01. KLHS PERUBAHAN RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH 2013 2018

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

H ASI L AN ALI SI S PROGRAM PERUBAH AN

RPJM D PROVI N SI JAW A TEN GAH

TAH UN 2 0 1 3 - 2 0 1 8

D ALAM

KAJI AN LI N GKUN GAN H I D UP STRATEGI S

( KLH S)

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah

Badan Lingkungan Hidup


(7)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...

i

Daftar Isi

...

ii

Daftar Tabel

...

iii

Daftar Gambar ...

iv

BAB 1 PENDAHULUAN ...

I.1

1.1

Latar Belakang ...

I.1

1.2

Maksud dan Tujuan KLHS ...

I.2

1.3

Ruang Lingkup ...

I.2

BAB 2 GAMBARAN UMUM ...

II.1

2.1

Tata Letak dan Wilayah Adminitrasi ...

II.1

2.2

Kondisi Topografi ...

II.3

2.3

Kondisi Geologi ...

II.6

2.4

Kondisi Hidrologi ...

ll.7

2.5

Kondisi Klimatologi...

ll.9

2.6

Penggunaan Lahan ...

ll.9

2.7

Kondisi Sosial Budaya ...

ll.11

2.8

Kondisi Ekonomi ...

ll.16

2.9

Ringkasan Rancangan RPJPD /RPJMD ...

ll.25

BAB 3 Proses, Lingkup Kegiatan, Dan Metode Pelaksanaan KLHS ...

III.1

3.1

Proses Pelaksana KLHS ...

III.1

3.1.1 Tahap Persiapan ...

lll.1

3.1.2 Tahap Identifikasi dan Analis Data Isu Strategis ...

lll.1

3.1.3 Tahap Pengkajian Pengaruh ...

lll.2

3.1.4 Tahap Perumusan Mitigasi /Adaptasi dan/atau Alternatif ...

lll.2

3.1.5 Tahap Rekomendasi ...

lll.2

3.2

Kerangka Telaah ...

III.3


(8)

BAB 4 Hasil Pelaksanaan KLHS ... IV.1

4.1

Indikasi Program Prioritas ...

IV.1

4.1.1 Identifikasi dan Penentuan Indikasi Program Prioritas Yang Akan Dikaji ...

IV.1

4.1.2 Keterkaitan Isu Strategis dengan Program Kegiatan ...

IV.16

4.2

Kajian Pengaruh Program Prioritas ...

IV.21

4.2.1 Ekoregion Provinsi Jawa Tengah ...

IV.21

4.2.2 Hasil Overlay antara Peta Indikasi Program Utama dan Kondisi Lingkungan Jawa Tengah

4.2.2.1

Pembangunan Jalan Tol ...

IV.24

4.2.2.2

Pengembangan Jalan Provinsi ...

IV.34

4.2.2.3

Pembangunan Sumur Bor ...

IV.39

4.2.2.4

Pembangunan Bendungan dan Embung ...

IV.44

4.2.2.5

Pengembangan Intake ...

IV.49

4.2.2.6

Pembangunan TPA Regional ...

IV.50

4.2.2.7

Bandara Wirasaba ...

IV.51

4.2.2.8

Bandara Ahmad Yani ...

IV.54

4.2.3 Penghitungan Daya Dukung ...

IV.59

4.3

Hasil Kajian Muatan KLHS ...

IV.63

4.4

Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/ atau Alternative ...

IV.69

BAB 5 Pengintegrasian Rekomendasi KHS ke Dalam Rancangan Awal RPJMD Provinsi Jawa Tengah

tahun 2013 -2018 ... V.1

Strategi dan Arah Kebijakan Daerah ...

V.1

BAB 6 Penjaminan Kualitas KLHS ... VI.1


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 ... I I -2 Tabel 2.2 Ketinggian Wilayah di Provinsi Jawa Tengah ... I I .4 Tabel 2.3 Debit Sungai Rata-rata Harian Luas Daerah Pengaliran lebih dari 100 KM2 di Provinsi

Jawa Tengah tahun 2014 ... I I .8 Tabel 2.4 Kapasitas Waduk Di Provinsi Jawa Tengah ... I I .9 Tabel 2.5 Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008-2010 ... I I .10 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014 ... I I .12 Tabel 2.7 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun

2010-2014 ... I I .13 Tabel 2.8 Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

... I I .13 Tabel 2.9 Pertumbuhan ekonomi di Pulau Jawa dan Nasional Tahun 2011 -2014 ... II.17 Tabel 2.10 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2011 -2014 . II.17 Tabel 2.11 Nilai PDRB Tahun 2010 – 2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010

Provinsi Jawa Tengah ... II.19 Tabel 2.12 Nilai PDRB Tahun 2010 – 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa

Tengah ... II.20 Tabel 2.13 Perkembangan Kontribusi Sektor pada PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun

2010 – 2014 ... II.21 Tabel 2.14 Laju Pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2010 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014 ... II.22 Tabel 2.15 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pegeluarann Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2010 – 2014 ... II.23 Tabel 2.16 Distribusi Persentase PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2010 – 2014 ... II.24 Tabel 2.17 Keterkaitan Tujuan, Sasartan dan Indikaotr Target dalam Pencapaian Misi

RJPMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018 ... II.30 Tabel 4.1 Program Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 – 2018 ... IV.2 Tabel 4.2 Program Prioritas dan Indikator Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013 – 2018 ... IV.17 Tabel 4.3 Ekoregion di Provinsi Jawa Tengah ... IV.22 Tabel 4.4 Tutupan Lahan dan Luas Jalan Tol di Provinsi Jawa Tengah ... IV.25 Tabel 4.5 Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Pangan (JEP) di Provinsi Jawa Tengah IV.28 Tabel 4.6 Luas Jalan Tol pada Jasa ekosistem Penyedia Air Bersih ... IV.31 Tabel 4.7 Luas Jalan Told an Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity di Provinsi


(10)

Tabel 4.8 Ekoregion dan Luas Jalan Provinsi di Provinsi Jawa Tengah ... IV.34 Tabel 4.9 Sebaran Sumur Bor pada Tutupan Lahan. Ekoregion dan JEP di Provinsi

Jawa Tengah ... IV.39 Tabel 4.10 Sebaran Sumur Bor pada Tutupan Lahan, Ekoregion dan Jasa Ekositem

Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah ... IV.40 Tabel 4.11 Luas Bendungan dan JE Pangan di Provinsi Jawa Tengah ... IV.44 Tabel 4.12 Luas Bendungan (Ha) dan JE Penyedia Air Bersih di Provinsi Jawa Tengah . IV.45 Tabel 4.13 Embung di Provinsi Jawa Tengah ... IV.48 Tabel 4.14 Luas Intake dan JE Penyedia Air Bersih ... IV.49 Tabel 4.15 Penghitungan Daya Dukung Wilayah dan Rasio Kemampuan Pertanian

Kabupaten/Kota se Jawa Tengah ... IV.61 Tabel 4.16 Deskripsi Kajian Indikasi Program Prioritas Perubahan RPJMD Provinsi

Jawa Tengah 2013 – 2018 Terhadap Muatan KLH ... IV.63 Tabel 4.17 Deskripsi Kajian Pengaruh dan Mitigasi Dampak Indikasi Program Prioritas

Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah 2013 – 2018 ... IV.70 Tabel 6.1 Instrumen Penilaian Kualitas KLHS Perubahan RPJMD ... Vl.1


(11)

DAFTAR GAMBAR

Tabel 2.18 Peta Wilayah AdministrasiKabupaten/ Kota di Provinsi Jawa Tengah ... I I .3 Tabel 2.19 Peta Topografi Provinsi Jawa Tengah ... I I .4 Tabel 2.20 Peta Kontur Provinsi Jawa Tengah ... I I .5 Tabel 2.21 Peta Daerah aliran Sungai Provinsi Jawa Tengah ... I I .8 Tabel 2.22 Peta Jumlah Penduduk Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah Tahun 2014 ... I I .11 Tabel 2.23 Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah ... I I ,16 Tabel 2.24 Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014 ... I I .12 Gambar 4.1 Ekoregion Jawa Tengah ... I V.22 Gambar 4.2 Peta Ekoregion Jawa Tengah ... I V.23 Gambar 4.3 Tutupan Lahan dan Luas Jalan Tol di Provinsi Jawa Tengah ... I V.24 Gambar 4.4 Peta Luas Jalan Tol dan Ekoregion di Provinsi jawa Tengah ... I V.25 Gambar 4.5 Peta Luas Jalan Tol dan Tutupan Lahan di Provinsi Jawa Tengah ... I V.26 Gambar 4.6 Grafik Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Pangan ... I V.28 Gambar 4.7 Grafik Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Air Bersih ... I V.28 Gambar 4.8 Peta Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Pangan di Provinsi Jawa Tengah .... I V.29 Gambar 4.9 Grafik Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Biodivesity ... I V.30 Gambar 4.10 Peta Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Penyedia air Bersih di Provinsi Jawa Tengah ... I V.31 Gambar 4.11 Peta Luas Jalan Tol pada Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity di Provinsi Jawa

Tengah ... I V.32 Gambar 4.12 Ekoregion dan Luas Jalan Provinsi ... I V.34 Gambar 4.13 Jalan Provinsi dan Ekoregion di Provinsi Jawa Tengah ... I V.35 Gambar 4.14 Jalan Provinsi dan Jasa Ekosistem Pangan di Provinsi Jawa Tengah ... I V.36 Gambar 4.15 Jalan Provinsi dan Jasa Ekosistem Pendukung Biodiversity di Provinsi Jawa Tengah

... I V.37 Gambar 4.16 Sumur Bor Eksisting dan CAT di Provinsi Jawa Tengah ... I V.41 Gambar 4.17 Luas Bendungan dan Jasa Ekosistem Pangan ... I V.42 Gambar 4.18 Luas Bendungan dan Jasa Ekosistem Penyedia Air Bersih ... I V.43 Gambar 4.19 Peta Bendungan dan Jasa Ekosistem Pangan... I V.44 Gambar 4.20 Peta Embung dan Jasa Ekosistem Penyedia Pangan ... I V.45 Gambar 4.21 I ntake dan Jasa Penyedia Air Bersih ... I V.47 Gambar 4.22 Peta TPA Regional Magelang dan Ekoregion di Provinsi Jawa Tengah... I V.48 Gambar 4.23 Peta TPA Regional Magelang dan JE Pangan di Provinsi Jawa Tengah ... I V.49 Gambar 4.24 Peta Bandara Wirasaba dengan JE Pangan ... I V.50 Gambar 4.25 Peta Bandara Wirasaba dengan Tutupan Lahan ... I V.50 Gambar 4.26 Peta Bandara Wirasaba dengan JE Penyedia air Bersih ... I V.51 Gambar 4.27 Peta Bandara Wirasaba dengan JE Pendukung Biodiversity... I V.52


(12)

Gambar 4.28 Peta Bandara Ahmad Yani dengan Ekoregion ... I V.53 Gambar 4.29 Peta Bandara Ahmad Yani dengan Tutupan Lahan ... I V.54 Gambar 4.30 Peta Bandara Ahmad Yani dengan JE Pangan ... I V.55 Gambar 4.31 Peta Bandara Ahmad Yani dengan JE Penyedia Air Bersih ... I V.56 Gambar 4.32 Peta Bandara Ahmad yani dengan JE Pendukung Biodiversity ... I V.57


(13)

I-1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan

makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri,

kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain (UU No. 32

Tahun 2009). Seiring dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat pada saat ini,

permasalahan lingkungan juga semakin kompleks. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan

peningkatan kesadaran masyarakat guna mengutamakan kegiatan-kegiatan pembangunan yang

selalu mengutamakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

(PPLH) khususnya pada pasal 15 mewajibkan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis dalam penyusunan atau evaluasi Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan kebijakan, rencana,

dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup.

Pengertian Kajian Lingkungan Hidup Strategis atau disingkat KLHS dalam UU PPLH Pasal 1

(angka 10) dan dalam Permendagri No 67 tahun 2012 pasal 1 (angka 1) disebutkan bahwa KLHS

adalah sebagai “rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk

memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi

dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program”. KLHS ini

sangat penting karena pada saat ini kita dihadapkan pada permasalahan degradasi lingkungan

hidup yang semakin mengkhawatirkan.

Pada saat ini, Provinsi Jawa Tengah sedang melakukan perubahan terhadap Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018. Secara substansi,

Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 sudah dilakukan KLHS. Namun

karena adanya perubahan arah terhadap Kebijakan, Rencana, dan Program yang dinilai dapat

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup, maka perlu dilakukan KLHS terkait

dengan Perubahan RPJMD. Dengan adanya KLHS ini diharapkan Dokumen Perubahan RPJMD

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2019 tetap mengintegrasikan dan mempertahankan prinsi-

prinsip pembangunan berkelanjutan.


(14)

I-2

1.2 Maksud dan Tujuan KLHS

Maksud dari KLHS Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 adalah

memastikan bahwa program yang termuat di dalam Rancangan Perubahan RPJMD Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2013-2018 telah mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan dengan tujuan :

1)

Melakukan pengkajian pengaruh Program Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun

2013-2018 terhadap prinsip pembangunan berkelanjutan;

2)

Merumuskan mitigasi dampak dan/atau alternatif program serta saran

penyempurnaan Program Pembangunan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018; dan

3)

Pengintegrasian rekomendasi ke dalam rancangan Perubahan RPJMD Provinsi Jawa

Tengah Periode 2013-2018.

1.3 Ruang Lingkup KLHS

Ruang lingkup KLHS Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 tetap

mengacu Peraturan Menteri Dalam Negeri RI

Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah. Namun mengingat dalam

proses Penyusunan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 sudah dilakukan KLHS, maka

tidak semua proses tahapan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 67 Tahun 2012

dilaksanakan. Proses tahapan KLHS Perubahan RPJMD Jawa Tengah Tahun 2013-2018, meliputi :

1. Tahap Persiapan:

Dalam tahapan persiapan ini ada 2 (dua) kegiatan yang dilakukan oleh Pokja Pengendalian

Lingkungan :

a.

Menetapkan anggota Pokja Pengendalian Lingkungan dengan Keputusan Kepala

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah tentang Pembentukan Kelompok

Kerja Pengendalian Lingkungan Kajian Lingkungan Hidup Strategis terkait dengan

Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013-2018;

b.

Mengundang SKPD terkait untuk mengikuti diskusi terbatas terkait dengan

Perubahan Program RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018.


(15)

I-3

2. Tahap Identifikasi dan Analisis Data:

Tahap ini ada dua kegiatan yang dilakukan oleh Pokja Pengendalian Lingkungan :

a.

Melakukan

baseline analysis

dan inventarisasi terkait dengan 6 (enam) muatan

KLHS, yaitu: (1) Kapasitas Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup untuk

Pembangunan; (2) Prakiraan Mengenai Dampak dan Resiko Lingkungan Hidup; (3)

Kinerja Layanan/Jasa Ekosistem; (4) Efisiensi Pemanfaatan Sumber Daya Alam; (5)

Tingkat Kerentanan dan Kapasitas Adaptasi terhadap Perubahan Iklim; (6)

Tingkat Ketahanan dan Potensi Keanekaragaman Hayati.

b.

Melakukan pembahasan dengan membuat peta thematik terhadap 6 (enam)

muatan KLHS.

3. Tahap Kajian Pengkajian:

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan Pokja Pengendalian Lingkungan, antara lain :

a.

Melakukan penapisan program-program utama prioritas dalam Perubahan RPJMD

Provinsi Jawa Tengah yang dinilai memberikan dampak bagi keberlanjutan

Lingkungan Hidup.

b.

Keterkaitan antara program-program utama dengan 6 (enam) muatan KLHS

dilakukan dengan cara melakukan

overlay

terhadap peta program dan muatan KLHS

dengan menggunakan teknik intersect.

c.

Hasil dari overlay ini kemudiaan didiskusikan dengan seluruh anggota Pokja

Pengendalian Lingkungan untuk menganalisis lebih jauh pengaruh program

terhadap 6 (enam) muatan KLHS serta usulan rancangan mitigasi/adaptasi dan/atau

alternatif.

4. Tahapan Perumusan Mitigasi/Adaptasi dan/atau Alternatif;

Tahapan perumusan mitigasi/adaptasi dan/atau alternatif dilakukan dengan berbagai

kegiatan :

a.

Mengudang para pemangku kepentingan untuk mendiskusikan dan menyepakati

hasil analisis pengaruh program terhadap 6 (enam) muatan KLHS serta usulan

rancangan mitigasi/adaptasi dan/atau alternatif.

b.

Mengundang para pakar untuk memberikan masukan dan penilaian serta

menyepakati hasil analisis pengaruh program terhadap 6 (enam) muatan KLHS

serta usulan rancangan mitigasi/adaptasi dan/atau alternatif.


(16)

I-4

5.

Tahap Rekomendasi:

Pokja Pengendalian Lingkungan melakukan perumusan rekomendasi berdasarkan hasil

pengkajian pengaruh dan perumusan mitigasi/alternatif. Pokja Pengendalian Lingkungan

melakukan pertemuan dengnan Tim Penyusun Perubahan RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun

2013-2018 untuk menyampaikan rekomendasi KLHS agar dapat diintegrasikan rekomendasi pada

proses pemantapan


(17)

BAB II

GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TENGAH

2.1 Tata Letak dan Wilayah Administrasi

Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa. Secara administratif wilayah

Provinsi Jawa Tengah memiliki batas-batas: (a) sebelah Utara dengan Laut Jawa: (b) sebelah

Selatan dengan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Samudra Hindia; (c) sebelah Timur

dengan Provinsi Jawa Timur; dan (d) sebelah Barat dengan Provinsi Jawa Barat.

Secara geografis, Provinsi Jawa Tengah terletak pada 5°40' dan 8°30' dan 111°30' Bujur

Timur. Selain daratan Jawa Tengah juga memiliki wilayah laut dengan garis pantai sepanjang

791,76 km yang terdiri dari pantai utara sepanjang 502,69 km dan pantai selatan sepanjang

289,07 km. Luas wilayah Provinsi Jawa Tengah tercatat sebesar 3.254.412 hektar atau sekitar

25,04 persen dari luas Pulau Jawa (1,70 persen dari luas Indonesia). Secara umum kondisi suhu

udara berkisar antara 24,4° C dan 28,5° C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi, dari 73 persen

sampai 86 persen.

Berdasarkan pembagian wilayah secara adminstratif, Provinsi Jawa Tengah, terbagi dalam

29 kabupaten dan 6 Kota. Wilayah tersebut terdiri dari 573 kecamatan dan 7.809 desa dan 769

kelurahan (lihat Tabel 2.1). Pembagian wilayah dan batas secara administrasi wilayah Provinsi

Jawa Tengah dapat dilihat pada Gambar Peta Provinsi Jawa Tengah (Gambar 2.1).


(18)

Tabel 2.1

Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015

No Kabupaten/Kota Ibukota Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

1 Kab. Cilacap Cilacap 24 213,851

2 Kab. Banyumas Banyumas 27 132,759

3 Kab. Purbalingga Purbalingga 18 77,765

4 Kab. Banjarnegara Banjarnegara 20 106,974

5 Kab. Kebumen Kebumen 26 128,274

6 Kab. Purworejo Purworejo 16 103,482

7 Kab. Wonosobo Wonosobo 15 98,468

8 Kab. Magelang Magelang 21 108,573

9 Kab. Boyolali Boyolali 19 101,507

10 Kab. Klaten Klaten 26 65,556

11 Kab. Sukoharjo Sukoharjo 12 46,666

12 Kab. Wonogiri Wonogiri 25 182,237

13 Kab. Karanganyar Karanganyar 17 77,220

14 Kab. Sragen Sragen 20 94,649

15 Kab. Grobogan Purwodadi 19 197,585

16 Kab. Blora Blora 16 179,440

17 Kab. Rembang Rembang 14 101,410

18 Kab. Pati Pati 21 149,120

19 Kab. Kudus Kudus 9 42,517

20 Kab. Jepara Jepara 16 100,416

21 Kab. Demak Demak 14 89,743

22 Kab. Semarang Ungaran 19 94,686

23 Kab. Temanggung Temanggung 20 87,023

24 Kab. Kendal Kendal 20 100,227

25 Kab. Batang Batang 15 78,895

26 Kab. Pekalongan Kajen 19 83,613

27 Kab. Pemalang Pemalang 14 101,190

28 Kab. Tegal Slawi 18 87,970

29 Kab. Brebes Brebes 17 165,773

30 Kota Magelang Magelang 3 1,812

31 Kota Surakarta Surakarta 5 4,403

32 Kota Salatiga Salatiga 4 5,296

33 Kota Semarang Semarang 16 37,367

34 Kota Pekalongan Pekalongan 4 4,496

35 Kota Tegal Tegal 4 3,449

Jumlah 573 3,254,412


(19)

Gambar 2.1

Peta Wilayah Administrasi Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Peta dasar Rupa Bumi Indonesia (RBI), BAKOSURTANAL Skala 1:25.000 Edisi Tahun 2000.

2.2 Kondisi Topografi

Kondisi topografi wilayah Jawa Tengah beraneka ragam, meliputi daerah pegunungan

dan dataran tinggi yang membujur sejajar dengan panjang pulau Jawa di bagian tengah;

dataran rendah yang hampir tersebar di seluruh Jawa Tengah; dan pantai yaitu pantai Utara

dan Selatan. Kemiringan lahan di Jawa Tengah bervariasi, meliputi lahan dengan kemiringan

0-2% sebesar 38%; lahan dengan kemiringan 2-15% sebesar 31%; lahan dengan kemiringan

15-40% sebesar 19%; dan lahan dengan kemiringan lebih dari 15-40% sebesar 12%. Kemiringan lahan

dapat menjadi dasar pertimbangan untuk kesesuaian pemanfaatan dan fungsi penggunaan

lahan, Peta Topografi dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(20)

Gambar 2.2.

Peta Topografi Provinsi Jawa Tengah

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

Wilayah Provinsi Jawa Tengah memiliki ketinggian yang beraneka ragam, yaitu

pegunungan dan dataran tinggi yang membujur di bagian tengah dan dataran rendah yang

tersebar di hampir seluruh wilayah yang umumnya adalah wilayah pantai. Sekitar 53%

wilayah Provinsi Jawa Tengah berada pada ketinggian 0-99 mdpl, secara rinci dapat dilihat

pada Tabel II.2., dan Peta Kontur pada Gambar 2.3.

Tabel 2.2.

Ketinggian Wilayah di Jawa Tengah

No Ketinggian (m dpl) % Luas

1 0-99 53,3

2 100-499 27,4

3 500-999 14,7

4 >1000 4,6

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

Kawasan pantai utara Jawa Tengah memiliki dataran rendah yang sempit. Di kawasan

Brebes selebar 40 Km dari pantai, dan di Semarang hanya selebar 4 Km. Dataran ini

bersambung dengan depresi Semarang- Rembang di timur. Gunung Muria pada Jaman

Holosen merupakan pulau terpisah dari Jawa, yang akhirnya menyatu karena terjadi

endapan alluvial dari sungai-sungai yang mengalir. Di selatan kawasan tersebut terdapat

Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan Kendeng, yakni pegunungan kapur yang

membentang dari sebelah timur Semarang hingga Lamongan (Jawa Timur).


(21)

Gambar 2.3.

Peta Kontur Provinsi Jawa Tengah

Sumber : RTRW Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029

Rangkaian utama pegunungan di Jawa Tengah adalah Pegunungan Serayu Utara dan

Serayu Selatan. Rangkaian Pegunungan Serayu Utara membentuk rantai pegunungan yang

menghubungkan rangkaian Bogor di Jawa Barat dengan Pegunungan Kendeng di timur.

Lebar rangkaian pegunungan ini sekitar 30-50 Km; di ujung baratnya terdapat Gunung

Slamet dan bagian timur merupakan Dataran Tinggi Dieng dengan puncak-puncaknya

Gunung Prahu dan Gunung Ungaran.

Antara rangkaian Pegunungan Serayu Utara dan Pegunungan Serayu Selatan

dipisahkan oleh Depresi Serayu yang membentang dari Majenang (Kabupaten Cilacap),

Purwokerto, hingga Wonosobo. Sebelah timur depresi ini terdapat Gunung Sindoro dan

Sumbing, dan sebelah timurnya lagi (kawasan Temanggung dan Magelang) merupakan

lanjutan depresi yang membatasi Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Pegunungan

Serayu Selatan merupakan pengangkatan zone Depresi Bandung. Kawasan pantai selatan

Jawa Tengah juga memiliki dataran rendah yang sempit, dengan lebar 10-25 Km. Perbukitan

yang landai membentang sejajar dengan pantai, dari Yogyakarta hingga Cilacap. Sebelah

timur Yogyakarta merupakan daerah pegunungan kapur yang membentang hingga pantai

selatan Jawa Timur.

2.3 Kondisi Geologi

Kondisi fisiografis Jawa Tengah terbagi menjadi 7 (tujuh) klasifikasi fisiografis, yaitu

Perbukitan Rembang, Zone Randublatung, Pegunungan Kendeng, Pegunungan Selatan

Jawa Tengah bagian Timur, Pegunungan Serayu Utara, Pegunungan Serayu Selatan, dan


(22)

Pegunungan Progo Barat. Jenis tanah yang ada di wilayah Jawa Tengah meliputi organosol,

alluvial, planosol, litosol, regosol, andosol, grumosol, mediteran, latosol, dan podsolik, dan

didominasi jenis tanah latosol, aluvial, dan gromosol, yang tersebar di seluruh wilayah. Jenis

tanah ini merupakan jenis tanah yang tingkat kesuburannya cukup tinggi.

Jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak, beberapa diantaranya masih aktif

sehingga sewaktu-waktu masih mengeluarkan lava/gas beracun. Terdapat 6 (enam) gunung

berapi yang aktif di Jawa Tengah, yaitu Gunung Merapi (di Boyolali), Gunung Slamet (di

Pemalang), Gunung Sindoro (di Temanggung-Wonosobo), Gunung Sumbing (di

Temanggung-Wonosobo), Gunung Dieng (di Banjarnegara) dan Gunung Merbabu (di

Salatiga-Boyolali). Gunung berapi di sepanjang wilayah Jawa Tengah rata-rata mempunyai

tingkat kerentanan terhadap bahaya bencana vulkanik tinggi, sehingga memerlukan

pengawasan terus menerus.

2.4 Kondisi Hidrologi

Daerah Aliran Sungai (DAS) di wilayah Jawa Tengah cukup banyak. Beberapa DAS

yang menjadi DAS Prioritas di wilayah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 19 DAS Prioritas, yaitu

DAS Garang (Babon), DAS Serang, DAS Bodri, DAS Cacaban, DAS Juwana, DAS Tuntang, DAS

Pemali, DAS Comal, DAS Babakan, DAS Gangsa, DAS Kupang, DAS Serayu, DAS Luk Ulo, DAS

Citanduy (Segara Anakan; Jabar Jateng), DAS Bengawan Solo (Jateng, Jatim, DIY), DAS

Bogowonto (Jateng, DIY), DAS Progo (Jateng, DIY), DAS Bribin (Jateng, DIY), dan DAS

Serang (Jateng, DIY).

Jumlah sungai di wilayah Jawa Tengah cukup banyak dan tersebar hampir di seluruh

wilayah Jawa Tengah. Sungai-sungai tersebut antara lain Sungai Serayu, Bengawan Solo,

Juwana, Progo, Pemali, Tuntang, Klawing, Lusi, Bogowonto, Kaligung, Kali Comal, Kali

Bodri, dan lain-lain. Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, memiliki

mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara, melintasi

Kota Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat

Surabaya). Sungai lainnya yang cukup besar adalah Sungai Serayu, yang melintasi 6 (enam)

Kabupaten yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, dan Cilacap.

Sungai ini berhulu di Kabupaten Banyumas, dan bermuara di Kabupaten Cilacap, dengan

panjang sekitar 30 km dan lebar sekitar 12-25 m, peta daerah aliran sungai dapat dilihat pada

Gambar 2.4.


(23)

Gambar 2.4.

Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Provinsi Jawa Tengah

Sumber : Badan Informasi Geospasial, 2013

Sungai-sungai di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas daerah pengaliran

lebih dari 1.000 km

2

perlu diwaspadai karena daerah pengalirannya cukup luas dengan debit

yang cukup besar, sehingga mengakibatkan wilayah di sekitarnya rawan banjir limpahan.

Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel II.3.

Tabel 2.3.

Debit Sungai Rata-Rata Harian Luas Daerah Pengaliran Lebih Dari 1.000 km2 di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

Induk Sungai Lokasi Desa, Kecamatan, Kabupaten

Luas Daerah Pengaliran

(km2)

Debit Air (m3/det) Terbesar Terkecil

S. Pemali Pos Rengaspendow, Wanacala,

Jatibarang, Brebes 1.111 1.599,09 0,98

Bengawan Solo Pos Jurug, Desa Jebres, Kota

Surakarta 3.206,70 4.056,5 7,9

S. Serayu Pos Bd. Gerak Serayu Desa

Gambarsari, Kab.Banyumas 3.060 1.157,5 16,6


(24)

Di wilayah Jawa Tengah terdapat waduk-waduk besar antara lain sebagaimana dapat

dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4.

Kapasitas Waduk di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

No. Nama Waduk Lokasi Wilayah Kapasitas (Juta m³)

1 Gajah Mungkur Kab. Wonogiri 440

2 Kedung Ombo Kab. Grobogan 723,16

3 Wadaslintang Kab. Kebumen 412,66

4 Mrica Kab. Banjarnegara 31,8

5 Cacaban Kab. Tegal 49,02

6 Sempor Kab. Kebumen 38,036

7 Rowopening Kab. Semarang 49,9

8 Malahayu Kab. Brebes 37,047

Sumber : Dinas PSDA Provinsi Jawa Tengah, 2015

2.5 Kondisi Klimatologi

Iklim di Jawa Tengah termasuk dalam kategori iklim tropis basah. Pada Tahun 2014,

suhu udara di Jawa Tengah berkisar 23

0

C–28

0

C dengan kelembaban udara berada pada

kisaran 80%-88%. Tempat-tempat yang yang berdekatan dengan pantai mempunyai suhu

udara rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara rata-rata bervariasi pada kisaran 80%-88% .

Curah hujan tertinggi yang tercatat di Stasiun Meteorologi Sempor, Kebumen yaitu sebesar

1.320 mm. Sedangkan hari hujan terbanyak tercatat di Stasiun SMPK, Borobudur Magelang

64 hari.

2.6 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010 dibandingkan dengan

tahun 2009 menunjukkan adanya penurunan luas lahan sawah yang beralih menjadi lahan

bukan sawah sebesar 128 ha (0,013%). Tahun 2010 penggunaan lahan meliputi lahan

sawah seluas 991.524 Ha (30,47%) dan bukan lahan sawah seluas 2.262.888 Ha (69,53%).

Penggunaan lahan di Provinsi Jawa Tengah selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

sebagai berikut :


(25)

Tabel 2.5.

Penggunaan Lahan di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 – 2010

No Penggunaan Lahan Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha) % 1 Lahan Sawah 990.652 30,44 991.652 30,47 991.524 30,47

a Pengairan Teknis 382.643 38,63 383.262 38,65 386.953 39,03 b Pengairan ½ Teknis 129.630 13,09 133.769 13,49 131.687 13,28 c Pengairan Sederhana 136.796 13,81 136.635 13,78 140.423 14,16 d Pengairan Desa/non PU 57.032 5,76 52.596 5,30 57.731 5,82 e Tadah Hujan 281.919 28,46 282.521 28,49 272.364 27,47 f Pasang Surut 1.561 0,16 1.613 0,16 1.661 0,17 g Lebak, Polder, Lainnya 1.071 0,11 1.256 0,13 705 0,07

2 Bukan Lahan Sawah 2.263.760 69,56 2.262.760 69,53 2.262.888 69,53

a Bangunan/Pekarangan 524.465 16,12 503.923 15,48 537.288 16,51 b Tegal/Kebun 732.853 22,52 730.370 22,44 723.056 22,22 c Ladang/Huma 13.346 0,41 13.413 0,41 11.664 0,36 d Padang Rumput 1.231 0,04 1.184 0,04 1.745 0,05 e Hutan Rakyat 95.550 2,94 103.402 3,18 103.004 3,17 f Hutan Negara 568.572 17,47 578.107 17,76 567.449 17,44 g Perkebunan Negara 71.868 2,21 69.345 2,13 71.337 2,19

h Rawa 9.027 0,28 9.035 0,28 9.021 0,28

i Tambak 34.972 1,07 39.810 1,22 37.574 1,15

j Kolam/Empang 3.719 0,11 8.259 0,25 3.046 0,09 k Sementara tidak

diusahakan 1.772 0,05 1.628 0,05 1.429 0,04

l Lain-lain 206.385 6,34 204.284 6,28 196.275 6,03

Jumlah (Ha) 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00 3.254.412 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012

Berdasarkan struktur geologi atau bentang alamnya, kawasan di Jawa Tengah yang

dipandang strategis untuk dikembangkan, antara lain Kawasan Taman Nasional Merapi,

Kawasan Taman Nasional Merbabu, Kawasan Taman Nasional Karimunjawa, Kawasan

Dataran Tinggi Dieng, Kawasan Sindoro Sumbing, Kawasan Rawapening, Kawasan Segara

Anakan, Kawasan Daerah Aliran Sungai Garang, Kawasan Daerah Aliran Sungai Kritis Antar

Kabupaten/Kota, Kawasan Kebun Raya Baturaden, Kawasan Karangsambung, Kawasan

Karst Sukolilo, Kawasan Karst Gombong, Kawasan Karst Wonogiri, Kawasan Bledug Kuwu,

Kawasan Pantai Ujung Negoro-Roban, Kawasan Gunung Slamet dan Kawasan Gunung

Lawu.

2.7 Kondisi Sosial Budaya

Jumlah penduduk Jawa Tengah pada Tahun 2014 berdasarkan proyeksi Sensus

Penduduk 2010 sebanyak 33.522.663 jiwa terdiri dari laki- laki sebanyak 16.627.023 jiwa

(49,60%) dan perempuan sebanyak 16.895.640 jiwa (50,40%), dengan

sex ratio

sebesar


(26)

98,41%. Sedangkan jumlah rumah tangga sebanyak 9.009.084 (Tahun 2014) dengan rata-rata

anggota rumah tangga sebesar 3,7 jiwa. Jumlah Penduduk masing-masing kabupaten/kota

sebagaimana Gambar 2.5.

Gambar 2.5.

Peta Jumlah Penduduk Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014

Dilihat dari distribusi penduduk per kabupaten/kota, dapat dilihat bahwa kabupaten

dengan penduduk paling banyak yaitu Kabupaten Brebes sejumlah 1.773.379 jiwa,

selanjutnya Cilacap 1.685.573 jiwa, dan Kota Semarang 1.672.999 jiwa. Perkembangan

jumlah penduduk per kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Tabel 2.6.

Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014

No. Kabupaten/Kota

Jumlah Penduduk (Jiwa)

2010 20111⁾ 20121⁾ 20131⁾ 20141⁾

1. Cilacap 1.642.107 1.651.940 1.679.864 1.676.089 1.685.573

2. Banyumas 1.554.527 1.570.598 1.603.037 1.605.579 1.620.918

3. Purbalingga 848.952 858.798 877.489 879.880 889.214

4. Banjarnegara 868.913 875.214 890.962 889.921 895.986

5. Kebumen 1.159.926 1.162.294 1.181.678 1.176.722 1.181.006

6. Purworejo 695.427 696.141 708.483 705.483 708.038


(27)

8. Magelang 1.181.723 1.194.353 1.219.371 1.221.681 1.233.695

9. Boyolali 930.531 936.822 953.317 951.817 957.857

10. Klaten 1.130.047 1.135.201 1.153.047 1.148.994 1.154.040

11. Sukoharjo 824.238 832.094 848.718 849.506 856.937

12. Wonogiri 928.904 929.870 946.373 942.377 945.817

13. Karanganyar 813.196 821.694 838.762 840.171 848.255

14. Sragen 858.266 861.939 875.283 871.989 875.600

15. Grobogan 1.308.696 1.316.693 1.339.127 1.336.304 1.343.960

16. Blora 829.728 833.786 847.125 844.444 848.369

17. Rembang 591.359 596.801 608.548 608.903 614.087

18. Pati 1.190.993 1.198.935 1.219.993 1.218.016 1.225.594

19. Kudus 777.437 788.264 807.005 810.810 821.136

20. Jepara 1.097.280 1.115.688 1.144.916 1.153.213 1.170.797

21. Demak 1.055.579 1.067.993 1.091.379 1.094.472 1.106.328

22. Semarang 930.727 944.877 968.383 974.092 987.557

23. Temanggung 708.546 715.907 730.720 731.911 738.915

24. Kendal 900.313 908.533 926.325 926.812 934.643

25. Batang 706.764 713.942 728.578 729.616 736.397

26. Pekalongan 838.621 845.471 861.366 861.082 867.573

27. Pemalang 1.261.353 1.264.535 1.285.024 1.279.596 1.284.236

28. Tegal 1.394.839 1.399.789 1.421.001 1.415.009 1.420.132

29. Brebes 1.733.869 1.742.528 1.770.480 1.764.648 1.773.379

30. Kota Magelang 118.227 118.606 120.447 119.935 120. 373

31. Kota Surakarta 499.337 501.650 509.576 507.825 510.077

32. Kota Salatiga 170.332 173.056 177.480 178.594 181.193

33. Kota Semarang 1.555.984 1.585.417 1.629.924 1.644.800 1.672.999

34. Kota Pekalongan 281.434 284.413 290.347 290.870 293 .704

35. Kota Tegal 239.599 240.777 244.632 243.860 244. 998

Jumlah 32.382.657 32.643.612 33.270.207 33.264.339 33. 522. 663

Sumber : Jawa Tengah Dalam Angka, 2015 Keterangan : ¹⁾ Angka Sementara Proyeksi SP 2010

Dilihat dari laju pertumbuhan penduduk kabupaten/kota Tahun 2014 tertinggi adalah

Kota Semarang sebesar 1,71% diikuti Kabupaten Jepara sebesar 1,52% dan Kota Salatiga

sebesar 1,46%. Adapun pertumbuhan terendah Kabupaten Tegal, Pemalang, Purworejo, dan

Kebumen masing-masing sebesar 0,36% dan Kota Magelang sebesar 0,37%. Secara lengkap

laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat pada Tabel 2.7.

Tabel 2.7.

Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

No Kabupaten/Kota Laju Pertumbuhan Penduduk (%)

2010 2011 2012 2013 2014

1 Cilacap 0,75 0,60 1,69 (0,22) 0,57


(28)

3 Purbalingga 1,77 1,16 2,18 0,27 1,06

4 Banjarnegara (0,71) 0,73 1,80 (0,12) 0,68

5 Kebumen (5,12) 0,20 1,67 (0,42) 0,36

6 Purworejo (4,08) 0,10 1,77 (0,42) 0,36

7 Wonosobo (0,78) 0,54 1,64 (0,28) 0,52

8 Magelang 0,13 1,07 2,09 0,19 0,98

9 Boyolali (1,42) 0,68 1,76 (0,16) 0,63

10 Klaten (0,60) 0,46 1,57 (0,35) 0,44

11 Sukoharjo (1,12) 0,95 2,00 0,09 0,87

12 Wonogiri (5,70) 0,10 1,77 (0,42) 0,37

13 Karanganyar (0,73) 1,05 2,08 0,17 0,96

14 Sragen (0,54) 0,43 1,55 (0,38) 0,41

15 Grobogan (2,76) 0,61 1,70 (0,21) 0,57

16 Blora (1,01) 0,49 1,60 (0,32) 0,46

17 Rembang 2,27 0,92 1,97 0,06 0,85

18 Pati 1,34 0,67 1,76 (0,16) 0,62

19 Kudus (2,53) 1,39 2,38 0,47 1,27

20 Jepara (0,97) 1,68 2,62 0,72 1,52

21 Demak 1,21 1,18 2,19 0,28 1,08

22 Semarang 0,96 1,52 2,49 0,59 1,38

23 Temanggung (0,82) 1,04 2,07 0,16 0,96

24 Kendal (6,78) 0,91 1,96 0,05 0,84

25 Batang 3,02 1,02 2,05 0,14 0,93

26 Pekalongan (2,37) 0,82 1,88 (0,03) 0,75

27 Pemalang (9,34) 0,25 1,62 (0,42) 0,36

28 Tegal (1,81) 0,35 1,52 (0,42) 0,36

29 Brebes (3,73) 0,50 1,60 (0,33) 0,49

30 Kota Magelang (13,74) 0,32 1,55 (0,43) 0,37

31 Kota Surakarta (5,46) 0,46 1,58 (0,34) 0,44

32 Kota Salatiga (6,53) 1,60 2,56 0,63 1,46

33 Kota Semarang 1,45 1,89 2,81 0,91 1,71

34 Kota Pekalongan 1,58 1,06 2,09 0,18 0,97

35 Kota Tegal (0,61) 0,49 1,60 (0,32) 0,47

Jawa Tengah (1,47) 0,81 1,92 (0,02) 0,78

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, Tahun 2015

Kepadatan penduduk kabupaten/kota Tahun 2014 yang tertinggi di Kota Surakarta,

disusul kemudian Kota Tegal dan Kota Magelang, data selengkapnya sebagaimana Tabel 2.8

Tabel 2.8.

Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

No Kabupaten/Kota Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km

2)

2010 2011 2012 2013*) 2014*)

1 Cilacap 767,87 772,47 785,53 784 788

2 Banyumas 1.170,94 1.183,04 1.207,48 1.209 1.221

3 Purbalingga 1.091,69 1.104,35 1.128,39 1.131 1.143


(29)

5 Kebumen 904,26 906,10 921,21 917 921

6 Purworejo 672,03 672,72 684,64 682 684

7 Wonosobo 766,63 770,80 783,45 781 785

8 Magelang 1.088,41 1.100,05 1.123,09 1.125 1.136

9 Boyolali 916,72 922,91 939,16 938 944

10 Klaten 1.723,79 1.731,65 1.758,87 1.753 1.760

11 Sukoharjo 1.766,25 1.783,08 1.818,71 1.820 1.836

12 Wonogiri 509,72 510,25 519,31 517 519

13 Karanganyar 1.053,09 1.064,09 1.086,20 1.088 1.098

14 Sragen 906,79 910,67 924,77 921 925

15 Grobogan 662,35 666,39 677,75 676 680

16 Blora 462,40 464,66 472,09 471 473

17 Rembang 583,14 588,50 600,09 600 606

18 Pati 798,68 804,01 818,13 817 822

19 Kudus 1.828,53 1.854,00 1.898,08 1.907 1.931

20 Jepara 1.092,73 1.111,07 1.140,17 1.148 1.166

21 Demak 1.176,22 1.190,06 1.216,12 1.220 1.233

22 Semarang 982,96 997,91 1.022,73 1.029 1.043

23 Temanggung 814,21 822,66 839,69 841 849

24 Kendal 898,27 906,48 924,23 925 933

25 Batang 895,83 904,93 923,48 925 933

26 Pekalongan 1.002,98 1.011,17 1.030,18 1.030 1.038

27 Pemalang 1.246,52 1.249,66 1.269,91 1.265 1.269

28 Tegal 1.585,58 1.591,21 1.615,32 1.609 1.614

29 Brebes 1.045,93 1.051,15 1.068,01 1.064 1.070

30 Kota Magelang 6.524,67 6.545,58 6.647,19 6.619 6.643

31 Kota Surakarta 11.340,84 11.393,37 11.573,38 11.534 11.585

32 Kota Salatiga 3.216,24 3.267,67 3.351,21 3.372 3.421

33 Kota Semarang 4.164,06 4.242,83 4.361,93 4.402 4.477

34 Kota Pekalongan 6.259,65 6.325,91 6.457,90 6.407 6.533

35 Kota Tegal 6.946,91 6.981,07 7.092,84 7.070 7.103

Jawa Tengah 995,04 1.003,06 1.022,31 1.022 1.030

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015 Keterangan : *) Angka Sementara Proyeksi SP 2010

2.8 Kondisi Ekonomi

Pada kurun waktu 2011 – 2015 (TW III), kondisi perekonomian Jawa Tengah

menunjukkan pertumbuhan yang melambat dan fluktuatif yang antara lain disebabkan oleh

faktor internal dan eksternal. Faktor internal dimaksud adalah melambatnya kinerja pada

sektor pertanian yang berakibat pada kurang optimalnya sektor pendukung yang lain,

sedangkan pada faktor eksternal yang berpengaruh adalah kondisi perekonomian dunia

yang yang mengalami perlambatan, kondisi tersebut juga diperparah dengan kondisi nilai

tukar mata uang rupiah yang melemah nilai tukarnya dengan mata uang negara yang lain.


(30)

kawasan Asia Tenggara yang berpengaruh pada tingginya prsaingan antar produk dan

berdampak pada menurunnya permintaan pasar global untuk produk Jawa Tengah.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6.Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Tahun 2010 - 2015

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2015

Peningkatan pertumbuhan ekonomi merupakan prioritas yang didukung oleh

berbagai sektor pembangunan dengan mengedepankan pertumbuhan ekonomi inklusif

yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Jawa Tengah. Pertumbuhan ekonomi di Pulau

Jawa selama kurun waktu Tahun 2011 - 2014 dapat dilihat pada Tabel 2.9

Tabel 2.9.

Pertumbuhan Ekonomi di Pulau Jawa dan Nasional Tahun 2011 - 2014

No Provinsi

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2011 2012 2013*) 2014**)

1 Banten 7,03 6,83 7,13 5,47

2 Jawa Barat 6,50 6,05 6,34 5,06

3 DKI Jakarta 6,73 6,53 6,11 5,95

4 Jawa Tengah 5,30 5,34 5,14 5,42

5 DIY 5,21 5,37 5,49 5,18

6 Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86

Nasional 6,16 6,16 5,74 5,02

Sumber : BPS RI, 2015

Keterangan : *) Angka Sementara


(31)

Dilihat dari sebaran per kabupaten/kota, pertumbuhan ekonomi terbesar

terdapat di Kabupaten Semarang sebesar 6,0%, selanjutnya Kabupaten Kebumen

sebesar 5,80%, dan Kabupaten Purbalingga sebesar 5,73%. Di sisi lain kabupaten

dengan pertumbuhan ekonomi terendah yaitu Cilacap sebesar 2,96%, Grobogan

4,03%, dan Wonosobo 4,16%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota

di Jawa Tengah dapat dilihat pada Tabel 2.10

Tabel 2.10

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2011– 2014

No Kabupaten/Kota

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2011 2012 2013*) 2014**)

1 Cilacap 4,07 1,98 2,09 2,96

2 Banyumas 6,61 5,88 6,89 4,78

3 Purbalingga 5,67 5,79 5,61 5,73

4 Banjarnegara 5,44 5,23 5,26 5,07

5 Kebumen 6,15 4,88 4,65 5,80

6 Purworejo 5,64 4,59 5,11 4,63

7 Wonosobo 5,37 4,70 5,25 4,16

8 Magelang 6,68 4,88 6,30 4,87

9 Boyolali 6,34 5,33 5,83 5,04

10 Klaten 6,29 5,71 6,27 5,38

11 Sukoharjo 5,88 5,90 5,78 5,26

12 Wonogiri 3,58 5,94 4,79 5,26

13 Karanganyar 4,95 5,72 5,69 5,12

14 Sragen 6,55 6,12 6,71 5,59

15 Grobogan 3,19 5,08 4,55 4,03

16 Blora 4,42 4,90 5,36 4,39

17 Rembang 5,19 5,32 5,41 5,15

18 Pati 5,91 5,93 5,90 4,54

19 Kudus 4,24 4,11 4,53 4,26

20 Jepara 4,92 5,86 5,25 4,64

21 Demak 5,39 4,46 5,27 4,27

22 Semarang 6,27 6,03 6,87 6,00

23 Temanggung 6,09 4,27 6,14 5,15

24 Kendal 6,57 5,21 5,93 5,10

25 Batang 6,12 4,62 5,84 5,31

26 Pekalongan 5,66 4,81 5,99 4,92

27 Pemalang 5,01 5,32 5,53 5,52

28 Tegal 6,39 5,23 6,75 5,00

29 Brebes 6,65 4,58 5,97 5,32


(32)

31 Kota Surakarta 6,42 5,58 6,17 5,24

32 Kota Salatiga 6,58 5,53 6,27 4,80

33 Kota Semarang 6,58 5,97 6,64 5,30

34 Kota Pekalongan 5,49 5,61 5,91 5,48

35 Kota Tegal 6,47 4,21 5,45 5,03

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015) Keterangan : *) Angka Sementara

**) Angka Sangat Sementara

Nilai PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 pada periode Tahun

2010-2014 mengalami peningkatan dari Rp.623,224 Trilyun menjadi Rp.766,271 Trilyun atau

meningkat sebesar Rp.143,047 Trilyun, sebagaimana Tabel 2.11

Tabel 2.11

Nilai PDRB Tahun 2010 - 2014 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 Provinsi Jawa Tengah

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010 (Juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

A Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan 99.572.441,1 103.389.332,9 106.536.703,1 109.252.110,5 106.029.380,9 B Pertambangan dan

Penggalian 13.346.392,6 13.054.134,2 13.745.874,3 14.594.164,0 15.542.648,8 C

Industri Pengolahan 215.156.474,6 226.325.616,8 241.528.855,9 254.519.318,9 274.971.473,3 D Pengadaan Listrik dan Gas 636.381,9 683.057,1 751.160,2 814.722,9 836.739,7 E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

543.235,9 555.544,3 547.794,9 549.040,4 567.980,1 F Konstruksi 64.423.248,2 65.862.379,6 70.034.622,6 73.465.919,4 76.681.876,6 G Perdagangan Besar dan

Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

91.678.669,2 99.227.580,9 101.058.608,7 105.755.306,3 110.357.193,6 H Transportasi dan

Pergudangan 18.644.272,7 19.522.426,6 20.818.468,6 22.760.151,0 24.802.180,8 I Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 18.772.500,1 19.818.724,0 20.871.604,6 21.802.570,0 23.465.641,1 J Informasi dan Komunikasi 20.826.935,5 22.498.427,4 24.690.219,3 26.663.583,1 30.130.161,6 K Jasa Keuangan dan

Asuransi 17.234.332,5 17.947.552,7 18.588.738,1 19.389.724,9 20.207.820,5 L Real Estate 10.670.140,4 11.319.281,2 11.934.423,1 12.853.218,1 13.776.863,5 M,N Jasa Perusahaan 1.782.800,1 1.949.153,8 2.087.130,5 2.340.118,4 2.534.615,6


(33)

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan

Sosial Wajib 19.764.882,1 20.272.588,3 20.373.579,9 20.912.828,4 21.075.646,6 P Jasa Pendidikan 16.352.073,0 19.361.911,1 22.760.883,7 24.930.587,3 27.466.220,1 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan

Sosial 4.096.105,9 4.495.091,2 4.959.375,9 5.312.609,8 5.907.510,6 R,S,T,U Jasa Lainnya 9.723.735,4 9.985.327,7 10.055.072,4 10.983.732,9 11.917.818,0

Produk Domestik Regional Bruto 623.224.621,3 656.268.129,9 691.343.116,0 726.899.706,4 766.271.771,3 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015)

Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Nilai PDRB Jawa Tengah Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB), periode Tahun 2010-2014

mengalami peningkatan dari Rp.623,224 trilyun menjadi Rp.925,662 trilyun, atau meningkat

sebesar Rp.302,438 trilyun, sebagaimana Tabel 2.12

Tabel 2.12

Nilai PDRB Tahun 2010 - 2014 Atas Dasar Harga Berlaku Provinsi Jawa Tengah

Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

A Pertanian, Kehutanan &

Perikanan 99.572.441,1 110.425.442,7 119.706.873,0 131.671.708,1 136.857.715,6 B Pertambangan & Penggalian 13.346.392,6 13.955.271,4 14.734.641,7 16.069.715,6 19.621.174,2 C Industri Pengolahan 215.156.474,6 241.531.779,5 263.739.825,7 294.967.770,0 336.070.886,5 D Pengadaan Listrik & Gas 636.381,9 689.710,0 744.856,3 769.236,9 793.869,2 E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

543.235,9 560.383,5 551.254,0 567.119,8 601.324,8 F Konstruksi 64.423.248,2 68.953.750,0 76.406.869,3 83.050.225,6 93.449.794,3

G

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil &

Sepeda Motor 91.678.669,2 103.050.759,7 107.277.972,0 115.898.590,7 124.378.284,7

H Transportasi & Pergudangan 18.644.272,7 19.679.538,1 21.186.103,9 23.658.240,7 27.484.359,9

I

Pen3yediaan Akomodasi

& Makan Minum 18.772.500,1 20.608.478,0 22.358.360,1 24.581.306,7 27.991.031,9


(34)

K Jasa Keuangan &

Asuransi 17.234.332,5 18.971.854,3 21.440.930,7 23.426.201,3 25.667.346,7 L Real Estate 10.670.140,4 11.541.256,7 12.235.486,9 13.319.138,9 15.037.136,0 M,N Jasa Perusahaan 1.782.800,1 2.072.330,1 2.297.342,0 2.701.391,3 3.027.946,6

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan & Jaminan 19.764.882,1 20.639.210,5 22.918.633,7 24.638.141,9 26.406.083,8 P Jasa Pendidikan 16.352.073,0 21.942.746,7 28.271.767,3 33.525.590,2 38.656.225,3 Q Jasa Kesehatan &

Kegiatan Sosial 4.096.105,9 4.842.290,6 5.759.471,8 6.489.260,4 7.535.882,6 R,S,T,U Jasa Lainnya 9.723.735,4 10.295.158,6 10.460.793,8 11.812.509,5 13.680.625,8

Produk Domestik Regional Bruto 623.224.621,3 692.561.627,4 754.529.436,1 832.953.579,1 925.662.692,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015)

Keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat Sementara

Perkembangan distribusi dan kontribusi sektor pada PDRB Provinsi Jawa Tengah,

selama kurun waktu 2010–2014, dapat diketahui bahwa sektor dengan kontribusi terbesar

adalah pada sektor industri pengolahan. Selama lima tahun, sektor ini mengalami

peningkatan yang positif. Begitu pula sektor lainnya, hampir selalu mengalami peningkatan

kontribusi positif terhadap PDRB Jawa Tengah, kecuali sektor pertanian menunjukkan

penurunan kontribusi dari Tahun 2010 ke 2014. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel

2.13

Tabel 2.13

Perkembangan Kontribusi Sektor pada PDRB Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 – 2014

Lapangan Usaha

ADHB (%) ADHK Tahun 2010 (%) 2010 2011 2012 2013*) 2014**) 2010 2011 2012 2013*)2014**)

A

Pertanian, Kehutanan

dan Perikanan 15,98 15,94 15,87 15,81 14,78 15,98 15,75 15,41 15,03 13,84 B Pertambangan dan

Penggalian 2,14 2,02 1,95 1,93 2,12 2,14 1,99 1,99 2,01 2,03 C Industri Pengolahan 34,52 34,88 34,95 35,41 36,31 34,52 34,49 34,94 35,01 35,88 D Pengadaan Listrik dan

Gas 0,10 0,10 0,10 0,09 0,09 0,10 0,10 0,11 0,11 0,11

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,09 0,08 0,07 0,07 0,06 0,09 0,08 0,08 0,08 0,07


(35)

G

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

14,71 14,88 14,22 13,91 13,44 14,71 15,12 14,62 14,55 14,4

H Transportasi dan

Pergudangan 2,99 2,84 2,81 2,84 2,97 2,99 2,97 3,01 3,13 3,24

I

Penyediaan Akomodasi

& Makan Minum 3,01 2,98 2,96 2,95 3,02 3,01 3,02 3,02 3 3,06 J Informasi dan

Komunikasi 3,34 3,29 3,24 3,1 3,07 3,34 3,43 3,57 3,67 3,93 K Jasa Keuangan dan

Asuransi 2,77 2,74 2,84 2,81 2,77 2,77 2,73 2,69 2,67 2,64 L Real Estate 1,71 1,67 1,62 1,6 1,62 1,71 1,72 1,73 1,77 1,8 M,N Jasa Perusahaan 0,29 0,3 0,3 0,32 0,33 0,29 0,3 0,3 0,32 0,33

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

3,17 2,98 3,04 2,96 2,85 3,17 3,09 2,95 2,88 2,75

P Jasa Pendidikan 2,62 3,17 3,75 4,02 4,18 2,62 2,95 3,29 3,43 3,58 Q Jasa Kesehatan &

Kegiatan Sosial 0,66 0,7 0,76 0,78 0,81 0,66 0,68 0,72 0,73 0,77 R, Jasa Lainnya 1,56 1,49 1,39 1,42 1,48 1,56 1,52 1,45 1,51 1,56 S PDRB 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015)

Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

Pada Tahun 2010-2014, pertumbuhan sektor PDRB Jawa Tengah ADHB tertinggi

terjadi di sektor Pertambangan dan Penggalian, Transportasi dan Pergudangan serta Jasa

Kesehatan dan Kegiatan Sosial sedangkan pertumbuhan sektor PDRB ADHK yang tertinggi

adalah sektor Informasi dan Komunikasi, Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Jasa

Pendidikan, secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.14

Tabel 2.14.

Laju Pertumbuhan PDRB ADHB dan PDRB ADHK Tahun 2010 Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010 - 2014

Lapangan Usaha

Pertumbuhan PDRB ADHB (%) Pertumbuhan PDRB ADHK(%) 2011 2012 2013*) 2014**) 2011 2012 2013*) 2014**)

A Pertanian, Kehutanan & Perikanan 10,90 8,41 10,00 3,94 3,83 3,04 2,55 -2,95 B Pertambangan & Penggalian 4,56 5,58 9,06 22,10 -2,19 5,30 6,17 6,50 C Industri Pengolahan 12,26 9,19 11,84 13,93 5,19 6,72 5,38 8,04


(36)

D Pengadaan Listrik & Gas 8,38 8,00 3,27 3,20 7,33 9,97 8,46 2,70

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

3,16 -1,63 2,88 6,03 2,27 -1,39 0,23 3,45 F Konstruksi 7,03 10,81 8,69 12,52 2,23 6,33 4,90 4,38

G

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor

12,40 4,10 8,04 7,32 8,23 1,85 4,65 4,35

H Transportasi & Pergudangan 5,55 7,66 11,7 16,2 4,71 6,64 9,33 8,97

I

Penyediaan Akomodasi &

Makan Minum 9,78 8,49 9,94 13,87 5,57 5,31 4,46 7,63 J Informasi & Komunikasi 9,48 7,18 5,60 10,06 8,03 9,74 7,99 13,00 K Jasa Keuangan & Asuransi 10,08 13,01 9,26 9,57 4,14 3,57 4,31 4,22 L Real Estate 8,16 6,02 8,86 12,90 6,08 5,43 7,70 7,19 M,N Jasa Perusahaan 16,24 10,86 17,59 12,09 9,33 7,08 12,12 8,31

O

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib

4,42 11,04 7,50 7,18 2,57 0,50 2,65 0,78 P Jasa Pendidikan 34,19 28,84 18,58 15,30 18,41 17,55 9,53 10,17 Q Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial 18,22 18,94 12,67 16,13 9,74 10,33 7,12 11,20 R, Jasa Lainnya 5,88 1,61 12,92 15,81 2,69 0,70 9,24 8,50 Produk Domestik Regional Bruto 11,13 8,95 10,39 11,13 5,30 5,34 5,14 5,42 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015) Keterangan : *) Angka sementara **) Angka sangat sementara

PDRB Jawa Tengah apabila dilihat dari sisi pengeluaran menunjukkan bahwa

konsumsi rumah tangga masih memberi kontribusi terbesar nilai PDRB disusul impor barang

dan jasa, dan ekspor barang dan jasa. Besaran nilai dari komponen PDRB Sisi Pengeluaran

terus meningkat dari tahun ke tahun selama 2010-2014 sebagaimana dapat dilihat pada

Tabel 2.15


(37)

Tabel 2.15

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-2014

No

Jenis Pengeluaran

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Juta Rupiah)

2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1

Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga 389.637.550,1 429.912.439,0 474.886.733,8 534.427.983,6 592.695.598,1

2

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayanai Rumah Tangga

6.449.527,8 6.968.242,7 7.936.191,8 9.260.133,6 10.773.170,0

3

Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 49.467.504,6 55.282.980,3 61.581.493,4 69.276.181,5 76.604.179,9

4 PMTB 175.032.483,2 198.421.408,6 227.585.695,3 242.163.565,8 273.585.229,6

5 Perubahan

Inventori 9.221.006,0 33.248.696,2 53.599.995,0 44.273.887,2 27.054.492,9

6 Ekspor Barang dan Jasa 214.844.442,6 238.936.070,0 260.959.258,7 305.627.177,4 339.604.464,4

7 Impor Barang dan Jasa 221.427.893,0 270.208.209,4 332.019.932,0 372.075.350,0 394.654.442,7

8 PDRB 623.224.621,3 692.561.627,4 754.529.436,1 832.953.579,1 925.662.692,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015)

Keterangan : *) Angka sementara **)Angka sangat sementara

Dari besaran distribusi persentase PDRB sisi pengeluaran sebagaimana disajikan

dalam Tabel II.15. dapat diketahui pula bahwa kontribusi terbesar dalam penciptaan PDRB

Jawa Tengah selama 2010 - 2014 adalah pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar

64,03%, disusul impor barang dan jasa sebesar 42,63%. Sementara itu, konsumsi pemerintah

dan PMTB masing-masing menyumbang sebesar 8,28% dan 29,56% per tahun.


(38)

Tabel 2.16

Distribusi Persentase PDRB Menurut Pengeluaran Provinsi Jawa Tengah Tahun

2010 - 2014

No Jenis Penggunaan

PDRB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku 2010 2011 2012 2013*) 2014**)

1 Pengeluaran Konsumsi

Rumah Tangga 62,52 62,08 62,94 64,16 64,03 2

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang

Melayani Rumah Tangga 1,03 1,01 1,05 1,11 1,16 3 Pengeluaran Konsumsi

Pemerintah 7,94 7,98 8,16 8,32 8,28

4 PMTB 28,08 28,65 30,16 29,07 29,56

5 Perubahan Inventori 1,48 4,80 7,10 5,32 2,92 6 Ekspor Barang dan Jasa 34,47 34,50 34,59 36,69 36,69 7 Impor Barang dan Jasa 35,53 39,02 44,00 44,67 42,63

8 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah (PDRB Jateng 2015) Keterangan : *) Angka sementara

**) Angka sangat sementara

2.9 Ringkasan Rancangan RPJPD/RPJMD

Guna membantu pelaksanaan tugas dari Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018, maka sesuai dengan hukum yang berlaku adalah

menyelesaikan RPJMD. Untuk memenuhi ketentuan tersebut, Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (Bappeda) melaksanakan fungsinya membantu Gubernur untuk

menyusun RPJMD. Di bawah ini adalah penjelasan dokumen RPJMD Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2013-2018.

Bagian pertama dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 menggambarkan kondisi umum Provinsi, profil

keuangan dan anggaran, dan analisis isu-isu strategis. Bagian pertama merupakan dasar

untuk merumuskan bagian kedua dari RPJMD yang berisi kebijakan yang luas dan formulasi

strategi untuk waktu 5 (lima) tahun, 2013-2018 yaitu: (1) visi dan misi; (2) tujuan dan sasaran;

(3) strategi dan arah kebijakan; (4) kebijakan umum dan program pembangunan; dan (5)

program prioritas indikatif. Semua ini dirumuskan secara umum, sedangkan program

prioritas dijelaskan dalam Rencana Strategis (Renstra) dari masing-masing SKPD.


(39)

Visi dan Misi

Visi Gubernur dan Wakil Gubernur selama lima tahun berikutnya adalah:

MENUJU JAWA TENGAH SEJAHTERA DAN BERDIKARI,

“Mboten Korupsi Mboten Ngapusi”.

Visi di atas selanjutnya dijabarkan dalam 7 (tujuh) misi, sebagai berikut:

(1) Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik,

Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan; (2) Mewujudkan

Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggu- langi Kemiskinan dan

Pengangguran; (3) Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah

yang Bersih, Jujur dan Transparan, “Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”; (4)

Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan

Kesatuan; (5) Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam Pengambilan Keputusan dan

Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak; (6) Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat; dan (7)

Meningkatkan Infrastruktur untuk Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang

Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan.

Tujuan dan Sasaran

Setiap Misi di atas kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam tujuan yang lebih

spesifik dan target.

Tujuan Misi 1 : Memberikan haluan pada 6 (enam) misi yang lain dalam pengamalan ajaran

Tri Sakti Bung Karno.

Sasarannya adalah Mengarahkan seluruh sasaran pembangunan menuju Kedaulatan di

Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan

Tujuan Misi 2 :

(1) Menurunkan jumlah penduduk miskin; (2) Menurunkan jumlah penganggur; (3)

Mewujudkan Desa Mandiri/Berdikari melalui Kedaulatan Pangan dan Kedaulatan Energi; (4)

Mengembangkan Koperasi dan UMKM (KUMKM); (5) Meningkatkan iklim dan

pengembangan penanaman modal; (6) Pembangunan yang berkeadilan; dan (7)

Pemerataan akses pelayanan bagi PMKS.


(40)

Pengangguran Terbuka; (3) Terjaminnya ketersediaan pangan dari aspek produksi,

distribusi, konsumsi dan keamanan berbasis bahan baku, sumber daya dan kearifan lokal;

(4) Terjaminnya ketersediaan energi dengan potensi lokal; (5) Meningkatnya jumlah dan

kualitas daya saing dan produktivitas KUMKM; (6) Meningkatnya realisasi penanaman

modal; (7) Meningkatnya keadilan gender; (8) Meningkatnya kualitas hidup serta

perlindungan terhadap perempuan dan anak termasuk anak berkebutuhan khusus; (9)

Meningkatnya ketersediaan dan kesetaraan penyelenggaraan pendidikan; (10)

Meningkatknya kualitas SDM; dan (11) Meningkatkan aksesibilitas PMKS dalam memperoleh

pelayanan dan rehabilitasi yang berkualitas.

Tujuan Misi 3 :

(1) Menciptakan penyelenggara pemerintahan daerah yang kompeten, profesional,

berdedikasi tinggi dan berorientasi pada pelayanan prima; (2) Menciptakan sistem birokrasi

yang transparan dan akuntabel; dan (3) Melaksanakan penegakan hukum.

Sasarannya adalah : (1) Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bebas Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme; (2) Meningkatnya cakupan layanan pengukuran Indeks Kepuasan

Masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah; (3) Terwujudnya kelembagaan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP); (4) Tercapainya laporan keuangan daerah dengan

opini Wajar Tanpa Pengecualian; dan (5) Terwujudnya penegakan dan harmonisasi produk

hukum yang mendorong pencapaian akuntabilitas dan kondusivitas penyelenggaran

pemerintahan dan pembangunan.

Tujuan Misi 4 :

(1) Menurunkan potensi konflik antar kelompok masyarakat, suku dan agama; (2)

Memperkuat 4 (empat) pilar kebangsaan dalam budaya dan jati diri masyarakat; (3)

Meningkatkan partisipasi politik masyarakat; dan (4) Mewujudkan budaya Jawa Tengah

yang semakin berkembang pada semua aspek kehidupan.

Sasarananya adalah : (1) Tertanganinya kejadian konflik antar kelompok masyarakat, suku

dan agama; (2) Meningkatnya peran kelembagaan sosial masyarakat dalam

menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya dan jati diri bangsa; (3) Menguatnya

semangat kebangsaan, persatuan dan jiwa patriotik; (4) Meningkatnya partisipasi politik

masyarakat; (5) Meningkatnya peran partai politik dan organisasi masyarakat dalam proses

demokrasi; (6) Meningkatnya pemahaman masyarakat atas budaya Jawa; (7) Meningkatnya

sikap dan perilaku masyarakat yang dijiwai oleh keluhuran budaya Jawa; dan (8)

Meningkatnya pelaksanaan tradisi budaya Jawa dalam kehidupan masyarakat.


(41)

Tujuan Misi 5 :

(1) Meningkatkan peran masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan pembangunan; (2) Meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan

kebutuhan dan permasalahan yang dialami masyarakat. Sasarannya adalah : (1)

Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan; (2)

Berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah; dan (3) Meningkatnya ketepatan

waktu dan mutu pelaksanaan pembangunan daerah.

Tujuan Misi 6 : (1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan

permukiman; (2) Meningkatkan pemerataan akses dan layanan pendidikan; (3)

Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman; dan (4) Meningkatkan kualitas dan

kapasitas infrastruktur pertanian dalam arti luas.

Sasaran adalah : (1) Menurunnya angka kematian kasar (

Crude Death Rate

) dan angka

kesakitan; (2) Menurunnya

Drop Out

(DO) KB dan

Unmet Need

serta meningkatnya peserta

KB aktif/

Contraceptive Prevalance Rate

(CPR); (3) Meningkatkan kesempatan masyarakat

mengenyam pendidikan; (4) Meningkatnya kualitas pendidikan; (5) Meningkatnya

pemenuhan kebutuhan air minum, sanitasi, perumahan layak huni; dan (6) Meningkatnya

cakupan dan kualitas layanan jaringan irigasi.

Tujuan Misi 7 : (1) Meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur dan pelayanan

transportasi; (2) Meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur komunikasi; (3)

Meningkatkan aksesibilitas inter dan antar wilayah; (4) Menerapkan konsep ramah

lingkungan dalam setiap pembangunan; (5) Meningkatkan ketangguhan dalam

penanggulangan bencana.

Sasaran adalah : (1) Meningkatnya daya tampung jalan dan jembatan; (2) Meningkatnya

kelancaran lalu lintas; (3) Meningkatnya cakupan masyarakat pengguna sarana teknologi

komunikasi dan informasi; (4) Meningkatnya mobilitas penduduk dan kelancaran arus

barang/ jasa; (5) Terwujudnya pembangunan berwawasan lingkungan; dan (6)

Meningkatkan kelembagaan penanggulangan bencana dan kapasitas masyarakat.

Mengenai keterkaitan antara tujuan, sasaran, dan indikator yang digunakan dalam

upaya pencapaian misi dapat dilihat pada tabel dibawah ini


(42)

Tabel II.17

Keterkaitan Tujuan, Sasaran dan Indikator Target dalam Pencapaian Misi RPJMD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 - 2018

Visi : Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari

“Mboten Korupsi Mboten Ngapusi”

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

1. Membangun Jawa Tengah berbasis Trisakti Bung Karno, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi, dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan

Memberikan haluan pada 6 (enam) misi yang lain dalam pengamalan ajaran Tri Sakti Bung Karno

Mengarahkan seluruh sasaran pembangunan menuju Kedaulatan di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian di Bidang Kebudayaan

2. Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan, Menanggulangi Kemiskinan dan Pengangguran

1. Menurunkan jumlah penduduk miskin Menurunnya angka kemiskinan Persentase angka kemiskinan 2. Menurunkan jumlah penganggur Menurunnya Tingkat Pengangguran

Terbuka

Persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

3. Mewujudkan Desa Mandiri/Berdikari melalui kedaulatan pangan dan Kedaulatan Energi

a. Terjaminnya ketersediaan pangan dari aspek produksi, distribusi, konsumsi dan keamanan berbasis bahan baku, sumber daya dan kearifan lokal 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)

Persentase ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah

Skor Pola Pangan Harapan Persentase penguatan cadangan pangan

Jumlah produksi padi

Jumlah produksi tebu Jumlah produksi daging Tingkat konsumsi ikan

b. Terjaminnya ketersediaan energi dengan potensi lokal

1) 2)

Rasio Elektrifikasi

Persentase pemanfaatan EBT terhadap total konsumsi energi

4. Mengembangkan KUMKM Meningkatnya jumlah dan kualitas 1) 2)

Persentase LKM aktif


(43)

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

daya saing dan produktivitas 3) Persentase koperasi sehat KUMKM 4) Persentase koperasi aktif 5. Meningkatkan iklim dan

pengembangan penanaman modal

Meningkatnya realisasi 1) Jumlah investor PMA & PMDN Penanaman 2) Nilai Investasi

Modal

6. Pembangunan yang berkeadilan a. Meningkatnya keadilan gender b. Meningkatnya kualitas hidup serta

perlindungan terhadap perempuan dan anak termasuk anak

berkebutuhan khusus

1) 2) 3)

Indeks Pembangunan Gender (IPG) Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Jumlah Kabupaten/Kota menuju Kota

Layak Anak c. Meningkatnya ketersediaan dan

kesetaraan penyelenggaraan pendidikan

1) APM SD/SDLB/MI/Paket A 2) APK SMP/SMPLB/MTs/Paket B 3) APK SMA/SMALB/MA/Paket C d. Meningkatnya kualitas SDM 1) Persentase Desa Vokasi yang

dikembangkan dan penguatan desa vokasi

2) Jumlah kelompok yang mendapatkan pendidikan masyarakat

3) Jumlah klaster kewirausahaan pemuda

7. Pemerataan akses pelayanan bagi PMKS Meningkatkan aksesibilitas PMKS dalam memperoleh pelayanan dan rehabilitasi yang berkualitas.

Jumlah PMKS yang memperoleh penanganan

3. Mewujudkan Penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah yang Bersih, Jujur dan Transparan, “Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi”

1. Menciptakan penyelenggara

pemerintahan daerah yang kompeten, profesional, berdedikasi tinggi dan berorientasi pada pelayanan prima

a. Terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

b. Meningkatnya cakupan layanan pengukuran Indeks

1) 2) 3)

Indonesia Governance Index (IGI)

Promosi Jabatan secara terbuka untuk eselon I,II, III dan IV Persentase Indeks Demokrasi Indonesia Jawa Tengah


(44)

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

Kepuasan Masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintah daerah

c. Terwujudnya kelembagaan PTSP

4) Jumlah Unit Pelayanan Publik (UPP) yang dilakukan pengukuran IKM

2. Menciptakan sistem birokrasi yang transparan dan akuntabel

Tercapainya laporan keuangan daerah dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian

Opini BPK (WTP)

3. Melaksanakan penegakan hukum Terwujudnya penegakan dan harmonisasi produk hukum yang mendorong pencapaian akuntabilitas dan kondusivitas penyelenggaran pemerintahan dan pembangunan

Persentase tertanganinya pelanggaran perda

4. Memperkuat Kelembagaan Sosial Masyarakat untuk Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan

1. Menurunkan potensi konflik antar kelompok masyarakat, suku dan agama

Tertanganinya kejadian konflik antar kelompok masyarakat, suku dan agama

Persentase resolusi konflik sosial

2. Memperkuat 4 (empat) pilar kebangsaan dalam budaya dan jati diri masyarakat

a. Meningkatnya peran kelembagaan sosial masyarakat dalam

menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya dan jati diri bangsa

b. Menguatnya semangat

kebangsaan, persatuan dan jiwa patriotik

Perubahan perilaku masyarakat/sikap toleransi dan gotong royong

3. Meningkatkan partisipasi politik masyarakat

a. Meningkatnya partisipasi politik masyarakat

b. Meningkatnya peran partai politik dan organisasi masyarakat dalam proses demokrasi

1) Persentase pemilih dalam

menggunakan hak pilih dalam Pemilu : a) Pilgub dan wagub 2018 b) Pilpres 2014


(45)

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

c) Pilleg 2014

d) Pilkada Kab/kota 2017 2) Persentase keterlibatan masyarakat

dalam pengambilan keputusan 4. Mewujudkan budaya Jawa Tengah yang

semakin berkembang pada semua aspek kehidupan

a. Meningkatnya pemahaman masyarakat atas budaya Jawa b. Meningkatnya sikap dan perilaku

masyarakat yang dijiwai oleh keluhuran budaya Jawa

c. Meningkatnya pelaksanaan tradisi budaya Jawa dalam kehidupan masyarakat

1) Persentase penerapan indikator SPM kesenian (Gelar Seni, Sarana Kesenian, Penyelenggaraan Misi Kesenian) 2) Persentase dan jumlah lokasi pelestarian

cagar budaya

3) Penerapan kurikulum pelajaran budaya Jawa pada jenjang pendidikan 4) Perubahan perilaku masyarakat

berorientasi budaya luhur Jawa 5. Memperkuat Partisipasi Masyarakat dalam

Pengambilan Keputusan dan Proses Pembangunan yang Menyangkut Hajat Hidup Orang Banyak

1. Meningkatkan peran masyarakat dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan

Meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam proses pelaksanaan

pembangunan

Persentase pelaksanaan rembug masyarakat dalam pengambilan keputusan

2. Meningkatkan kesesuaian program pembangunan dengan kebutuhan dan permasalahan yang dialami masyarakat

a. Berkurangnya kesenjangan pembangunan antar wilayah b. Meningkatnya ketepatan waktu

dan mutu pelaksanaan pembangunan daerah

1) Indeks Gini 2) Indeks Williamson

6. Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik untuk Memenuhi Kebutuhan Dasar Masyarakat

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan permukiman

a. Menurunnya angka kematian kasar (Crude Death Rate) dan angka kesakitan

b. Menurunnya Drop Out (DO) KB dan Unmet Need serta meningkatnya peserta KB aktif/Contraceptive Prevalance Rate (CPR)

1) Angka Kematian Ibu (AKI) 2) Angka Kematian Bayi (AKB) 3) Angka Kematian Balita (AKABA) 4) Angka Kematian Demam Berdarah

Dengue

5) Angka penemuan kasus HIV/AIDS, TB paru dan malaria


(46)

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

6) Angka Prevalensi Gizi Buruk 7) Persentase Drop Out Keluarga

Berencana

8) Persentase Unmet Need 9) Persentase Contraceptive

Prevalance Rate (CPR) 2. Meningkatkan pemerataan akses dan

layanan pendidikan

a. Meningkatkan kesempatan masyarakat mengenyam pendidikan

1) Angka rata-rata lama sekolah 2) APK PAUD/TK

3) APK SMP/SMPLB/MTs/Paket B 4) APK SMA/SMALB/MA/Paket C 5) APM SD/SDLB/MI/Paket A b. Meningkatnya kualitas pendidikan 1) Angka Kelulusan SD/MI

2) Angka Kelulusan SMP/MTs 3) Angka Kelulusan SMA/MA

4) Persentase ruang kelas SD/MI sesuai SNP

5) Persentase ruang kelas SMP/MTs sesuai SNP

6) Persentase ruang kelas SMA/MA/SMK sesuai SNP

7) Persentase SD/SDLB/MI yang terakreditasi

8) Persentase SMP/SMPLB/MTs yang terakreditasi

9) Persentase SMA/MA/SMK yang terakreditasi

10) Persentase Pendidik berkualifikasi S1/D4 3. Meningkatkan kualitas lingkungan

permukiman

Meningkatnya pemenuhan 1) Persentase cakupan layanan air kebutuhan air minum, sanitasi, bersih perkotaan

perumahan layak huni 2) Persentase cakupan layanan air bersih perdesaan


(47)

Misi Tujuan Sasaran Indikator Target

3) Persentase cakupan layanan sanitasi 4) Rasio rumah layak huni

4. Meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur pertanian dalam arti luas

Meningkatnya cakupan dan kualitas layanan jaringan irigasi

1) Persentase kondisi jaringan irigasi baik 2) Persentase pemenuhan kebutuhan air

baku 7. Meningkatkan Infrastruktur untuk

Mempercepat Pembangunan Jawa Tengah yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan

1. Meningkatkan kualitas dan kapasitas infrastruktur dan pelayanan transportasi

a. Meningkatnya daya tampung jalan dan jembatan

b. Meningkatnya kelancaran lalu lintas

1) Persentase proporsi panjang jalan dalam kondisi baik

2) Persentase proporsi panjang jalan dengan lebar >6,00 m

3) Persentase proporsi panjang jalan dengan kapasitas MST jalan kolektor 2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas

infrastruktur komunikasi

Meningkatnya cakupan masyarakat pengguna sarana teknologi komunikasi dan informasi

Rasio masyarakat pengguna internet, telepon seluler/fax

3. Meningkatkan aksesibilitas inter dan antar wilayah

Meningkatnya mobilitas penduduk dan kelancaran arus barang/ jasa.

1) Jumlah kab/kota yang melakukan pengembangan angkutan umum dan massal

2) Jumlah desa yang melakukan pengembangan angkutan pedesaan 3) Persentase ketersediaan prasarana

keselamatan jalan provinsi

4) Persentase ketersediaan prasarana keselamatan perlintasan KA di jalan provinsi 4. Menerapkan konsep ramah lingkungan

dalam setiap pembangunan

Terwujudnya pembangunan berwawasan lingkungan

1) Jumlah sungai yang memiliki informasi status mutu air

2) Jumlah kab/kota informasi status mutu udara


(1)

BAB VI

PENJAMINAN KUALITAS KLHS

Untuk menjamin kualitas KLHS dilakukan melalui penilaian secara mandiri sesuai dengan Surat Edaran No. SE.04/Menlhk/II/2015 tentang Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS). Berdasarkan hasil penilaian mandiri, secara umum proses KLHS sudah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, namun terdapat beberapa catatan yang perlu menjadi perhatian bagi proses penyusunan KLHS berikutnya. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 6.1

Instrumen Penilaian Kualitas KLHS Perubahan RPJMD

No. Pertanyaan Jawaban Keterangan

Ya Tidak 1. Apakah KLHS dilakukan sebagai

bagian integral dari proses penyusunan Kebijakan, Rencana dan/atau Program?

V

2. Jika pelaksanaan proses KLHS sebagai bagian integral dari proses penyusunan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program tidak terjadi, maka apakah ada penjelasan interaksi antara proses penyusunan Kebijakan, Rencana dan/atau Program dan KLHS?

V

3. Apakah pemangku kepentingan yang akan dilibatkan dalam KLHS diidentifikasikan pada permulaan proses KLHS?

V

4. Apakah rencana konsultasi dan partisipasi dibuat?

V 5. Apakah partisipasi dan konsultasi

dengan pemangku kepentingan dalam pelaksanaan proses KLHS dilakukan bersama-sama dengan pelaksanaan proses penyiapan Kebijakan, Rencana dan/atau Program?


(2)

6. Apakah lingkup KLHS didiskusikan dengan pembuat Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program dan pemangku kepentingan?

V

7. Apakah pemangku kepentingan dikonsultasikan dengan cara dan pada waktu yang memberikan mereka kesempatan awal dan efektif dalam kerangka waktu yang sesuai untuk menyampaikan pendapat mereka terhadap draf Kebijakan, Rencana dan/atau Program dan laporan KLHS?

V

8. Apakah semua pemangku kepentingan yang relevan mempunyai kesempatan untuk memberikan komentar dan masukan selama proses KLHS?

V

9. Apakah informasi/dokumentasi KLHS dapat diakses masyarakat?

V 10. Apakah isu-isu strategis lingkungan

hidup / pembangunan berkelanjutan yang akan ditangani KLHS

diidentifikas

diidentifikasikan dengan jelas (seperti sebab dan akibat, tingkat keseriusan dan lokasinya) ?

V

11. Apakah ruang lingkup wilayah KLHS (yaitu kawasan yang mungkin akan terkena pengaruh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program ) termasuk lokasi di luar batas administratif didefinisikan ?

V

12. Apakah deskripsi isu strategis lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan telah didukung oleh data, informasi dan analisis yang sesuai ?

V

13. Apakah diterangkan dengan jelas bagaimana isu strategis telah didefinisikan?

V

14. Apakah tujuan yang relevan untuk isu-isu strategis pembangunan berkelanjutan diidentifikasi dan dijelaskan?

V

15. Jika ada isu tertentu yang diabaikan dalam pelaksanaan KLHS, apakah diberikan dan dijelaskan


(3)

alasannya?

16. Apakah obyek dari kajian (yaitu Kebijakan, Rencana dan/atau Program) didefinisikan dengan jelas?

V

17. Apakah bagian-bagian dari Kebijakan, Rencana dan/atau Program yang mempunyai dampak strategis lingkungan hidup

diidentifikasikan dan dijelaskan?

V

18. Apakah aspek berikut ditangani dalam evaluasi?

a. kapasitas daa dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk pembangunan;

b.perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup

c. kinerja layanan/jasa ekosistem d.efisiensi pemanfaatan sumber

daya alam

e. tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim f. tingkat ketahanan dan potensi

keanekaragaman hayati g.aspek lain (harap dijelaskan)

V

19. Apakah kondisi lingkungan hidup wilayah (baseline) dari isu strategis pembangunan berkelanjutan dijelaskan?

V

20. Apakah perkembangan

kecenderungan pada masa lalu hingga saat ini dianalisis untuk isu- isu strategis?

V

21. Jika hal tersebut di atas dilakukan, apakah penggerak utama (yaitu faktor yang mempengaruhi kecenderungan) diidentifikasi?

V

22. Apakah kecenderungan isu-isu strategis pada masa depan tanpa diterapkannya suatu Kebijakan, Rencana dan/atau Program dianalisis?

V

23. Apakah wilayah yang lebih luas daripada batas-batas administrasi atau fisik dari wilayah pengaruh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program dipertimbangkan dalam


(4)

analisis?

24. Apakah urusan dan masalah utama yang berkaitan dengan isu-isu strategis dinyatakan dengan jelas?

V

25. Bila demikian, apakah dijelaskan jika urusan dan masalah utama tersebut dapat dipengaruhi oleh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program?

V

26. Apakah KLHS dari Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program mempertimbangkan data dan informasi dari Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program lain yang terkait (dan KLHS-nya)?

V

27. Apakah konflik antara sasaran pengelolaan lingkungan hidup terhadap isu-isu strategis dan tujuan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program diidentifikasi dan dijelaskan?

V

28. Apakah dalam analisis KLHS dijelaskan mengenai kemungkinan keterbatasan data dan informasi yang tersedia dan mengenai potensi yang terkait dengan ketidakpastian?

V

29. Apakah seluruh dampak Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program terhadap isu-isu penting lingkungan

hidup/pembangunan berkelanjutan dievaluasi dalam pengkajian?

V

30. Apakah ada dampak dari isu lingkungan hidup / pembangunan berkelanjutan yang ditiadakan dari evaluasi?

V

31. Jika demikian, apakah diberikan alasannya?

V 32. Apakah dampak positif dan negatif

keduanya dipertimbangkan ?

V 33. Apakah dampak sekunder atau

turunan dipertimbangkan dalam pengkajian?

V

34. Apakah dampak kumulatif dipertimbangkan dalam pengkajian?

V


(5)

(keadaan, signifikansi, probabilitas, lingkup dan jangkauan, frekuensi dan durasi,

keterbalikkan/reversibility) dijelaskan ?

36. Apakah dampak dikuantifikasikan jika mungkin ?

V 37. Apakah pengkajian dampak didukung

oleh perhitungan, contoh, referensi kepada kepustakaan nasional dan internasional dll.?

V

38. Apakah metode yang digunakan untuk mengkaji dampak dijelaskan?

V 39. Apakah semua alternatif yang

diusulkan oleh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program dikaji?

V

40. Apakah potensi timbulnya dampak dari setiap alternatif dideskripsikan dengan jelas ?

V

41. Apakah diberikan peringkat alternatif (bila disarankan oleh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program ) ?

V

42. Apakah KLHS merekomendasikan alternatif dengan kinerja

lingkungan hidup/pembangunan berkelanjutan yang lebih baik dibandingkan dengan alternatif yang disarankan oleh Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program ?

V

43. Apakah ada alasan mengenai alternatif yang diabaikan atau yang dipilih ?

V

44. Apakah tindakan yang disarankan oleh KLHS untuk mencegah,

mengurangi dan/atau mengimbangi dampak negatif yang signifikan untuk semua dampak utama diidentifikasi?

V

45. Apakah institusi yang bertanggungjawab untuk melaksanakan tindakan mitigasi ditetapkan ?

V

46. Apakah laporan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program menjelaskan status mengenai saran dan

rekomendasi KLHS yang mana yang


(6)

telah terintegrasi dalam Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program (dalam hal Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program berubah karena KLHS) ? 47. Apakah kesimpulan dan

rekomendasi yang diberikan oleh KLHS dipertimbangkan dalam proses pengambilan keputusan Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program ?

V

48. Apakah KLHS menyarankan indikator-indikator untuk pemantauan dampak terhadap lingkungan hidup ?

V

49. Jika demikian, apakah indikator- indikator tersebut berdasarkan informasi kondisi lingkungan hidup wilayah (baseline), indikator dan tujuan dari Kebijakan, Rencana Dan/Atau Program dan/atau KLHS ?

V

50. Ketika pemantauan mungkin mengungkapkan pengaruh buruk yang signifikan, apakah KLHS menunjukkan tindakan-tindakan yang perlu dilakukan untuk

menanggulangi pengaruh buruk ini ?

V

51. Apakah laporan KLHS mengikuti ketentuan yang ditetapkan ?