13 3. Pemeriksaan laboratorium
a. Urinalisa b. Darah : platelet, fibrinogen
c. Biokimia : potassium, sodium, creatinin, GDS, lipid profil, asam urat 4. Pemeriksaan tambahan
a. Foto rontgen dada b. EKG 12 lead
c. Mikroalbuminuria d. Ekokardiografi
Tekanan darah setiap orang sangat bervariasi. Pengukuran tunggal yang akurat adalah awal yang baik tetapi tidak cukup: ukur tekanan darah dua kali dan
ambil rata-ratanya. Hipertensi didiagnosis jika rata-rata sekurang-kurangnya 2 pembacaan per kunjungan diperoleh dari masing-masing 3 kali pertemuan selama
2 sampai 4 minggu diperoleh tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau 90 mmHg
untuk diastolik. Menurut JNC 7, tekanan darah normal adalah 12080 mmHg atau kurang. Prehipertensi bila tekanan darah 12080 samapi 13989 mmHg. Hipertensi
stadium 1 bila tekanan darah sistolik 140 sampai 159 mmHg atau tekanan darah diastolik 90 sampai 99 mmHg. Serta hipertensi stadium 2 bila tekanan darah
sistolik ≥160 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥100 mmHg Cohen, 2008.
2.6 Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi termasuk
rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
14 stroke, transient ischemic attack, penyakit arteri koroner infark miokard,
angina, gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor resiko kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan
mortalitas dan morbiditas akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut. Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang
bermakna untuk penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer dan gagal jantung Depkes, R.I., 2006.
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Tujuan utama terapi hipertensi adalah menurunkan mortalitas dan morbiditas yang berhubungan dengan hipertensi serta berkaitan dengan kerusakan
organ target seperti kardiovaskular, gagal jantung, dan penyakit ginjal. Target tekanan darah adalah 14090 mmHg untuk hipertensi tanpa komplikasi dan
13080 mmHg untuk pasien diabetes melitus dan gagal ginjal kronis Chobanian, 2004.
Terapi hipertensi meliputi : a. Terapi non farmakologis
Penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya melakukan modifikasi gaya hidup seperti menurunkan berat badan jika kelebihan berat badan dengan
menjaganya pada kisar body mass index BMI yaitu 18,5-24,9; mengadopsi pola makan Dietary Approaches to Stop Hypertension DASH yang kaya dengan
buah, sayur, dan produk susu rendah lemak; mengurangi konsumsi garam yaitu tidak lebih dari 100 meqL; melakukan aktivitas fisik dengan teratur seperti jalan
kaki 30 menithari; serta membatasi konsumsi alkohol tidak lebih dari 2 kalihari pada pria dan 1 kalihari pada wanita Chobanian, 2004. Selain itu, pasien juga
15 disarankan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Modifikasi pola hidup dapat
menurunkan tekanan darah, menambah efikasi obat antihipertensi dan mengurangi resiko komplikasi penyakit kardiovaskular Chobanian, 2004.
b. Terapi farmakologis Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat
enzim konversi angiotensin ACEI, penghambat reseptor angiotensin ARB dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama. Obat-obat ini baik
sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini.
Beberapa dari kelas obat ini misalnya diuretik dan antagonis kalsium mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam
mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, agonis alfa 2 sentral, penghambat adrenergik dan vasodilator digunakan sebagai obat
alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama. Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti
terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas dan bijak terhadap masing-masing pasien danatau penyakit. Praktek
evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau
kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam
seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin
16 ACEI, penghambat reseptor angiotensin ARB, penyekat beta, dan antagonis
kalsium CCB Depkes, R.I., 2006. Walaupun hipertensi merupakan salah satu kondisi medis yang umum
dijumpai, tetapi kontrol tekanan darah masih buruk. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tekanan darah diastoliknya sudah tercapai tetapi tekanan darah sistolik
masih tinggi. Diperkirakan dari populasi pasien hipertensi yang diobati tetapi belum terkontrol, 76.9 mempunyai tekanan darah sistolik
≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik
≤90 mmHg. Pada kebanyakan pasien, tekanan darah diastolik yang diinginkan akan tercapai apabila tekanan darah sistolik yang
diiginkan sudah tercapai. Karena kenyataannya tekanan darah sistolik berkaitan dengan resiko kardiovaskular dibanding tekanan darah diastolik, maka tekanan
darah sistolik harus digunakan sebagai petanda klinis utama untuk pengontrolan penyakit pada hipertensi.
Modifikasi gaya hidup saja bisa dianggap cukup untuk pasien dengan prehipertensi, tetapi tidak cukup untuk pasien-pasien dengan hipertensi atau untuk
pasien-pasien dengan target tekanan darah ≤13080 mmHg DM dan penyakit
ginjal. Pemilihan obat tergantung berapa tingginya tekanan darah dan adanya indikasi khusus. Kebanyakan pasien dengan hipertensi tingkat 1 harus diobati
pertama-tama dengan diuretik tiazid. Pada kebanyakan pasien dengan tekanan darah lebih tinggi hipertensi tingkat 2, disarankan kombinasi terapi obat, dengan
salah satunya diuretik tipe tiazid. Algoritma untuk pengobatan hipertensi dapat dilihat pada gambar 2.1 Depkes, R.I., 2006.
17 Gambar 2.1 Algoritma Pengobatan Hipertensi
2.7.1 Mencapai Tekanan Darah pada masing-masing pasien
Kebanyakan pasien dengan hipertensi memerlukan dua atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Penambahan
Perubahan gaya hidup
Tekanan darah diatas target ≥ 14090 mmHg, 13080 mmHg
dengan Diabetes Melitus atau Gagal Ginjal Kronik
Mulai dengan obat antihipertensi
Hipertensi tanpa komplikasi Indikasi Mutlak
Hipertensi Stage 1 TDS 140-159 mmHg
TDD 90-99 mmHg Diuretik Jenis Tiazide
untuk semua pasien. Bisa dipertimbangkan
dari kelas lain ACE Inhibitor, ARB, Beta
Bloker dan Calsium Chanel Bloker.
Hipertensi Stage 2 TDS 160 mmHg
TDD 100 mmHg Dua obat kombinasi
untuk semua pasien biasanya Diuretik
jenis Tiazid dan ACE Inhibitor atau ARB
atau Beta Bloker atau Calsium Chanel
Bloker. Diabetes Melitus:
ACE Inhibitor, Beta Bloker, Calsium
Chanel Bloker. Gagal Jantung:
ACE Inhibitor, Beta Bloker, Calsium
Chanel Bloker. Stroke: Diuretik,
ACE Inhibitor.
Target tekanan darah tidak tercapai Optimalisasi dosis atau tambahkan obat lain sampai target tekanan darah
tercapai. Pertimbangkan untuk konsultasi pada spesialis hipertensi.
18 obat kedua dari kelas yang berbeda dimulai apabila pemakaian obat tunggal
dengan dosis lazim gagal mencapai target tekanan darah. Apabila tekanan darah melebihi 2010 mm Hg diatas target, dapat dipertimbangkan untuk memulai terapi
dengan dua obat. Yang harus diperhatikan adalah resiko untuk hipotensi ortostatik, terutama pada pasien-pasien dengan diabetes, disfungsi autonomik dan
lansia Depkes, R.I., 2006.
2.7.2 Terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien
Petunjuk dari JNC 7 merekomendasikan diuretik tipe tiazid bila memungkinkan sebagai terapi lini pertama untuk kebanyakan pasien, baik sendiri
atau dikombinasi dengan salah satu dari kelas lain ACEI, ARB, penyekat beta, CCB. Diuretik tipe thiazide sudah menjadi terapi utama antihipertensi pada
kebanyakan trial. Pada trial ini, termasuk yang baru diterbitkan Antihypertensive and Lipid-Lowering Treatment to Prevent Heart Attack Trial ALLHAT, diuretik
tidak tertandingi dalam mencegah komplikasi kardiovaskular akibat hipertensi. Kecuali pada the Second Australian National Blood Pressure Trial; dimana
dilaporkan hasil lebih baik dengan ACEI dibanding dengan diuretik pada laki-laki kulit putih. Diuretik meningkatkan efikasi antihipertensi dari banyak regimen
obat, berguna dalam mengontrol tekanan darah dan harganya lebih dapat dijangkau dibanding obat antihipertensi lainnya. Sayangnya disamping kenyataan
ini, diuretik tetap kurang digunakan underused Depkes, R.I., 2006.
2.8 Kepatuhan