Sejarah Kota Pematangsiantar Deskripsi Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar

24 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Deskripsi Kelurahan Bah Kapul Kecamatan Sitalasari Kota Pematangsiantar

2.1.1. Sejarah Kota Pematangsiantar

Pematangsiantar yang merupakan wilayah kota yang mempunyai penduduk yang bervariasi suku bangsa, meliputi Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Jawa, Minangkabau, Melayu, Cina, Tamil, dan asing lainnya. Kota Pematangsiantar terletak pada titik singgung 99 ᵒBT dan 2,5ᵒLU dalam wilayah Kabupaten Simalungun yang luasnya 1.278ha, dengan ketinggian sekitar 400m dpl dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa. Sifat dasar penduduk dari masing-masing suku bangsa itu mempengaruhi pergaulan yang lebih erat. Misalnya, orang Minangkabau lebih erat hubungannya dengan orang Melayu dan Jawa, karena ikatan kesamaan agama. Orang Simalungun sendiri lebih dekat dengan orang Mandailing, karena persamaan ras kehalusan budi bahasa, maupun gaya tariannya. Dengan orang Batak Toba maupun Karo, agak renggang. Ada dugaan penduduk, hal ini disebabkan lebih mengertinya orang Mandailing akan perasaan orang Simalungun, karena sifat halus yang sama, yang berbeda dengan orang Batak Toba yang keras, demikian juga dengan Karo. Di samping itu, agama Islam telah lebih mendekatkan mereka ketimbang dengan Batak Toba yang Kristen. Universitas Sumatera Utara 25 Sifat orang Batak Toba dan Karo adalah keras, cepat dalam bertindak, serta giat dalam usaha. Tidak heran kalau perniagaan dipegang orang Batak Toba, bersaing dengan orang Cina dan Simalungun, demikian juga industri dan pendidikan. Bahkan sering terdengar bahwa kota Pematangsiantar sebenarnya adalah kota yang dikuasai orang Toba. Hal ini disebabkan lebih dominatifnya orang Batak Toba dalam berbagai hal, terutama dalam pergaulan. Asal mula kota Pematangsiantar adalah Kerajaan Siantar yang diperkirakan berdiri tahun 1500, terletak di sebuah delta Sungai Bah Bolon, bernama Pulau Holing, yang sekarang bernama kampung Pematang. Saat itu, terdapat lokasi persawahan di sekeliling Pulau Holing, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan Suhi Huluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Perkampungan inilah yang sekarang menjadi Kotamadya Pematangsiantar, dengan nama baru Kampung Pematang Pulau Holing, Pusat Kota Siantar Bayu, Kampung Parluasan Suhi Kahean, Sipinggol-pinggol-Timbang Galung-Kampung Bantan-Kampung Parluasan Kota Suhi Huluan, Kampung Kristen-Kampung Karo-Tomuan-Pantoan Bah Bosar. Kerajaan Siantar ini muncul saat kejadian wabah dan invasi kerajaan lain benar-benar mencerai-beraikan Kerajaan Nagur. Beberapa wilayah ada yang memilih berdiri sendiri, karena pusat kerajaan tidak mampu lagi untuk mengendalikan pemerintahan. Saat itu terbentuk 4 wilayah yang berdiri sendiri. Masing-masing wilayah membentuk kerajaan-kerajaan baru. Satu diantaranya adalah Kerajaan Siantar yang merupakan kelanjutan dari pusat Nagur. Istananya dipindah dari Universitas Sumatera Utara 26 Perdagangan ke tepi sungai Bah Bolon di Pematangsiantar. Hingga daerah ini disebut Kampung Pamatang Saragih 2008 : 31. Penduduk asli ialah Batak Simalungun. Pada tahun 1900 mulai berdatangan penduduk pendatang, yaitu orang Cina dan Tamil. Pada tahun 1903, orang Batak dari Selatan juga mulai datang, terutama orang Batak Mandailing, yang kemudian menetap di bagian utara Pulau Holing, yang sekarang bernama Kampung Timbang Galung dan Kampung Melayu. Kemudian, orang Batak Toba masuk sekitar tahun 1907 sebagai akibat garis kebijaksanaan pemerintahan kolonial Belanda yang membutuhkan tenaga petani Batak Toba yang dianggap sangat terampil dalam bertani di persawahan, dengan maksud untuk mencari tanah persawahan baru. Karena maksudnya bersawah, maka mereka menetap dipinggiran Kerajaan Siantar, yaitu dikawasan arah ke Pematang Tanah Jawa dan arah ke Tapanuli Utara, yang sekarang bernama Kampung Kristen bagian Bah Bosar. Perkembangan kota Pematangsiantar, berkaitan erat dengan perkembangan perkebunan Belanda yang dimulai di Kabupaten Simalungun sejak tahun 1800. Kemudian dengan dibukanya jalan raya Pematangsiantar-Perdagangan tahun 1885, dan Pematangsiantarr-Tebing Tinggi, tahun1907, maka perkembangan kota semakin pesat, demikian juga pertambahan penduduknya Simanjuntak 2010 : 159- 161. Sekitar tahun 1904 Pematang Siantar asal kata : Pamatang dan Siattar masih berupa kampung kecil dan penduduknya sedikit. Selain rumah raja Siantar dinamakan Lopou atau Rumah Bolon ada lagi 8 rumah penduduk biasa Simon Universitas Sumatera Utara 27 1904, dalam Purba 1998 : 27. Pada tahun itu agama Kristen sudah mulai tersebar seiring dengan kehadiran missioner Jerman dan kemudian semakin besar jumlahnya dengan masuknya orang Batak dari Tapanuli. Tahun 1905 atas perintah Gubernemen, raja-raja di Simalungun membuka jalan-jalan di daerah mereka Damanik 1974 dalam Purba 1998 : 27. Inilah permulaan yang dilakukan oleh pemerintahan kolonial untuk membangun Pematang Siantar khususnya dan Simalungun umumnya. Sementara itu, Raja Siantar, Sang Naualuh, yang tidak bersedia bekerjasama dengan Belanda akhirnya ditawan pemerintahan kolonial tahun 1906 dan kemudian orang-orang Kristen Batak menggunakan Rumah Bolon yang ada di Pematang sebagai tempat kebaktian selama beberapa waktu Damanik 1981, dalam Purba 1998 : 27. Pembukaan jalan raya dari Balige ke Pematangsiantar tahun 1915 memberi arti tersendiri bagi orang-orang yang memasuki Simalungun atau daerah lainya di Sumatera Timur, sekaligus memberi kemudahan bagi mereka yang akan bermigrasi. Pembukaan hubungan lalu lintas sampai ke Medan tahun-tahun berikutnya telah menyebabkan daerah Pematang Siantar sebagai kota transit bagi orang-orang dari Tapanuli yang menuju Tebing tinggi, Medan, Belawan, Binjai, Pangkalan Brandan dan kota-kota kecil lainnya untuk mencari pekerjaan. Pematang Siantar menjadi tempat berbagai suku bangsa diantaranya kelompok suku Batak: Toba, Karo, Mandailing dan lain-lainnya, kelompok Jawa, Cina dan sebagainya. Keanekaragaman itu telah melahirkan beberapa nama kampung tempat tinggal mereka dan nama-nama jalan dikota ini. Satu diantara daerah tempat tinggal orang Batak Toba dikenal dengan Kampung Kristen, orang Jawa Universitas Sumatera Utara 28 dengan Kampung Jawa dan bagi orang-orang Melayu diartikan sebagai orang- orang yang beragama Islam disebut Kampung Melayu. Tahun 1920 sudah terdapat 9.460 orang penduduk Pematang Siantar, terdiri dari 6.096 pribumi, 203 Eropah dan 3.161 Cina, India dan Asia lainya Tideman 1992 dalam Purba 1998: 29. Tabel I Penduduk Pematang Siantar 1930 Jumlah Suku Batak : Toba Mandailing Angkola Simalungun Karo Lainnya Jumlah 2.968 1.279 953 495 267 92 6.054 19.17 8.26 6.16 3.20 1.72 0.59 39.10 Indonesia lainya Cina Eropah Asia Lainnya 3.657 4.964 317 490 23.62 32.06 2.05 3.17 Jumlah 15.482 100.00 Sumber : Volkstelling 1930 dalam Purba 1997 Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 Kecamatan yaitu : Siantar Barat, Siantar Marihat, Siantar Martoba, Siantar Selatan, Siantar Timur, Siantar Utara, Siantar Marimbum, Siantar Sitalasari.Kecamatan Siantar Sitalasari ini yang merupakan pemekaran dari wilayah Kecamatan Siantar Martoba. Siantar Sitalasari memiliki beberapa Kelurahan satu diantarnya adalah Kelurahan Bah Kapul. Kelurahan Bah Universitas Sumatera Utara 29 Kapul ini merupakan suatu daerah lintasan bagi truk-truk besar yang menuju Kabupaten Simalungun yang bertujuan mengambil hasil panen yang mana terletak di jalan Sibatu-batu. Kelurahan ini berbatasan dengan beberapa Kelurahan antara lain :  disebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bah Sorma,  disebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Setia Negara,  disebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Bukit Sofa da  disebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Gurilla. Penetapan Batas dan Peta wilayah diatur dalam Peraturan Daerah kota Pematangsiantar No. 03 tahun 2007.

2.1.2. Keadaan Alam