SEMARANG KOTA 01. KLHS PERUBAHAN RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH 2013 2018

IV.45 Tabel 4.12. Luas bendungan Ha dan JE Penyedia Air bersih di Provinsi Jawa Tengah No JE Penyedia Air Bersih Luas Bendung Persentas 1 sangat tinggi 55,33 3,3 2 tinggi 521,88 31,5 3 sedang 147,05 8,9 4 rendah 438,43 26,5 5 sangat rendah 491,83 29,7 Total 1.654,51 100,0 Gambar 4.18. Luas bendungan Ha dan JE Penyedia Air bersih di Provinsi Jawa Tengah IV.46 Gambar 4.19. Bendungan dan jasa Ekosistem Penyedia Pangan IV.47 Gambar 4.20. Embung dan Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan IV.48 Embung dalam gambar diatas terdapat di Provinsi Jawa tengah ada 17 embung. Lima embung di Kabupaten wonogiri terletak di ekoregion Perbukitan Solusional Karst. Berdasarkan JE Penyedia air bersih diketahui bahwa 5 embung pada JE air bersih sedang; rendah sebanyak 2 embung; tinggi 4 ; sangat tinggi 4 dan sangat rendah 2. Pembangunan embung yang ada di harapkan ke depan dapat meningkatkan pelayanan pengairan untuk pertanian dan juga untuk kebutuhan lain. Sehingga pada musim kemarau dapat mengatasi kekurangan air yang ada. Tabel 4.13. Embung Di Provinsi Jawa Tengah No Keterangan Kecamatan Kab. Satuan Ekoregion Kelas JE Pangan Kelas JE Penyedia Air bersih 1 Embung Mesu Pracimantoro Wonogiri Perbukitan Solusional Karst Rendah Sedang 2 Doya Pracimantoro Wonogiri Perbukitan Solusional Karst Sedang Sedang 3 Boto Giritontro Wonogiri Perbukitan Solusional Karst Rendah Sedang 4 Pego Giritontro Wonogiri Perbukitan Solusional Karst Sedang Sedang 5 Ngunduk Giritontro Wonogiri Perbukitan Solusional Karst Sedang Rendah 6 Song Ireng Pracimantoro Wonogiri Lembah antar perbukitanPegunun gan Solusional Karst Rendah Tinggi 7 Embung Krikilan Bayat Klaten Perbukitan Struktural Patahan Sedang Rendah 8 Mranggen Jatinom Klaten Kaki Gunungapi Tinggi Sedang 9 Embung Tarubasan KarangAnom Klaten Dataran Kaki Gunungapi Sangat Tinggi Tinggi 10 Embung Pete Masaran Sragen Dataran Fluvial Sangat Tinggi Sangat Tinggi 11 Embung Bumiaji Sambungmacan Sragen Dataran Kaki Gunungapi Rendah Sangat Rendah 12 Dukuhdamu Lebaksiu Tegal Dataran Fluvial Sangat Tinggi Sangat Tinggi 13 Kaligelang Taman Pemalang Dataran Fluvial Sangat Tinggi Tinggi 14 Embung Margapadang Tarub Tegal Dataran Fluvial Sangat Tinggi Sangat Tinggi 15 Ronggomulyo Sumber Rembang Lembah antar perbukitanPegunun gan Lipatan Intermountain Basin Rendah Sangat Rendah 16 Dukuhmulyo Jakenan Pati Dataran Fluvial Sangat Tinggi Tinggi 17 Sembaturangun g Jakenan Pati Dataran Fluvial Sangat Tinggi Sangat Tinggi IV.49

4.2.2.5 Pengembangan Intake

Pengembangan Intake yang ada di Provinai Jawa Tengah yaitu intake Jembangan Pejengkolan di Kabupaten Kebumen. Intake ini memiliki luas sebesar 5575,2 m 2 . Tutupan lahan yang digunakan untuk pengembangan intake ini meliputi hutan tanaman yang memiliki Jasa ekosistem penyedia air bersih sedang seluas 4595,3 m2 , sungai yang memiliki jasa penyedia air bersih tinggi seluas 189,6 m2 , dan danautegalan dengan jasa ekosistem penyedia air tinggi seluas 790,3 m2. Pembangunan intake ini dimaksudkan untuk pemenuhan penyediaan air bersih di Kabupaten Kebumen. Tabel 4.14. Luas intake dan JE Penyedia Air Bersih No Tutupan Lahan Jasa Ekosistem Penyedia Air Luas m 2 1 Hutan Tanaman Sedang 4595,3 2 Sungai Tinggi 189,6 3 DanauTegalan Tinggi 790,3 Total 5575,2 Gambar 4.21. Intake dan JE Penyedia Air Bersih IV.50 4.2.2.6 Pengembangan TPA Regional Pengembangan TPA Regional di Magelang terletak pada ekoregion kaki gunung api dan dataran kaki gunung api. Rencana TPA ini menempati tutupan tanaman semusin lahan kering yang didominasi tanaman singkong. Dengan demikian keberadaan TPA ini kurang berpengaruh terhadap produksi lahan pertanian. Berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, lokasi TPA Magelang ini dalam jarak dua tahun, emisinya masih kecil. Perlu diingat CH4 di sampah menghasilkan emisi secara FOD First Order Decay sehingga setahun sama dengan 0. Tahun berikutnya juga sangat kecil sehingga dampaknya masih kecil. Dari sisi lokasi, TPA ini tidak terdapat daerah lindungcagar alam disekitarnya sehingga habitat biologis yang ada cukup rendah. Gambar 4.22 TPA Regional Magelang dan Ekoregion di Provinsi Jawa Tengah IV.51 Gambar 4.23. TPA Regional Magelang denga JE Pangan di Provinsi Jawa Tengah.

4.2.2.7 Analisis Bandara Wirasaba

Bandar Udara Wirasaba terletak di Purbalingga, Jawa Tengah. Bandar Udara Wirasaba merupakan bandara militer yang dikelola oleh TNI AU. Bandara ini terletak pada ekoregion dataran fluvial, sehingga merupakan tanah yang subur. Berdasarkan lokasinya terhadap JE Pangan, diketahui bahwa pengembangan bandara Wirasaba banyak menempati JE Pangan sangat tinggi. Dengan tutupan lahan didominasi tanaman semusim lahan basah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian untuk kedepannya. IV.52 Gambar.4.24 Bandara Wirasaba dengan JE Pangan Gambar 4.25. Bandara Wirasaba dengan Tutupan Lahan IV.53 Gambar 4.26 Bandara Wirasaba dengan JE Penyedia Air Bersih Terkait dengan lokasinya di dataran fluvial, maka lokasi bandara ini merrupakan daerah dengan JE penyedia air bersih yang sangat tinggi. Berubah lahan dari pertanian ke lahan non pertanian akan dapat berperngaruh terhadap ketersediaan air tanah. IV.54 Gambar 4.27 Bandara Wirasaba dengan JE Pendukung Biodiversity Apabila dilihat lokasi bandara wirasaba dengan JE Pendukung Biodiversity dapat diketahui bahwa lokasi pengembangan bandara merupakan daerah JE pendukung biodiversity pada kelas sedang. Jadi boleh dikatakan kurang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati

4.2.2.8 BANDARA AHMAD YANI

Bandar Udara Achmad terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bandara ini terletak pada ekoregion dataran pantai. Topografi daerah ini dataran dengan morfologi atau relief datar, dan kemiringan lereng secara umum 0,3 . Kondisi air tanah umumnya berasa payau hingga asin. Perlu diwaspadai bahaya banjir fluvial pada musim hujan dan banjir rob pada musim kemarau. IV.55 Gambar 4.28 Bandara Ahmad Yani dengan Ekoregion IV.56 Gambar 4.29 Bandara Ahmad Yani dengan Tutupan Lahan Berdasarkan tutupan lahannya, pengembangan bandara ahmad yani akan menempati kolam air asinpayau. Pada ekoregion ini mempunyai jasa ekosistem penyediaan untuk pengembangan lahan tambak bandeng maupun udang. IV.57 Gambar 4.30 Bandara Ahmad Yani dengan JE Pangan Berdasarkan jasa ekosistem penyedia pangan, pengembangan bandara ahmad yani akan menempati JE pangan pada kelas rendah. Dengan demikian kurang berpengaruh terhadap produksi pertanian, khususnya pangan. IV.58 Gambar. Bandara Ahmad Yani dengan JE Penyedia Air Bersih Pengembangan Bandara Ahmad Yani akan menenpati Jasa Ekosistem JE penyedia air bersih pada kelas sangat rendah. Sehingga pengembangan bandara ini kurang berpengaruh terhadap ketersediaan air. IV.59 Gambar. Bandara Ahmad Yani dengan JE Pendukung Biodiversity Pengembangan Bandara ahmad yani, apabila dilihat dari jasa pendukung biodiversity, memiliki JE biodiversity yang rendah. Keanekaragaman hayati yang ada adalah ekosistem mangrove.

4.2.3 Penghitungan Daya Dukung

Berdasarkan beberapa isu tentang dampak program kegiatan Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 maka dilakukan penghitungan berdasarkan data kondisi Tahun 2014 tentang daya dukung pertanian yaitu : 1. Daya dukung wilayah pertanian menggambarkan tentang suatu daerah masih mampu berswasembada pangan apa tidak dengan rumus : DD wilayah pertanian = LLPJPKfmPr x 100 Keterangan : LLP = luas lahan panen ha JP = jumlah penduduk jiwa IV.60 Kfm = kebutuhan fisik minimum kgkapitathn Pr = produksi rata-rata lahan per ha kgha Jika DD wilayah pertanian 1 maka menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu berswasembada pangan. Di sini dilakukan perhitungan pertanian dan hasil yang didapat menunjukkan bahwa 6 kota yang ada di Jawa Tengah semuanya tidak mungkin berswasembada pangan, hal ini karena luas lahan sawah di kota tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Sedangkan untuk 29 kabupaten menunjukkan angka DD wilayah pertanian antara 1,74 sampai 7,28 di mana terendah ditunjukkan oleh Kabupaten Kudus dan tertinggi adalah Kabupaten Sragen. 2. Rasio Kemampuan DD Pertanian menggambarkan kemampuan wilayah untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dengan rumus : Rasio Kemampuan DD Pertanian = A x r H x h x F Keterangan : A = jumlah total area yg digunakan untuk pertanian R = frekuensi panen per ha per tahun H = jumlah KK H = jumlah penduduk yg tinggal F = ukuran lahan pertanian yg dimiliki petani Jika Rasio Kemampuan DD Pertanian 1 maka wilayah tersebut memiliki kemampuan untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk, begitu pula sebaliknya jika 1 maka wilayah tersebut tidak mampu untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk. Berdasarkan hasil penghitungan maka ada 5 kota yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok penduduknya ditambah dengan 3 kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara, Wonosobo dan Temanggung. Untuk kota hal tersebut adalah wajar karena wilayah kota biasanya terbatas untuk lahan pertanian, sedangkan untuk 3 kabupaten tersebut disebabkan karena kebanyakan wilayah ditanami oleh kentang dan sudah mengalami degradasi lahan. Untuk hasil penghitungan Daya dukung wilayah pertanian dan Rasio kemampuan DD pertanian sebagai dalam tabel sebagai berikut : IV.61 Tabel 4.15 penghitungan Daya dukung wilayah pertanian dan Rasio kemampuan DD pertanian KabupatenKota se Jawa Tengah KabupatenKota DD Wilayah Pertanian Rasio Kemampuan DD Pertanian -1 -2 -3 01. Kab. Cilacap 4,502309722 1,987212374 02. Kab. Banyumas 2,105497361 1,401980098 03. Kab. Purbalingga 2,185031383 1,196238739 04. Kab. Banjarnegara 1,766041834 0,509145449 05. Kab. Kebumen 3,889301339 1,456107335 06. Kab. Purworejo 4,718920772 1,733815388 07. Kab. Wonosobo 2,212195528 0,586215998 08. Kab. Magelang 3,064758854 1,331768466 09. Kab. Boyolali 2,906711752 1,215035141 10. Kab. Klaten 3,36801894 2,204493337 11. Kab. Sukoharjo 4,086924892 4,040920226 12. Kab. Wonogiri 3,869321897 0,932148887 13. Kab. Karanganyar 3,809422645 1,911163111 14. Kab. Sragen 7,285752962 1,952639139 15. Kab. Grobogan 4,657314454 1,403760734 16. Kab. Blora 5,171163182 1,832515209 17. Kab. Rembang 3,057734821 1,320006174 18. Kab. Pati 4,461729712 1,854145002 19. Kab. Kudus 1,74376511 5,011803995 20. Kab. Jepara 1,90117746 3,567335471 21. Kab. Demak 5,550947602 2,602555719 22. Kab. Semarang 2,435643152 1,042034933 23. Kab. Temanggung 2,410481316 0,96722038 24. Kab. Kendal 2,829721523 1,088103807 25. Kab. Batang 2,735663433 1,592634832 26. Kab. Pekalongan 2,221118939 2,35041235 27. Kab. Pemalang 3,641457341 1,382878579 28. Kab. Tegal 2,354776527 2,263727439 29. Kab. Brebes 3,574353421 1,652975952 30. Kota Magelang 0,285307113 4,599021155 31. Kota Surakarta 0,020405962 0,378803063

IV.62 KabupatenKota

DD Wilayah Pertanian Rasio Kemampuan DD Pertanian -1 -2 -3 32. Kota Salatiga 0,476646262 0,878939161 33. Kota Semarang 0,166217057 0,824625798 34. Kota Pekalongan 0,319161107 1,343721053 35. Kota Tegal 0,164425261 0,808000176

4.3 Hasil Kajian Muatan KLHS

Hasil identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana danatau Program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup, meliputi: 1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup; 3. Kinerja layananjasa ekosistem; 4. Tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya alam; 5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; danatau 6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Tahapan kajian muatan KLHS dilakukan bersama dengan Tim Pokja PL dengan hasil sebagaimana terlampir dalam tabel berikut : IV.63 Tabel 4.16. Deskripsi Kajian Indikasi Program Prioritas Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013- 2018 Terhadap Muatan KLH NO NAMA PROGRAM MUATAN KLHS Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Kinerja Pelayanan Jasa Ekosistem Efisiensi Pemanfaatan SD Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Perubahan Iklim Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan. Pangan Air bersih Keanekaragaman hayati Emisi GRK • Masyarakat pengguna jalan akan dimudahkan untuk menuju ke lokasi tujuan dengan alternatif jalan yang semakin banyak. Kegiatan pembangunan jalan dan jembatan juga memberikan dampak negatif bagi mayarakat terutama masyarakat yang tinggal di sekitar lokasiproyek karena meningkatnya kebisingan dan polusi udara • Adanya proses cut di beberapa lokasi enyebabkan kemungkinan longsor • Bertambahnya jumlah kendaraan maka akan bertambah jumlah penggunaan bbm dan hal tersebut akan menyebabkan peningkatan emisi Penurunan produktifitas pangan Penurunan kualitas air Akan memanfaatkan SD Alam sebagai bahan baku mulai dari tanah, kerikil dan batu pembukaan lahan untuk jalan tol ini akan merubah tutupan lahan sehingga berkontribusi meningkatkan emisi GRK, sedangkan untuk kehilangan sawah akan meningkatkan kerentanan terhadap perubahan iklim dan produksi pangan menurun Penurunan jumlah dan jenis flora fauna Perubahan lingkungan ekosistem hayati

IV.64 NO

NAMA MUATAN KLHS Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Kinerja Pelayanan Jasa Ekosistem Efisiensi Pemanfaatan SD Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Perubahan Ikli Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman H ti 2. Program Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan. Keanekaragaman hayati Emisi GRK • Memperlancar transportasi dan kemudahan dalam menjalankan aktifitas ekonomi. Kondisi jalan yang semakin lebar dan baik akan menyebabkan semakin banyak kendaraan yang melewati dan hal tersebut akan mengakibatkan pada kebisingan, penurunan kualitas udara dan peningkatan emisi gas rumah kaca • Kondisi jalan yang baik akan memicu terjadinya alih fungsi lahan di sekitarnya utamanya sawah menjadi permukiman • Kemungkinan akan meningkatkan kejadian kecelakaan lalu lintas Penurunan kualitas udara dan kebisingan Akan memanfaatkan SD Alam sebagai bahan baku mulai dari tanah, kerikil dan batu Pelebaran jalan yang direncanakan 2-4 m akan akan menebang tanaman turus jalan sehingga berkontribusi meningkatkan emisi GRK Penurunan jumlah dan jenis flora fauna Perubahan lingkungan ekosistem hayati

IV.65 NO

NAMA PROGRAM MUATAN KLHS Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Kinerja Pelayanan Jasa Ekosistem Efisiensi Pemanfaatan SD Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Perubahan Ikli Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman H ti 3. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai, Danau dan Sumber Daya Air Lainnya Perubahan lahan • Peningkatan pelayanan air untuk sawah dan peningkatan air baku penduduk • Mengurangi run off karena akan masuk di wadukembung • Kekhawatiran konflik kepentingan antara air baku, PLTA ataupun untuk sawah Penurunan kualitas tanah dan udara pada saat pembangunan Akan menggunakan SD Alam sebagai bahan baku saat pembangunan Akan menimbulkan emisi tetapi kecil karena kemungkinan merubah tutupan lahan juga kecil Peningkatan kehati khususnya di dalam air dan sawah

IV.66 NO

NAMA PROGRAM MUATAN KLHS Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Kinerja Pelayanan Jasa Ekosistem Efisiensi Pemanfaatan SD Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Perubahan Ikli Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman H ti 4. Program Peningkatan Kinerja Pengelolaan Air Minum Dan Sanitasi. Perubahan lahan Air bersih • Penurunan kualitas udara karena transportasi sampah ke TPA • Berkurangnya luasan resapan air karena berubah menjadi TPA • Pencemaran air dan tanah dari TPA • Berkurangnya cadangan air tanah darisumber Penjengkolan • Peningkatan pelayanan air bersih • Peningkatan pelayanan persampahan • Penurunan kualitas udara, air, tanah • Penurunan produktifitas tanaman di sekitar TPA • Penurunan cadangan air bersih • Akan menggunakan material untuk melakukan pengurukan karena adanya beda tinggi dan untuk bangunan fasilitas lainnya • Mengambilan air tanah • TPA Magelang tidak dimasukkan karena dalam jarak dua tahun, emisinya akan kecil. Perlu diingat CH4 di sampah menghasilkan emisi secara FOD First Order Decay sehingga setahun sama dengan 0. Tahun berikutnya juga sangat kecil sehingga diabaikan. • SPAM tidak akan memberikan dampak pada munculnya emisi • Penurunan jumlah dan jenis flora fauna • Perubahan lingkungan ekosistem hayati

IV.67 NO

NAMA PROGRAM MUATAN KLHS Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Kinerja Pelayanan Jasa Ekosistem Efisiensi Pemanfaatan SD Alam Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi Perubahan Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman PERHUBUNGA N 5. Program Pengembangan Perhubungan Darat Peningkatan emisi GRK • Kemudahan masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum • Peningkatan akses masyarakat menuju antar kawasan • Peningkatan keselamatan pengguna jalan • Arus lalu lintas akan semakin ramai dan • kemungkinan terjadi kecelakaan lalin • Peningkatan kebisingan Penurunan kualitas udara Tidak ada penggunakan SD Alam karena menggunakan akses jalan yang sudah ada Perluasan dan peningkatan program BRT menjadi strategi tidak hanya untuk menyelesaikan permasalahan transportasi tetapi juga untuk mengendalikan emisi GRK. Tidak ada perubahan kehati karena penggunakan akses jalan yang sudah ada 6. Program Pengembangan Perhubungan Udara Alih fungsi lahan Mengganggu mengurangi potensi air tanah • Peningkatan pelayanan penggunaan layanan transportasi udara di wilayah barat Jawa Tengah • Akan terjadi kebisingan • Ketakutan adanya kemungkinan kecelakaan pesawat • Mengurangi jumlah air yang akan meresap • Penurunan kualitas udara bbm pesawat dan kebisingan suara Akan membangun landasan dan gedung penunjang bandara akan menggunakan SD Alam sebagai bahan baku Penambahan emisi GRK karena penggunaan bahan bakar untuk pesawat • Penurunan jumlah dan jenis flora fauna • Perubahan lingkungan ekosistem hayati