IV.45
Tabel 4.12. Luas bendungan Ha dan JE Penyedia Air bersih di Provinsi Jawa Tengah
No JE Penyedia Air Bersih
Luas Bendung
Persentas
1 sangat tinggi 55,33
3,3 2 tinggi
521,88 31,5
3 sedang 147,05
8,9 4 rendah
438,43 26,5
5 sangat rendah 491,83
29,7 Total
1.654,51 100,0
Gambar 4.18. Luas bendungan Ha dan JE Penyedia Air bersih di Provinsi Jawa Tengah
IV.46
Gambar 4.19. Bendungan dan jasa Ekosistem Penyedia Pangan
IV.47
Gambar 4.20. Embung dan Jasa Ekosistem Penyedia Bahan Pangan
IV.48
Embung dalam gambar diatas terdapat di Provinsi Jawa tengah ada 17 embung. Lima embung di Kabupaten wonogiri terletak di ekoregion Perbukitan Solusional
Karst. Berdasarkan JE Penyedia air bersih diketahui bahwa 5 embung pada JE air bersih sedang; rendah sebanyak 2 embung; tinggi 4 ; sangat tinggi 4 dan sangat rendah
2. Pembangunan embung yang ada di harapkan ke depan dapat meningkatkan pelayanan pengairan untuk pertanian dan juga untuk kebutuhan lain. Sehingga pada
musim kemarau dapat mengatasi kekurangan air yang ada.
Tabel 4.13. Embung Di Provinsi Jawa Tengah
No Keterangan
Kecamatan Kab.
Satuan Ekoregion Kelas JE
Pangan
Kelas JE Penyedia Air
bersih
1 Embung Mesu
Pracimantoro Wonogiri
Perbukitan Solusional Karst
Rendah Sedang
2 Doya
Pracimantoro Wonogiri
Perbukitan Solusional Karst
Sedang Sedang
3 Boto
Giritontro Wonogiri
Perbukitan Solusional Karst
Rendah Sedang
4 Pego
Giritontro Wonogiri
Perbukitan Solusional Karst
Sedang Sedang
5 Ngunduk
Giritontro Wonogiri
Perbukitan Solusional Karst
Sedang Rendah
6 Song Ireng
Pracimantoro Wonogiri
Lembah antar perbukitanPegunun
gan Solusional Karst Rendah
Tinggi 7
Embung Krikilan Bayat
Klaten Perbukitan
Struktural Patahan Sedang
Rendah 8
Mranggen Jatinom
Klaten Kaki Gunungapi
Tinggi Sedang
9 Embung
Tarubasan KarangAnom
Klaten Dataran Kaki
Gunungapi Sangat
Tinggi Tinggi
10 Embung Pete
Masaran Sragen
Dataran Fluvial Sangat
Tinggi Sangat Tinggi
11 Embung Bumiaji
Sambungmacan Sragen
Dataran Kaki Gunungapi
Rendah Sangat
Rendah 12
Dukuhdamu Lebaksiu
Tegal Dataran Fluvial
Sangat Tinggi
Sangat Tinggi 13
Kaligelang Taman
Pemalang Dataran Fluvial
Sangat Tinggi
Tinggi 14
Embung Margapadang
Tarub Tegal
Dataran Fluvial Sangat
Tinggi Sangat Tinggi
15 Ronggomulyo
Sumber Rembang
Lembah antar perbukitanPegunun
gan Lipatan Intermountain
Basin
Rendah Sangat
Rendah 16
Dukuhmulyo Jakenan
Pati Dataran Fluvial
Sangat Tinggi
Tinggi 17
Sembaturangun g
Jakenan Pati
Dataran Fluvial Sangat
Tinggi Sangat Tinggi
IV.49
4.2.2.5 Pengembangan Intake
Pengembangan Intake yang ada di Provinai Jawa Tengah yaitu intake Jembangan Pejengkolan di Kabupaten Kebumen. Intake ini memiliki luas sebesar
5575,2 m 2
. Tutupan lahan yang digunakan untuk pengembangan intake ini meliputi hutan tanaman yang memiliki Jasa ekosistem penyedia air bersih sedang seluas
4595,3 m2 , sungai yang memiliki jasa penyedia air bersih tinggi seluas 189,6 m2 , dan danautegalan dengan jasa ekosistem penyedia air tinggi seluas 790,3 m2.
Pembangunan intake ini dimaksudkan untuk pemenuhan penyediaan air bersih di Kabupaten Kebumen.
Tabel 4.14. Luas intake dan JE Penyedia Air Bersih No
Tutupan Lahan
Jasa Ekosistem Penyedia Air
Luas m
2
1 Hutan Tanaman
Sedang 4595,3
2 Sungai
Tinggi 189,6
3 DanauTegalan
Tinggi 790,3
Total 5575,2
Gambar 4.21. Intake dan JE Penyedia Air Bersih
IV.50
4.2.2.6
Pengembangan TPA Regional
Pengembangan TPA Regional di Magelang terletak pada ekoregion kaki gunung api dan dataran kaki gunung api. Rencana TPA
ini menempati tutupan tanaman semusin lahan kering yang didominasi tanaman singkong. Dengan demikian keberadaan TPA ini
kurang berpengaruh terhadap produksi lahan pertanian. Berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim, lokasi TPA Magelang ini dalam jarak dua tahun, emisinya masih kecil. Perlu diingat CH4 di sampah menghasilkan
emisi secara FOD First Order Decay sehingga setahun sama dengan 0. Tahun berikutnya juga sangat kecil sehingga dampaknya masih kecil.
Dari sisi lokasi, TPA ini tidak terdapat daerah lindungcagar alam disekitarnya sehingga habitat biologis yang ada cukup rendah.
Gambar 4.22 TPA Regional Magelang dan Ekoregion di Provinsi Jawa Tengah
IV.51
Gambar 4.23. TPA Regional Magelang denga JE Pangan di Provinsi Jawa Tengah.
4.2.2.7 Analisis Bandara Wirasaba
Bandar Udara Wirasaba terletak di Purbalingga, Jawa Tengah. Bandar Udara Wirasaba merupakan bandara militer yang dikelola oleh TNI AU. Bandara ini terletak
pada ekoregion dataran fluvial, sehingga merupakan tanah yang subur. Berdasarkan lokasinya terhadap JE Pangan, diketahui bahwa pengembangan bandara Wirasaba
banyak menempati JE Pangan sangat tinggi. Dengan tutupan lahan didominasi tanaman semusim lahan basah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian untuk
kedepannya.
IV.52
Gambar.4.24 Bandara Wirasaba dengan JE Pangan
Gambar 4.25. Bandara Wirasaba dengan Tutupan Lahan
IV.53
Gambar 4.26 Bandara Wirasaba dengan JE Penyedia Air Bersih
Terkait dengan lokasinya di dataran fluvial, maka lokasi bandara ini merrupakan daerah dengan JE penyedia air bersih yang sangat tinggi. Berubah
lahan dari pertanian ke lahan non pertanian akan dapat berperngaruh terhadap ketersediaan air tanah.
IV.54
Gambar 4.27 Bandara Wirasaba dengan JE Pendukung Biodiversity
Apabila dilihat lokasi bandara wirasaba dengan JE Pendukung Biodiversity dapat diketahui bahwa lokasi pengembangan bandara merupakan daerah JE pendukung
biodiversity pada kelas sedang. Jadi boleh dikatakan kurang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati
4.2.2.8 BANDARA AHMAD YANI
Bandar Udara Achmad terletak di Kota Semarang, Jawa Tengah. Bandara ini terletak pada ekoregion dataran pantai. Topografi daerah ini dataran dengan
morfologi atau relief datar, dan kemiringan lereng secara umum 0,3 . Kondisi air tanah umumnya berasa payau hingga asin. Perlu diwaspadai bahaya banjir fluvial pada musim
hujan dan banjir rob pada musim kemarau.
IV.55
Gambar 4.28 Bandara Ahmad Yani dengan Ekoregion
IV.56
Gambar 4.29 Bandara Ahmad Yani dengan Tutupan Lahan
Berdasarkan tutupan lahannya, pengembangan bandara ahmad yani akan menempati kolam air asinpayau. Pada ekoregion ini mempunyai jasa ekosistem
penyediaan untuk pengembangan lahan tambak bandeng maupun udang.
IV.57
Gambar 4.30 Bandara Ahmad Yani dengan JE Pangan
Berdasarkan jasa ekosistem penyedia pangan, pengembangan bandara ahmad yani akan menempati JE pangan pada kelas rendah. Dengan demikian kurang berpengaruh
terhadap produksi pertanian, khususnya pangan.
IV.58
Gambar. Bandara Ahmad Yani dengan JE Penyedia Air Bersih
Pengembangan Bandara Ahmad Yani akan menenpati Jasa Ekosistem JE penyedia air bersih pada kelas sangat rendah. Sehingga pengembangan bandara ini
kurang berpengaruh terhadap ketersediaan air.
IV.59
Gambar. Bandara Ahmad Yani dengan JE Pendukung Biodiversity
Pengembangan Bandara ahmad yani, apabila dilihat dari jasa pendukung biodiversity, memiliki JE biodiversity yang rendah. Keanekaragaman hayati yang ada
adalah ekosistem mangrove.
4.2.3 Penghitungan Daya Dukung
Berdasarkan beberapa isu tentang dampak program kegiatan Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 maka dilakukan penghitungan berdasarkan data kondisi Tahun
2014 tentang daya dukung pertanian yaitu :
1. Daya dukung wilayah pertanian menggambarkan tentang suatu daerah masih mampu berswasembada pangan apa tidak dengan rumus :
DD wilayah pertanian = LLPJPKfmPr x 100 Keterangan :
LLP = luas lahan panen ha JP = jumlah penduduk jiwa
IV.60
Kfm = kebutuhan fisik minimum kgkapitathn Pr = produksi rata-rata lahan per ha kgha
Jika DD wilayah pertanian 1 maka menunjukkan bahwa wilayah tersebut mampu berswasembada pangan.
Di sini dilakukan perhitungan pertanian dan hasil yang didapat menunjukkan bahwa 6 kota yang ada di Jawa Tengah semuanya tidak mungkin berswasembada pangan, hal
ini karena luas lahan sawah di kota tidak sebanding dengan jumlah penduduk. Sedangkan untuk 29 kabupaten menunjukkan angka DD wilayah pertanian antara 1,74
sampai 7,28 di mana terendah ditunjukkan oleh Kabupaten Kudus dan tertinggi adalah Kabupaten Sragen.
2. Rasio Kemampuan DD Pertanian menggambarkan kemampuan wilayah untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk dengan rumus :
Rasio Kemampuan DD Pertanian = A x r H x h x F Keterangan :
A = jumlah total area yg digunakan untuk pertanian R = frekuensi panen per ha per tahun
H = jumlah KK H = jumlah penduduk yg tinggal
F = ukuran lahan pertanian yg dimiliki petani Jika Rasio Kemampuan DD Pertanian 1 maka wilayah tersebut memiliki kemampuan
untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk, begitu pula sebaliknya jika 1 maka wilayah tersebut tidak mampu untuk mendukung kebutuhan pokok penduduk.
Berdasarkan hasil penghitungan maka ada 5 kota yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok penduduknya ditambah dengan 3 kabupaten yaitu Kabupaten Banjarnegara,
Wonosobo dan Temanggung. Untuk kota hal tersebut adalah wajar karena wilayah kota biasanya terbatas untuk lahan pertanian, sedangkan untuk 3 kabupaten tersebut
disebabkan karena kebanyakan wilayah ditanami oleh kentang dan sudah mengalami degradasi lahan.
Untuk hasil penghitungan Daya dukung wilayah pertanian dan Rasio kemampuan DD pertanian sebagai dalam tabel sebagai berikut :
IV.61
Tabel 4.15 penghitungan Daya dukung wilayah pertanian dan Rasio kemampuan DD pertanian
KabupatenKota se Jawa Tengah
KabupatenKota DD Wilayah Pertanian
Rasio Kemampuan DD Pertanian
-1 -2
-3
01. Kab. Cilacap 4,502309722
1,987212374 02. Kab. Banyumas
2,105497361 1,401980098
03. Kab. Purbalingga 2,185031383
1,196238739 04. Kab. Banjarnegara
1,766041834 0,509145449
05. Kab. Kebumen 3,889301339
1,456107335 06. Kab. Purworejo
4,718920772 1,733815388
07. Kab. Wonosobo 2,212195528
0,586215998 08. Kab. Magelang
3,064758854 1,331768466
09. Kab. Boyolali 2,906711752
1,215035141 10. Kab. Klaten
3,36801894 2,204493337
11. Kab. Sukoharjo 4,086924892
4,040920226 12. Kab. Wonogiri
3,869321897 0,932148887
13. Kab. Karanganyar 3,809422645
1,911163111 14. Kab. Sragen
7,285752962 1,952639139
15. Kab. Grobogan 4,657314454
1,403760734 16. Kab. Blora
5,171163182 1,832515209
17. Kab. Rembang 3,057734821
1,320006174 18. Kab. Pati
4,461729712 1,854145002
19. Kab. Kudus 1,74376511
5,011803995 20. Kab. Jepara
1,90117746 3,567335471
21. Kab. Demak 5,550947602
2,602555719 22. Kab. Semarang
2,435643152 1,042034933
23. Kab. Temanggung 2,410481316
0,96722038 24. Kab. Kendal
2,829721523 1,088103807
25. Kab. Batang 2,735663433
1,592634832 26. Kab. Pekalongan
2,221118939 2,35041235
27. Kab. Pemalang 3,641457341
1,382878579 28. Kab. Tegal
2,354776527 2,263727439
29. Kab. Brebes 3,574353421
1,652975952 30. Kota Magelang
0,285307113 4,599021155
31. Kota Surakarta 0,020405962
0,378803063
IV.62 KabupatenKota
DD Wilayah Pertanian Rasio Kemampuan
DD Pertanian -1
-2 -3
32. Kota Salatiga 0,476646262
0,878939161 33. Kota Semarang
0,166217057 0,824625798
34. Kota Pekalongan 0,319161107
1,343721053 35. Kota Tegal
0,164425261 0,808000176
4.3 Hasil Kajian Muatan KLHS
Hasil identifikasi materi muatan Kebijakan, Rencana danatau Program yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi lingkungan hidup,
meliputi:
1.
Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
2.
Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup;
3.
Kinerja layananjasa ekosistem;
4.
Tingkat efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5.
Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim; danatau
6.
Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Tahapan kajian muatan KLHS dilakukan bersama dengan Tim Pokja PL
dengan hasil sebagaimana terlampir dalam tabel berikut :
IV.63
Tabel 4.16. Deskripsi Kajian Indikasi Program Prioritas Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013- 2018 Terhadap Muatan KLH
NO NAMA
PROGRAM MUATAN KLHS
Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Perkiraan Mengenai Dampak
dan Resiko Lingkungan Kinerja
Pelayanan Jasa Ekosistem
Efisiensi Pemanfaatan SD
Alam Tingkat Kerentanan
dan Kapasitas Adaptasi Perubahan
Iklim Tingkat Ketahanan
dan Potensi Keanekaragaman
Hayati PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
RUANG
1. Program
Pembangunan Jalan dan
Jembatan. Pangan
Air bersih
Keanekaragaman hayati
Emisi GRK • Masyarakat pengguna jalan
akan dimudahkan untuk menuju ke lokasi tujuan
dengan alternatif jalan yang semakin banyak. Kegiatan
pembangunan jalan dan jembatan juga memberikan
dampak negatif bagi mayarakat terutama
masyarakat yang tinggal di sekitar lokasiproyek karena
meningkatnya kebisingan dan polusi udara
• Adanya proses cut di beberapa lokasi enyebabkan
kemungkinan longsor • Bertambahnya jumlah
kendaraan maka akan bertambah jumlah
penggunaan bbm dan hal tersebut akan menyebabkan
peningkatan emisi Penurunan
produktifitas pangan
Penurunan kualitas air
Akan memanfaatkan SD
Alam sebagai bahan baku mulai
dari tanah, kerikil dan batu
pembukaan lahan untuk jalan tol ini akan
merubah tutupan lahan sehingga berkontribusi
meningkatkan emisi GRK, sedangkan untuk
kehilangan sawah akan meningkatkan
kerentanan terhadap perubahan iklim dan
produksi pangan menurun
Penurunan jumlah dan jenis flora fauna
Perubahan lingkungan
ekosistem hayati
IV.64 NO
NAMA MUATAN KLHS
Daya Dukung dan Daya Tampung
Lingkungan Perkiraan Mengenai
Dampak dan Resiko Lingkungan
Kinerja Pelayanan Jasa
Ekosistem Efisiensi
Pemanfaatan SD Alam
Tingkat Kerentanan dan Kapasitas
Adaptasi Perubahan Ikli
Tingkat Ketahanan dan Potensi
Keanekaragaman H
ti
2. Program
Peningkatan Jalan dan
Penggantian Jembatan.
Keanekaragaman hayati
Emisi GRK • Memperlancar transportasi
dan kemudahan dalam menjalankan aktifitas
ekonomi. Kondisi jalan yang semakin lebar dan baik
akan menyebabkan semakin banyak kendaraan
yang melewati dan hal tersebut akan
mengakibatkan pada kebisingan, penurunan
kualitas udara dan peningkatan emisi gas
rumah kaca
• Kondisi jalan yang baik akan memicu terjadinya alih
fungsi lahan di sekitarnya utamanya sawah menjadi
permukiman
• Kemungkinan akan meningkatkan kejadian
kecelakaan lalu lintas Penurunan
kualitas udara dan kebisingan
Akan memanfaatkan SD
Alam sebagai bahan baku mulai
dari tanah, kerikil dan batu
Pelebaran jalan yang direncanakan 2-4 m
akan akan menebang tanaman turus jalan
sehingga berkontribusi meningkatkan emisi
GRK Penurunan
jumlah dan jenis flora fauna
Perubahan lingkungan
ekosistem hayati
IV.65 NO
NAMA PROGRAM
MUATAN KLHS Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan
Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko
Lingkungan Kinerja
Pelayanan Jasa Ekosistem
Efisiensi Pemanfaatan SD
Alam Tingkat Kerentanan
dan Kapasitas Adaptasi Perubahan
Ikli Tingkat Ketahanan
dan Potensi Keanekaragaman
H ti
3. Program
Pengembangan, Pengelolaan dan
Konservasi Sungai, Danau
dan Sumber Daya Air Lainnya
Perubahan lahan • Peningkatan pelayanan air
untuk sawah dan peningkatan air baku
penduduk • Mengurangi run off karena
akan masuk di wadukembung
• Kekhawatiran konflik kepentingan antara air
baku, PLTA ataupun untuk sawah
Penurunan kualitas tanah
dan udara pada saat
pembangunan Akan
menggunakan SD Alam sebagai
bahan baku saat pembangunan
Akan menimbulkan emisi tetapi kecil
karena kemungkinan merubah tutupan
lahan juga kecil Peningkatan
kehati khususnya di dalam air dan
sawah
IV.66 NO
NAMA PROGRAM
MUATAN KLHS Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan
Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko
Lingkungan Kinerja
Pelayanan Jasa Ekosistem
Efisiensi Pemanfaatan SD
Alam Tingkat Kerentanan
dan Kapasitas Adaptasi Perubahan
Ikli Tingkat Ketahanan
dan Potensi Keanekaragaman
H ti
4. Program
Peningkatan Kinerja
Pengelolaan Air Minum Dan
Sanitasi. Perubahan lahan
Air bersih • Penurunan kualitas udara
karena transportasi sampah ke TPA
• Berkurangnya luasan resapan air karena berubah
menjadi TPA • Pencemaran air dan tanah
dari TPA • Berkurangnya cadangan air
tanah darisumber Penjengkolan
• Peningkatan pelayanan air bersih
• Peningkatan pelayanan
persampahan • Penurunan
kualitas udara, air,
tanah • Penurunan
produktifitas tanaman di
sekitar TPA • Penurunan
cadangan air bersih
• Akan menggunakan
material untuk melakukan
pengurukan karena adanya
beda tinggi dan untuk
bangunan fasilitas lainnya
• Mengambilan air tanah
• TPA Magelang tidak dimasukkan karena
dalam jarak dua tahun, emisinya
akan kecil. Perlu diingat CH4 di
sampah menghasilkan emisi
secara FOD First Order Decay
sehingga setahun sama dengan 0.
Tahun berikutnya juga sangat kecil
sehingga diabaikan.
• SPAM tidak akan memberikan
dampak pada munculnya emisi
•
Penurunan jumlah dan jenis flora
fauna
•
Perubahan lingkungan
ekosistem hayati
IV.67 NO
NAMA PROGRAM
MUATAN KLHS Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan
Perkiraan Mengenai Dampak dan Resiko
Lingkungan Kinerja
Pelayanan Jasa Ekosistem
Efisiensi Pemanfaatan SD
Alam Tingkat Kerentanan
dan Kapasitas Adaptasi Perubahan
Tingkat Ketahanan dan Potensi
Keanekaragaman PERHUBUNGA N
5. Program
Pengembangan Perhubungan
Darat Peningkatan emisi GRK
• Kemudahan masyarakat dalam menggunakan
kendaraan umum • Peningkatan akses
masyarakat menuju antar kawasan
• Peningkatan keselamatan pengguna
jalan • Arus
lalu lintas akan
semakin ramai dan • kemungkinan terjadi
kecelakaan lalin • Peningkatan
kebisingan Penurunan
kualitas udara
Tidak ada penggunakan SD
Alam karena menggunakan
akses jalan yang sudah ada
Perluasan dan peningkatan program
BRT menjadi strategi tidak hanya untuk
menyelesaikan permasalahan
transportasi tetapi juga untuk
mengendalikan emisi GRK.
Tidak ada perubahan
kehati karena penggunakan
akses jalan yang sudah ada
6. Program
Pengembangan Perhubungan
Udara Alih fungsi lahan
Mengganggu mengurangi potensi
air tanah • Peningkatan pelayanan
penggunaan layanan transportasi udara di
wilayah barat Jawa Tengah
• Akan terjadi kebisingan • Ketakutan adanya
kemungkinan kecelakaan pesawat
• Mengurangi jumlah air yang akan meresap
• Penurunan kualitas
udara bbm pesawat
dan kebisingan
suara Akan
membangun landasan dan
gedung penunjang
bandara akan menggunakan
SD Alam sebagai bahan baku
Penambahan emisi GRK karena
penggunaan bahan bakar untuk pesawat
• Penurunan jumlah dan jenis
flora fauna • Perubahan
lingkungan ekosistem
hayati