41
2.2.3.4. Sarana Jalan dan Sarana Transportasi
Desa Sitorang memiliki jalan yang beraspal. Angkutan-angkutan umum disini tidak berlogo, mereka menggunakan mobil carry sebagai angkutan umum
disini. Jalan-jalan disini meliputi jalan beraspal, jalan berbatu dan jalan tanah. Para perantau juga berperan dalam pembangunan jalan di desa ini. Jika
para perantau orang yang memiliki jabatan tinggi di Negara Republik Indonesia ini maka pasti jalan menuju desanya akan beraspal dengan bagus. Dengan biaya
pembuatan sendiri. Jalan-jalan yang menuju ketiap desa-desanya disini akan diperbaikin jika ada pesta besar di daerah ini.
2.2.4 Gambaran Penduduk
Penduduk di desa ini sebagian besar beragama Kristen. Pekerjaan penduduk didaerah ini beragam-ragam mulai dari bertani, berdagang, PNS, dan
juga kuli bangunan. Tidak ada perbedaan mencolok dalam hal ekonomi jika dilihat dari segi penampilan, tetapi para penduduk di desa ini memiliki tanah
warisan yang sangat luas untuk diolah. Konflik agraria sering terjadi di desa ini. Dalam perebutan tanah bona pasogit oleh para perantau.
Universitas Sumatera Utara
42
BAB III BONA PASOGIT PANJAITAN
3.1.Deskripsi Bona Pasogit
Dalam bab 1 satu Vergouwen menyatakan tanah marga disebut juga bona ni pinasa
tempat asal leluhur atau bona ni pasogit daerah leluhur. Menurut Prof.D.P.Tampubolon
18
: “ bona pasogit diandaikan seperti belahan jiwa bagi orang Batak Toba, bona ni pasogit berusaha di cari-cari
oleh orang Batak Toba bertujuan dalam pencarian jati dirinya sebagai orang Batak, bona pasogit bukan hanya sebuah wilayah asal, juga
bukanlah sekedar tempat kuburan yang sering dilakukan para perantau, dan juga dapat seperti silsilah yang orang Batak sebut Tarombo
merupakan jati diri orang Batak Toba. Kebanyakan para perantau menyatakan bona pasogit hanya tempat perkuburan bagi orang Batak
Toba, jika hanya buat kuburan banyak tanah yang bisa dijadikan kuburan, orang Batak yang tidak peduli lagi dengan bona pasogitnya merupakan
orang Batak yang tidak memiliki apapun di bona pasogit. Simanjuntak 2011 mengatakan istilah bona pasogit yang tadinya berarti
sempit sudah menjadi meluas, dalam artian bahwa “ ndang marimbar tano hamatean
” artinya untuk tempat berkubur, tanah air Indonesia ini tidak berbeda dimana pun dikubur. Bisa dilihat dari kedua pendapat diatas bahwa kadang kala
para perantau tidak lagi memperdulikan bona pasogit dikarenakan tidak ada lagi tanah, soporuma-ruma, maupun tambak bona pasogitnya hanya cukup mengenal
tempat keberadaan bona pasogit mereka. Tetapi berbeda dengan para perantau
18
Wawancara dengan Alm.Prof. DP Tampubolon semasa hidupnya pada saat penulis dan almarhum selesai kebaktian keluarga tiap minggunya.
Universitas Sumatera Utara
43
yang masih memiliki tanah, soporuma-rumah, maupun tambak di bona pasogit
nya.
3.2.Sejarah Marga Panjaitan 3.2.1. Raja Panjaitan Sebagai Pewaris Marga Panjaitan
Melalui wawancara penulis dengan beberapa informan tentang sejarah marga Panjaitan. Marga Panjaitan merupakan turunan Raja Batak yang bernama
Raja Panjaitan, anak bungsu dari Tuan Dibangarna. Raja Panjaitan adalah salah seorang cucunya Raja Sibagot ni Pohan, cicitnya Tuan Sorba Dibanua, Tuan
Sorba Dibanua adalah anak dari Nai Suanon, Nai Suanon anak dari Tuan Sori Mangaraja turunan Raja Isumbaon. Raja Isumbaon anak dari Raja Batak.
Raja Panjaitan lahir di kampung Lobu Parserahan Onan Raja Balige, yang saai ini menjadi Kabupaten Toba Samosir. Dan dikampung ini para raja-raja dari
marga-marga lain sering bertatap muka dan melakukan interaksi perdagangan untuk membangun budaya Batak di bagian Toba Holbung dan sekitarnya. Setelah
Raja Panjaitan berumah tangga, Tuan Dibangarnya mewariskan suatu perkampungan untuk tempat tinggal Raja Panjaitan dan disebutlah nama kampung
tersebut Lumban Panjaitan, kemudian dibangunlah suatu sumur untuk tempat mengambil air minum disebutlah namanya mata air Siguti. Kemudian tidak
beberapa lama kemudian Raja Panjaitan menikah dengan putri Raja Hasibuan dari kampung Sigaol. Tuan Dibangarna mewariskan lahan pertanian dan padang
rumput yang luas yang berada di Siboadiala. Tidak lama kemudian putri Raja Hasibuan tersebut melahirkan seorang anak yang bernama Raja Situngo
Naiborngin. Setelah dewasa Raja Situngo membuka perkampungan ke Matio
Universitas Sumatera Utara
44
tidak lama kemudian meninggalkan Matio dan merantau ke Sibahaulu di bukit Sitombom.
Raja Panjaitan meninggal di Sihail-hail tidak jauh dari Onan Raja tersebut atau disekitar Tugu Raja Sibagot ni Pohan yang berada di Onan raja Balige dekat
Rumah sakit Umum HKPB Balige saat ini.
3.2.2. Raja Situngo Naiborngin Panjaitan marga Panjaitan generasi kedua