6
2.a Therapeutic abortion: terminasi kehamilan sebelum janin mampu hidup dengan tujuan menyelamatkan nyawa ibu.
2.b Eugenic abortion: terminasi yang dilakukan terhadap janin yang cacatmalformasi berat.
2.c Elective abortion: interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi
bukan atas alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu.
15, 17
2.1.2. Etiologi Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu : 1. Kelainan
pertumbuhan hasil
konsepsi, biasanya
menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X.
b. Lingkungan sekitar
tempat implantasi
kurang sempurna;
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alcohol.
2. Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialiskarena hipertensi menahun.
3. Faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis.
Universitas Sumatera Utara
7
4. Kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks untuk abortus pada trimester kedua, retroversi uteri,
mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
16,17
2.1.3 Klasifikasi abortus
Beberapa tipe abortus dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Abortus spontan
Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja atau dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Dalam hal ini dibedakan sebagai berikut:
1. Abortus imminens, Abortus imminens adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa
ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. 2. Abortus insipiens, merupakan peristiwa perdarahan uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi
masih dalam uterus. 3. Abortus inkompletus, merupakan pengeluaran sebagian
hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4.Abortus kompletus, merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu.
Universitas Sumatera Utara
8
5. Missed Abortion. Hal ini didefinisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero selama beberapa
minggu. 6. Abortus Rekuren. Keadaan ini didefinisikan menurut
berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi yang mungkin paling luas diterima adalah abortus spontan
berturut-turut selama tiga kali atau lebih. Seorang wanita menderita abortus rekurenhabitualis, apabila ia mengalami
abortus berturut-turut 3 kali atau lebih
.15, 17
Gambar 1. Klasifikasi abortus dengan gambar
B. Abortus provokatus terinduksi
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuatdilakukan. Pada umumnya bayi dianggap
belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang
dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
15, 16
Universitas Sumatera Utara
9
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
- Abortus
Provokatus Medisinalis
Artificialis Therapeuticus, abortus yang dilakukan dengan disertai
indikasi medik, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan akan dapat membahayakan jiwa si ibu berdasarkan
indikasi medis. Biasanya diperlukan persetujuan dari 2 sampai 3 orang dokter ahli. Di banyak negara, induksi
terapetik aborsi kini dianggap legal. -
Abortus Provokatus Kriminalis, abortus yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik ilegal. Perilaku
ini sifatnya ilegal dan seringkali dilakukan secara sembunyi - sembunyi oleh tenaga tradisional.
15, 16
Gambar 2. Kategori Abortus
ABORTUS
ABORTUS SPONTANEUS
ABORTUS PROVOKATUS
ABORTUS PROVOCATUS
CRIMINALIS ABORTUS
PROVOCATUS MEDICINALIS
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.4. Manifestasi Klinis
Adapun manifestasi klinis abortus adalah: •
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
•
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
•
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
•
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi
uterus.
14, 16, 17
2.1.5. Resiko dan komplikasi Abortus
Ada 2 macam resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi:
1. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik 2. Resiko gangguan psikologi.
18, 20, 21
1. Resiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita
yaitu: 1.
Kematian mendadak karena pendarahan hebat
Universitas Sumatera Utara
11
2. Kematian mendadak karena pembiusan yang gagal.
3. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar
kandungan. 4.
Rahim yang robek Uterine Perforation 5.
Kerusakan leher rahim Cervical Lacerations. 6.
Menjadi mandultidak mampu memiliki keturunan lagi Ectopik Pregnancy.
7. Infeksi rongga panggul Pelvic Inflammatory Disease.
8. Infeksi pada lapisan rahim Endometriosis.
19, 20
2. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang
wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
21, 22
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post Abortion Syndrome” Sindrom Paska Aborsi atau PAS.
Gejala-gejala ini dicatat dalam “Psychological Reactions Reported After Abortion” di dalam penerbitan The Post-
Abortion Review 1994.
21, 22, 23
Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan mengalami hal-hal seperti berikut ini:
1. Kehilangan harga diri 2. Berteriak-teriak histeris
Universitas Sumatera Utara
12
3. Mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi 4. Ingin melakukan bunuh diri
5. Mulai mencoba menggunakan obat-obat terlarang 6. Tidak bisa menikmati lagi seksual
Diluar hal-hal tersebut diatas para wanita yang melakukan aborsi akan dipenuhi perasaan bersalah yang
tidak hilang selama bertahun-tahun dalam hidupnya.
21, 24
2.1.6. Ketentuan Abortus Buatan Dalam Perundang-undangan.