebesar 2,559 dengan nilai
signifikansi 0,015 lebih kecil dari 0,05. Dengan menggunakan tabel t, diperoleh t tabel sebesar 2.03224. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa t hitung sebesar 2,559 lebih besar dari t tabel sebesar 2.03224 sehingga Ha diterima dan tolak Ho
dimana artinya, likuiditas mempunyai pengaruh secara parsial Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant -17,998
8,800 -2,045 ,049
CR ,117
,046 ,490
2,559 ,015 WCT
-,014 ,011
-,213 -1,333 ,192 ITO
,888 ,835
,204 1,063 ,296
Universitas Sumatera Utara
terhadap profitabilitas pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2 Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
a Nilai signifikansi sebesar 0.192 menunjukkan bahwa nilai Sig.
untuk uji t individual parsial lebih besar dari 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang
membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu perputaran modal kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95. b
Variabel perputaran modal kerja WCT memiliki t hitung sebesar -1,333 dengan nilai signifikansi sebesar 0.192 lebih
besar dari 0.05. Dengan mengggunakan t tabel, diperoleh bahwa t tabel sebesar 2.03224. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa t hitung sebesar -1,333 lebih kecil dari t tabel yaitu sebesar 2,03224 sehingga H
diterima dan Ha ditolak dimana artinya, perputaran modal kerja tidak berpengaruh
secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .
3 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas
a Nilai signifikansi sebesar 0.296 menunjukkan bahwa nilai Sig.
untuk uji t individual parsial lebih besar dari 0.05. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil pengujian statistik yang
membandingkan antara t hitung dengan t tabel yaitu perputaran
Universitas Sumatera Utara
modal kerja secara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada tingkat kepercayaan 95.
b Variabel perputaran modal kerja WCT memiliki t hitung
sebesar 1,063 dengan nilai signifikansi sebesar 0.296 lebih besar dari 0.05. Dengan mengggunakan t tabel, diperoleh
bahwa t tabel sebesar 2.03224. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa t hitung sebesar 1,063 lebih kecil dari t tabel yaitu
sebesar 2,03224 sehingga H diterima dan Ha ditolak dimana
artinya, perputaran persediaan tidak berpengaruh secara parsial terhadap profitabilitas pada perusahaan industri tekstil dan
garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Uji signifikansi simultan
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara bersama-sama simultan mempunyai pengaruh terhadap
variabel dependen. Pembuktian dilakukan dengan cara
membandingkan nilai kritis, F tabel dengan F hitung yang terdapat pada tabel analisis df variance. Dalam uji F digunakan hipotesis yang
disebutkan dibawah ini. H0: b1,b2,b3 = 0, artinya likuiditas, perputaran modal kerja dan
perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas secara simultan pada perusahaan industri tekstil
dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Ha: b1,b2,b3 ≠ 0, artinya likuiditas , perputaran modal kerja dan
perputaran persediaan mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas secara simultan pada perusahaan industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Kriteria pengujiannya yaitu:
Ho diterima jika Fhitung Ftabel dan signifikansi 0,05 Ha diterima jika Fhitung Ftabel dan signifikansi 0,05
Tabel 4.9 Hasil Uji F
Anova
Model Sum of Squares
Df Mean
Square F
Sig. Regression
1274,945 3
424,982 2,659
,065
a
Residual 5114,791
32 159,837
Total 6389,736
35 a. Predictors: Constant, ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013 Hasil uji F yang ditampilkan dalam tabel 4.9 menunjukkan
bahwa nilai F hitung adalah 2,659 dengan tingkat signifikansi 0,065 yang lebih besar dari 0,05 dengan menggunakan tabel F diperoleh
nilai F tabel sebesar 2,90112. Hal ini menunjukkan bahwa F hitung sebesar 2,659 lebih kecil dari F tabel yaitu sebesar 2,90112 sehingga
H diterima dan Ha ditolak, artinya variabel bebas yaitu likuiditas,
perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas secara simultan pada perusahaan
industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengujian secara parsial, variabel likuiditas yang diukur dengan current ratio menunjukkan hasil bahwa likuiditas di perusahaan industri tekstil dan
garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini ditunjukkan dalam tabel t
hitung
t
tabel
2,559 2,03224 dengan tingkat signifikan 0,015 0,05. Hasil output SPSS ini
menunjukkan kesimpulan yang sama dengan pernyataan dari Horne 2005: 224 yang menyatakan, “jika perusahaan mengetahui dengan pasti permintaan
penjualan di masa depan, penagihan piutang dan jadwal produksinya, maka perusahaan dapat mengatur jadwal maturitas hutangnya sehingga berhubungan
dengan jadwal arus kas bersih di masa yang akan datang, akibatnya laba akan maksimal dikarenakan tidak ada kebutuhan untuk menyimpan aktiva lancar”.
Variabel manajemen modal kerja yang diukur dengan working capital turnover
WCT dan inventory turnover ITO tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Hasil pengujian tersebut diperoleh melalui uji t, dimana
t
hitung
t
tabel
-1,333 2,03224 dengan tingkat signifikan 0,192 0,05 untuk WCT dan 1,063 2,03224 dengan tingkat signifikan 0,296 0,05 untuk ITO.
Hal ini berarti secara parsial, tidak setiap kenaikan WCT dan ITO akan diikuti oleh kenaikan atau penurunan profitabilitas ROA. Hal ini tidak sejalan dengan
pernyataan Tunggal 2000 : 195, “Makin pendek periode perputaran modal kerja,
makin cepat perputarannya sehingga perputaran modal kerja makin tinggi dan perusahaan makin efisien yang pada akhirnya profitabilitas semakin meningkat”,
dalam pernyataan tersebut Tunggal menyimpulkan bahwa perputaran modal kerja
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan menurut hasil output SPSS menunjukkan bahwa perputaran modal kerja tidak berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas. Hal ini juga berbeda dengan peneliti sebelumnya, dimana Nurhayati 2010 dalam kesimpulannya menyebutkan bahwa
perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan jika dilihat secara simultan global, dapat disimpulkan bahwa
likuiditas dan manajemen modal kerja perputaran modal kerja dan perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas ROA,
yang ditunjukkan dengan F
hitung
F
tabel
yaitu sebesar 2,659 2,90112 dengan tingkat signifikan 0,065 0,05. Angka koefisien determinasi Adjusted R Square
menunjukkan angka 0,124 atau 12,4, artinya hanya 12,4 variasi dari profitabilitas bisa dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 87,6
dijelaskan oleh variasi atau faktor lain. Hal ini menunjukkan tingkat prediksi variabel independen terhadap variabel dependen dikatakan rendah.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan