Gejala dari retardasi mental dalam Soetjiningsih 1995 dibagi menjadi: 1. Retardasi tipe ringan
Bagian terbesar dari retardasi mental, berkisar 80, termasuk dalam tipe sosial budaya. Golongan ini termasuk mampu didik dan mampu latih, artinya
dapat diajar baca tulis sampai kelas 4 – 6 SD dan bisa dilatih keterampilan tertentu. Tetapi umumnya kurang mampu menghadapi stres sehingga tetap
membutuhkan bimbingan dari keluarganya. 2. Retardasi mental sedang
Kelompok ini berkisar 12 dari seluruh penderita retardai mental. Mereka mampu latih tetapi tidak mampu didik. Taraf kemampuan intelektualnya
hanya dapat sampai kelas 2 SD, tetapi dapat dilatih menguasai suatu keterampilan tertentu. Mereka juga perlu dilatih bagaimana cara mengurus
diri dan pengawasan jika mengalami stres. 3. Retardasi mental berat
Kelompok ini berkisar 7 dan tipe klinik. Diagnosis mudah ditegakkan secara dini, karena adanya kelainan fisik juga keterlambatan motorik dan
bahasa yang sejak awal dapat diamati oleh orang tua. Mereka dapat dilatih higiene dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat
dilatih keterampilan kerja, dan memerlukan pengawasan dan bimbingan seumur hidup.
4. Retardasi mental sangat berat Kelompok ini berkisar 1 dan termasuk dalam tipe klinik. Diagnosis mudah
dibuat karena gejala mental dan fisik sangat jelas. Kemampuan berbahasanya sangat minimal. Mereka sangat tergantung pada orang di sekitarnya.
2.4. Tunadaksa
2.4.1. Definisi Tunadaksa
Istilah tunadaksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang, dan “daksa” yang berarti tubuh. Menurut Depdikbud 1996, istilah tunadaksa
maksudnya sama dengan istilah yang berkembang seperti cacat tubuh, tuna tubuh, tuna raga, cacat anggota badan, cacat orthopedic, crippled, dan orthopedically
Universitas Sumatera Utara
handicapped. Menurut The Individuals with Disabilities Education Act atau IDEA 2008, orthopedic impairments adalah kelainan ortopedik, dapat disebabkan oleh
kelainan kongenital, penyakit, dan penyebab lain, yang mengganggu proses pembelajaran anak. Orthopedic dalam Dorland’s Medical Dictionary 2007
berhubungan dengan sistem muskuloskeletal yang terdiri atas tulang, otot, sendi, ligamentum, dan jaringan ikat. Kesimpulannya adalah anak tunadaksa dapat
didefinisikan sebagai penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot, tulang, dan persendian yang dapat mengakibatkan gangguan koordinasi,
komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan keutuhan pribadi.
2.4.2. Klasifikasi Tunadaksa
Klasifikasi anak tunadaksa didasari untuk kemudahan dalam pemberian layanan. Salah satu sistem klasifikasi dilihat dari sistem kelainannya, antara lain
Hallahan Kauffman, 2006: 1. Kelainan pada sistem neurologis neurological impairments
a. Palsi serebral Cerebral palsy Palsi serebral menurut Mutch L. 1992 adalah sekelompok
gangguan yang tidak progresif, tapi sering berubah, sindrom gangguan motorik yang bersumber dari lesi atau anomali pada otak yang timbul
pada fase awal perkembangannya. Walaupun lesi inisial dan anomali pada otak tetap, namun tampilan klinis dapat berubah seiring waktu
dikarenakan pertumbuhan dan perkembangan dan kematangan dari sistem saraf pusat Sankar Mundkur, 2005. Palsi serebral adalah
masalah umum dengan insiden 2 sampai 2.5 setiap 1000 kelahiran hidup Rosen MG. Dickinson JC., 1992.
Keterbatasan yang dimiliki oleh anak palsi serebral antara lain retardasi mental 60 yang sering terjadi pada palsi serebral dengan
spastic hemiplegia, gangguan visual dan pergerakan okular 28, gangguan pendengaran 12, dan epilepsi 35 - 62. Kemampuan
berbicara terpengaruh oleh karena disfungsi kortikobulbar bilateral dan
Universitas Sumatera Utara
oromotor. Gangguan artikulasi dan berbicara didapati pada 38 anak palsi serebral.
Klasifikasi palsi serebral terbagi atas topografi dan kelainan neuromuskular. Klasifikasi topografi dari palsi serebral adalah
monoplegi, mengenai 1 tungkai gerak badan; hemiplegi, mengenai 1 tungkai atas dan 1 tungkai bawah pada sisi yang sama; diplegi, mengenai
2 tungkai atas atau 2 tungkai bawah; dan quadriplegi, mengenai keempat tungkai gerak tubuh. Namun monoplegi dan triplegi jarang ditemukan.
Menurut kelainan neuromuskular, cerebral palsy dibedakan atas: 1 spastik, dengan ciri-ciri terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh
ototnya; 2 diskenesia, yang meliputi athetosis penderita
memperlihatkan gerak yang tidak terkontrok, rigid kekakuan pada seluruh tubuh sehingga sulit untuk dibengkokkan, tremor getaran kecil
yang terus menerus pada mata, tangan, atau kepala; 3 ataksia yaitu adanya gangguan keseimbangan, jalannya gontai, koordinasi mata dan
tangan tidak berfungsi; serta 4 jenis campuran yaitu apabila seorang anak memiliki kelainan dua atau lebih dari tipe-tipe di atas Sankar
Mundkur, 2005.
b. Penyakit Kejang Epilepsi Seseorang terserang kejang saat terdapat letupan energi listrik
abnormal pada sel-sel otak tertentu. Letupan tersebut menyebar ke sel-sel terdekat dan dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, gerakan
involunter di luar sadar, atau fenomena sensori abnormal. Efek akibat kejang tergantung pada lokasi letupan berawal dan seberapa jauh letupan
menyebar Hallahan Kauffman, 2006.
c. Spina bifida Spina bifida adalah kelainan kongenital pada tulang vertebra yang
membentuk kolumna spinalis akibat kegagalan menutup sempurna selama proses perkembangan. Kelainan dapat terjadi dari kepala sampai
Universitas Sumatera Utara
ujung bawah tulang belakang. Karena kolumna spinalis tidak menutup, spinal cord serabut saraf di dalam kolumna spinalis dapat keluar yang
mengakibatkan kerusakan saraf dan kelumpuhan danatau kehilangan sensasi di bawah tempat kerusakan. Spina bifida sering bersamaan
dengan hidrosefalus, yaitu pembesaran kepala karena tekanan berlebihan cairan serebrosinalis dapat berakibat retardasi mental; meningitis,
infeksi pada selaput otak dan spinal cord; dan kelainan kongenital lainnya Hallahan Kauffman, 2006.
d. Poliomielitis Poliomielitis adalah suatu infeksi pada sumsum tulang belakang
yang disebabkan oleh virus polio yang mengakibatkan kelumpuhan dan sifatnya menetap. Pada poliomielitis yang paralitik, berdasarkan sel-sel
mototrik yang rusak kelumpuhan anak polio dapat dibedakan menjadi Simoes, 2007:
i. Tipe spinal, yaitu kelumpuhan pada otot-otot leher, sekat dada,
tangan, dan kaki; ii.
Tipe bulbair, yaitu kelumpuhan fungsi motorik pada satu atau lebih saraf tepi ditandai dengan adanya gangguan pernafasan;
iii. Polioennsefalitis peradangan pada jaringan otak yang biasanya
disertai dengan demam, kesadaran menurun, tremor, dan terkadang kejang;
iv. Poliomielitis dengan ganguan ventilasi, akibat dari
ketidakmampuan beberapa komponen yang bekerja untuk ventilasi mekanisme bernafas sehingga menyebabkan hipoksia
kurangnya oksigen ke jaringan dan hiperkapnia jumlah karbon dioksida yang terlalu banyak di darah.
Kelumpuhan pada polio sifatnya layu dan biasanya tidak menyebabkan gangguan kecerdasan atau alat-alat indra. Akibat penyakit
poliomyelitis adalah atropi otot pengecilan otot karena kerusakan sel
Universitas Sumatera Utara
saraf, kekakuan sendi kontraktur, pemendekkan anggota gerak, pelengkungan susunan tulang belakang ke satu sisi seperti huruf S
scholiosis, kelainan telapak kaki yang membengkok ke luar atau ke dalam, dislokasi sendi sendi yang keluar dari dudukannya, dan lutut
yang melenting ke belakang genu recorvatum Simoes, 2007. e. Multipel Sklerosis
Multipel sklerosis adalah penyakit kronis, progresif lambat di sistem saraf pusat dengan pengerasan pada selaput myelin selaput yang
melapisi saraf. Penyakit ini umumnya muncul pada usia remaja dan dewasa. Gejala klinis antara lain gangguan sensoris terutama
penglihatan, tremor, kelemahan otot, kaku, gangguan berbicara, pusing, gangguan berjalan, dan gangguan emosi Hallahan Kauffman, 2006.
2. Kelainan pada muskuloskeletal Musculoskeletal Conditions a. Distrofi otot Muscular dystrophy
Penyakit herediter dengan kelemahan otot yang progresif akibat degenerasi serat-serat otot. Kelemahan otot bersifat simetris dan
berhubungan dengan genetik. b. Artritis
Artritis adalah rasa nyeri pada sendi yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor penyakit atau kondisi tertentu. Penyakit yang umum
menyebabkan artritis adalah reumatoid artritis penyakit autoimun yang sistemik dan osteortritis kerusakan pada tulang rawan sendi dan
merapatnya jarak antara tulang.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian