Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh

Untuk menghitung nilai indeks masa tubuh IMT ini, dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : IMT = 2 m Badan Tinggi kg Badan Berat

1.7.1. Kategori Ambang Batas IMT Untuk Indonesia

Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 1.7 : Kategori Indeks Massa Tubuh IMT. IMT KATEGORI Kurus Kekurangan BB tingkat berat 17,0 Kekurangan BB tingkat ringan 17,0 – 18,5 Normal 18,5 – 25,0 Gemuk Kelebihan BB tingkat ringan 25,0 – 27,0 Kelebihan BB tingkat berat 27,0 Sumber : Nyoman., dkk, 2002.

1.7.2. Kekurangan dan Kelebihan Indeks Massa Tubuh

Indeks massa tubuh IMT merupakan salah satu indikator yang dapat dipercayai untuk mengukur lemak tubuh. Walaubagaimanapun, terdapat beberapa kekurangan dan kelebihan dalam mnggunakan IMT sebagai indikator pengukuran lemak tubuh. Universitas Sumatera Utara Kekurangan indeks massa tubuh adalah: 1. Pada olahragawan: tidak akurat pada olahragawan terutama atlet bina yang cenderung berada pada kategori obesitas dalam IMT disebabkan mereka mempunyai massa otot yang berlebihan walaupun presentase lemak tubuh mereka dalam kadar yang rendah. Sedangkan dalam pengukuran berdasarkan berat badan dan tinggi badan, kenaikan nilai IMT adalah disebabkan oleh lemak tubuh. 2. Pada kelompok bangsa: tidak akurat pada kelompok bangsa tertentu karena harus dimodifikasi mengikut kelompok bangsa tertentu. Sebagai contoh IMT yang melebihi 23,0 adalah berada dalam kategori kelebihan berat badan dan IMT yang melebihi 27,5 berada dalam kategori obesitas ada kelompok bangsa seperti Cina, India, dan Melayu. Kelebihan indeks massa tubuh adalah: 1. Biaya yang diperlukan tidak mahal 2. Untuk mendapat nilai pengukuran, hanya diperlukan data berat badan dan tinggi badan seseorang. 3. Mudah dikerjakan dan hasil bacaan adalah sesuai nilai standar yang telah dinyatakan pada tabel IMT. 4. Sumber kesalahan biasanya berhubung dengan : Latihan petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera dan kesulitan pengukuran. Universitas Sumatera Utara 2. Pre-menstrual Syndrome 2.1. Pengertian Sindrome Pre-menstruasi premenstrual syndrome adalah sekelompok gejala fisik maupun tingkah laku yang timbul pada pertengahan siklus menstruasi, dan disusul dengan periode tanpa gejala Mary, 2005. Sindrome pre-menstrual merupakan gangguan siklus yang umum terjadi pada wanita muda dan pertengahan, ditandai dengan gejala fisik dan emosional yang konsisten dan biasanya terjadi secara reguler pada 7-14 hari sebelum datangnya menstruasi Saryono, 2009. Syndrome Premenstruasi adalah gabungan dari gejala fisik dan psikologis yang biasanya terjadi mulai beberapa hari sampai satu minggu sebelum haid dan menghilang setelah haid datang Mitayani, 2009.

2.2. Penyebab Pre-menstrual Syndrome

Saryono 2009 menjelaskan penyebab premenstrual syndrome PMS belum jelas. Beberapa penyebab premenstrual Syndrome antara lain : 1. Faktor hormonal, yaitu ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron 2. Estrogen dominan hormon estrogen yang berlebihan 3. Respon pre-menstrual syndrome disebabkan cara estrogen dan progesteron hormon menstruasi berinteraksi dengan senyawa kimia otak serotomi 4. Gangguan perasaan, faktor kejiwaan, masalah sosial, atau fungsi serotonin yang dialami penderita. 5. Hipoglikemia kadar gula darah rendah yang abnormalhypotyroid Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Hubungan Tingkat Sadar Gizi Keluarga dan Status Gizi Balita di Puskesmas Padang Bulan Medan

2 34 80

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MP-ASI DINI DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA BAYI USIA 6-24 BULAN DI WILAYAH KERJA Hubungan Antara Pemberian MP-ASI DINI Dengan Kejadian Gizi Lebih Pada Bayi Usia 6-24 Bulan Di Wilayah Kerja PUSKESMAS Kartasura, Sukoharjo.

0 1 22

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

0 1 13

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 2-5 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Karanganyar Kabupaten Karanganyar.

0 0 16

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA WANITA USIA SUBUR.

0 2 14

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

0 0 11

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

0 0 2

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015

0 0 4

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS PRAMBANAN

0 0 7